BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Elemen-elemen Modal Sosial
Dilihat dari aspek sosiologis maka elemen-elemen modal sosial terdiri dari :
1. Jaringan Sosial (Social Networks)
Jaringan (network) diartikan sebagai berikut (1) adanya ikatan antar simpul (orang
atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (media sosial). Hubungan ini diikat dengan
kepercayaan; (2) adanya kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama; (3) seperti halnya
sebuah jaringan (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan
beban bersama dan lebih banyak; (4) dalam kerja jaringan itu ada ikatan (simpul) yang tidak
dapat berdiri sendiri, malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaringan itu tidak
bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki lagi. Semua simpul itu menjadi satu
kesatuan dan ikatan yang kuat; (5) media (benang dan kawat) dan simpul tidak dapat
Bonding Social Capital Bridging Social Capital
• Terikat/ketat, jaringan yang eksklusif.
• Perbedaan yang kuat antara orang kami dan orang luar.
• Hanya ada satu alternatif jawaban.
• Sulit menerima arus perubahan.
• Kurang akomodatif terhadap pihak luar.
• Mengutamakan kepentingan kelompok.
• Mengutamakan solidaritas kelompok
• Terbuka.
• Memiliki jaringan yang lebih fleksibel.
• Toleran.
• Memungkinkan untuk memiliki banyak alternatif jawaban dan penyelesaian masalah.
• Akomodatif untuk menerima perubahan.
• Cenderung memiliki sikap yang altruistik, humanitaristik, dan universal.
dipisahkan. Atau antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan; (6) ikatan atau
pengikat (simpul) dalam kapital sosial adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana
ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan (Lawang, 2004:50).
Jaringan sosial terjadi berkat adanya keterkaitan (connectedness) antara individu dan
komunitas. Keterkaitan terwujud di dalam beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun
pada tingkat yang lebih tinggi. Jaringan sosial yang kuat antara sesama anggota dalam
kelompok, mutlak diperlukan dalam menjaga sinergi dan kekompakan. Apalagi jika
kelompok sosial kapital itu bentuknya kelompok formal.
Adanya jaringan-jaringan hubungan sosial antara individu dalam modal sosial
memberikan manfaat dalam konteks pengelolaan sumber daya milik bersama, karena hal
tersebut dapat mempermudah koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan yang bersifat
timbal balik, itulah yang dikatakan Putnam dalam Lubis (2001) tentang jaringan sosial
sebagai salah satu elemen dari modal sosial.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa jaringan sosial merupakan media sosial
yang dimana menghubungkan dan mengikat antara individu dengan individu atau individu
dengan kelompok agar dapat berdiri dan menjadi satu. Melalui jaringan sosial sesama
individu atau kelompok akan saling tahu, saling menginformasikan sesuatu yang bermakna
dan menguntungkan, saling mengingatkan satu sama lain, saling bantu dalam melaksanakan
atau mengatasi suatu masalah.
2. Nilai dan Norma Timbal Balik
Setiap kehidupan sosial senantiasa ditandai dengan adanya aturan-aturan pokok yang
mengatur perilaku anggota-anggota masyarakat yang terdapat di dalam lingkungan sosial
tersebut. Dalam kehidupan manusia terdapat seperangkat pola hubungan yang tertata dengan
baik yang tidak disamai dengan mahluk lain. Pola-pola tersebut meliputi; (a) segala sesuatu
dalam realitas sosial tersebut; (b) Sesuatu yang menjadi pola-pola pedoman untuk mencapai
tujuan dari kehidupan sosial, yang didalamnya terdapat seperangkat perintah dan larangan
berikut sanksinya yang dinamakan sistem norma.
Nilai dan norma merupakan susunan imajinasi artinya sebuah susunan yang hanya ada
karena dibayangkan di dalam pikiran-pikiran dan banyak dipengaruhi oleh daya kreatif
mental. Nilai-nilai yang menjadi kesepakatan bersama di dalam kehidupan sosial adalah
konsep-konsep umum tentang sesuatu yang dicita-citakan, diinginkan atau dianggap baik.
Adapun norma merupakan penjabaran dari nilai-nilai secara terperinci ke dalam bentuk pola-
pola kehidupan sosial yang berisi perintah, anjuran dan larangan yang dijabarkan baik dalam
bentuk tata aturan yang bernilai informal maupun nonformal. Menurut lawang nilai adalah
gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan mempengaruhi perilaku sosial
dari orang yang memiliki nilai itu.
Norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan, kalau struktur jaringan
itu terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antar dua orang. Sifat norma adalah
muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan (Blau 1963 dan Fukuyama 2000), artinya
kalau dalam pertukaran itu keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran
sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu norma yang muncul bukan hanya satu
pertukaran saja. Kalau dari beberapa kali pertukaran prinsip saling menguntungkan dipegang
teguh, maka dari situlah muncul norma dalam bentuk kewajiban sosial, yang intinya
membuat kedua belah pihak merasa diuntungkan dari pertukaran, dengan demikian hubungan
pertukaran itu dipelihara (Blau dalam Lawang, 2004).
3. Hubungan antar Individu/Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Perilaku individu
sebagai interaksi sosial (Here dalam Outhwaite, 2008:397). Interaksi berarti semua kata,
simbol dan isyarat yang dipakai orang untuk saling merespon atau menanggapi suatu hal
yang saling berhubungan satu sama lain.
Teori pertukaran sosial (social exchange) menjelaskan interaksi sosial dalam bentuk
imbalan dan biaya. Teori ini lebih banyak berhubungan dengan interaksi dua orang. Interaksi
terjadi jika dua orang bertemu, kemudian ia saling menegur sapa, berjabat tangan saling
berbicara, bahkan sampai terjadi perkelahian, pertengkaran dan sebagainya. Interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial bahkan interaksi merupakan inti
dari suatu kehidupan sosial, artinya tidak ada kehidupan yang sesungguhnya apabila tidak ada
interaksi.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan terjadinya
interaksi sosial adalah karena adanya kesadaran masing-masing pihak sehingga dari
kesadaran tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan diantara mereka seperti reaksi
terhadap suatu bau keringat bau parfum atau kesan tentang diluar dirinya terhadap orang lain.
Jika dua orang saling mengadakan interaksi maka dalam proses sosial tersebut akan bertemu
dua kepribadian yang berbeda. Dalam proses interaksi sosial akan ditemukan kepentingan,
pemikiran, sikap, cara-cara bertingkah laku keinginan, tujuan dan sebagainya yang
dipertemukan dalam suatu wadah yang namanya komunitas sosial.
4. Kepercayaan (Trust)
Menurut Fukuyama (1995) kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah
masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerjasama berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama. Menurut Cox (1995) bahwa dalam masyarakat yang
memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif,
hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan
Kepercayaan/trust sebagai salah satu elemen paling penting dan pokok dalam modal
sosial, yang diartikan sebagai keyakinan atau juga rasa percaya. Rasa percaya ini mutlak
menyangkut akan orang, akan kelompok, akan keluarga, masyarakat bahkan negara.
(Lawang, 2004:36) menyebutkan bahwa inti kepercayaan antar manusia terdapat tiga hal
yang saling terkait yaitu; (a) Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam
hubungan ini adalah institusi yang dalam pengertian ini diwakili orang; (b) Harapan yang
akan terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah
satu atau kedua belah pihak; (c) Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan
itu terwujud.
5. Institusi dan Asosiasi
Institusi adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga
masyarakat melakukan interaksi menurut pola-pola yang sudah terstruktur di dalam
masyarakat dalam sosiologi disebut pranata sosial, bangunan sosial atau lembaga
kemasyarakatan.
Dalam Bahasa Indonesia institusi adalah lembaga yang seringkali disamakan artinya
dengan konsep pranata atau institution. Padahal antara pranata dan lembaga memiliki
perbedaan yang tajam, yakni pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai
aktivitas masyarakat khusus yang berupa perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tingkah
laku, sedangkan lembaga atau institute adalah badan atau organisasi yang melaksanakan
aktivitas itu (Setiadi dan Kolip, 2010). Jika istilah lembaga diperhatikan lebih mendalam dan
dihubungkan dengan istilah kelompok atau perkumpulan, maka lembaga adalah perkumpulan
yang khusus.
Wadah sebagai tempat manusia beraktivitas dalam rangka hidup bersama adalah
lembaga atau institusi. Jadi lembaga bermanfaat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
yang kokoh, yang apabila dijalankan secara baik akan meringankan biaya pembangunan.
Selama ini kita sering salah kaprah terhadap peran uang dalam pembagunan pedesaan. Uang
memang dibutuhkan, tapi uang memberi sumbangan yang paling sedikit dalam memperbaiki
proses (Cernea, 1988). Penunjang berupa uang tidak pernah secara ampuh menggantikan
yang bukan uang. Variabel yang terlewatkan misalnya adalah variabel sosiobudaya dan
kelembagaan.