• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.7.1 Ekstraksi Buah lerak

Buah lerak 1 kg dicuci bersih dengan air mengalir (Gambar 19) kemudian diambil bijinya lalu ditimbang sebanyak 940 gram (Gambar 20) dan daging buah dipotong kecil selebar ± 3 mm (Gambar 21) lalu dikeringkan dalam lemari pengering (Gambar 22) pada temperatur ± 40°C selama seminggu (Gambar 23). Potongan daging buah yang telah kering ditimbang sebanyak 550 gram (Gambar 24), kemudian dihaluskan dengan blender (Gambar 25) dan didapat serbuk simplisia 500 gram (Gambar 26) lalu disimpan dalam wadah plastik tertutup. Tambahkan etanol 70% sebanyak 800 ml untuk dimaserasi (Gambar 27) lalu disimpan dalam wadah tertutup dan diamkan selama 3 jam sambil sesekali diaduk (Gambar 28). Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator (Gambar 29) sambil sesekali ditekan, kemudian tuangkan etanol 70% sebanyak 200 ml. Biarkan sampai cairan mulai menetes, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Buka keran perkolator dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan ± 20 tetes/ menit, etanol ditambahkan berulang- ulang secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia. Perkolasi dihentikan jika cairan yang keluar terakhir (perkolat) sudah jernih. Perkolat diuapkan dengan vaccum rotavavor (Gambar 30) pada suhu tidak lebih dari 50° C hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi seperti madu. Ekstrak lerak dimasukkan ke dalam botol kaca lalu disimpan dalam kulkas.

Gambar 21. Pemotongan daging Gambar 22. Buah lerak yang sudah buah lerak dipotong dikeringkan dalam lemari pengering

Gambar 23. Potongan lerak di Gambar 24. Potongan lerak yang lemari pengering sudah kering

Gambar 25. Potongan lerak yang sudah Gambar 26. Simplisia lerak kering dihaluskan dengan blender

Gambar 27. Penambahan etanol Gambar 28. Serbuk simpilisa yang 70% untuk maserasi telah ditambah etanol 70% didiamkan selama

3 jam sambil sesekali

diaduk

Gambar 29. Simplisia di dalam Gambar 30. Perkolat diuapkan

4.7.3 Perlakuan Sampel

Mahkota gigi dipotong sampai batas cementoenamel junction, lalu panjang kerja seluruh sampel ditentukan dengan mengukur panjang gigi dan dikurangi 1 mm. Kemudian, irigasi saluran akar menggunakan spuit 5 ml dengan jenis jarum two-side vented berukuran 30G. Pengaplikasian teknik irigasi ini dengan jarum irigasi dibengkokkan dan posisi jarum hendaknya longgar di dalam saluran akar dengan tujuan agar terjadi refluks dari bahan irigasi dan debris akan terbawa ke koronal saluran akar. Panjang penetrasi jarum yang direkomendasikan adalah 1 mm dari panjang kerja. Pemberian bahan irigasi sesuai dengan kelompok perlakuan masing- masing yaitu:

• Kelompok I :

Irigasi awal dengan larutan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 5 ml selama 60 detik , setiap pergantian instrumen diirigasi dengan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 3 ml selama 36 detik dan irigasi final dengan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 5 ml selama 60 detik. Bilas dengan larutan salin sebanyak 2 ml

• Kelompok II :

Irigasi awal dengan larutan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 5 ml selama 60 detik dan NaOCl 2,5% sebanyak 5 ml selama 60 detik, setiap pergantian instrumen diirigasi dengan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 3 ml selama 36 detik dan NaOCl 2,5% sebanyak 3 ml selama 36 detik dan irigasi final dengan NaOCl 2,5% sebanyak 5 ml selama 60 detik. Bilas dengan larutan salin sebanyak 2 ml

• Kelompok III :

Irigasi awal dengan larutan NaOCl 2,5% sebanyak 5 ml selama 60 detik, setiap pergantian instrumen diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% sebanyak 3 ml selama 36 detik, setelah selesai preparasi diirigasi dengan EDTA 17% sebanyak 5 ml selama 60 detik dan final rinse dengan salin sebanyak 2 ml.

Irigasi awal dengan larutan salin sebanyak 5 ml selama 60 detik, setiap pergantian instrumen diirigasi dengan larutan salin sebanyak 3 ml selama 36 detik dan irigasi final dengan larutan salin sebanyak 5 selama 60 detik.

Setelah irigasi awal sesuai dengan kelompok perlakuan masing- masing, preparasi saluran akar menggunakan teknik crown-down pressureless menggunakan ProTaper Universal NiTi rotary instrument (Dentsply- Maillefer, Switzerland). Sebelum menggunakan file S1, negosisasi dan penentuan glide path saluran akar dengan k-file #10 (Gambar 31) sepanjang seberapa file bisa masuk, irigasi dan negoisasi juga saluran akar dengan k-file #15 (Gambar 32) sepanjang seberapa file bisa masuk sepanjang kerja dan irigasi saluran akar. Kedalaman k-file #15 dapat masuk ke dalam saluran akar dijadikan acuan untuk preparasi dengan file S1 dan S2. Dengan menggunakan endomotor, setiap file ProTaper digunakan pada speed 300 rpm dan torque 2,5 Ncm. Preparasi dengan ProTaper dimulai dengan file S1 (purple ring, size 17, tapering 2% - 11%) sampai kedalaman k-file #15 dengan gerakan brushing (Gambar 33), irigasi dan kemudian preparasi dengan S2 (white ring, size 20, tapering 4% - 11,5) sampai kedalaman k-file #15 dengan gerakan brushing (Gambar 34). Kemudian k-file #10 dinegoisasi sampai sepanjang kerja. Irigasi dan preparasi dengan S1 kemudian S2 sepanjang kerja dengan gerakan brushing. Setiap pergantian file selalu dilakukan konfirmasi apikal patensi dengan k-file #10. Irigasi saluran akar dan preparasi dengan file F1 (yellow ring, size 20, tapering 7%) sampai sepanjang kerja dengan gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 35), irigasi, preparasi dengan F2 (red ring , size 25 dan tapering 8%) sampai sepanjang kerja dengan gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 36), irigasi dan kemudian preparasi dengan F3 (blue ring, size 30, tapering 9%) sampai sepanjang kerja dengan

Gambar 31. Negoisasi saluran akar Gambar 32. Negoisasi saluran akar dengan k-file #10 dengan k-file #15

Gambar 33. Preparasi dengan Gambar 34.Preparasi dengan ProTaper Universal ProTaper Universal

NiTi rotary instrument rotary NiTi instrument

file S1 file S2

Gambar 35. Preparasi dengan Gambar 36. Preparasi dengan ProTaper Universal ProTaper Universal

NiTi rotary instrument NiTi rotary instrument file F1 file F2

Gambar 37. Preparasi dengan Gambar 38. Irigasi saluran ProTaper Universal akar dengan

NiTi rotary instrument ekstrak etanol file F3 buah lerak 25%

4.7.4 Pengamatan pada Sampel

Setelah diirigasi, saluran akar dikeringkan dengan paper point. Kemudian setiap sampel akan diukur dari cementoenamel junction dari arah bukal/lingual sampai ke ujung apeks dengan menggunakan jangka dan penggaris lalu diberi tanda dengan menggunakan spidol hitam. Sampel yang diberi tanda akan bur dengan separating disk dan dibelah dengan menggunakan chisel. Lalu dimasukkan kedalam botol kecil. Sampel kemudian dilihat dibawah Scanning Electron Microscope (SEM) – JEOL JSM-6390A.

Beberapa prosedur harus dilakukan agar sampel dapat masuk ke dalam ruang vacuum yaitu :

1. Sampel diletakkan pada holder sample, dimana sampel dilekatkan dengan double tip dan ditutupi dengan carbon tip agar sampel dapat dilihat pada SEM dan menjadikan sampel menjadi konduktor yang baik.

3. Sampel dimasukkan ke dalam ruang vaccum di dalam SEM (Gambar 40), dilakukan pembesaran 10x dan 1000x. Pembesaran 10x (Gambar 41) dilakukan untuk menentukan daerah sepertiga apikal saluran akar yang dipreparasi (Gambar 42). Untuk pembesaran 1000x, hasil foto akan dibagi menjadi 9 area pengamatan (Gambar 43) lalu dinilai dengan menggunakan metode scoring melalui pengamatan double blind yang dilakukan sebanyak 2x oleh orang yang berbeda. Pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer yang diberikan pada 9 area pengamatan dapat ditentukan dengan penggunaan skor Torabinejad (2003) (Gambar 44).

Gambar 39. Sampel dicoating dengan Gambar 40. Sampel yang telah dicoating

alat Auto Fine Coater dimasukkan ke dalam ruang (JEOL JFC-1600) vaccum pada alat SEM

Gambar 41. Hasil SEM dengan Gambar 42. Daerah yang dilingkari pembesaran 10x akan diamati dengan

Gambar 43. Foto dengan pembesaran 1000x dibagi menjadi 9 area pengamatan

Dokumen terkait