• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

5.2 Hasil Temuan

sebagai sumber informasi mengenai kehidupan awal beberapa informan kunci menjadi PSK. Pada informan utama dilakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor penyebab mereka menjadi PSK.

Informan tambahan dalam penelitian ini adalah seorang germo, yaitu RR. Informan utama dalam penelitian ini adalah empat orang anak yang menjadi PSK. Dalam tahapan analisis ini, informasi mengenai semua informan disamarkan demi kepentingan perlindungan anak dan kehidupan pribadi germo.

5.2 Hasil temuan

5.2.1 Informan I

Nama : JS

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 15 Tahun

Pendidikan : Kelas IX SMP

Alamat : Perumnas Mandala Medan

Informan pertama adalah seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dengan inisial JS. Ia baru saja menyelesaikan pendidikannya dari salah satu SMP negeri di Kota Medan. Ia mengenal seorang germo (AP) di salah satu lapangan futsal di daerah Jalan Sisingamangaraja sejak tahun lalu ketika dia masih duduk di kelas VIII. Ia kenalkan kepada AP oleh seorang temannya yang biasa bermain futsal bersamanya.

Awalnya AP menawarkan oral seks kepada JS dengan imbalan uang sebesar 150 ribu rupiah. Tanpa pikir panjang dan atas dorongan temannya yang mengenalkan ia kepada AP, JS menuruti kemauan AP. Namun ternyata bukan AP yang melakukan oral seks kepada JS, namun ada laki-laki lain berusia sekitar 30 tahun.

55

“Lumayanlah bang, udah dapat uang aku juga dapat enaknya. Waktu itu kami melakukannya di kamar mandi lapangan futsal itu.”

Setelah kejadian hari itu, JS mendapatkan uang seperti yang AP janjikan. akhirnya mereka bertukar pin BBM. Mulai dari hari itu, AP sering menghubungi JS untuk melakukan hal serupa dengan orang lain dan selalu mendapatkan imbalan berupa uang. JS mengaku senang mendapatkan uang dengan pekerjaan yang tidak perlu capek mengerjakannya.

Pada saat peneliti bertanya mengenai kehidupan keluarga JS, ia bilang ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Sehari-hari ia naik angkutan umum ke sekolah. Jika di lihat dari bentuk fisiknya, JS memiliki tubuh yang tinggi. Katanya tinggi badannya 170 cm, dan badan yang tidak kurus dan tidak gemuk, proporsional. Jika di lihat dengan teman-teman seumurannya, JS memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi. JS adalah anak yang cenderung pendiam. Ia tidak berbicara sebelum peneliti bertanya terlebih dahulu.

Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, biasanya JS selalu berpamitan kepada ibunya. Ayahnya sudah berangkat kerja saat ia berangkat ke sekolah. Saat pulang sekolah, ia biasanya tidak langsung pulang ke rumah. Ia biasanya bermain futsal. Ia selalu membawa baju ganti selain seragam sekolah. Menurut penuturan JS, ibunya tidak marah apabila sepulang sekolah ia tidak langsung pulang ke sekolah. Karena tidak ada yang harus ia kerjakan di rumah sepulang sekolah. Ia baru pulang kerumah setelah jam 5 sore atau bisa hingga malam hari. JS selalu merasa bosan berasa di rumah karena tidak ada kegiatan yang dilakukannya di rumah. JS bercerita orang tuanya tidak pernah memarahinya pulang hingga malam hari. Ayahnya baru pulang ke rumah jam 9 malam. Setelah pulang sekolah, kadang juga ia langsung pulang ke rumah. Tapi setelah itu pergi lagi keluar sama kawan-kawannya.

56

“Kalau di luar kan enak bang main-main sama kawan-kawan. Main futsal, ke warnet, nggak bosanlah pokoknya bang. Kalau di rumah nggak tau mau ngapain bang.”

Oktober 2014 JS dihubungi AP untuk melayani pelanggan. Ia disuruh ke rumahnya di daerah Sunggal. Tak di sangka JS di minta untuk melakukan hubungan seks dengan pelanggan melalui dubur. JS memposisikan diri sebagai laki-laki dalam berhubungan seks. Karena tak merasa dirugikan, JS mau saja melakukan hubungan seks tersebut. Ia mendapatkan uang sebesar 250 ribu rupiah untuk layanan kali ini. Bermula dari sana, ia melayani banyak laki-laki yang ingin mendapatkan kepuasan seksual dari laki-laki lain.

“Aku nggak mau jadi perempuannya. Aku hanya mau jadi laki-lakinya aja bang. Aku sebenarnya nggak ada suka-sukanya sama laki-laki, tapi karna aku di bayar, aku mau aja melayani laki-laki itu.”

JS mengatakan bukan hanya dia yang melakukan pekerjaan seperti ini, empat orang temannya yang lain juga sering dihubungi AP untuk melayani laki-laki lain. Ia juga bercerita AP tidak pernah menghubunginya untuk melayani perempuan. JS mengaku tidak pernah bertanya kepada AP mengenai hal tersebut. Sampai saat ini, orang tuanya tidak mengetahui apa yang JS lakukan. JS berharap orang tuanya tidak mengetahuinya.

Dalam seminggu, JS bisa melayani hingga lima orang tamu. Biasanya mereka melakukannya di rumah pelanggannya. Semua pelanggan melalui AP, tidak ada yang langsung menghubungi dia. Sebab menurut JS, apabila melalui AP semua tamu yang diberikan memenuhi kriteria yang JS mau. Selain itu, uang yang dijanjikan juga

57

sesuai dengan yang JS terima. Saat ini JS belum mau meninggalkan profesinya sebagai PSK sebab dengan uang yang diperolehnya sangat membantu JS dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Selama setahun ia bekerja sebagai PSK, ia banyak mengenal orang baru dan teman-teman yang mendukungnya sebagai PSK. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti.

“Uang yang aku dapatkan lumayanlah bisa beli kebutuhan sendiri bang. Nggak harus minta sama orang tua kalau mau beli apa-apa. Lagian aku juga nggak ada dirugikan sama pekerjaan ini. Aku dapat uang sekaligus enaknya.”

5.2.2 Informan II

Nama : MA

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 18 Tahun

Pendidikan : Putus Sekolah Alamat : Jalan Ayahanda

Informan kedua adalah seorang anak perempuan berinisial MA dengan usia 18 tahun. Ia lahir dan di besarkan di Aceh. Namun, sejak berumur 16 tahun ia pindah ke Medan. Orang tuanya telah bercerai sejak ia masih duduk di bangku SMP. Ia pindah ke Medan karena di nikahkan saat kelas 1 SMA. Pernikahannya tak berjalan baik, karena mantan suaminya sering melakukan kekerasan padanya. Tiga bulan menikah, mereka kemudian bercerai.

Awal pindah ke Medan, MA kos di daerah Pringgan. Di kos-kosan yang tempat MA tinggal tidak hanya perempuan, tapi juga laki-laki. Teman-teman kosnya mengajak MA dan beberapa teman kos yang lain untuk disko ke New Zone

(NZ-58

salah satu tempat hiburan malam di daerah Mangkubumi). MA ikut saja dengan teman-temannya karena di Aceh MA tidak pernah ke diskotik. Lama-kelamaan MA mengenal banyak orang dan mulai menyukai dunia malam.

“Kalo disko itu nggak ada beban pikiran bang, apalagi kalo nge-pil semua bakal lupa.”

Berawal dari hobby barunya ke diskotik, ia mulai mengenal dunia prostitusi. Teman satu kos dengannya tadi mengenalkan MA kepada seorang tubang (tua bangka-sebutan untuk laki-laki separuh baya). Ia diminta untuk menemani tubang tersebut untuk menyanyi di KTV. MA ikut saja dengan apa yang diminta tubang tersebut, namun tidak sampai berhubungan seksual aktif. MA hanya menemani tubang dengan di peluk dan di cium. Selain menemani tubang ke KTV, MA juga sering menemani tubang minum di table NZ.

“Kalau minum di table itu bang ya peci-pecilah. Peluk cium peluk cium aja. Kekgitu aja bisa aku dikasih uang 300.”

Dengan kebebasan yang dimilikinya di Kota Medan, MA semakin bebas melakukan apapun yang ia suka tanpa ada larangan dari orang tuanya. Ia tak di kenakan jam malam, sebab kos tempat ia tinggal terbuka 24 jam untuk siapapun. Selain itu, untuk pergi kemanapun ia tak perlu permisi kepada orang tuanya sebab mereka tidak tinggal bersama. Ibu MA juga telah menikah lagi untuk yang ketiga kalinya dan tinggal bersama suami barunya di Aceh. Sedangkan ayahnya juga telah menikah lagi dan tinggal di Medan. Meskipun ayahnya di Medan, MA tak pernah mengunjungi ayahnya dan tidak tinggal bersama ayahnya.

59

“Ayahku jahat bang orangnya, dulu waktu kecil suka mukulin mamak sama aku. Nggak suka aku ngelihat dia. Pernah pun ku tipu dia bang. Ku minta uangnya 15 juta, kubilang mau beli kereta aku. Memang kubelinya kereta itu, tapi ku cicil aja, uangnya kupake senang-senang bang. Enak kalilah dia jadi bapak. Buatnya aja yang enak, tapi nggak mau bertanggung jawab. Nggak pernah juga aku di nafkahinya bang.”

Setelah ia bercerai dengan mantan suaminya, ia pindah kos ke daerah Ayahanda. Di sana, kos yang ia pilih juga sama, kos terbuka 24 jam untuk semua orang. Ia mulai aktif melayani tubang sampai berhubungan seks aktif. Ia menerima tamu tubang dari tempat-tempat hiburan malam. Untuk PSK yang masih muda seperti MA, untuk masuk ke tempat-tempat hiburan malam, ia dibuatkan KTP palsu oleh temannya. Kalau ia tak memiliki KTP, saat ada razia akan kesulitan karena dianggap masih berada di usia anak-anak. Tubang menyimpan nomor HP MA dan apabila membutuhkannya akan menghubungi langsung kepadanya. Tubang-tubang ini akan memberi nomor HP MA kepada teman-temannya sesama tubang karena pelayanannya yang dianggap memuaskan. Dengan ini, MA akan memiliki pelanggan-pelanggan tetap yang akan selalu menghubunginya dengan sendiri tanpa menjajakan diri di jalanan. Menurut MA, PSK yang menjajakan diri di jalanan itu karena kurang pergaulan dan tidak tau diskotik.

Berdasarkan wawancara dengan MA, ia mengatakan pernah memiliki pacar tubang. Kalau PSK pacaran dengan tubang, maka polanya adalah si PSK tidak bisa berhubungan dengan orang lain, dan secara tidak langsung bisa di bilang seperti istri sendiri yang bisa diminta melayani kapan pun dan dimana pun. Biasanya tubang-tubang ini sudah memiliki istri dan berusia diatas 40 tahun. Tubangnya pun tidak

60

tahu kalau usia MA masih kategori anak, sebab MA mengaku berusia 20 tahun kepada tubang tersebut. Kalau tidak seperti itu, biasanya tubang tidak mau.

“Tubang ini nggak mau sama anak-anak bang. Tapi maunya sama yang muda dan cantik. Banyak kali maunya. Tapi kalau bertubang (pacaran dengan tubang) bang, uang kita pasti datangnya. Sebulan bisa ngasih berapa juta gitu. Tapi ya itulah bang, syaratnya nggak boleh ‘main’ sama orang lain.”

MA mengatakan kalau pacaran dengan tubang uang yang bisa ia dapatkan lebih sedikit. Sebulan bisa dikasih 1,5 hingga 2 juta rupiah. Sementara melayani tamu short time bisa mendapatkan uang 700 hingga 1 juta rupiah. Dengan uang yang diperolehnya, MA biasa bersenang-senang dengan teman-temannya ke tempat hiburan mahal. Awalnya MA hanya mengenal NZ sebagai diskotik tempatnya nongkrong. Namun sekarang ia sudah biasa dengan SUPER, Entrance, Soho Cafe, Stroom, Tobasa Hotel Danau Toba Internasional, Elite, dan lainnya. Ia dan teman-temannya menjaring pelanggan baru di sana.

Pelanggan-pelanggan MA biasanya berasal dari luar kota seperti Aceh, Siantar, Kisaran, dan Labuhan Batu. Pelanggannya berprofesi sebagai pengusaha kelapa sawit, PNS, hingga kontraktor. Setelah berkenalan atau dikenalkan oleh tubang yang pernah dilayani MA, mereka akan check-in di hotel-hotel yang ada di Kota Medan. Diantaranya adalah Copa Cobana, Asean Internasional Hotel, Hotel Danau Toba Internasional, Pardede, Grand Aston, hingga hotel-hotel kelas melati yang ada di sepanjang Padang Bulan.

Saat ini MA tidak bekerja dengan germo lain. Bahkan ia juga menjadi germo dengan beberapa anak-anak yang juga masih dibawah umur. Ia menyalurkan 4 orang

61

PSK. Anak-anak yang disalurkannya juga biasa nongkrong dengan MA di tempat-tempat hiburan malam di Kota Medan. Selain mendapatkan uang dengan melayani tamu sendiri, MA akan mendapatkan komisi dari anak-anak yang disalurkannya. Selain itu, MA sekarang bekerja sebagai sales promotion girl (SPG) di salah satu dealer sepeda motor dan mobil di daerah Adam Malik. Dari profesinya sebagai seorang SPG, ia juga mengaku mendapatkan pelanggan-pelanggan baru. Namun menurut pengakuan MA, yang namanya uang setan akan selalu di makan hantu. MA mengaku tidak memiliki tabungan dari penghasilannya selama ia bekerja sebagai seorang PSK.

“Mungkin muka aku udah kelihatan kali ya bang. Misalnya lagi bagi-bagi brosur kalau ada pameran, ada aja tubang-tubang itu yang minta nomer handphone. Tau aja mereka kalau aku melacur.”

Mengenai kekerasan yang pernah ia dapatkan saat melayani tamu, ia bilang pernah dilecehkan oleh tamunya di Hotel Danau Toba Internasional. Saat itu tamu yang dilayaninya berasal dari Malaysia. Dengan bayaran yang dijanjikan, seharusnya MA hanya melayaninya short time, namun pelanggannya minta lebih dari itu dan di tampar. Ia melarikan diri dari hotel dan mulai dari kejadian yang terjadi padanya tersebut, MA sekarang lebih selektif memilih tamu yang harus dilayaninya. Ia tidak menerima tamu melalui BBM, LINE atau Whatsapp. Ia hanya menerima tamu dari orang-orang yang dikenalnya.

62 5.2.3 Informan III

Nama : AP

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 18 Tahun

Pendidikan : Tamat SMA

Alamat : Jalan Sisingamangaraja

Informan ketiga dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki berusia 18 tahun. Ia berinisial AP dan sudah menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA tahun lalu. AP mengenal aktivitas seksual sejak ia kelas 6 SD. Saat itu ada tetangga rumahnya, seorang laki-laki yang berusia 20 tahunan menawarkan permen kepadanya. Ia diajak ke rumah laki-laki tersebut dan memutarkan video porno. Seperti yang dijanjikan, si laki-laki tersebut akan memberikan AP permen apabila ia mengoral kemaluannya. Akhirnya dengan iming-iming permen tadi, AP mau melakukannya. AP juga mendapatkan permen yang dijanjikan di awal. Dari sana awalnya AP mulai menyukai sesama laki-laki.

Setelah tamat SD, AP melanjutkan pendidikannya ke salah satu SMP negeri di Kota Medan. AP memang hobby bermain futsal. Ia biasa bermain futsal dengan teman-temannya. Di salah satu lapangan futsal di daerah Sisingamangaraja, ia bermain futsal dengan teman-temannya. Disana, ia dikenalkan dengan seorang laki-laki dewasa berusia 56 tahun yang sering mereka panggil Om Bobby oleh seorang kakak kelasnya. Ternyata, kakak kelasnya tersebut dulu juga seperti dirinya, dikenalkan oleh kakak kelasnya yang lain sehingga cara ini menjadi tradisi turun temurun bagi mereka yang sering bermain futsal di sana.

63

“Waktu itu dikenalkan kami bang sama kakak kelas sama Om Bobby. Waktu itu kami ada bertiga. Setelah kenalan kami dibawa naik mobilnya ke rumahnya di Setia Budi. Disana dia mengoral kemaluan kami satu per satu. Setelah ‘nembak’ dia ngasih kami uang 300 ribu per orang. Siap itu kami diantar pulang ngambil angkot.”

Setelah kejadian hari itu, AP sering dihubungi Om Bobby untuk melakukan hal serupa. Setiap mereka melakukannya, AP selalu diberi uang jajan. AP berhubungan dengan Om Bobby sampai sekitar tiga bulan. Ia selalu dijemput Om Bobby di lapangan futsal, tempat mereka pertama kali bertemu. Begitu juga teman-teman AP yang lainnya. Dengan Om Bobby AP mengaku hanya di oral oleh Om Bobby tanpa melakukan hubungan seksual lainnya.

Terbiasa dengan uang jajan berlebih dan kenikmatan yang AP dapatkan, AP mulai mencari-cari tamu untuk dilayaninya. Ia membuat akun Facebook yang berisi foto-foto dirinya dengan tanpa busana dan seksi. Saat SMP, ia bisa melayani hingga tiga tamu dalam sehari. Biasanya, AP akan mendatangi rumah tamu yang membutuhkan pelayannya atau ia di jemput di rumahnya. Hal inilah yang membuat orang tuanya tidak curiga. Sebab, ia selalu diijinkan untuk keluar rumah apabila dijemput temannya ke rumah.

AP tinggal bersama orang tuanya di Jalan Sisingamangaraja. Ayah dan Ibunya sehari-hari berdagang bandrek tak jauh dari rumah mereka tinggal. Apabila AP pulang sekolah, ia sering membantu orang tuanya berjualan. Ia juga tidak mengikuti les tambahan selain jam sekolah. Setiap hari, ia pulang sekolah tepat waktu, tidak pergi bersama teman-temannya sepulang sekolah. Namun, karena hanya dia yang berada dirumah dan orang tuanya berjualan, ia sering merasa bosan di

64

rumah. Ia pergi keluar rumah dengan tidak berpamitan kepada orang tuanya. AP mengaku orang tuanya sudah maklum kalau anaknya bosan berada di rumah dan pergi bermain keluar rumah ketika siang hari.

AP menjadi PSK hanya dengan laki-laki saja. Ia tidak hanya berperan sebagai perempuan saat melakukan hubungan seks, namun bisa juga sebagai laki-laki. Menurut penuturan AP, tergantung tamu yang memesannya, lebih sissy atau tidak darinya. Beberapa syarat yang ia buat menjadi tamu yang dilayaninya adalah tidak tua, ganteng, dan tidak gendut. Berhubung ia memang menyukai laki-laki daripada perempuan, ia selektif memilih tamu. Terkhusus untuk yang dia sukai, ia tak pernah menerima imbalan atas pelayanan yang ia berikan.

AP pernah berpacaran dengan mahasiswa salah satu universitas di Kota Medan. Biasanya mereka berpacaran di warnet dekat SMA-nya. Selama berpacaran, AP selalu di biayai oleh pacarnya tersebut. Dengan pacarnya, AP juga sering melakukan hubungan seksual. Orang tuanya tidak mengetahui apa yang ia lakukan di luar, namun teman-temannya tahu apa yang ia lakukan. Tidak ada aturan jam malam yang diberlakukan oleh orang tuanya yang penting AP selalu berpamitan kepada orang tuanya meskipun harus menginap di tempat temannya.

Teman-teman yang dekat dengan AP sebagian besar berusia lebih tua darinya. Menurut AP berteman dengan teman-teman yang berusia lebih tua darinya lebih nyaman dan nyambung untuk bercerita. Mereka berasal dari tempat ia tinggal. Teman-teman seumurannya juga banyak, namun tidak selalu ada menurut AP.

“Kalau kawan untuk senang-senang kan banyak bang. Mereka tau aku banyak uang pasti mendekat. Apalagi aku orangnya royal sama kawan bang.”

65

Menurut hasil wawancara peneliti dengan AP, dengan kemajuan teknologi sekarang prostitusi semakin banyak terjadi. Semakin banyak anak-anak seperti dia yang menjajakan diri di media-media sosial. Namun dengan maraknya razia prostitusi online saat ini, AP bilang PSK-PSK online sepertinya semakin berhati-hati menerima tamu. Selain itu, tarif yang biasa ia dapatkan tidak sebesar pertama kali ia menjadi PSK. Sekarang, 200 ribu rupiah sudah menjadi tarif tertinggi yang di dapatkannya dari pelanggan.

“Sekarang kita bersaing bang. Udah makin banyak yang ngasih dirinya gratis. Apalagilah yang bayar kayak kita ini. Cuma dibayar cepek aja pun udah lumayan bang.”

Selain menjadi PSK, kini AP pun mulai menjaring anak-anak yang lebih muda darinya menjadi PSK. Ada tiga orang anak yang masih duduk di bangku SMP yang kini ditawarkannya kepada tamu. JS ada salah satu anak yang ditawarkan AP. Namun, anak-anak yang ditawarkannya ini hanya berperan sebagai laki-laki. Karena menurutnya anak-anak tersebut hanya mau enaknya aja dan dapat uang jajan.

AP bukanlah PSK yang nongkrong di tempat-tempat hiburan malam. Ia lebih senang online di warnet atau melalui handphone-nya di rumah, sebab ia harus sambil membantu orang tuanya. Selain itu, ia memanfaatkan beberapa aplikasi chatting khusus sesama laki-laki seperti Grindr. Karena ia telah tamat SMA, sehabis lebaran tahun ini ia akan pergi ke Batam untuk mencari pekerjaan.

66 5.2.4 Informan IV

Nama : RS

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 17 Tahun

Pendidikan : Tamat SMA Alamat : Jalan Ayahanda

Informan keempat adalah seorang perempuan yang baru saja menyelesaikan pendidikannya dari bangku SMA di Lubuk Pakam. Ia baru berusia 17 tahun dan berinisial RS. Ia merupakan anak yang ditawarkan MA sebagai PSK. RS tinggal dalam satu tempat kos yang sama dengan MA namun tidak satu kamar. Sama seperti MA, RS tidak mempunyai aturan jam malam yang harus ditaatinya setiap hari. Selain itu, karena orang tuanya tinggal di Lubuk Pakam ketika ingin bepergian keluar rumah, ia tak harus berpamitan dengan orang tuanya. Semua serba bebas, tidak ada yang melarangnya.

Awal RS menjadi PSK adalah ketika ia duduk di bangku kelas 2 SMA. Setiap akhir pekan ia dan teman-temannya sering bermain ke Medan. Untuk sekedar menikmati kehidupan malam di Kota Medan. Biasanya mereka pergi ke diskotik atau club-club malam. Berawal dari Soho Cafe yang terletak di Capital Building, RS berkenalan dengan seorang tubang yang berprofesi sebagai PNS BKKBN Kota Pematang Siantar. RS berkenalan dengan tubang tersebut dan selanjutnya check-in di

Dokumen terkait