• Tidak ada hasil yang ditemukan

Emansipatoris masih ada keterkaitannya dengan Paradigma Pedagogi

Reflektif/Pedagogi Ignasian, maka dari itu pada sub bab ini yang akan dibahas

adalah pendidikan emansipatoris, humanis, kesadaran kritis, dan mempertanyakan

sistem.

2.1.8.1Pendidikan Emansipatoris

Pada artikel yang terbentuk dalam buku proceding, Frieda Mangunsong

(2005:37). Pendidikan emansipatoris yang dipahami sebagai pendidikan yang

mampu memperdayakan dan memberi pencerahan pada siswa, dipengaruhi tidak

hanya oleh kurikulum semata. Banyak hal yang bersifat internal dari siswa,

pendidik, maupun faktor eksternal lain yang perlu mendapat perhatian. Pada buku

yang sama Darmaningtyas pada artikel Ideologi yang Mencekik Pedagogi Emansipatori (2005:69) mengungkapkan, bahwa Metode pedagogi berdasarkan integrasi (manusia Indonesia seutuhnya) yang penggarapannya tidak sistematis

jelas tidak mengerjakan para murid bernalar. Murid hanya diberi kebebasan untuk

bosen dan geli karena inkonsistensi pelajaran dengan realitas, argumen yang aneh,

pemakaian bahasa yang tidak tepat, tautologi, dan omong kosong.

Dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajaran di Dunia Tarik ulur”

yang ditulis oleh Winarti dan Anggadewi (2015: 53), Giroux (2001)

mengemukakan bahwa, pendidikan emansipatoris dipandang sebagai pendidikan

yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan

emansipatoris. Di dalam buku yang sama dijelaskan bahwa, berdasrkan sejarahnya

pedagogi Ignasian diturunkan dari Latihan Rohani yang diajarkan oleh Santo

Ignasius dari Loyola. Ada lima hal saling berkaitan sebagai siklus yang terdapat

pada pedagogi Ignasian, yaitu konteks, pengalaman, refeleksi, aksi, dan evaluasi

(Peterson dan Nielsen, 2012). Model pembelajaran emansipatoris bersifat

mengembangkan, dalam pendidikan emasipatoris, baik guru maupun siswa

keduanya adalah pembelajar.

Peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan emansipatoris adalah

pendidikan yang lebih menekankan pada pedidikan akal budi dan hati nurani dari

setiap siswa agar lebih bisa menghargai kehidupan. Ada tiga kata kunci untuk

model pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan

mempertanyakan sistem.

2.1.8.2Humanis

Humanis adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, artinya

mendidik manusa menjadi manusia yang utuh yang memiliki akal budi dan hati

nurani. Pada buku “Manusia pembelajar di dunia tarik ulur”, karya Winarti dan

Anggadewi (2015:53), mengutip pendapat Nouri dan Sajjadi (2014) serta Freire

(1970) humanisasi dipahami sebagai memberdayakan pemahaman kritis antara

kedua belah pihak guru dan murid, dan mengembangkan kesadaran kritis (critical awareness) relasi pribadi dengan dunia. Untuk menciptakan masyarakat yang humanis diperlukan cinta, kerendahan hati, iman, kepercayaan, harapan dan

pemikiran kritis.

Sebagai mahluk ciptaan tuhan, manusia memerlukan hubungan atau relasi

hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan diantranya dengan, berdoa,

memuji kebesaran-Nya, bersyukur dengan nikmat yang sudah diberikan, berserah

diri kepada-Nya, maka dengan demikian manusia akan menemukan ketenangan

batin dan mampu memaknai kehidupannya.

Dalam konteks pendidikan, apa bila kita ingin membentuk seorang

manusia menjadi manusia yang seutuhnya seperti yang ada di atas maka tujuan

sebenarnya dari pendidikan adalah untuk membentuk pribadi manusia secara utuh.

Syukri (2005:117) pada artikelnya yang terdapat pada buku Proceeding,

menuliskan bahwa dalam pendidikan segi-segi kemanusian seperti spiritual,

mentalitas, moralitas, sosialitas, rasa, dan rasionalitas perlu mendapat porsi yang

memadai. Jadi pendidikan bukan hanya bertujuan baik dikognitif saja, akan tetapi

pendidikan juga perlu menekan tentang segi emosi, rohani, solidaritas, dan

sebagainya.

Dalam artikel Syukri menuliskan pendapat dari Suparno (2002), yaitu

apabila pendidikan yang hanya menekankan dari segi pengetahuan, apalagi hanya

nilai ujian saja akan mengakibatkan anak didik tidak berkembang secara utuh.

Akibatnya, timbul tindakan-tindakan yang jauh dari nilai-nilai moral seperti

tawuran pelajar, narkotika, obat terlarang dan sebagainya. Pendidikan yang

mengarahkan siswa atau peserta didik menjadi seorang yang humanis ialah,

pendidikan yang menyentuh hati nurani pesrta didik sebagai manusia serta

membuat meraka memliki akal budi yang baik untuk mengahargai sesama

2.1.8.3Kesadaran Kritis

Kesadaran kritis merupakan hal yang ada dalam pembentukan manusia

humanis, kesadaran kritis ini timbul dari adanya pemikiran kritis. Makna dari

kesadaran kritis ini ialah makna belajar untuk menerima keadaan sosial, ekonomi,

dan politik yang bertolak belakang, dan kemudian mampu melawan arus

penindasan realitas. Ada pendapat mengenai pendidikan kritis Rahardjo, dkk.

(2005: 34), menuliskan bahwa pendidikan kritis pada dasarnya merupakan salah

satu paham dalam pendidikan yang mengutamakan pemberdayaan dan

pembebasan. Tugas utama pendidikan adalah menciptakan ruang untuk

mengembangkan sikap kritis terhadap sistem dan struktur yang diskriminatif

terhadap kaum tertindas dan kaum yang tersingkirkan seperti kaum miskin, kaum

buruh, para penyandang cacat atau mereka yang memiliki kemampuan berbeda,

kaum perempuan, dan anak-anak. Pada buku yang sama, Rahardjo, dkk (2005: 38)

mengungkapkan bahwa pendidikan kritis sebagai warisan paradigma pembebasan.

Pendidikan kritis merupakan kelanjutan dari gerakan pembebasan. Maka

pendidikan kritis dan pembebasan pada dasarnya merupakan dua hal yang tidak

bisa dipisahkan.

Pada buku yang berjudul “Pedagogi kritis: Sejarah, perkembangan dan pemikiran.” yang ditulis oleh Hidayat (2013: 2), pedagogi kritis sangat prihatin

dengan konfirgurasi relasi antara guru/murid tradisional dengan menggunakan

dialog yang bermakna. konsep pedagogi kritis dilahirkan dari refleksi dan

pengalaman hidup Poulo Freire. Di Indonesia, perkembangan pedagogi kritis

belum begitu familiar. Pada buku yang sama (2013: 6) banyak sekali pendapat

bahwa pedagogi kritis sebagai konsep yang telah mengalami transformasi

dikalangan pendidik yang menjadi strategi baru untuk menghadapi perubahan

konteks sosial dan historis. Pedagogi kritis secara tradisional disebut teori

pendidikan dan pengejaran serta praktik belajar yang dirancang untuk

meningkatkan kesadaran kritis peserta didik mengenai kondisi sosial yang

menindas. Pada buku “Pendidikan populer: Membangun kedarasn kritis.” (Rahardjo, dkk. 2005: 42), menuliskan Freire mengungkapkan bahwa hakikat

pembebasan adalah suatu proses bangkitnya kesadaran kritis rakyat terhadap

sistem dan struktur sosial yang menindas.

Kesadaran kritis merupakan hasil dari pemikiran kritis, dimana pemikiran

kritis merupakan warisan dari paradigma pembebasan. Pedagogi kritis merupakan

sebuah gerakan pendidikan yang dilandasi dari filosofi pendidikan. Dari semua

pendapat tentang kesadaran kritis, peneliti menyimpulkan bahwa kesadaran kritis

merupakan warisan dari kebebasan. Didalam pendidikan kebabasan sangat lah

penting, pembebasan dalam pendidikan bukan hanya bebas dalam mendapatkan

haknya sebagai siswa maupun guru. Bebas berarti juga bebas dalam berpikir dan

berpendapat, disini siswa diajak untuk berpikir kritis atau memiliki kesadaran

kritis. Salah satu pelajaran yang mengajak siswa dalam kesadaran kritis ialah IPA.

Siswa diajak untuk memiliki kesadaran kritis terutama dalam lingkungan alam

sekitar, dengan siswa memiliki keasadaran kritis diharpakan siswa menjadi

2.1.8.4Mempertanyakan Sistem

Ketiga hal yang ada dalam Emansipatortis saling berkaitan diantaranya.

Dalam membentuk seseorang menjadi pemikir kritis dibutuhkan dialog dalam

bentuk mempertanyakan sistem untuk menemukan relitas.

Ketika terjadi dialog di antara keduanya, maka pemahaman dan

pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang (Winarti,

Anggadewi. 2015:54). Baik guru maupun murid sejatinya keduanya adalah

pembelajar, kedua pembelajar akan saling membantu dalam hal saling berbagi

ilmu. Secara bersamaan kedua pembelajar akan menjadi teman saling bantu satu

sama lain. Dialog dalam pendidikan emansipatoris baiknya mengambil tema yang

nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait