• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Struktur Drama “Sebelum Sembahyang”

4.2.1 Alur Drama “Sebelum Sembahyang”

4.2.1.1 Eksposisi atau Paparan

Pemaparan adalah bagian karya sastra drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Dalam tahapan ini pengarang memperkenalkan cara tokoh, menjelaskan tempat peristiwa, dan menggambarkan peristiwa yang akan terjadi (Sudjiman, 1988: 30). Pemaparan ini meliputi pemaparan munculnya para copet pada sebuah gang sepi dekat masjid pada sebuah desa yang sedang memperdebatkan masa lalu yang mereka sebelum menjadi seorang copet dan

menggodanya dan berniat mencopet serta memperkosanya. Setelah itu, muncullah Pak Kiai yang sedang lewat menuju masjid dan mencoba menghentikan para copet berbuat jahat, tetapi para copet menentang Pak Kiai dan akhirnya terjadi perkelahian antara Pak Kiai dan para copet. Adapun tokoh-tokoh dalam drama serta latarnya sebagai berikut. Para Pelaku 1. Copet I 2. Copet II 3. Copet III 4. Copet IV 5. Kiai 6. Wanita

Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah masjid pada sebuah desa. Terdengar kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.

4.2.1.2 Rangsangan

Rangsangan adalah tahapan alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, dan pandangan yang saling bertentangan dalam drama. Rangsangan yang terjadi pada drama “Sebelum Sembahyang” pada saat para copet sedang bercakap-cakap, mereka melihat seorang wanita muslim lewat yang akan pergi shalat. Para copet mendekati wanita muslim tersebut dan mengelaurkan kata-kata gombal untuk merayunya, tetapi wanita muslim ini cukup berani untuk berhenti lalu menatap para copet itu satu per satu. Hal ini ditunjukan dalam kutipan berikut:

52. Copet II, III, IV : O, tidak, tidak!

(Tiba-tiba datanglah seorang wanita berkerudung sambil membawa mukena dan sajadah untuk shalat). (Ismadi, hal 63).

53. Copet III : Ssst! Lihat, tuh! Ada mangsa datang! (Ismadi, hal 63 )

54. Copet II : O, iya! Waduh cantiknya, Meks! (Ismadi, hal 63) 55. Copet IV : Stop, Nona! Mau ke mana? (Wanita muslim itu

60. Wanita Muslim : Minggir. (Sambil pasang kuda-kuda) (Ismadi, hal 64)

61. Copet IV : Oit, melotot. Aksi! Mau melawan, ya?

(Copet IV mendekat akan mencolek, tiba-tiba tangannya ditangkap dan diplintir, lalu ditendang) (Ismadi, hal 64)

4.2.1.3 Gawatan

Gawatan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi. Dengan adanya tegangan menjadikan penonton menyebabkan terpancing keingintahuannya akan kelanjutan cerita serta penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh.

Dalam menumbuhkan gawatan pada drama “Sebelum Sembahyang” pengarang mencoba dengan dialog yang terjadi antara copet I menghentikan keributan yang dianggap spele dan mengarahkan pandangan mereka pada wanita yang akan menjadi mangsa mereka yang rencananya akan dicopet dan perkosa. Tetapi rencana mereka dicegat oleh Pak Kiai.

66. Copet I : Sudah, sudah, perkara sepele saja diributkan. Kan sekarang ada perkara yang lebih menarik dan menguntungkan. Tuh, tuh lihat dia mau pergi. Heit, heit, mau pergi ke mana, nih. Ayo, Kawan cepat. Kita gasak saja. Kita preteli

perhiasannya. Kita perkosa orangnya. (Tiba-tiba datang seorang Kiai) (Ismadi, hal 64)

67. Kiai : Ha...ha...ha... Sungguh pemandangan yang lucu.

Empat ekor serigala kelaparan mencoba memangsa kelinci tak berdaya.Sungguh tak seimbang. (Ismadi, hal 64)

4.2.1.4 Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan satu diantaranya diwakili oleh manusia atau pribadi yang biasanya

copet, memerintahkkan Zubbaidah minyingkir dan Pak Kiai menghadapi para copet yang tak ingin mundur dari cegatan Pak Kiai.

68. Wanita Muslim : Guru! (Ismadi, hal 64)

69. Kiai : Minggirlah, Zubbaidah, mereka bukan lawanmu. Dan mereka memang patut diberi pelajaran. (Ismadi, hal 64)

70. Copet I :Siapa kamu? Minggir! Kalau tidak parangku, Kiai

Kalamenjing ini, akan merobek tubuhmu. (Ismadi, hal 64) 71. Kiai : Oke,aku tidak mau minggir. Kalau memang penasaran

majulah! (Ismadi, hal 64)

4.2.1.5 Rumitan

Rumitan adalah pemaparan tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. Rumitan mempersiapkan penonton untuk menerima dampak dari klimaks. Dalam drama “Sebelum Sembahyang” dapat dilihat terjadi perkelahian antara Pak Kiai dan para copet. Perkelahian berawal ketika para copet mencoba berbuat jahat kepada seorang wanita, lalu datang Pak Kiai datang untuk menceganya. Dalam kutipan ditunukkan sebagai berikut:

72. Copet I : Bangsat!

(Terjadi perkelahian, Kiai dikerubuti, tetapi tetap unggul) (Ismadi, hal 64)

73. Copet III : Aduh, waduh bingung. Aku kapok. Pak Kiai, kapok! (Ismadi, hal 65)

74. Copet IV : Waduh kepalaku banjut. Ampun! (Ismadi, hal 65)

75. Copet II : Seluruh tubuhku rasanya ngilu semuanya. Jangan, Pak Kiai, saya jangan dipukuli lagi. (Ismadi, hal 65)

4.2.1.6 Klimaks

Klimaks adalah titik puncak sebuah cerita. Peristiwa dalam tahap ini adalah mengubah dari nasib seorang tokoh. Rumitan merupakan puncak yang diikuti krisis atau titik balik. Dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini dapat dilihat ketika para copet melawan Pak Kiai seorang diri, tetapi dengan keberanian Pak Kiai tetap unggul

para copet, mereka akhirnya menjadi kapok. Kemudian Pak Kiai memberikan nasihat kepada para copet untuk tidak berbuat jahat lagi. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

76. Copet I : Saya juga kapok, Pak Kiai. (Ismadi, hal 65) 77. Kiai : Benarkah kalian sudah kapok? (Ismadi, hal 65) 78. Copet I : Iya, Pak Kiai. Sungguh! (Ismadi, hal 65)

89. Kiai : Pada mulanya kalian ini adalah fitrah. Namun orang tuamu telah salah dalam menjuruskan kalian. Di samping kalian sendiri salah dalam memilih teman bergaul. Saya tidak akan berkata panjang lebar. Hanya saya akan menawarkan pada kalian. Jika kalian ingin meluruskan jalan kalian, saya sanggup memberi petunjuk. Jika tidak, toh itu urusan kalian juga. Aku akan segera meneruskan perjalanan. (Ismadi, hal 65- 66)

4.2.1.7 Leraian

Tahap leraian merupakan bagian dari alur setelah tercapainya klimaks dan krisis, merupakan peristiwa yang menunjukan perkembangan lakuan kearah selesaian. Dalam hal ini kadar pertentangan mereda. Ketengangan emosional menyusut. Suasana panas mulai mendingin. Menuju kembali pada keadaan semula seperti sebelum terjadi pertentangan leraian dalam teks drama ini ditandai dengan nasehat sekaligus tawaran untuk memberikan petunjuk yang diberikan oleh Pak Kiai supaya para copet kembali meluruskan jalan mereka masing-masing.

90. Copet II :Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita tellah ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-lama bosan juga Pikiran selalu tidak tenang dan khawatir. Oh aku jadi ingat sebuah nasihat.“Bahwa Tuhan tidak akan

mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak mau mengubah”. Betul begitu bukan, Pak Kiai? (Ismadi, hal 66) 91. Kiai :Ya, demikianlah. Sekarang bagaimana? (Ismadi, hal 66) 92. Copet III : Saya nurut saja, deh, kepada Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)

Dokumen terkait