• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETUA RAPAT (H. SOETARDJO SOERJOGOERITNO, B.Sc.): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera buat kita semua.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETUA RAPAT (H. SOETARDJO SOERJOGOERITNO, B.Sc.): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera buat kita semua."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera buat kita semua. Yang terhormat para Anggota Dewan; dan

Hadirin sekalian yang saya muliakan. Sidang Dewan yang terhormat,

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan-Nya kita semua pada siang hari ini bisa hadir dalam Rapat Paripurna Dewan dalam keadaan sehat wa’afiat.

Menurut catatan Sekretariat Jenderal DPR RI, daftar hadir pada permulaan Rapat Paripurna Dewan hari ini telah ditandatangani oleh 300 dari 548 Anggota Dewan dan dihadiri oleh seluruh Fraksi yang ada di Dewan, dengan perincian sebagai berikut :

1. Fraksi Partai Golongan

Karya = 67 dari 129 orang Anggota

2. Fraksi PDI Perjuangan = 65 dari 108 orang Anggota 3. Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan

= 15 dari 57 orang Anggota 4. Fraksi Partai Demokrat = 42 dari 57 orang Anggota 5. Fraksi Partai Amanat

Nasional = 25 dari 53 orang Anggota 6. Fraksi Kebangkitan Bangsa = 27 dari 52 orang Anggota 7. Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera

= 39 dari 45 orang Anggota 8. Fraksi Bintang Pelopor

Demokrasi

= 5 dari 20 orang Anggota 9. Fraksi Partai Bintang

Reformasi

= 7 dari 14 orang Anggota 10. Fraksi Partai Damai

Sejahtera

= 8 dari 13 orang Anggota

Maka sesuai ketentuan Peraturan Tata Tertib Dewan Pasal 99 ayat (1) kuorum telah tercapai, dan dengan mengucap :

"Bismillaahirrohmaanirrohiim"

perkenankanlah saya selaku Pimpinan Dewan membuka Rapat Paripurna Dewan ke-12 Masa Sidang II Tahun Sidang 2005-2006, hari ini Senin, tanggal 14 November 2005, dan saya nyatakan terbuka untuk umum.

(2)

Sidang Dewan yang terhormat;

Sesuai dengan Acara Rapat-rapat DPR RI Masa Sidang II Tahun Sidang 2005-2006 berdasarkan Keputusan Rapat Badan Musyawarah DPR RI tanggal 22 September 2005 dan 27 Oktober 2005, acara Rapat Paripurna Dewan hari ini, yaitu:

1. Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul Inisiatif Komisi II dan Komisi VII DPR RI menjadi RUU DPR RI, yaitu:

a. RUU tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; b. RUU tentang Energi.

2. Penetapan Susunan dan Keanggotaan Fraksi-fraksi dalam Alat Kelengkapan Dewan.

3. Penetapan Departemen Komunikasi dan Informasi menjadi Pasangan Kerja Komisi I DPR RI.

INTERUPSI F-PDS (RETNA RUSMANITA SITUMORANG, MBA) : Interupsi, Pimpinan.

Retna Rusmanita Situmorang dari Fraksi Partai Damai Sejahtera. Mengenai Poso, Pak.

KETUA RAPAT :

Lain kali saja, itu saya sudah mengerti, biar nanti kita tampung. Sidang Dewan yang terhormat,

Sebelum memulai acara, perlu kami beritahukan bahwa berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 12/P Tahun 2005 tanggal 10 Oktober 2005 tentang ditetapkannya pengangkatan 5 (lima) orang Anggota DPR RI Pengganti Antar Waktu dan telah dilakukan pengambilan sumpahnya pada tanggal 28 Oktober 2005.

Berdasarkan Pasal 10 ayat (3) Peraturan Tata Tertib DPR RI bahwa “Peresmian pemberhentian dan pengangkatan penggantian antarwaktu Anggota ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan diumumkan dalam Rapat Paripurna setelah dilantik”, maka kami mengumumkan kelima Anggota Pergantian Antar Waktu DPR RI dimaksud, yaitu:

1.

Saudara SONI SOEMARSONO, Anggota No. 312 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggantikan Saudara Dr. SUKOWALUYO, SH.

2.

Saudara SABAM SIRAIT, Anggota No. 317 dari Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan menggantikan Saudara ROY B.B. JANIS, SH.

3.

Saudara ANDREAS H. PAREIRA, Anggota No. 323 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggantikan Saudari Dra. NOVIANTIKA NASUTION.

4.

Saudari Dra. S.B. WIRYANTI SUKAMDANI, Anggota No. 345 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggantikan Saudara TJIANDRA WIDJAJA.

(3)

5.

Saudara M. JUNAEDI, SE. Anggota No. 163 dari Partai Amanat Nasional menggantikan Saudara Dr. FUAD BAWAZIER, MA.

Kami selaku Pimpinan Dewan mewakili seluruh Anggota Dewan mengucapkan selamat datang kepada para Anggota yang baru dan selamat bertugas sebagai wakil rakyat dalam rangka menjalankan tugas-tugas konstitusionalnya.

Sidang Dewan yang terhormat,

Sebelum memasuki acara pertama Rapat Paripurna Dewan, perlu kami beritahukan pula bahwa Pimpinan Dewan telah menerima 3 (tiga) pucuk surat dari Presiden RI Nomor R.89/Pres/10/2005, tertanggal 23 Oktober 2005, dan surat Nomor R.92 dan R.93/Pres/11/2005, tertanggal 10 November 2005, perihal Permohonan Pertimbangan Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh negara-negara sahabat untuk Republik Indonesia. Sesuai dengan mekanisme Dewan, surat tersebut kita tugaskan kepada pertemuan konsultasi antara Pimpinan DPR dengan Pimpinan Komisi I, dan Pimpinan Fraksi-fraksi secara rahasia.

Sidang Dewan yang terhormat,

Sekarang marilah kita memasuki acara pertama Rapat Paripurna Dewan hari ini, yaitu:

“ Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul Inisiatif Komisi II dan Komisi VII DPR RI menjadi RUU DPR RI, yaitu:

a. RUU tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; b. RUU tentang Energi “.

Untuk keperluan tersebut, Sekretariat Jenderal DPR-RI telah menyampaikan daftar nama-nama juru bicara masing-masing Fraksi yang akan menyampaikan Pendapat Fraksinya, dengan urutan secara bergiliran, sebagai berikut:

1. Yang terhormat Saudara DRS. H.A. MUJIB ROHMAT

Anggota Nomor: 485, sebagai juru bicara dari Fraksi Partai Golkar. 2. Yang terhormat Saudara IR. BAMBANG WURYANTO, MBA Anggota

Nomor: 344, sebagai juru bicara dari Fraksi PDI Perjuangan. 3. Yang terhormat Saudara H. SUHARSO MONOARFA

Anggota Nomor: 70, sebagai juru bicara dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.

4. Yang terhormat Saudara IGN. MULYONO

Anggota Nomor: 103, sebagai juru bicara dari Fraksi Partai Demokrat. 5. Yang terhormat Saudara IR. SAYUTI ASYATRY

Anggota Nomor: 152, sebagai juru bicara dari Fraksi Partai Amanat Nasional.

(4)

6. Yang terhormat Saudara DRS. SAIFULLAH MA’SHUM

Anggota Nomor: 221, sebagai juru bicara dari Fraksi Kebangkitan Bangsa.

7. Yang terhormat Saudara ABOE BAKAR AL-HABSY

Anggota Nomor: 279, sebagai juru bicara dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.

8. Yang terhormat Saudara IR. NIZAR DAHLAN, M.Si.

Anggota Nomor: 04, sebagai juru bicara dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi.

9. Yang terhormat Saudara H. YUSUF FANIE ANDIN KASIM, SH.

Anggota Nomor: 296, sebagai juru bicara dari Fraksi Partai Bintang Reformasi.

10. Yang terhormat Saudara DRS. HASURUNGAN SIMAMORA

Anggota Nomor: 408, sebagai juru bicara dari Fraksi Partai Damai Sejahtera.

Sidang yang kami hormati;

Berapa menit? Karena ada 2 (dua) RUU, maka masing-masing 5 (lima) menit, sehingga jumlahnya 10 (sepuluh) menit, dapat disetujui?

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.

INTERUPSI F-PDS (RETNA RUSMANITA SITUMORANG, MBA) : Interupsi, Pimpinan.

Masalah Poso, Pak.

Sudah terjadi kejadian yang sangat sadis di Poso, pemenggalan kepala, penembakan misterius, pemboman. Mohon supaya Tim Pemantau Poso DPR segera dibentuk. Sudah ada surat dari Ketua DPRD ke DPR Pusat untuk memantau pelaksanaan atas rekomendasi Pansus Poso DPR ke Pemerintah.

KETUA RAPAT :

Bu Retna, seharusnya Saudari masih ingat dahulu ada Pansus Poso, sudah dilaporkan ke Pleno DPR. Oleh karena itu, kalau ada masalah lain saya rasa nanti bisa dibicarakan lagi. Untuk itu, terima kasih telah diingatkan dan kami teruskan sekarang.

Kini tiba saatnya kami persilahkan juru bicara pertama dari Fraksi Partai Golkar, yang terhormat Saudara DRS. H.A. MUJIB ROHMAT, untuk menyampaikan Pendapat Fraksinya. Kami persilahkan.

(5)

F-PG (DRS. H.A. MUJIB ROHMAT) : PENDAPAT

FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR-RI TERHADAP USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI

MENGENAI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

ENERGI

Disampaikan Oleh : Drs. H. A. Mudjib Rochmat Anggota DPR-RI : No. A-485

Yang terhormat Pimpinan Sidang Paripurna DPR-RI; Yang terhormat Para Anggota Dewan; dan

Hadirin yang berbahagia.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua.

Pada kesempatan yang terhormat ini perkenankanlah kami mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat mengikuti Rapat Paripurna dalam suasana lebaran ini, untuk mendengarkan Pendapat Fraksi-Fraksi terhadap Usul Inisiatif Anggota DPR-RI mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Rancangan Undang-Undang tentang Energi.

Pimpinan Sidang dan Hadirin yang kami hormati,

Berkaitan dengan penyampaian RUU tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, maka setelah mempelajari draft yang disampaikan para anggota komisi II DPR-RI dalam hal ini sebagai pengusul, maka Fraksi Partai Golkar berpendapat bahwa sebagai upaya untuk membentuk institusi penyelenggara Pemilu yang lebih baik adalah hal yang tepat.

Dalam rangka penerapan amanat konstitusi terhadap Penyelenggara Pemilu, yakni bersifat nasional, tetap dan mandiri, maka Fraksi Partai Golkar berpendapat bahwa hal tersebut harus termuat dengan jelas pada naskah RUU. Khususnya tentang kemandirian Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kemandirian harus diartikan sebagi sikap dan integritas yang menjaga institusi

(6)

dan anggota KPU untuk bersikap objektif, netral dan tidak terpengaruh terhadap tekanan dalam bentuk apapun.

Pimpinan Sidang dan Hadirin yang berbahagia,

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka Fraksi Partai Golkar akan menyampaikan beberapa catatan penting tentang substansi naskah RUU tentang Penyelengara Pemilu sebagai berikut;

Pertama, aspek kemandirian terhadap KPU tidak saja terhadap institusi tetapi person keanggotaannya. Kemandirian tidak boleh diartikan sebagai suatu sikap yang sekedar netral apalagi apriori terhadap Partai Politik. Hal ini penting, mengingat bahwa seluruh peserta pemilu terkait dengan Partai Politik. Jadi kemandirian harus lebih dipertegas sebagai suatu sikap yang tidak mudah dipengaruhi atau terpengaruh.

Kedua, aspek nasional dan tetap, harus tertuang secara tegas tentang cakupan wilayah dan periode dan kerja. Sehingga Penyelenggara Pemilu dapat merancang dan membangun suatu sistem penyelenggaraan pemilu yang lebih baik.

Ketiga, Perlu dipertimbangkan suatu upaya memperpendek rentang kendali dalam Penyelengaraan Pemilu, khususnya penghitungan suara sehingga jenjang dan prosedurnya menjadi tidak panjang dan sangat “birokratis”. Padahal dari segi penyelenggaraan, rentang yang pendek memudahkan kontrol terhadap pelaksanaan Pemilu. Sedangkan terhadap penghitungan suara lebih cepat berlangsung lebih baik, sehingga tidak perlu dilakukan penundaan proses penghitungan suara.

Keempat, Perlu dirumuskan dalam RUU ini tentang kewenangan peserta Pemilu untuk mengajukan keberatan terhadap keputusan KPU yang dipandang tidak benar dan merugikan peserta Pemilu. Akan tetapi, hal ini tentu tidak boleh menjadi gangguan terhadap proses dan tahapan Pemilu.

Kelima, Dalam hal keanggotaan dan mekanisme, hendaknya ditegaskan dalam RUU ini tentang kualifikasi dari jumlah keanggotaannya sehingga KPU dapat terhindar dari suatu beban yang sangat teknis dari suatu penyelengaraan Pemilu.

Keenam, Hubungan dan kedudukan Sekretariat KPU, perlu diperjelas sebagai administrative supporting. Perlu dipertegas posisi kesekretariatan KPU sebagai suatu sistem kepegawaian tersendiri, sehingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Sekretariat KPU di daerah, tidak memposisikan tugas di KPU sebagai “tambahan belaka”. Berkaitan dengan itu, maka Kepala Sekretariat KPU maupun KPU di daerah haruslah berasal dari PNS, sebagai bagian dari upaya membangun sistem kepegawaian tersendiri. Namun perlu juga dimuat suatu

(7)

ruang/kewenangan bagi KPU untuk merekruit Tenaga Ahli (expert) untuk membantu tugas sekretariat.

Ketujuh, Pengawasan, yang tertulis dalam RUU ini, harus dirinci kewenangannya dalam melakukan pengawasan terhadap institusi KPU maupun proses penyelenggaraan Pemilu. Perlu pula dipertimbangkan kewenangan Bawaslu dalam memberhentikan sementara/membebastugaskan terhadap Penyelenggara Pemilu mulai dari KPU sampai KPPS apabila terbukti melakukan pelanggaran dalam proses Pemilu. Harus diperjelas posisi Bawaslu di daerah adalah ad hoc saja, agar Bawaslu tidak merupakan suatu institusi pesaing bagi KPU dengan status dan birokrasinya.

Kedelapan, Perlu diperjelas posisi DPRD dalam rekruitmen anggota KPU di daerah dengan keputusan akhir tetap oleh KPU setingkat diatasnya. Dalam pandangan Fraksi partai Golkar, DPRD menetapkan 2 x jumlah anggota KPUD yang dibutuhkan, sedangkan Kepala Daerah mengusulkan 3 x jumlah untuk diserahkan kepada DPRD.

Pimpinan Sidang, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,

Berkaitan dengan Usul Inisiatif Para Anggota Komisi VII DPR-RI mengenai RUU tentang Energi maka Fraksi Partai Golkar memandang, bahwa :

- Pengaturan Energi melalui sebuah Rancangan Undang-Undang merupakan suatu gambaran tentang adanya kehendak masyarakat untuk memberi kepastian hukum bahwa Energi sangat penting artinya bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi, oleh karena itu penyediaan dan pemanfaatannya harus dioptimalkan.

- Melihat sumberdaya energi, baik Energi tak terbarukan yang semakin terbatas, maupun Energi terbarukan (Energi non fosil) seperti : Panas Bumi, Tenaga Air, Matahari, Angin, Arus dan Gelombang serta Tenaga Nuklir, yang dapat diperbaharui sangat bermanfaat, maka tentu saja dalam merumuskan RUU ini diharapkan tidak mematikan kreatifitas masyarakat di daerah dalam mengembangkan kehidupannya. Fraksi Partai Golkar justru berharap, bahwa RUU tentang Energi ini dapat menggambarkan kejelasan dan kepastian Hukum, dalam rangka optimasi penyediaan energi nasional, dan ini perlu diatur dalam Undang-Undang tentang Energi.

Pimpinan Sidang, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,

Pada kesempatan ini Fraksi partai Golkar ingin mengajak Fraksi-Fraksi di dalam Lembaga Legislatif di dalam menyusun produk hukum baru untuk menyepakati prinsip-prinsip Umum sebagai berikut :

1. Menjadikan Sistem Hukum sebagai Instrumen yang efektif untuk Pembangunan secara holistik. Hal ini berarti bahwa:

(8)

- Hukum bukan hanya kepentingan hukum;

-

Hukum atau Regulasi yang mengatur Energi harus dilakukan secara terpadu dari Hulu (up stream) hingga ke hilir (down stream). 2. Undang-Undang tentang Energi berisi mengenai makna tentang

bagaimana penyediaan dan pemanfaatan Energi; dimana penyediaan energi diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri dalam rangka peningkatan ketahanan nasional; sedangkan pemanfaatan Energi dilakukan dengan memperhatikan seluruh potensi sumberdaya energi dengan menitikberatkan pada aspek teknologi, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip konservasi, dan diversifikasi energi.

3. Undang-Undang tentang Energi, perlu diperjelas tentang konsep energy, policy, diversifikasi energi, agar energi benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat, menjadi simpul dan bingkai pemersatu bangsa, memelihara dan mengangkat harkat/martabat kemanusiaan serta menjadi wahana memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kulitas sumber daya manusia Indonesia.

Pimpinan Sidang, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,

Fraksi Partai Golkar mengharapkan kiranya RUU tentang Energi bisa menjadi Undang-Undang Energi yang berfungsi sebagai “Payung” bagi Undang-Undang lain di bidang Energi.

Untuk itulah, Fraksi Partai Golkar berpendapat bahwa:

1.

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang berupa panas, cahaya, mekanik dan elektromagnetik; artinya bahwa sumber energi baik baru maupun terbarukan harus dikelola dengan menganut prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable-development). Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Esensi dari penjelasan tersebut adalah adanya kebutuhan dan keterbatasan. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pada tingkat yang minimum, pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung seluruh kehidupan di muka bumi.

2. Seperti pada pengusahaan minyak dan gas bumi, kegiatan usaha eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan Energi adalah Padat Biaya, padat Teknologi, dan beresiko tinggi. Bagaimanapun juga pengusahaan Energi sisi hulu dan hilir menjadi satu kesatuan usaha terpadu, khususnya untuk keperluan pembangkitan tenaga listrik. Untuk menarik investasi usaha Energi, perlu diatur dalam RUU Energi, agar diadakan subsidi silang (antara Energi fosil dan non fosil).

3. Untuk daerah non kompetisi, perusahaan listrik berkewajiban mengalokasikan sebagian produknya dari pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan.

4. Dalam rangka pelaksanaan konservasi energi, pemerintah menetapkan program konservasi energi nasional, memberikan kemudahan bagi produsen hemat energi dan pengguna sumber energi dan energi yang berhasil melaksanakan konservasi energi.

(9)

5. Pemerintah mendorong dan mengembangkan mekanisme pendanaan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi energi serta memfasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang penyediaan, pemanfaatan dan pengusahaan energi.

Pimpinan Sidang, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati, Atas dasar pandangan dan catatan berkaitan dengan RUU tentang Penyelengara Pemilu, yang berguna untuk penyempurnaan RUU dimaksud, dan dengan memperhatikan penjelasan dan pertimbangan berkaitan dengan RUU tentang Energi maka dengan ini Fraksi Partai GOLKAR dengan mengucapkan Bismillahirrahmannirrahim, menyetujui RUU tentang Penyelenggara Pemilu sebagai Usul Inisiatif DPR-RI dan menyetujui RUU tentang Energi sebagai Usul Inisiatif DPR-RI.

Demikian tanggapan Fraksi Partai Golkar terhadap Usul Inisitaif mengenai RUU tentang Penyelenggara Pemilu dan RUU tentang Energi. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan Rahmat-Nya kepada usaha kita semua. Amien.

Billahittaufiq Wal Hidayah,

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Hi Wabarakatuh

Jakarta, 14 November 2005

Pimpinan Fraksi Partai Golongan Karya Dewan Perwakilan rakyat Republik Indonesia

Andi Mattalatta, SH.MH. M. Yahya Zaini, SH.

Ketua Sekretaris

KETUA RAPAT :

Terima kasih kami sampaikan kepada Juru Bicara dari Fraksi Partai Golkar.

Berikutnya kami persilahkan juru bicara kedua dari Fraksi PDI Perjuangan, yang terhormat Saudara IR. BAMBANG WURYANTO, MBA., untuk menyampaikan Pendapat Fraksinya. Kami persilahkan.

(10)

F-PDIP (IR. BAMBANG WURYANTO, MBA.) : PENDAPAT

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMILU Disampaikan Oleh : Ir. Bambang Wuryanto, MBA Anggota Nomor : A - 344

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

MERDEKA !!!

Yang Terhormat Saudara Ketua dan Para Wakil Ketua;

Yang Terhormat Anggota Dewan dan Sidang Dewan yang Kami muliakan,

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang senantiasa memberikan berkah, rahmat dan karuni-Nya, kepada kita bersama segenap masyarakat Bangsa Indonesia, terlebih lagi bagi kita anggota Dewan sehingga kita pada hari ini dapat bertemu dan melaksanakan Sidang Dewan yang mulia ini, dengan agenda penyampaian Pendapat Fraksi atas RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu, untuk selanjutnya diambil keputusan.

RUU yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu, merupakan salah satu RUU yang sangat dibutuhkan dalam kerangka negara demokrasi. Sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, maka proses Pemilu menjadi sangat penting untuk diatur pelaksanaannya, sehingga penyelenggaraan Pemilu menjadi tertib, dan benar-benar mewujudkan kedaulatan rakyat, dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, dengan tetap memperhatikan peranan Partai Politik Peserta Pemilu.

(11)

Hadirin yang berbahagia,

Penyelenggaraan pemilu merupakan konsekuensi yuridis dari adanya amandemen terhadap UUD 1945. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 22E UUD 1945, Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Sedangkan peserta Pemilu adalah: partai politik untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan perseorangan untuk memilih Dewan Perwakilan Daerah.

Dengan iklim politik yang lebih demokratis, serta adanya tuntutan untuk melakukan Pemilu yang sesuai dengan amanat rakyat, maka UU Pemilu yang telah ada, diharapkan dapat mewujudkan nilai-nilai demokratis yang diinginkan oleh masyarakat, melibatkan aspirasi masyarakat seluas-luasnya dan dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, dengan tetap memperhatikan peranan Partai Politik Peserta Pemilu.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Kami Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Sistem Pemilu yang dipergunakan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat serta sesuai dengan asas keterbukaan, menjadi fokus yang tak dapat diabaikan dalam RUU Penyelenggaraan Pemilu.Dalam rangka pembahasan undang-undang ini, pelembagaan demokrasi yang diwujudkan melalui penetapan standarisasi prosedur dan nilai harus mampu kita ciptakan bersama. Prinsip paling elementer dalam demokrasi yakni One Person One Vote One Value (OPOVOV) dan keterwakilan politik harus ditegakkan dan dilembagakan.

RUU ini harus dapat menciptakan suatu sistem Pemilu yang nanti dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara “fair”, menetapkan calon-calon rakyat sesuai dengan aspirasi para konstituennya.

2.

Undang-undang pemilu harus dapat mendorong terciptanya sistem kepartaian yang efektif untuk menjamin bekerjanya mekanisme demikrasi perwakilan. Untuk itu rasionalisasi sitem kepataian merupakan suatu keharusan. Terdapat banyak cara untuk merasionalisasi sistem kepartaian, tetepi kami berpendapat rasionalisasi sistem kepartaian harus dilakukan secara demokratis dan alamiah. Pengalaman di berbagai negara demokrasi yang sudah stabil menunjukkan bahwa cara yang paling demokratis dan alamiah adalah dengan pemberlakuan threshold. Selain itu Fraksi kami juga tidak memberlakukan stembus accord agar mekanisme perwakilan benar-benar dapat berjalan.

3.

Selain sistem Pemilu, pelaksana Pemilu yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), juga harus mendapatkan perhatian. KPU sebagai lembaga pelaksana Pemilu, yang bersifat nasional, tetap, mandiri, serta independen, diharapkan mampu menyelenggarakan Pemilu, yang menjadi tugas utamanya. Keberadaan KPU Nasional, dibantu pula dengan KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, yang bersifat tetap serta PPK, PPS, dan KPPS yang memiliki sifat ad hoc, sehingga Pemilu dapat dilaksanakan dengan baik

(12)

dan lancar. Guna memperlancar tugas KPU, diperlukan pula suatu lembaga yang mengawasi pelaksanaan Pemilu. Lembaga inilah yang nantinya bertugas mengawasi pelaksanaan Pemilu yang dilakukan oleh KPU.

4. Daerah Pemilihan serta Penghitungan Suara, juga tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan perhatian. Daerah Pemilihan menjadi sangat penting untuk menentukan wakil-wakil dari para konstituen, sehingga dimasa mendatang akan dihindari terpilihnya wakil-wakil yang mewakili daerah pemilihan tetapi tidak dikenal oleh konstituennya.

5. Sistem penghitungan suara yang dianut dalam Pemilu, harus menghindari kemungkinan terjadinya suara-suara yang hilang ataupun suara-suara yang diberikan kepada Partai lain. Dengan demikian maka kelebihan suara yang diperoleh partai di setiap daerah pemilihan, akan tetap dihitung secara nasional dan tetap berfungsi untuk partai itu sendiri.

Demikian Pendapat Fraksi PDI Perjuangan atas RUU inisiatif tentang Penyelenggaraan Pemilu. Fraksi PDI Perjuangan menerima rumusan RUU untuk selanjutnya menjadi RUU inisiatif untuk kemudian dibahas bersama-sama.

Pada kesempatan ini Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Pimpinan dan Para Anggota Dewan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. MERDEKA !!!

Jakarta, 14 November 2005 PIMPINAN FRAKSI

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Ketua, Sekretaris,

PANDA NABABAN ZAINAL ARIFIN

A – 326 A - 325 PENDAPAT

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT FRAKSI Terhadap

USUL INISIATIF PARA PENGUSUL RUU tentang E N E R G I Disampaikan oleh : Ir Bambang Wuryanto, MBA Nomor Anggota : A - 344

(13)

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua.

Yang Terhormat Saudara Ketua dan Para Wakil Ketua;

Yang Terhormat Saudara Anggota Dewan yang kami muliakan, Merdeka ! ! !

Mengawali kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji Syukur atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan seizin-Nya kita dapat menghadiri dan melaksanakan Sidang Paripurna pada hari ini.

Saudara Peserta Sidang yang Kami muliakan,

Patut kiranya dihargai upaya para Anggota DPR RI yang dengan bersemangat telah berinisiatif untuk mengusulkan satu rancangan tentang UU Energi agar dapat dibahas oleh DPR dengan Pemerintah. Namun, sebelum draft RUU ini dibahas lebih lanjut, maka menurut perkenankan kami dari Fraksi PDI Perjuangan menyampaikan beberapa hal berikut ini untuk dapat kita dalami bersama.

Pertama, dengan telah dilakukannya uji final melalui judicial review oleh

Mahkamah Konstitusi (MK) RI terhadap beberapa Pasal di dalam UU No. 22 Thn 2001 tentang MIGAS, dan putusan MK juga yang pada intinya mengharuskan adanya revisi terhadap UU No. 20 Thn 2002 tentang KETENAGALISTRIKAN, maka topic-topik soal yang berkaitan dengan pertimbangan putusan MK itu terhadap kedua UU tersebut, patutlah kita cermati dengan seksama dan teliti kembali. Dalam pada itu, UU No. 27 Thn 2003 tentang PANAS BUMI, sudah diberlakukan pada saat ini, sehingga beberapa substansi yang saling terkait di dalamnya dengan RUU Enerji ini, patutlah untuk disinkronkan dan diharmoniskan antara yang satu dengan yang lain.

Kedua, dalam relevansi yang kami kemukakan di atas itu, secara umum

tampak bagi bahwa pada intinya draft RUU Enerji ini sudah cukup bagus dan memadai untuk dapat diteruskan ke tingkat pembahasan. Tetapi tentu saja dengan pesan kuat dari kami, agar hal-hal yang hormonis dan sinkron dengan berbagai UU yang sudah diberlkukan sebelumnya, dan RUU lain yang sedang dibahas sekarang ini dapat kita konstruksi ke dalam satu konsep kebijakan regulasi dalam RUU Enerji ini. Fraksi PDI Perjuangan memandang bahwa konstruksi kebijakan regulasi yang sinkron dan harmonis menyangkut kaidah-kaidah normatif dan teknokratis, adalah wajib kita lakukan secara paralel dan horisontal. Sehingga dengan itu kita dapat menghindarkan adanya tumpang tindih normatif dan teknokratis, yang pada gilirannya akan menjadi soal praktis implementasi antar sektor-sektor di lingkungan Eksekutif. Kami hendak menegaskan hal itu, supaya jangan sampai terjadi akibat regulasi yang timbul dari RUU ini. Karena kelak akan dapat menimbulkan persoalan serius bagi Presiden dalam memimpin penyelenggaraannya dan juga bagi para pelaku enerji, dan khususnya rakyat yang akan menjadi konsumen bisa jadi stagnan dan dilemmatis. Pengalaman bangsa ini yang sudah beberapa kali menderita masalah enerji listrik dan BBM, ingin kami tekankan disini, supaya jangan sampai pernah menjadi nyata berubah sebagai krisis enerji nasional. Sebab,

(14)

bilamana krisis nasional terjadi, maka pengalaman kita sudah mengajarkan, ternyata krisis bisa merambat liar ke krisis yang lain-lain.

Ketiga, sebagaimana kita tahu dan sadar bahwa cakupan enerji itu

sendiri seyogianya mengandung pemahaman definitif yang sangat luas. Di dalamnya meliputi enerji hasil alam dan buatan manusia, yang terbarukan maupun tak-terbarukan, yang diantaranya termasuk minyak dan gas bumi serta panas bumi, listrik, batu bara, bahkan sampai enerji matahari dan gelombang lautan, dsb. Maka, bukankah seharusnya RUU tentang Energi ini dibuat sebagai payung kebijakan regulasi bagi seluruh bangsa ini, bukan hanya dalam rangka agenda politik reaktif sporadis jangka pendek, sekedar ingin menghindarkan harga minyak yang sedang meninggi saat ini. Tetapi bagaimana bangsa kita merancang satu desain enjineering makro, yang berimplikasi mikro dengan melahirkan berbagai kreasi dan inovasi cerdas, untuk secara substansial masuk ke dalam pokok soal rancang bangun, misalnya teknologi industri dan otomotif hemat bahan bakar, ramah lingkungan, tidak tunggal melulu tergantung kepada enerji migas. Multiplier effects dari rancang-bangun makro yang demikian ini, seyogianya kita sadari benar bahwa itu jauh lebih urgen dan mendesak untuk bangsa ini daripada sekedar agenda politik jangka pendek dan menengah yang berkutat di sekitar harga BBM dan listrik. Untuk makasud itulah, kami hendak memesankan agar deretan ketentuan di dalam Pasal-pasal dan Ayat-ayat RUU ini, kelak harus dapat berlaku legal binding dalam pengelolaan dan pemanfaatan enerji nasional dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Di dalamnya terkait regulasi kebijakan untuk menciptakan akomodasi kondusif bagi domestifikasi aspek riset teknologi industri dan otomotif di darat, laut dan udara, juga capacity and competence building para personalia pendukung dari sumber daya kemanusiaan dengan kearifan local Indonesia, dukungan sosial kultural ekonomis, dan sebagainya yang terkait.

Ketiga, untuk mencapai maksud di atas itu maka tampak betapa

pentingnya kita posisikan fungsi dan peranan lembaga otoritas public, yang tampak tampak bagi kami di dalam draft RUU Enerji ini masih belum cukup terfokus untuk diarahkan kepada yang kami maksudkan di atas. Sebaliknya kami merasakan kuat kesan dari RUU ini terlalu banyak bertumpu seakan-akan hanya terhadap pentingnya pengaturan mengenai imperatif teknis di dalam pengelolaan dan pengaturan enerji. Sebagaimana lazim di dalam setiap UU, haruslah sangat jelas dan tegas bagaimana fungsi dan peranan Negara, pemerintah, dan otoritas publik lainnya di dalam setiap pengaturan yang akan berlaku secara umum dan yang ditujukan untuk mengatur hal yang menjadi kepentingan umum (public interest) serta lagi pula memiliki fungsi sangat strategis dan vital, yang dalam hal ini kami maksudkan sebagai Kebijakan Enerji Nasional (KEN) untuk rancang-bangun makro dengan implikasi mikro seperti di atas itu. Selain daripada itu, jangan sampai kita abaikan pula fokus dari fungsi dan peranan itu, supaya sejalan dengan kewajiban asasi Negara dalam rangka menyelenggarakan kesejahteraan sosial masyarakat dan menjamin perlindungan atas ketersediaan energi (security supply) bagi masyarakat dalam jangka panjang. Sebab, bagaimana pun juga, fungsi dan peranan Negara itu tidak akan tergantikan oleh para pelaku usaha di alam pasar bebas, terutama dalam bidang usaha yang mengutamakan padat modal dan teknologi tinggi. Antara lain ada hal-hal yang dapat dan boleh dilaksanakan sendiri oleh

(15)

Pemerintah, tetapi ada juga prinsip normatif yang harus tidak boleh dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau pelaku usaha tanpa sebelumnya memperoleh persetujuan dari DPR-RI atau Lembaga Legislatif Daerah. Maka menurut hemat kami, pokok-pokok soal mengenai hal-hal itu, masih perlu dan harus kita dalami lagi dengan sangat seksama dan teliti di dalam tahap pembahasan yang selanjutnya.

Saudara Peserta Sidang yang Kami muliakan,

Pokok-pokok soal di atas itu dan yang terkait dengannya, perlu serius untuk kita dalami untuk dapat dilaksanakan oleh satu Lembaga atau Badan yang menjalankan fungsi dan kewenangan sebagai Komite Energi Nasional, yang produknya mengikat semua pihak. Maka hal itu memang tidak akan memadai jika hanya berupa satu bentuk hokum di bawah Undang-undang, sehingga Fraksi kami setuju agar untuk itu perlu diatur dengan Undang-undang, bukan sekedar bentuk hukum lain di bawah UU seperti selama ini. Aturan mengenai prosedur pembentukannya dan keanggotaannya, sebagai lembaga professional yang misalnya terdiri dari Badan Pengatur dan Badan Pelaksana, perlu kita dalami lebih seksama. Badan atau Komite yang seperti ini sudah berjalan dengan baik di beberapa Negara, yang bahkan di India telah menjadi satu Kementerian Enerji yang tersendiri.

Dengan mengingat hal-hal yang tersebut di atas itu dan seraya mempertimbangkan pentingnya kita memiliki satu UU Enerji di masa depan, maka menurut pertimbangan Fraksi kami, memang perlu agar DPR RI dan Pemerintah segera dapat meneruskan untuk mendalami dan membahas lebih jauh mengenai draft RUU yang sudah diajukan oleh para Pengusul ini. Tetapi bersamaan dengan itu, kami mengharapkan kiranya pokok-pokok soal yang antara lain kami sampaikan seperti di atas itu, patut kita pertimbangkan sungguh-sungguh dengan lebih seksama untuk dapat diintegrasikan ke dalam draft RUU ini.

Maka dalam menanggapi usulan para Pengusul mengenai RUU Enerji ini, pada prinsipnya kami dari Fraksi PDI Perjuangan dapat menyetujui untuk meneruskan pendalaman dan pembahasannya. Dan tentu saja, Fraksi kami pun terbuka untuk menerima semua masukan dari masyarakat dan bekerja-sama dengan berbagai pihak dalam pembahasan RUU tentang Enerji ini.

Demikianlah Pendapat Fraksi PDI Perjuangan ini kami sampaikan, semoga RUU yang kita bahas nantinya ini akan bermanfaat bagi masyarakat. Wassalamualaikum Wr.Wb.

MERDEKA !!!

Jakarta, 14 Nopember 2005 PIMPINAN FRAKSI

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Ketua, PANDA NABABAN A – 326 Sekretaris, ZAINAL ARIFIN A - 325

(16)

KETUA RAPAT :

Terima kasih kami sampaikan kepada Juru Bicara dari Fraksi PDI Perjuangan.

Berikutnya kami persilahkan juru bicara ketiga dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, yang terhormat Saudara H. SUHARSO MONOARFA, untuk menyampaikan Pendapat Fraksinya. Kami persilahkan.

F-PPP (H. SUHARSO MONOARFA) : TANGGAPAN

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF KOMISI II TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

DAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF KOMISI VII TENTANG ENERGI

Disampaikan pada Rapat Paripurna DPR-RI Senin 14 November 2005 Juru Bicara Fraksi PPP DPR-RI : H. Suharso Monoarfa

Anggota DPR-RI Nomor : A-70

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Yang terhormat Pimpinan Rapat Paripurna Dewan. Yang terhormat Rekan-rekan Anggota Dewan. Dan hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita naikkan rasa syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kita hadir di siding paripurna ini. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Semoga kita mendapatkan rahmat dan kekuatan untuk mengikuti jejak Rasulullah. Amin.

Masih dalam suasana Syawal ini, perkenankan kami, atas nama keluarga besar Partai Persatuan Pembangunan mengucapkan, “Selamat Iedul

(17)

Fitri 1426 H, taqabballahu minna wa minkum, minal aidzin walfaidzin, mohon

maaf lahir dan batin”.

Selanjutnya kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap Para Pengusul khususnya rekan-rekan di Komisi II dan Komisi VII, yang telah bekerja keras menyusun dan mempersiapkan kedua RUU ini hingga beberapa saat lagi akan dimintakan persetujuannya menjadi RUU DPR. Semoga kerja keras tersebut memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan Negara, serta menjadi amal soleh yang diterima disisi Allah SWT.

Sidang Dewan yang terhormat,

Penyelenggaraan Pemilihaan Umum di tanah air yang telah berlangsung pada tahun 2004 lalu mendapatkan pujian tidak saja dari dalam negeri, bahkan juga masyarakat internasional. Indonesia kemudian disebut sebagai salah satu dari hanya 3 (tiga) – kami ulangi 3 (tiga) – Negara besar di dunia yang berhasil melaksanakan pemilihan umum dengan dengan jumlah pemilih di atas 100 juta orang, dengan tingkat partisipasi pemilih mendekati 90 persen. Bahkan kalau dilihat dari sudut pandang geografis dengan infrastruktur yang terbatas, kita boleh berbangsa bahwa kita adalah satu-satunya Negara kepulauan (archipelago) di dunia yang dinilai sukses melaksanakan salah satu proses demokrasi : pelaksanaan Pemilu.

Sejarah Pemilu kita berawal pada perhelatan akbar nasional di tahun 1955. sebagai sebuah Negara muda, kita untuk pertama kalinya menyelenggarakan Pemilu pada 1955. dalam berbagai literature sejarah politik kontemporer Indonesia, penyelenggaraan Pemilu 1955 diungkapkan dengan kontras terhadap penyelenggaraan Pemilu semasa Orde Baru. Penyelenggaraan Pemilu 1955 dinilai lebih Luber (langsung, umum, bebas, rahasia) dan Jurdil (jujur dan adil) dibandingkan penyelenggaraan Pemilu semasa Orde Baru – yang memang tanpa Jurdil.

Baik Pemilu 1955, maupun Pemilu semasa Orde Baru diselenggarakan bukan atas perintah konstitusi melainkan lebih didasarkan pada konsesus nasional yang di masa Orde Baru diakomodasikan ke dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Penyelenggara Pemilu 1971 s/d 1997 adalah pemerintah dengan membentuk Lembaga Pemilihan Umum yang dikontrol secara ketat. Babak baru penyelenggaraan Pemilu dimulai pada 1998 dengan dibentuknya Panitia Pemilihan Indonesia sebagai pelaksana Pemilu yang independent terhadap pemerintah, kecuali dalam hal dukungan administratif tetap memerlukan dukungan pemerintah.

Barulah di tahun 2001, di dalam Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal tentang Pemilu dimasukkan sebagai bagian dari konstitusi. Yakni, sebagaimana dirumuskan dalam Bab VIIB Pemilihan Umum Pasal 22E. Selengkapnya, teks konstitusi tentang Pemilihan Umum itu berbunyi :

1. Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

(18)

2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.

5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.

6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Sidang Dewan yang terhormat,

Ketentuan konstitusi tentang Pemilihan Umum tersebut memang tidak dengan tegas menyebutkan tentang sistem Pemilu. Tetapi unsur-unsur lain di dalam electoral laws disebutkan secara definitif, seperti asas-asas Pemilu (Luber dan Jurdil), lembaga-lembaga negara yang ditentukan melalui Pemilu, peserta Pemilu – yaitu Partai Politik dan perseorangan, dan penyelenggaraan dalam pengertian pengorganisasian.

Memang, di dalam ketentuan itu tidak termasuk pemilihan kepala daerah baik Gubernur maupun Bupati dan Walikota. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) disebutkan di dalam Bab VI Pemerintahan Daerah pasal 18 ayat 4 UUD Negara RI tahun 1945, yang menyatakan bahwa kepala daerah dipilih secara demokratis. Sehingga seakan mengikuti logika linier, pengaturan derivatif lebih lanjut tentang Pilkada diakomodasikan kedalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Hal ini kemudian mengundang penafsiran konotatif bahwa Pilkada boleh jadi tidak termasuk ke dalam rezim Pemilu tetapi dikategorikan ke dalam ranah Pemerintahan Daerah. Padahal meskipun wilayah dan pemilih di dalam Pilkada terbatas di daerah, ini tidak berarti menghilangkan sifat intrinsik Pilkada sebagai sebuah

“election”.

Hal di atas ikut membuktikan bahwa pengaturan Pemilu masih terpisah-pisah. Undang-undang No. 12 tahun 2003 mengatur pemilu anggota DPR. DPRD dan DPD. Undang-undang No. 23 tahun 2003 mengatur pemilihan presiden dan wakil presiden. Sementara seperti telah disebutkan di atas, pemilihan kepala daerah diatur di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Selain menimbulkan penafsiran konotatif atas persoalan pengaturan pemilihan yang terpisah-pisah, ketentuan konstitusi juga tidak dengan tegas menyebutkan siapa penyelenggara Pemilihan Umum. Pasal 23E UUD Negara RI tahun 1945 “hanya” menyebutkan bahwa “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Subyek komisi pemilihan umum tidaklah ditulis dengan huruf kapital sebagaimana digunakan dalam penyebutan lembaga-lembaga negara di dalam Undang-undang Dasar, termasuk lembaga baru seperti Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.

(19)

Ditulis dengan bukan huruf kapital mengartikan bahwa komisi pemilihan umum adalah sebuah nama generik. Sekalipun itu sebuah nama generik, apakah suatu komisi pemilihan umum dapat dikategorikan sebagai salah satu lembaga negara. Pertanyaan ini antara lain dapat dijawab bahwa dari perspektif negara modern yang menganut sistem demokrasi, lembaga serupa itu disebut sebagai sebuah auxliary state institution. Karena itu, boleh jadi yang dimaksudkan oleh konstitusi kita terhadap “suatu komisi pemilihan umum” mengacu kepada pengakuan eksistensi sebuah lembaga di luar pemerintahan dan di luar lembaga-lembaga negara yang disebutkan di dalam konstitusi kita mengenal rezim Pemilu, yang bahkan diberi sifat nasional, tetap dan mandiri. Oleh karena itu, di kemudian hari perlu dipertegas posisi “suatu komisi pemilihan umum” sebagai “juga” sebuah lembaga negara.

Maka, jika kita sepakati bahwa Pilkada adalah sebuah proses pemilu atau salah satu dari jenis Pemilu, sudah seharusnya penyelenggaraan Pilkada juga dilaksanakan oleh “suatu komisi pemilihan umum”. Dengan demikian, kita hanya akan mengenal satu penyelenggara pemilu yang berdedikasi untuk menyelenggarakan semua jenis Pemilu. Manakala pandangan ini dapat diterima, maka pengaturan pelaksanaan Pilkada tidak lagi berada di dalam domain Pemerintah Daerah, melainkan masuk ke dalam katagori Pemilihan Umum.

Dalam praktiknya, subyek komisi pemilihan umum menjadio sebuah nama lembaga penyelenggara Pemilu, sehingga ditulis dengan huruf capital : Komisi Pemilihan Umum. Sementara itu, Pilkada yang telah, sedang dan akan berlangsung dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU-Daerah) dengan supervisi peraturan pemerintah yang didasarkan pada Undang-Undang No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintah Daerah, termasuk perubahannya yang diputuskan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi No. 072-073/PUU-II/2004 dan No. 005/PUU-III/2005. Padahal KPU-Daerah adalah bagian dari struktur KPU-Pusat termasuk garis pertanggungjawabannya. Hal ini, menegaskan bahwa de-facto Pilkada adalah salah satu jenis pemilu yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang dalam hal ini KPU-Daerah.

Sidang Dewan yang terhormat,

Penyelenggaraan pemilihan umum pada dasarnya adalah pengorganisasian Pemilu yang meliputi sistem pelaksanaan Pemilu dan termasuk di dalamnya Penyelenggaraan Pemilu. Dalam sistem pengorganisasian yang menganut asas check and balances, Penyelenggara dapat diartikan sebagai sebuah organisasi yang didalamnya melekat sistem pengawasan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Penyelenggara adalah pelaksana dan pengawas. Sementara di dalam sistem organisasi KPU saat ini, organisasi pengawas merupakan organisasi yang dibentuk oleh KPU, sehingga ia lebih bersifat internal auditor, tetapi cakupan tugasnya meluas hingga menyerupai external auditor. Akibatnya, KPU berjalan bagaikan sebuah organisasi yang super-body yang seakan untouchable oleh siapapun. Pada gilirannya kemudian, KPU terlibat lebih jauh ke dalam proses manajemen pelaksanaan yang kompleks yang pada dasarnya merupakan

(20)

Karena itulah, dan dengan mencermati perkembangan penyelenggara Pemilu, yang de-facto dan de-jure saat ini adalah Komisi Pemilihan Umum, perlu dilakukan suatu terobosan peraturan perundang-undangan untuk memperbaiki, mengubah dan menyempurnakan organisasi Penyelenggaran Pemilu yang lebih kredibel dan akuntabel. Terobosan itu juga dimaksudkan untuk menjadikan Penyelenggara Pemilu sebagai lembaga yang menyelenggarakan semua jenis Pemilu termasuk Pilkada.

Perubahan yang diharapkan terhadap Penyelenggara Pemilu dengan sendirinya termasuk pembaharuan tata laksana dan manajemen internal Penyelenggara Pemilu. Khususnya, agar sebagai pembuat kebijakan (policy

maker), Penyelenggara tidak terlibat langsung dalam execuitng action. Tentu,

Penyelenggara Pemilu memerlukan dukungan administrasi dan pelaksana langsung (administrative & management supporting) yang professional dan berintegritas serta memiliki kompetensi yang tinggi di bidangnya masing-masing termasuk kapabilitas dalam hal teknologi informasi. Karena itu, perlu dipikirkan pola rekrutmen tenaga-tenaga professional pendukung termasuk apakah harus Pegawai Negeri Sipil, atau terbuka bagi mereka yang memiliki keahlian khusus dan terbatas populasinya.

Idealisasi Penyelenggara Pemilu dengan format baru haruslah menjadi titik awal dari pembahasan atas perubahan peraturan perundang-undangan, agar tidak terulang lagi kesalahan elementer yang tidak sepatutnya terjadi. Apalagi terkait dengan tuntutan moralitas yang tinggi terhadap para aparaturnya. Sebagaimana sebuah kelaziman harapan senantiasa digantungkan pada perubahan yang lebih baik lagi.

Berikutnya kami sampaikan Tanggapan Fraksi PPP terhadap RUU Usul Inisiatif tentang energi.

Sidang Dewan yang terhormat,

Sektor energi memegang peranan penting dalam perekonomian. Sulit dibayangkan masyarakat hidup tanpa energi. Pesatnya perkembangan ekonomi yang diikuti oleh peningkatan permintaan kebutuhan energi mengharuskan penyediaan energi bagi kepentingan masyarakat dan dunia usaha yang memadai.

Sementara itu, minyak dan gas bumi merupakan sumber energi yang tidak terbarukan sehingga peranannya dimasa mendatang akan terbatas seiring dengan semakin menipisnya cadangan yang kita miliki. Masyarakat juga sudah sangat tergantung pada sumber daya energi minyak dan gas bahkan telah dinina bobo dengan harga yang murah karena disubsidi sehingga konsumsi meningkat. Akibatnya, masyarakat tidak memiliki sensitivitas terhadap kelangsungan pasokan sumber energi meningkatnya resiko dan ketidakpastian bahkan seringkali menyulut terjadinya krisis energi, sehingga perlu dipikirkan kebijakan energi alternatif, terutama mencari berbagai terobosan untuk memecahkan kendala tersebut.

Salah satu upaya mengatasi ancaman krisis ini adalah menggeser ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan minyak dan gas bumi dan

(21)

melakukan diversifikasi penggunaan energi alternative menjadi program nasional. Pergeseran penggunaan energi alternatif juga akan memangkas subsidi BBM yang nilainya triliunan rupiah setiap tahun sehingga kita dapat berkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur, peningkatan indeks pembangunan manusia, dan indeks kesehatan, terutama di sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan yang langsung menyentuh bagian terbesar rakyatIndonesia.

Selain itu, keberhasilan dalam mendorong pemasyarakatan penggunaan energi alternatif sangat tergantung pada sejauh mana penyediaan energi alternatif yang murah dan mudah diperoleh serta menguntungkan dan tidak membahayakan bagi kehidupan manusia. Demikian pula, pengelolaan sektor ini juga melibatkan banyak peran sektor-sektor lain dan pengaturannya juga bisa bersifat lintas sektoral. Dengan demikian kesadaran semua pihak untuk dapat saling bekerjasama dan melakukan koordinasi dalam upaya membangun sektor energi menjadi sangat penting dan tidak terhindarkan.

Sidang Dewan yang terhormat,

Sektor energi merupakan komoditas strategis. Untuk itu, Pemerintah sebagai pemegang regulasi harus tetap memperhatikan pengelolaan sektor energi sebagai sebuah cadang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Acuannya adalah Pasal 33 ayat (2) UUD 1945, bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Meskipun demikian, peran swasta dalam penyediaan energi sangat penting dan diperlukan dalam ikut memberikan kontribusi penyediaan energi dan penggunaan energi alternatif. Terbukanya peluang investasi dibidang energi terutama untuk menjamin ketersediaan pasokan sumber energi yang memadai dan efisien serta merta di seluruh tanah air, termasuk pelayanan yang baik dan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Pada sisi lain, sistem energi yang baru dapat menjamin stabilitas dan kelangsungan dunia usaha dimasa mendatang.

Selain itu, terbukanya peluang swasta dalam bidang energi harus tetap mengemban fungsi dari tujuan pokok yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bukan sebaliknya, kebijakan energi sebagai tujuan otonom dengan sasaran-sasaran tersendiri lepas dari kepentingan masyarakat secara menyeluruh.

Sementara untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul dimasa mendatang perlu cara laind ari bentuk campur tangan pemerintah yakni melalui regulasi. Untuk itu, isi regulasi energi, baik langsung maupun tidak langsung, harus dapat melindungi kepentingan masyarakat luas sebagai konsumen energi. Hal ini untuk menghindari agar penyediaan energi tidak dikuasai oleh beberapa orang atau kelompok orang saja atau hanya kelompok tertentu saja yang terlayani.

Menyadari peran penting sumber daya energi bagi kepentingan nasional tersebut, maka penyediaan, pengusahaan dan pemanfaatan sumber energi

(22)

untuk kepentingan nasional harus dilaksanakan secara memadai dengan memberikan suatu kepastian hukum, agar pemanfaatan penyediaan, pengusahaan dan pemanfaatan sumber energi bisa dapat dilakukan secara berkelanjutan dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuaran rakyat sebagai diamanatkan dalam konstitusi kita.

Pimpinan Sidang yang terhormat;

Rekan-rekan Anggota Dewan yang terhormat; dan Hadirin sekalian yang berbahagia,

Akhirnya, berdasarkan catatan dan harapan yang telah kami kemukakan di atas, seraya berserah diri kepada Allah dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahiem, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan memberikan persetujuannya atas RUU Usul Inisiatif Komisi II DPR-RI tentang RUU Penyelenggara Pemilihan Umum dan RUU Usul Inisiatif Komisi VIII DPR-RI tentang RUU Energi menjadi RUU DPR-RI. Semoga dalam pembahasannya dapat berjalan dengan lancar, sesuai jadwal dan mengakomodir aspirasi yang berkembang di masyarakat.

Demikianlah Tanggapan Fraksi PPP atas kedua RUU Usul Inisiatif tersebut disampaikan. Atas perhatian dan kesabaran rekan-rekan Anggota Dewan dan saudara-saudara sekalian dalam mendengarkan tanggapan kami, diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullhai Wabarakatuh. Jakarta, 14 November 2005

PIMPINAN

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Ketua,

DRS. H. ENDIN AJ. SOEFIHARA,MMA

Sekretaris,

DRS. H. LUKMAN HAKIEM

KETUA RAPAT :

Terima kasih kami sampaikan kepada Juru Bicara dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.

(23)

Berikutnya kami persilahkan juru bicara keempat Fraksi Partai Demokrat, yang terhormat Saudara IGN. MULYONO, untuk menyampaikan Pendapat Fraksinya. Kami persilahkan.

F-PD (IGN. MULYONO) :

PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRAT MENGENAI

USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI T E R H A D A P

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ENERGI

Dibacakan Oleh : IGNATIUS MULYONO Nomor Anggota : A-103

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang,

Yang terhormat Para Anggota DPR-RI serta hadirin yang kami hormati.

Pertama-tama marilah kita bersama-sama memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Ridho-Nya kita sekalian dapat menghadiri rapat yang penting ini dalam keadaan sehat wal afiat dan penuh kebahagiaan.

Pada kesempatan yang baik ini, ijinkanlah Fraksi Partai Demokrat menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada rekan-rekan anggota Dewan yang terhormat atas usaha yang keras telah berhasil menyusun usul inisiatif Rancangan Undang-undang ini.

Bagi bangsa Indonesia, Pemilihan Umum merupakan sarana perwujudkan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Guna menghasilkan suatu pemilihan umum yang berkualitas dan memenuhi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya yang terwujud dalam azas Pemilu, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, dibutuhkan institusi penyelenggara Pemilu yang memiliki integritas, profesional dan akuntabel serta bersifat nasional, tetap dan mandiri.

Kita bangga, karena bangsa Indonesia telah berhasil membuktikan dirinya sebagai bangsa yang mampu menyelenggarakan pemilihan umum secara langsung dalam pemilihan anggota DPR, DPRD, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dengan sukses, sehingga mendapat penghargaan dari berbagai negara, bahkan mampu memunculkan kekaguman dari berbagai tokoh internasional, meskipun pada kelanjutan terjadi “kecelakaan internal” yang sungguh kita sesalkan bersama, bak susu sebelanga rusak oleh nila setitik. Kita menghargai setinggi-tingginya prestasi bangsa Indonesia umumnya dan para penyelenggara pemilu khususnya, meskipun sekali lagi

(24)

kita juga menyesalkan atas kasus yang terjadi, yang saat ini masih dalam proses di pengadilan.

Demokrasi semakin berkembang, dengan penyelenggaraan pemilihan kepala dan wakil kepala daerah secara langsung, hal mana semakin membuktikan kematangan dan kedewasaan Bangsa Indonesia untuk mewujudkan tekadnya menghasilkan pimpinan secara langsung, transparan dan tentunya lebih berkualitas, meskipun disana-sini masih ditemukan berbagai kejadian yang tidak diharapkan, namun kita bersama tentunya sadar bahwa semuanya masih relatif baru dan masih membutuhkan perbaikan.

Kita sangat berkeinginan peningkatan dari aspek efisiensi dan efektifitas dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam penyelenggaraan kegiatan pemilihan di negara kita, oleh sebab itu kita menyambut baik gagasan untuk mengoptimalkan peran penyelengara pemilu dalam lingkup Pemilihan anggota DPR, DPRD, DPD dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan serta Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Saat ini peraturan yang mengatur Penyelenggara Pemilu termuat dibeberapa Undang-undang, yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Anggota DPR, DPD dan DPRD, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kondisi ini sungguh kurang menguntungkan, terutama dalam penataan penyelenggara pemilu sebagai suatu institusi yang harus memiliki sifat nasional, tetap dan mandiri, apalagi juga harus memiliki integritas, profesional dan akuntabilitas, maka sudah saatnya kita harus mampu mewadahi pengaturan tersebut dalam satu Undang-undang.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,

Setelah mendalami sungguh-sungguh terhadap konsep Rancangan Undang-undang yang diajukan, Fraksi Partai Demokrat menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan pencermatan kita, antara lain :

1. Penyusunan Rancangan Undang-undang ini yang diambil melalui pencabutan Bab IV Penyelenggara Pemilu Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 perlu diantisipasi pengaruh keterikatannya sebagai akibat pencabutan tersebut.

2. Pemilihan anggota Penyelenggara Pemilu di Daerah harus mendapatkan seleksi yang ketat mengingat akar permasalahan munculnya sebagian besar masih berasal dari daerah.

3. Guna menjamin akurasi perhitungan dan kecepatan pengumpulan hasil serta menghindarkan atau meminimalisir kecurangan yang mungkin timbul, perlu dipertimbangkan digunakannya peralatan teknologi maju yang saat ini terus berkembang.

(25)

4. Perlu perumusan yang jelas, pihak mana saja yang diberikan kepercayaan untuk penyelenggaraan audit dan pengawasan terhadap para pelaksana, serta aspek mana saja yang tepat untuk menerima pelaporan pertanggung jawaban penyelengaraan pemilihan umum.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,

Selanjutnya Fraksi Partai Demokrat menyampaikan tanggapan atas Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota DPR-RI tentang Energi sebagai berikut :

1. Pada saat ini belum ada undang-undang yang menjadi acuan kebijakan terhadap energi, sedangkan undang-undang yang ada seperti Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 sudah tidak relevan lagi dengan semangat otonomi daerah, Undang-undang Nomor 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan yang dibatalkan serta Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi diminta oleh Mahkamah Konstitusi untuk direvisi.

2. Sesuai dengan Pasal 33 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penggunaan sumber daya energi yang merupakan kekayaan alam harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Perlunya pemanfatan dan pengembangan energi secara terpadu perlu diatur di dalam suatu undang-undang, hal ini disebabkan hampir semua energi primer (minyak bumi, gas bumi, batu bara, panas bumi tenaga air, tenaga surya dan lain sebagainya) adalah merupakan kekayaan alam yang harus dikuasai oleh negara, agar dapat pemanfaatnnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Demikian juga dengan sumber energi yang langsung di konsumsi oleh masyarakat seperti minyak tanah dan listrik hingga saat ini subtitusinya belum tersedia secara memadai.

Pada bagian lain peta tentang kebijakan energi nasional belum tampak begitu jelas, baik jenis-jenis sumber energi baik yang sumber energi yang dapat diperbaharui maupun sember energi yang tidak dapat diperbaharui, jumlah/kapasitas maupun perencanaan terhadap penggunaan energi tersebut ke depan. Hal ini adalah salah satu sebab terjadinya kelangkaan energi BBM dan terjadinya black out listrik pada beberapa waktu belakangan yang lalu yang sempat menimbulkan keresahan di masyarakat.

Kebijakan yang terpadu di bidang energi diperlukan juga mengingat adanya keterkaitan yang erat antara sumber daya primer dengan energi final (listrik dan BBM) yang secara langsung dibutuhkan masyarakat. Keterkaitan tersebut terlihat dari adanya hubungan tingkat harga yang saling mempengaruhi yang pada akhirnya akan mempengaruhi pemakaian dan alokasi dari setiap jenis energi, misalnya minyak bumi sering dijadikan bench mark untuk menentukan harga dari jenis energi lainnya. Secara ekonomi keterkaitan tersebut bisa bersifat substitisional (misalnya gas, dan panas bumi

(26)

dapat mengurangi peran minyak bumi di sektor pengakitan listrik) maupun komplemeter (misalnya BBM dan tenaga surya untuk jenis kendaraan hybrid).

Di samping memberikan pemanfaatan secara ekonomi bagi masyarakat, secara fisik proses kegiatan penambangan dan pengembangan dari semua jenis sumber daya energi primer selalu mempunyai dampak terhadap kegiatan lingkungan hidup, demikian juga dalam proses pemanfaatan dan konsumsi dari semua jenis energi, selalu menghasilkan polutan yang dapat merugikan masyarakat. Dampak negative terhadap lingkungan harus ditangani secara terencana agar kerugiannya seminimal mungkin.

Sidang Dewan yang terhormat,

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka Fraksi Partai Demokrat berpendapat :

“Menyetujui dengan perubahan-perubahan yang diperlukan terhadap Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota DPR-RI tentang Penyelenggara Pemiihan Umum dan Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota DPR-RI tentang Energi untuk menjadi Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif DPR-RI”.

Demikian Pendapat Fraksi Partai Demokrat, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan perlindungan-Nya kepada kita semua, agar dapat menjalankan tugas-tugas kenegaraan dengan sebaik-baiknya. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 14 November 2005 PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR-RI

KETUA H. SOEKARTONO HADIWARSITO No. A-105 SEKRETARIS Drs. H. SUTAN BHATOEGANA, MM No. A - 85 KETUA RAPAT :

(27)

Terima kasih kami sampaikan kepada Juru Bicara dari Fraksi Partai Demokrat.

Berikutnya kami persilahkan juru bicara kelima dari Fraksi Partai Amanat Nasional, yang terhormat Saudara IR. SAYUTI ASYATRY, untuk menyampaikan Pendapat Fraksinya. Kami persilahkan.

F-PAN (IR. SAYUTI ASYATRY) :

PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF ANGGOTA DPR RI TENTANG PENYELENGGARA PEMILU

DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI TENTANG ENERGI

Dibacakan Oleh : Ir. Sayuti Asyathri Nomor Anggota: A-152 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara Pimpinan dan Para Anggota Dewan yang kami hormati, Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadlirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semua, semoga kita memiliki kekuatan dan memperoleh kemudahan dalam menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya.

Sidang Dewan yang kami hormati,

Hari ini kita masih dalam suasana ‘Idul Fithri. Karena itu, Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI menyampaikan Selamat ‘Idul Fithri 1426H,

taqabbalallaahu minnaa wa minkum, minal aidin wal faizin. Semoga puasa

ramadlan melahirkan spirit pengendalian diri, kesadaran sosial, dan kesederhanaan hidup yang memantul dalam pelaksanaan tugas-tugas kita semua sebagai wakil rakyat. Amin Yaa Rabbal alamin.

Sidang Dewan yang kami hormati,

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan bentuk negara yang telah disepakati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagaimana tercantum dalam konstitusi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pilihan tersebut juga sekaligus berkaitan dengan kesepakatan untuk menjadi negara demokratis, negara dimana kedaulatan berada sepenuhnya di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam konstruksi konstitusi yang disepakati tersebut kekuasaan ditata dalam suatu bentuk yang berimbang dan saling mengontrol satu terhadap yang lainnya (yang dikenal dengan prinsip checks and balances) demi menjaga agar kedaulatan rakyat tetap terpelihara dan kekuasaan yang dilaksanakan oleh cabang-cabang

(28)

kekuasaan tidak terjerembab dalam bias yang merubah wataknya menjadi otoritarian maupun fasis.

Pilihan sebagai negara demokratis tersebut dari pemilu ke pemilu telah memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi kita. Kita telah mengalami masa ketika pemilu dilaksanakan sekedar sebagai fornialitas demi kelangsungan kekuasaan status quo belaka. Pelajaran itu menyadarkan kita betapa demokrasi formalistik dimasa lalu tidak dapat menjawab tantangan yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita yaitu melembaganya suatu sistem penyelenggaraan negara yang efektif melayani kebutuhan individu dan masyarakat bangsa sedemikian rupa sehingga meniscayakan bangkitnya bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju dan bermartabat.

Sidang Dewan yang kami hormati,

Dalam Pasal 22E ayat 5) UUD NRI 1945 ditegaskan bahwa; Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Pesan konstitusi tersebut harus dijabarkan secara konsisten dan konsekwen dimana salah satu aspek yang paling menentukan adalah kemandirian penyelenggara pemilu. Dalam pengertian yang sederhana, sebuah komisi pemilihan umum tersebut harus memiliki integritas sedemikian rupa dalam menjalankan tugas konstitusionalnya. Kemandirian dan integritas tersebut hanya bisa terpelihara apabila ia bebas dari intervensi segala bentuk kekuatan di luar dirinya baik dari kekuatan politik maupun kekuasaan eksekutif dan yudikatif selain dari yang diamanatkan oleh UU untuk kepentingan checks and balances. Dengan demikian KPU tidak menjadi sebuah institusi yang bersifat super body yang tidak bisa dikontrol dan ditindak bila melakukan kesalahan.

Harus diakui bahwa penyelenggaraan pemilu tahun 2004 menunjukkan bahwa kita mengalami kemajuan yang cukup berarti.. Pemilu tahun 2004 mendapat pujian sebagai pemilu yang lebih demokratis dengan ekses kekerasan yang sangat minim. Namun demikian kita semua sadar babwa pemilu tersebut tidak serta merta bersih dari catatan yang menuntut penyempurnaan.

Tuntutan penyempurnaan yang cukup prinsipil adalah berkenaan dengan kenyataan bahwa penyelenggaraan pemilu tahun 2004 memiliki mekanisme kontrol yang sangat lemah. Sejumlah temuan penyimpangan pelaksanaan pemilu tidak dapat ditinndak lanjuti akibat lemahnya eksistensi pengawas pelaksana pemilu dalam sistem kelembagaan pemilihan umum.

Penyelewengan perhitungan suara seakan berada diluar jangkauan otoritas KPU, sementara lembaga pengawas yang diharapkan memiliki kemampuan menindak dan menyelesaikan kasus tidak dapat berfungsi baik karena posisi strukturalnya yang merupakan subordinat dari KPU dan tidak memiliki hak dan kewenangan yang memadai untuk mengawasi KPU dan penyelenggaraan pemilu secara umum. Dalam konteks tersebut, KPU seakan hanya menjadi pembuat kebijakan yang bersifat super body tetapi menjadi penonton dari pelaksanaan pemilu yang rawan terhadap berbagai bentuk penyelewengan. Anggota KPU seakan tidak diposisikan memiliki kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

Soetomo yang sedang menjalani rawat jalan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kadar GDP pasien dengan mengkategorikan kadar GDP menjadi 2 kategori, yaitu GDP

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar

Berbagai hal yang diinginkan istri selama memberikan ASI. Jenguk anak atau istri ke sini tuh udah senang. Juga perhatian sama moral juga ya tapi itu ngga di

Dengan mengambil permisalan bahwa rata-rata sebuah node akan mempunyai 36 buah percabangan ditambah lagi dengan kemungkinan sudah memperhitungkan semua peraturan

Penggantian karet pelapis material yang sudah rusak merupakan pekerjaan yang terlihat sepele namun memberikan efek secara langsung terhadap material, dimana material

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan pada perangkat modulator BPSK yang telah dirancang maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa perangkat

Mengedit data obat pada form edit Klik tombol simpan untuk menyimpan data obat Sistem berhasil menyimpan data obat yang sudah di edit pada database Sesuai

Dalam tahap ini penulis menyatukan data dan fakta sejarah yang ada, sehingga penulis dapat menyimpulkan dalam judul “Dinamika Hubungan Antar Umat Beragama Islam dan