• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disampaikan oleh :

Ir. Nizar Dahlan, M.Si. – Anggota No. A – 04 Bismillahirrahmaanirrahiim.

Saudara Ketua;

Saudara Wakil-wakil Ketua;

Anggota-anggota Dewan yang kami hormati,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Perkenankan dalam Rapat Paripurna untuk penyampaian Pendapat Fraksi ini kami mengawalinya dengan mengucapkan “ Selamat Hari Raya Idul Fitri – mohon maaf lahir batin dan terima kasih kepada Pimpinan Sidang yang telah memberikan kesempatan kepada fraksi kami, serta menghaturkan puji syukur – Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas ridho-Nya yang senantiasa dikaruniakan kepada kita selama mengemban amanah rakyat dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan, anggaran. Semoga amanah yang kita jalankan dalam rangka membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan hukum untuk mewujudkan cita Negara – masyarakat adil, makmur, tertib – aman dan sejahtera – senantiasa mendapat ridho Allah SWT. Amin.

Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rekan-rekan Anggota Dewan; Para hadirin sekalian yang kami hormati,

Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi setelah menelaah substansi 2 (dua) Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan tentang Energi, memandang perlu dalam Pendapat Fraksi kami ini menyampaikan pokok-pokok pikiran sebagai berikut :

1. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum

Dalam negara demokratis, dua hal penting sebagai instrument dan mekanisme mewujudkan kedaulatan rakyat adalah system pemilihan umum (Pemilu) dan representasi politik melalui terjaminnya pelaksanaan Pemilu yang diselenggarakan secara umum, bebas, rahasia, jujur, adil. Karena itu diperlukan adanya suatu organisasi penyelenggaran Pemilu yang memiliki integritas, professional, mandiri dan akuntabel. Dan sebagaimana diamanatkan Pasal 22E UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka sebagai konsekuensinya diperlukan adanya organisasi penyelenggara Pemilu tersebut. Berpijak pada realita penyelenggaraan Pemilu selama ini, terdapat masalah utama yang menyangkut : pertama, struktur organisasi termasuk wewenang, tugas, tanggung jawab; kedua, integritas personal; ketiga, keterbukaan dan akuntabilitas. Karena itu, masalah tersebut perlu kita kaji secara seksama dalam pembahasan RUU ini guna menghindari terjadinya penyelewengan dalam hal manipulasi hasil suara. Untuk itu, dengan merujuk rumusan naskah RUU ini, maka Fraksi BPD mengusulkan :

a. Perlu adanya rumusan ulang tentang kriteria “mandiri” untuk dimasukkan pada Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 dalam RUU ini, sehingga memberi ruang bagi partai politik peserta Pemilu ter-representasikan sebagai unsur dalam keanggotaan organisasi penyelenggaran Pemilu selaku anggota tidak tetap, baik di KPU Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, di Panitia Pemilihan semua tingkatan (PPI, PPD Provinsi, PPD Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS). Keanggotaan tidak tetap dalam organisasi penyelenggara Pemilu ini sejalan dengan rumusan naskah RUU yang mengatur tentang Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Keanggotaan tidak tetap sebagai representasi unsure partai politik peserta Pemilu dalam organisasi penyelenggaran Pemilu perlu dan penting diadakan guna check and balance, sehingga terhindarkan dari tindakan manipulatif dan koruptif dalam penyelenggaraan Pemilu seperti masa yang lalu. b. Berkenaan dengan integritas personal, syarat keanggotaan dan

masa bakti perlu dibedakan antara anggota tetap dan anggota tidak tetap. Namun untuk hak, kewajiban, tugas, tanggung jawab sama dan dirumuskan dalam RUU ini, mengingat pengaturannya belum dirumuskan dalam RUU Penyelenggaran Pemilu ini, antara lain meliputi KPU, Panitia Pemilihan.

c. Untuk keterbukaan dan akuntabilitas, perlu diatur pertanggungjawaban KPU, khususnya dalam pengelolaan keuangan yang meliputi antara lain mekanisme pertanggungjawabannya. Selain itu perlu diatur pula pertanggungjawaban dari Panitia Pemilihan, Bawaslu, karena hal tersebut belum dirumuskan dalam naskah RUU ini. Sejalan dengan pengaturan tentang pertanggungjawaban ini, perlu juga dirumuskan dalam RUU ini tentang hubungan dan tata kerja antar organisasi yang satu dengan yang lainnya.

2. RUU tentang Energi

Sebagaimana kita sadari bersama bahwa persoalan energi sesungguhnya inti persoalan pembangunan kita. Perubahan atas soal ini akan menyentuh sendi-sendi lain kehidupan berbangsa. Mari belajar dari beberapa waktu lalu, saat Pemerintah menaikkan harga BBM, salah satu bentuk energi. Kita saksikan dampak yang sampai saat ini belum dapat sepenuhnya diatasi oleh Pemerintah.

Berangkat dari persoalan di atas, bagi Fraksi BPD memberikan penekanan pada beberapa kata kunci dalam membahas RUU tentang Energi ini, antara lain sikap dan cakupan UU, materi dan aspek terkait atasnya serta asas komprehensif.

Perlu disadari bahwa RUU energi ini akan menjadi paying hukum atas UU terkait dengan energi dan saat ini telah asa, antara lain UU tentang Ketenagalistrikan, UU tentang Migas, UU tentang Panas Bumi, UU tentang Sumber Daya Air, UU tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Sebagai paying hukum atas semua produk UU terkait di atas, perlu dicermati secara mendalam agar terjamin harmonisasi dan terhindar tumpang tindih atasnya.

Selanjutnya sebelum lebih jauh, secara sederhana RUU tentang Energi ini cukup memadai. Namun, perlu diperhatikan agar istilah daerah kompetisi dan daerah non-kompetisi sebagaimana tertuang dalam Bab IB Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) RUU tentang Energi ini diperjelas / dimasukkan dalam Bab I Ketentuan Umum.

Dari sisi materi dan aspek terkait atasnya, F-BPD cukup banyak mempunyai catatan. Catatan-catatan itu antara lain istilah-istilah yang sebenarnya telah diterangkan dalam Penjelasan dalam RUU dalam RUU tentang Enerfi yang diajukan namun masih dalam tataran normatif yang perlu mendapat penekanan.

DIVERSIFIKASI. Diversifikasi pada gilirannya harus pula berarti pembelajaran bagi masyarakat. Pembelajaran public adalah tugas Pemerintah. Konkretnya, perlu memberi insentif kepada masyarakat agar mereka mampu mengubah pola piker kea rah yang sesuai dengan pola pikir kebijakan bidang energi yang akan diterapkan Pemerintah.

Dalam hal soal kebijakan, F-BPD sampai sejauh ini mengamati bahwa Pemerintah belum mampu melahirkan kebijakan yang komprehensif, dalam arti kebijakan yang mampu memadukan apa yang kita miliki sebagai asset. Seharusnya kebijakan hulu dan hilir energi berorientasi pada nilai ekonomis yang pada gilirannya tertuju pada kepentingan dan kemaslahatan bangsa.

Dalam kaitannya dengan globalized society (ekonomi global), mau tidak mau regulasi ini nantinya mengikuti rule of the game dari pasar internasional, terkait supply and demand. Pemerintah tidak bias berpikir local Indonesia. Karenanya, pandangan yang menyebut bahwa kita memenuhi kebutuhan kita dan tidak peduli terhadap situasi di luar negeri, tidak bias dipertahankan. Pemerintah harus membangun iklim berenergi yang secara cultural memahami gejolak dunia internasional dengan tetap fokus pada kepentingan rakyat.

Disamping itu, dalam kerangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kata kunci lainnya adalah memberdayakan. Pemberdayaan rakyat berarti pula lahirnya kebijakan yang pro-rakyat dan mengurangi dominasi elit. Perlu ditumbuhkembangkan social participation. Karenanya, daya beli rakyat harus ditingkatkan, ekonomi rakyat harus tumbuh dan berkembang. Semua ini harus benar-benar dapat dilingkupi oleh UU tentang Energi ini nantinya, karena seperti kami sebutkan sebelumnya, ini merupakan Undang-Undang yang memayungi banyak Undang-Undang terkait persoalan energi.

Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rekan-rekan Anggota Dewan; serta Hadirin yang kami muliakan,

Pendapat Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi ini disampaikan untuk menjadi bahan masukan bagi seluruh Anggota Dewan, sehingga 2 (dua) RUU Usul Inisiatif Anggota DPR-RI ini dalam pembahasan selanjutnya dapat

menghasilkan sebuah UU yang tidak multi tafsir dan dapat dilaksanakan sebagai landasan hukum yang memberi jaminan kepastian hukum dalam penegakan hukum di Indonesia.

Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rekan-rekan Anggota Dewan; serta Hadirin yang kami muliakan,

Fraksi Partai Bintang Pelopor Demokrasi memandang bahwa 2 (dua) Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif Anggota DPR-RI tentang Penyelenggara Pemilu dan Rancangan Undang-Undang tentang Energi ini sangat penting dan strategis untuk tertib hokum dan tertib masyarakat, sehingga cukup alas an untuk dipertimbangkan dan dibahas lebih lanjut. Oleh karena itu, fraksi kami menyetujui 2 (dua) Rancangan Undang-Undang ini disahkan menjadi Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR-RI.

Akhirul kata, fraksi kami menghaturkan terima kasih atas perhatian dan partisipasi Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat.

Jakarta, 14 November 2005 PIMPINAN

FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI

Dokumen terkait