• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.9. Epidemiologi Meninggal Akibat Stroke

2.9.1. Distribusi Frekuensi Meninggal Akibat Stroke

Pada tahun 2002, stroke membunuh sekitar 162.672 orang di Amerika Serikat, jumlah tersebut setara dengan 1 diantara 15 kematian di Amerika Serikat. American

Hearth Association menyatakan di Amerika Serikat pada tahun 2006 terdapat 60,2%

perempuan dari 600.000 penduduk Amerika Serikat yang menderita stroke meninggal. Angka kematian pada tahun 2006 per 100.000 penduduk untuk laki-laki kulit hitam adalah 67,1% dan 41,7% untuk laki-laki kulit putih. Angka kematian akibat stroke pada perempuan kulit putih sebesar 41,1% dan 57% untuk perempuan kulit hitam.7

Menurut penelitian Herman dkk tahun 2003 di negara Belanda, CFR stroke mencapai 30%, dengan proporsi penderita terbanyak adalah perempuan sebesar 54,75% dan laki-laki 45,24%. Proporsi kematian penderita stroke ini paling banyak disebabkan oleh perdarahan intrasebral sebesar 33%, 17% diantaranya adalah penderita yang memiliki riwayat hipertensi.24

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit stroke merupakan penyebab utama kematian di daerah perkotaan dengan PMR sebesar 15,9% sedangkan di pedesaan PMR mencapai 11,5%. Pada kelompok umur 45-54 tahun, stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah perkotaan. Hal ini terkait erat dengan gaya hidup seperti pola makan, dan kebiasaan berolahraga 3,11

Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, stroke termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di bagian neurologi, angka kematian mengalami peningkatan dari 14,2% pada tahun 1988 menjadi 15,8% pada tahun 1999 dan 16,05% pada tahun 200025 Berdasarkan penelitian Muharam di Rumah Sakit Padang Sidempuan dengan

desain Case Series tahun 2001-2004, menunjukkan bahwa CFR penderita stroke yang dirawat inap sebesar 25,1%. Proporsi kematian penderita stroke ini paling banyak disebabkan oleh perdarahan intraserebral sebesar 50%.26

2.9.2. Determinan Meninggal Akibat Stroke a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah: i. Usia

Stroke dapat menyerang semua usia, namun usia lanjut lebih berisiko mengalami stroke dan cenderung meninggal atau menimbulkan kecacatan menetap. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut yaitu mulai umur 55 tahun keatas.14 Menurut penelitian Tarent A tahun 1987-1990 di

salah satu rumah sakit di Swedia, kematian akibat stroke paling banyak terdapat pada usia ≥85 tahun dengan proporsi 25%, diikuti usia 75-84 tahun dengan proporsi 22%, usia 15-64 tahun dengan proporsi 22%.27

ii. Jenis Kelamin

Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan karena pemakaian hormon estrogen pada wanita sebelum pascamenopause dapat melindungi dirinya dari risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%.14Menurut

laporan American Heart Association Statistics Subcommitte (2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2004, sekitar 61% kematian akibat stroke di Amerika menyerang wanita. Penelitian Zia E dkk tahun 2009 di Swedia dengan desain case

control, pada umur <75 tahun kemungkinan perempuan meninggal dunia akibat

stroke 1,7 kali dibandingkan laki-laki (OR 1,77; 95% CI, 1,3 – 2,3)28

iii. Hereditas/ Keturunan

Faktor genetik di dalam keluarga merupakan faktor risiko stroke. Beberapa penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung dan kelainan pembuluh darah dapat diturunkan secara genetik dari seseorang terhadap keturunannya. Selain itu, pola makan orang tua yang tidak sehat dan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok biasanya akan diikuti oleh anak-anak hingga mereka dewasa.4,14

iv. Ras atau etnis

Ras kulit hitam lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit putih. Hal ini berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi garam yang tinggi pada ras kulit hitam. Insidensi stroke di daerah Tenggara Timur lebih tinggi dibandingkan Tenggara Barat Amerika. Hal ini disebabkan tingginya kadar garam pada masyarakat di daerah Tenggara Timur Amerika.14 Menurut penelitian

Grude HF dkk tahun 2000-2001 di Amerika Serikat dengan desain case control, kemungkinan orang berkulit hitam meninggal dunia akibat stroke 1,5 kali dibandingkan orang berkulit putih (OR 1,55; 95% CI; 1,37 – 1,75).29

b. Faktor Risiko yang dapat diubah: i. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko stroke karena dapat merusak dinding pembuluh darah dengan memperkeras arteri dan mendorong terbentuknya bekuan darah dan aneurisma. Orang yang hipertensi memiliki risiko stroke tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak hipertensi.4

ii. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang berisiko besar menyebabkan penderita stroke meninggal antara lain aritmia jantung seperti fibrasi atrium, infark miokard, gagal jantung Terbentuknya embolus akibat fibrasi atrium, infark miokard, gagal jantung yang terlepas akan mengalir ke otak dan ke bagian tubuh yang lain, dan embolus ini akan menyumbat arteri dan menyebabkan infark otak (kematian jaringan otak).2,4

Berdasarkan penelitian Mandip S. dkk tahun 2007 di Amerika dengan desain kohort, penderita fibrasi atrium memiliki risiko 1,7 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan bukan penderita fibrasi atrium (RR 1,76; 95 % CI ;1,05-2,94).30

iii. Diabetes Melitus

Diabetes melitus menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung). Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih

besar.4Berdasarkan penelitian Marini C dkk tahun 2005 di Amerika dengan desain

case control, kemungkinan orang yang menderita diabetes melitus meninggal dunia

akibat stroke 1,4 kali dibandingkan bukan penderita diabetes melitus (OR 1,48; 95% CI, 1,29 – 1,72).31

iv. Obesitas

Orang yang mengalami obesitas meningkatkan risiko stroke sekitar 15 % dengan meningkatkan hipertensi, penyakit jantung, arteriosklerosis dan diabetes melitus.4Menurut penelitian Sang Wook dkk di Korea Selatan pada tahun 2002

dengan desain kohort, orang yang obesitas (memiliki indeks massa tubuh 27,5 kg/m2 memiliki risiko 1,5 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia

dibandingkan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal yaitu 18,5 indeks massa tubuh<23,0 (RR 1,59; 95% CI,1,05 to 2,42).32

v. Transient Ischemic Attact (TIA)

TIA merupakan serangan iskemik sesaat. TIA menyebabkan kerusakan saraf- saraf otak dan perdarahan, dan dapat menimbulkan komplikasi berat.4 Menurut

penelitian Putala J dkk tahun 2009 di Amerika dengan desain study kohort, orang yang pernah mengalami serangan iskemik sesaat memiliki risiko 1,6 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan orang yang tidak pernah (RR 1,65; 95% CI;0,83 – 3,26).33

vi. Stres

Stres atau depresi dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, dan peningkatan pembekuan darah, yang semuanya adalah faktor risiko stroke. Selain itu, jika stres berkombinasi dengan faktor risiko lain seperti arteriosklerosis berat,

penyakit jantung akan memicu dan membuat risiko penderita stroke semakin berat. Stres meningkatkan risiko terkena stroke hampir dua kali lipat.4,14

vii. Merokok

Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (otak, jantung, tungkai) sehingga merokok mendorong terjadinya arteriosklerosis, mengurangi aliran darah dan menyebabkan darah mudah menggumpal.4 Menurut

penelitian Sang Wook dkk tahun 2002 di Korea Selatan dengan desain study kohort, perokok aktif (menghisap 20 atau lebih batang rokok sehari) memiliki risiko 2,3 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan bukan perokok aktif (RR 2.33; 95% CI, 1.00 - 5.43).32

viii. Alkohol

Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri. Makin banyak mengonsumsi alkohol akan semakin meningkatkan kemungkinan terkena stroke, terutama stroke hemoragik yang paling banyak menyebabkan kematian.4 Menurut penelitian Tang J dkk tahun 2008 di

Amerika dengan desain study kohort, orang yang banyak mengonsumsi alkohol memiliki risiko 1,5 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan bukan peminum alkohol (RR 1,506; 95% CI, 1,201 – 1,887).34

ix. Hiperkolesterol

Kolesterol yang melekat di dinding arteri ikut berperan membentuk plak arteri, menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan arteri). Kolesterol juga menimbulkan akumulasi (penambahan) lemak dalam darah. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah (stenosis), yang memperberat kerja jantung dalam

memompa darah untuk bersirkulasi ke seluruh bagian tubuh termasuk otak . Hal ini menyebabkan kematian jaringan otak, sehingga risiko stroke meningkat bahkan menyebabkan kematian.4,14

Dokumen terkait