• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2. Keragaan Minyak Kelapa Sawit Dunia

5.2.1. Ekspor Minyak Kelapa Sawit

5.2.1.1. Ekspor, Konsumsi dan Produksi Minyak

areal dan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia menurut pelaku usaha perkebunan disajikan pada Tabel 5.

Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (XSI) dipengaruhi oleh harga ekspor (HESI), laju perubahan harga domestik (RHDSI), nilai tukar (ERI), pajak ekspor (PESI) dan penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor (SXSI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama.

Tabel 5. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor, Konsumsi, Luas Areal dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Indonesia, Tahun 1980-2008

Variabel Simbol Parameter t Value

Elastisitas Jangka Pendek

Jangka Panjang Ekspor M. Kelapa Sawit Indonesia (XSI)

Intercept 1.4058 1.14

Harga ekspor riil minyak kelapa sawit

Indonesia HESI -453.43 -0.82 - 0.070 - Laju perubahan harga domestik riil minyak

kelapa sawit Indonesia RHDSI 0.0083 0.19 - 0.001 - Nilai tukar riil Indonesia ERI -57.94 -2.92 - 0.008 -

Pajak ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia PESI 0.89607 25.13 A 0.026 - Penawaran pasar ekspor minyak kelapa

sawit Indonesia SXSI 1.4058 1.14 A R2= 0.987 R2-Adj = 0.984 F-hitung = 320.67 Dw = 1.92565 dh = - Konsumsi M. Kelapa Sawit Indonesia (CSI)

Intercept -3450.09 -2.38 Harga domestik riil minyak kelapa sawit

Indonesia HDSI -0.05438 -1.31 F 0.056 0.185 Laju perubahan harga dunia riil minyak

bumi RHCOW 961.70340 0.72 - 0.001 0.002 Populasi Indonesia POPI 23.42292 2.55 B 1.186 3.900 Lag konsumsi minyak kelapa sawit

Indonesia LCSI 0.69584 4.77 A R2= 0.987 R2-Adj = 0.985 F-hitung = 398.70 Dw = 1.98653 dh = 0.05 Luas areal TM PBN (LASMIN)

Lag harga domestik riil minyak kelapa

sawit Indonesia LHDSI 0.08933 3.24 A 0.065 - Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -1.12078 -2.59 B 0.003 - Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBN L3LASIN 0.85870 34.38 A 0.925 -

R2= 0.998 R2-Adj = 0.997 F-hitung = 3441.04 Dw = 1.52554 dh = - Luas areal TM PBS (LASMIS)

Intercept 243.901 0.69 Lag harga ekspor riil minyak kelapa sawit

Indonesia LHESI 0.116 0.26 - 0.023 - Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.211 -0.06 - 0.0002 - Tingkat upah riil perkebunan Indonesia USPI -0.437 -0.84 - 0.144 - Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBS L3LASIS 0.805 22.05 A 1.000 -

R2= 0.960 R2-Adj = 0.952 F-hitung = 126.36 Dw = 0.374684 dh = - Luas areal TM PR (LASMIR)

Intercept 72.46956 0.57 Lag harga domestik riil minyak kelapa sawit

Indonesia LHDSI 0.01385 1.04 - 0.040 - Tingkat upah riil perkebunan Indonesia USPI -0.24278 -1.32 E 0.095 - Lag luas areal perkebunan sawit PR LLASIR 0.77898 38.34 A 1.016 -

R2= 0.992 R2-Adj = 0.991 F-hitung = 899.01 Dw = 2.03067 dh = - Keterangan:

A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Tabel 5. Lanjutan

Variabel Simbol Parameter t Value

Elastisitas Jangka Pendek

Jangka Panjang Produktivitas areal TM PBN (YIESIN)

Harga ekspor riil minyak kelapa sawit

Indonesia HESI 0.00022 0.25 - 0.034 4.561 Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.00153 -0.20 - 0.001 0.105 Pertambahan areal TM PBN tahun ini DLASMIN -0.00406 -1.84 C 0.003 0.465 Lag produktivitas areal TM PBN LYIESIN 0.99276 9.90 A

R2= 0.993 R2-Adj = 0.991 F-hitung = 733.91 Dw = 2.20989 dh = -0.62 Produktivitas areal TM PBS (YIESIS)

Harga ekspor riil minyak kelapa sawit

Indonesia HESI 0.00104 1.19 F 0.151 1.297 Pertambahan areal TM PBS tahun ini DLASMIS -0.00015 -0.19 - 0.007 0.058 Lag produktivitas areal TM PBS LYIESIS 0.88328 8.95 A

R2= 0.988 R2-Adj = 0.986 F-hitung = 624.47 Dw = 2.39946 dh = -1.18 Produktivitas areal TM PR (YIESIR)

Harga domestik riil minyak kelapa sawit

Indonesia HDSI 0.00009 0.59 - 0.145 0.349 Harga domestik riil minyak kelapa sawit

Indonesia tahun sebelumnya LHDSI 0.00020 1.23 F 0.366 0.882 Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.00817 -0.50 - 0.005 0.011 Pertambahan areal TM PR tahun ini DLASMIR -0.00149 -0.72 - 0.071 0.172 Lag produktivitas areal TM PR LYIESIR 0.58475 3.17 A

R2= 0.941 R2-Adj = 0.927 F-hitung = 67.36 Dw = 2.64481 dh = -4.89 Keterangan:

A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor dan pajak ekspor. Variabel penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor. Peningkatan volume penawaran sebesar 1% akan meningkatkan ekspor sebesar 0.89%. Nilai elastisitas pada jangka pendek mendekati unitary elastis, yaitu sebesar 0.95.

Penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor merupakan selisih antara total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia (CSI). Total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia merupakan penjumlahan dari stok awal tahun (STOKSI) dan produksi minyak kelapa sawit Indonesia (PRODSI).

Variabel lain yang nyata mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah pajak ekspor (PESI), namun mempunyai pengaruh negatif. Peningkatan pajak ekspor sebesar 1% akan menurunkan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 58 ribu ton, dari rerata volume ekspor tahun 1980- 2008 sebesar 3,6 juta ton, atau sekitar 1.61%. Variabel eksogen lainnya yaitu harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI) dan nilai tukar (ERI) mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor, sedangkan variabel laju perubahan harga domestik (RHDSI) memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor. Ketoga variabel eksogen tidak memiliki dampak perubahan yang besar terhadap terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dan secara statistik nyata pada taraf >25%.

Konsumsi minyak kelapa sawt Indonesia (CSI) dipengaruhi oleh variabel harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI), laju perubahan harga minyak bumi (RHCOW), jumlah populasi (POPI) dan lag konsumsi (LCSI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia terutama dipengaruhi oleh lag konsumsi, populasi dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut pada taraf 1% , 5% dan 25%.

Variabel eksogen populasi Indonesia (POPI) berpengaruh positif terhadap konsumsi. Setiap tambahan populasi sebanyak 1000 jiwa akan meningkatkan konsumsi sebesar 23.42 ton/tahun, dari rerata volume konsumsi tahun 1980-2008 sebesar 2,35 juta ton/tahun, atau sekitar 1%. Konsumsi minyak kelapa sawit bersifat responsif terhadap perubahan populasi, khususnya pada jangka panjang

yang memiliki nilai elastisitas 3.3 kali lebih besar dari nilai elastisitas jangka pendek. Fenomena ini terkait dengan diversifikasi produk minyak kelapa sawit yang relatif masih kecil dalam konsumsi dan menjadikan pengaruh POPI lebih tergantung kepada jumlah populasi itu sendiri. Jenis penggunaan dalam konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia didominasi sebagai bahan baku minyak goreng nasional. Sekitar 77% dari volume konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia adalah untuk pasokan bahan baku minyak goreng nasional (Jakarta Futures Exchange, 2008).

Variabel harga domestik (HDSI) memiliki pengaruh negatif terhadap konsumsi, sedangkan variabel laju perubahan harga dunia minyak bumi (RHCOW) mempunyai pengaruh positif terhadap konsumsi. Namun, konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia bersifat tidak responsif terhadap perubahan kedua variabel tersebut. Seperti halnya pengaruh POPI terhadap CSI, fenomena ini terkait dengan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng nasional dan relatif masih kecilnya diversifikasi produk dalam konsumsi, termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai produk subsitusi minyak bumi. Selain itu dipengaruhi juga oleh kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjamin ketersediaan pasokan minyak kelapa sawit di dalam negeri.

Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Negara (LASMIN) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99.80% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan LASMIN meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju laju kenaikan harga pupuk (RHCPI) dan lag tiga luas areal perkebunan kelapa sawit

PBN (L3LASIN). Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIN dipengaruhi secara nyata pada taraf 1% oleh variabel LHESI dan L3LASIN, sedangkan RHCPI berpengaruh nyata pada taraf 5%. Variabel eksogen lag harga ekspor (LHESI) dan lag tiga luas areal perkebunan PBN (L3LASIN) memiliki pengaruh positif, sedangkan variabel eksogen laju kenaikan harga pupuk (RHCPI) memiliki pengaruh negatif terhadap LASMIN.

Luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN relatif responsif terhadap perubahan L3LASIN dan tidak responsif terhadap perubahan variabel LHESI maupun RHCPI. Diketahui dalam kultur teknis kelapa sawit diperlukan waktu sekitar 3 tahun fase tanaman belum menghasilkan. PBN selaku pelaku usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif lebih didasarkan kepada umur tanaman dibandingkan terhadap variabel harga produk maupun harga pupuk.

Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Swasta (LASMIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 96% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan LASMIS meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju kenaikan harga pupuk (RHCPI), upah tenaga kerja perkebunan (USPI) dan lag tiga luas areal perkebunan kelapa sawit PBS (L3LASIS). Dilihat dari nilai t- hitung, maka LASMIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel L3LASIS pada taraf 1%. Pada jangka pendek, LASMIS relatif bersifat responsif terhadap perubahan L3LASIS, dan tidak responsif terhadap perubahan tiga variabel eksogen lainnya. Seperti halnya PBN, PBS selaku pelaku usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif

lebih didasarkan kepada umur tanaman dibandingkan terhadap variabel harga produk maupun harga pupuk.

Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Rakyat (LASMIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan LASMIR meliputi lag harga domestik (LHDSI), upah tenaga kerja perkebunan (USPI) dan lag luas areal perkebunan kelapa sawit PR (LLASIR). Harga domestik lebih menjadi acuan bagi PR daripada harga ekspor terkait dengan pemasaran minyak kelapa sawit PR yang berupa titip olah di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit milik PBN maupun PBS. Penggunaan variabel lag satu luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat (LLASIR) dalam persamaan LASMIR dan variabel USPI terkait dengan besarnya keragaman penerapan kultur teknis dan profesionalisme pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang diterapkan oleh PR. Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIR hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LLASIR pada taraf 1% dan variabel USPI pada taraf 20%. Pada jangka pendek, LASMIR bersifat responsif terhadap perubahan LLASIR bersifat elastis, sedangkan tiga variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang besar terhadap luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan perkebunan rakyat.

Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Negara (YIESIN) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Produktivitas yang digunakan dalam peneltian ini setara dengan pencapaian ton minyak kelapa sawit mentah per ha tanaman menghasilkan (ton CPO/ha TM). Variabel eksogen

dalam persamaan YIESIN meliputi harga ekspor (HESI), laju kenaikan harga pupuk (RHCPI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN tahun ini (DLASMIN) dan lag produktivitas PBN (LYIESIN). Dilihat dari nilai t- hitung, maka YIESIN hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIN pada taraf 1% dan DLASMIN pada taraf 10%.

Nilai elastisitas jangka pendek seluruh variabel eksogen bersifat inelastis atau dengan perkataan lain ketiga variabel eksogen tersebut tidak memiliki dampak yang besar terhadap perubahan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN. Pada jangka panjang, YIESIN bersifat responsif terhadap perubahan harga ekspor. Kondisi ini terkait dengan sifat utama industri kelapa sawit di sektor hulu (ket: perkebunan kelapa sawit), antara lain: (1) luas areal maupun luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan cenderung rigid untuk

turun, (2) pertimbangan dalam keputusan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) untuk dipanen tidak hanya didasarkan pertimbangan harga yang diterima saat ini tetapi memperhatikan siklus produksi TBS, khususnya bagi perkebunan besar, (3) tujuan akhir proses produksi TBS adalah menghasilkan minyak dengan sifat TBS yang mudah rusak (perishable) dan harus segera diolah menjadi minyak, dan (4)

di perkebunan besar, pencapaian produktivitas menjadi indikator penilaian kinerja pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Variabel HESI yang elastis pada jangka panjang menggambarkan prospek usaha kelapa sawit di masa depan mempengaruhi produktivitas PBN.

Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Swasta (YIESIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel

eksogen dalam persamaan YIESIS meliputi harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBS tahun ini (DLASMIS) dan lag produktivitas PBS (LYIESIS). Dilihat dari nilai t- hitung, maka YIESIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIS pada taraf 1% dan variabel HESI pada taraf 25%. Seperti halnya YIESIN, pada jangka pendek, YIESIS tidak responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen, dan pada jangka panjang YIESIS bersifat responsif terhadap perubahan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Rakyat (YIESIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 94% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan YIESIR meliputi harga domestik (HDSI), harga domestik tahun sebelumnya (LHDSI), pertumbuhan harga pupuk (RHCPI),tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PR tahun ini (DLASMIR), dan lag produktivitas PR (LYIESIR). Dilihat dari nilai t-hitung, maka YIESIR dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIR pada taraf 1% dan LHDSI pada taraf 25%. Pada jangka pendek maupun jangka panjang, YIESIR tidak responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen.

5.2.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia

Keragaan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 6. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM) dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM), pajak ekspor (PESM), stok minyak kelapa sawit Malaysia (STOKSM), produksi (PRODSM) dan lag ekspor (LXSM). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor

minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kelapa sawit Malaysia dipengaruhi oleh lag ekspor dan produksi minyak kelapa sawit Malayasia berturut-turut pada taraf 5% dan 10%.

Tabel 6. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia, Tahun 1980-2008

Variabel Simbol Parameter t Value

Elastisitas Jangka Pendek

Jangka Panjang Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM)

Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Malaysia HESM 0.06986 0.06 - 0.003 0.005 Pajak ekspor minyak kelapa sawit Malaysia PESM -6.67733 -0.21 - 0.003 0.006 Stok minyak kelapa sawit Malaysia STOKSM 0.81246 1.10 - 0.094 0.176 Produksi Minyak kelapa sawit Malaysia PRODSM 0.38892 2.07 C 0.469 0.877 Lag ekspor minyak kelapa sawit Malaysia LXSM 0.46543 2.10 B

R2= 0.995 R2-Adj = 0.994 F-hitung = 881.01 Dw = 2.91564 dh = - Keterangan:

A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang seluruh variabel eksogen bersifat inelastis. Untuk variabel harga ekspor, kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Suryana (1986) dan Zulkifli (2000) yang menyimpulkan bahwa respon ekspor minyak kelapa sawit kasar Indonesia dan Malaysia bersifat inelastis terhadap perubahan harga. Fenomena tersebut terkait dengan minyak kelapa sawit sebagai hasil komoditas perkebunan dengan karakteristik memiliki umur produksi yang panjang dan sebuah siklus produksi. Pengaruh produksi minyak kelapa sawit Malaysia terhadap ekspor minyak kelapa sawit Malaysia relatif lebih besar dibandingkan variabel eksogen lainnya. Kondisi ini terkait dengan kesimbangan antara volume produksi dan kebutuhan untuk konsumsi Malaysia. Diketahui persentase konsumsi terhadap volume produksi minyak kelapa sawit Malaysia

sekitar 18% (Oil World, 2011) atau dengan perkataan lain masih terdapat sisa poroduksi yang relatif besar untuk kegiatan ekspor.

Selain sebagai hasil komoditas perkebunan, kebijakan pemerintah Malaysia yang mendorong pengaturan volume produksi minyak kelapa sawit Malaysia (ket: seperti pemberian replanting incentive scheme tahun 2002-2006)

dan pengembangan industri hilir pengolahan minyak sawit kasar menjadikan pengaruh perubahan produksi terhadap ekspor Malaysia bersifat inelastis. Fenomena ini juga menjelaskan pengaruh perubahan stok dan pajak ekspor terhadap ekspor Malaysia yang bersifat inelastis.

Dokumen terkait