• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ENERGI Dibacakan Oleh: Drs. H. Saifullah Ma'shum.

Nomor Anggota: A-221

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang;

Yang terhormat Anggota Dewan; dan Hadirin yang berbahagia,

Puji Syukur marilah kita persembahkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Adil dan Maha menentukan segalanya, karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada hari ini kita bersama-sama dapat menghadiri Rapat Paripurna Dewan dalam rangka penyampaian Tanggapan Fraksi-fraksi atas usul inisiatif Dewan RUU tentang penyelenggara Pemilihan Umum dan RUU tentang Energi. Shalawat dan salam mari kita sampaikan kepada Rasul Muhammad, nabi yang mengajak umatnya untuk senantiasa bertakbir, bertasbih dan bertahmid.

Pimpinan Sidang, dan hadirin yang terhormat,

Sebelum menyampaikan tanggapan Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR RI terhadap RUU tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan RUU tentang Energi, terlebih dahulu perkenankan fraksi kami menyampaikan perasaan kebahagiaan berkenaan dengan dirayakannya Hari Kemenangan, hari Raya Idul Fitri 1426 H. Dan dari lubuk hati paling dalam, kami atas nama Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR RI menyampaikan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1426 H, mohon maaf yang sebesar-besamya kepada Pimpinan dan selumh anggota Dewan, jika selama setahun perkhidmatan dan interaksi politik kami

dengan seluruh komponen dan elemen politik di Dewan, secara tidak disengaja ada kekhilafan. Kami menyadari bahwa dinamika politik sehari-hari di Dewan selama ini banyak menimbulkan kesalahpahaman, perbedaan pandangan dan bahkan gesekan-gesekan yang pada tingkat tertentu mungkin mengakibatkan terjadinya ketidaknyamanan dan sikap saling curiga di antara kita. Kami berdoa semoga amal ibadah puasa kita diterima oleh Allah, dan nilai Ramadhan menjadi pengiring agar kiprah politik kita di Dewan di masa-masa mendatang bisa lebih dewasa, lebih bermoral dan lebih bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat dan di hadapan Allah SWT.

Pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat,

Terkait dengan diajukannya RUU tentang Penyelengara Pemilihan Umum ini lebih cepat dari berakhirnya periode keanggotaan KPU pada bulan April 2006. Fraksi kami menyambut baik dan dalam pandangan kami, diajukannya RUU ini bukan semata-mata karena kepentingan untuk segera mengganti keanggotaan KPU yang dibentuk berdasarkan UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, yang telah sukses menyelenggarakan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2004, sehingga mengantarkan kita duduk di Dewan saat ini. Diajukannya lebih awal RUU ini memiliki nilai signifikansi yang sangat besar.

Pertama, jika RUU ini bisa dirampungkan pada akhir tahun 2005 atau

awal tahun 2006, berarti kita meletakkan persiapan dan perencanaan penyelenggaraan Pemilu 2009 secara lebih awal dan lebih memadai, sehingga Pemilu 2009 diharapkan bisa diselenggarakan secara lebih baik lagi.

Kedua, sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan Pemilihan Kepala

Daerah secara langsung yang diselenggarakan sejak tahun 2005. Sebagaimana kita ketahui, masih terdapat sejumlah kelemahan dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung selama ini, antara lain diakibatkan oleh ketidakjelasan posisi Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, apakah ia masuk dalam domain dan rejim KPU, ataukah masuk dalam domain dan rejim Pemerintah Daerah?

Menyimak draft RUU yang telah dipersiapkan oleh Komisi II, Fraksi kami mendapatkan beberapa point penting dan strategis yang diatur dalam RUU ini. Point-point tersebut antara lain mengenai disatukannya pengertian pemilihan umum, yang di dalamnya adalah Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilihan Kepala Daerah; pengejawantahan secara lebih konkret terhadap pengertian Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri sebagaimana amanat UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Pasal 22 E ayat 5); hadirnya lembaga pengawas pemilu yang kuat dan mandiri serta tidak berada di bawah bayang-bayang KPU; keberadaan sekretariat KPU di semua tingkatan yang posisinya ditegaskan semata-mata sebagai fasilitasi dan aparatur yang berfungsi memberikan dukungan dan pelayanan terhadap kelancaran kinerja KPU; serta proses dan mekanisme rekruitmen anggota KPU, lembaga pengawas Pemilu dan sekretariat KPU, yang pengaturannya diarahkan untuk mendapatkan sumber daya manusia penyelenggara pemilu yang terbaik dan berada di tempat yang tepat.

Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR RI menyampaikan beberapa catatan singkat dan merupakan sikap politik kami, terhadap naskah RUU tentang Penyelenggara Pemilu ini, sebagai berikut:

1. Berkenaan dengan disatukannya pengertian pemilihan umum, yang di dalamnya adalah Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilihan Kepala Daerah, FKB berpandangan bahwa langkah ini merupakan bentuk penafsiran dan ijtihad politik yang berani terhadap teks hasil amandemen UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan tentang pemilihan umum dan pemilihan Kepala Daerah yang seakan-akan ditampilkan tidak dalam satu nafas pengertian. Kenyataan ini melahirkan implikasi terhadap sistem ketatanegaraan dalam penyelenggaraan pemilihan umum, yaitu adanya perbedaan antara Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan Pemilihan Kepala Daerah yang diatur dalam UU yang berbeda. Dengan disatukannya pengertian tentang pemilihan umum dalam RUU ini, maka diharapkan tidak terjadi lagi silang pandangan dan keraguan tentang Pemilihan Kepala Daerah berada di bawah domain dan rejim siapa.

2. Tentang pengejawantahan secara lebih konkret terhadap pengertian Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, hal ini merupakan sesuatu yang mutlak untuk dipenuhi, terutama menyangkut soal kemandirian. Kemandirian lembaga penyelenggara Pemilu jelas menjadi prasyarat bagi terwujudnya proses dan hasil Pemilu yang demokratis dan kredibel. Kita pernah merasakan betapa getirnya melaksanakan beberapa kali Pemilu di masa lampau, di mana lembaga yang menyelenggarakan Pemilu sangat tidak mandiri dan tidak lebih dari alat Pemerintah yang berkuasa pada waktu itu. Baru pada Pemilu Tahun 1999 dan Tahun 2004 kita bisa mewujudkan penyelenggara Pemilu yang relatif lebih mandiri. Kita menginginkan sosok KPU yang kuat dan KPU yang mandiri, tetapi bukan KPU yang bisa semena-mena dan KPU yang tidak bisa dikontrol oleh kekuatan lain. Menurut Fraksi kami, kemandirian lembaga penyelenggara Pemilu harus tercermin setidak-tidaknya dari dua aspek. Pertama, aspek struktural dan hubungan kelembagaan antara KPU dengan kekuatan-kekuatan yang ada di luarnya. Kedua, prinsip-prinsip dan makenisme rekrutmen sumber daya manusia yang akan terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu, serta persyaratan keanggotaannya. Menurut kami, di Republik ini cukup tersedia banyak sumber daya manusia yang cakap dan bisa mandiri ketika diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan Pemilu. Untuk mendapatkan figur calon anggota KPU yang mandiri, sumbemya tidak terbatas hanya pada kampus-kampus, tetapi juga bisa dicari di luar kampus. la juga berada di tempat lain, seperti lembaga pendidikan pesantren, dunia usaha, LSM, media massa, ormas-ormas, dan kelompok-kelompok strategis lain. Masalah kemandirian bukan identik dengan mensterilkan segala sesuatu dari kekuatan sosial politik. Kemandirian adalah menyangkut

sikap moral, integritas, kepribadian yang kokoh, riwayat dan pengalaman hidup seseorang.

3. Tentang lembaga pengawas pemilu yang kuat dan mandiri serta tidak berada di bawah bayang-bayang KPU, Fraksi kami menyambut baik gagasan yang sudah dituangkan dalam draft RUU ini. Lembaga pengawas Pemilu memang harus didisain sebagai suatu kekuatan yang bisa secara efektif mengawasi penyelenggaraan Pemilu, serta memiliki kemampuan untuk menjatuhkan sanksi terhadap pihak-pihak mana pun yang melanggar ketentuan Pemilu.

4. Keberadaan sekretariat KPU di semua tingkatan, posisinya harus ditegaskan semata-mata sebagai fasilitasi dan aparatur yang berfungsi memberikan dukungan dan pelayanan terhadap kelancaran kinerja KPU. Keberadan sekretariat KPU di semua tingkatan, hendaknya diposisikan sebagai elemen fasilitasi dan kekuatan birokrasi yang melayani kegiatan politik dalam proses pemilu. Bukan sekretariat yang menjadi 'agen' instansi atau depertemen tertentu untuk mencampuri urusan penyelenggaraan pemilu. Bukan sekretariat yang memiliki loyalitas ganda atau loyalitas tunggal kepada pihak di luar KPU. Juga bukan sekretariat yang menjelma sebagai kekuatan birokrasi yang mempengaruhi atau bisa menyeret-nyeret anggota KPU untuk terlibat dalam praktek-praktek yang tidak semestinya dilakukan.

5. Dalam RUU ini juga harus ditegaskan adanya pemisahan pelaksanaan kegiatan yang benar-benar bersifat teknis dan bisa didistribusikan kepada pihak lain, atau dilaksanakan secara desentralisasi, terutama dalam pengadaan barang-barang logistik Pemilu.

6. RUU tentang Penyelenggara Pemilu ini nantinya harus bisa menjawab kebutuhan bangsa ini terhadap kehadiran lembaga penyelenggara Pemilu yang lebih baik dibanding lembaga penyelenggara Pemilu yang lalu. Agar KPU nantinya bisa bersikap mandiri dan adil dalam menyelenggarakan Pemilu, maka landasan hukum yang menjadi pijakan bagi pembentukan KPU tersebut juga harus terhindarkan dari kesan diskriminatif, termasuk memberikan kesempatan yang besar kepada keterlibatan kaum perempuan sebagai penyelenggara Pemilu.

Saudara Pimpinan Sidang dan hadirin yang terhormat,

Selanjutnya terkait dengan adanya Usul inisiatif Rancangan Undang-undang tentang energi menurut Fraksi kami merupakan langkah positif yang perlu didukung oleh semua pihak, RUU ini juga pernah diajukan oleh DPR priode 1999-2004 pada bulan Juli 2004, dan yang lebih penting lagi mengingat begitu urgennya Undang-undang ini, karena selama ini bangsa kita belum memiliki payung hukum yang kuat tentang energi, disamping sudah ada Undang-undang nomor : 22 tahun 2001 tentang Migas, undang-undang nomor : 22 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan dan Undang-undang nomor : 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi, mudah-mudahan dengan adanya RUU ini

beberapa hal yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan masalah energi mamapu menjadi payung hukum, sekaligus sebagai landasan terhadap peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Fraksi Kami berpandangan bahwa dalam rangka memasuki era industrialisasi, kebutuhan energi akan terus mengalami peningkatan dan masalah kebutuhan energi merupakan masalah serius yang harus dipikirkan, agar energi primer yang ada tidak terkuras habis hanya "sekedar dibakar" untuk menghasilkan tenaga listrik. Mengingat akan banyaknya kebutuhan energi yang diperlukan untuk menggerakkan pembangunan khususnya dalam bidang industri. Persoalannya adalah bagaimana penyediaan energi untuk memenuhi kebutuhan energi dimasa depan. Untuk mengatasi hal ini kiranya perlu dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi alternatif yang ramah terhadap lingkungan.

Selain itu, pengelolaan sumber daya energi untuk kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan perekonomian nasional akan sulit dicapai, apabila sumber-sumber energi yang kita miliki begitu melimpah, tidak mampu dikelolah secara bertanggung jawab dan professional serta pemanfaatannya tidak memperhitungkan jangka panjang atau generasi yang akan datang. Dengan kata lain, tidak bisa hanya atas dasar kepentingan ekonomi jangka pendek, energi yang ada (khususnya migas) dimanfaatkan sedemikian rupa, sehingga jumlahnya menjadi makin menipis atau bahkan habis. Akibatnya, generasi yang akan datang akan mengalami krisis energi.

Begitu juga dalam pengelolaannya, hendaknya jangan sampai mendatangkan ancaman bagi kelangsungan hidup manusia dan lingkungan, sebagai akibat dari kerusakan lingkungan dan ekosistem, yang disebabkan oleh pengelolaan energi yang tidak atau kurang ramah lingkungan.

Saudara Pimpinan Sidang dan Hadirin yang terhormat,

Oleh karena itu, dalam pandangan Fraksi kami, pembangunan dan pemanfaatan energi, haruslah didasarkan pada 3 (tiga) hal, yakni: (1) Peningkatan efisiensi sektor energi; (2) Memperluas akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap penggunaan energi; dan (3) pemahaman yang lebih komprehensif atas implikasi dari produksi dan konsumsi energi terhadap lingkungan. Artinya paradigma pengelolaan sumber energi yang ada haruslah dapat menjawab masalah pengentasan kemiskinan, ketertersediaan dan terbangunnya manajemen lingkungan yang baik dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan sumber-sumber energi yang ada dan tersedia.

Dan yang lebih penting lagi menurut Fraksi kami adalah dalam RUU ini nantinya dapat menjadi landasan fundamental terhadap masalah energi nasional, karena akan diatur bagaimana pengusahaan energi, usaha penyediaan energi yang akan dilakukan oleh badan usaha maupun koperasi, pemanfaatan energi, perizinan, konservasi energi, krisis energi dan yang lebih penting lagi adalah diatur tentang kewenangan, hak dan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah tentang energi yang selama ini kadang menimbulkan masalah di tengah masyarakat kita.

Saudara Pimpinan Sidang; Saudara Anggota Dewan; dan Hadirin yang terhormat,

Demikian tanggapan Fraksi Kebangkitan Bangsa terhadap kedua RUU usul inisiatif DPR RI, Akhirnya dengan memohon ridlo dan Petunjuk Allah SWT Fraksi Kebangkitan Bangsa menyatakan mendukung RUU usul inisiatif ini untuk ditingkatkan menjadi usul inisiatif DPR RI. Selanjutnya Fraksi kami siap membahas RUU ini bersama Pemerintah dengan mengedepankan musyawarah untuk mufakat dan keterbukaan.

Akhirnya atas perhatian para anggota dewan, para rekan-rekan wartawan dan hadirin kami mengucapkan terima kasih.

Wallahul Muwafiq Illa Aqwamit Thorieq

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Jakarta, 14 November 2005

PIMPINAN

Dokumen terkait