• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Karakteristik Penderita Stroke yang Meninggal 6.1.1. Sosiodemografi

Sosiodemografi terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal.

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.1.

Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.1. dapat dilihat bahwa proporsi laki-laki kelompok umur termuda (32-39 tahun) 1,8%, meningkat sampai kelompok umur 56-63 tahun 14,9%, menurun pada kelompok umur 64-71 tahun 14,0%, menurun sampai kelompok umur tertua (80-86 tahun) 1,8%. Proporsi perempuan kelompok umur termuda (32-39 tahun) 2,6%, meningkat sampai kelompok umur 48-55 tahun 10,5%,

menurun pada kelompok umur 56-63 tahun 7,0%, meningkat pada kelompok umur 64-71 tahun 13,2%, menurun sampai kelompok umur tertua (80-86 tahun) 3,5%. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 50% dan perempuan 50%. dengan sex ratio 100%.

Penderita stroke yang meninggal paling muda adalah umur 32 tahun sebanyak 1 orang (0,9%) dengan jenis kelamin perempuan, mengalami stroke iskemik (non hemoragik), merupakan serangan stroke pertama kalinya, tidak mengalami kelumpuhan, onset serangan >6 jam, faktor risiko tidak tercatat, dan lama rawatan 2 hari.

Penderita stroke yang meninggal paling tua adalah umur 86 tahun sebanyak 1 orang (0,9%) dengan jenis kelamin laki-laki, mengalami stroke iskemik (non hemoragik), merupakan serangan stroke berulang, mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh sebelah kanan (hemiparesis dextra), onset serangan >6 jam, dan lama rawatan 3 hari.

Penderita stroke perempuan yang meninggal sebagian besar berusia ≥55 tahun (73,2%) dimana aktivitas yang dilakukan sudah berkurang dan mengalami menopause. Menurut Shimberg (1998), perempuan mempunyai hormon estrogen yang melindungi dirinya dari risiko stroke sampai melewati masa-masa melahirkan anak (menopause).16Hormon estrogen dapat menekan lipoprotein penyebab

penggumpalan darah dan penyumbat aliran darah. Estrogen juga dapat meningkatkan HDL (kolesterol baik) dan HDL ini menurunkan LDL (kolesterol jahat) karena LDL dapat menimbulkan plak-plak di dalam darah.yang sering menyebabkan pembuluh darah tersumbat. Selain itu estrogen berpengaruh terhadap elastisitas pembuluh darah

dan kemampuannya melebar serta berkontraksi, dan mempengaruhi tekanan darah serta aliran darah.37

Stroke dapat menyerang semua usia, namun usia lanjut cenderung mengalami stroke dan meninggal atau menimbulkan kecacatan menetap. Pada usia lanjut organ manusia akan semakin mengalami kemunduran sejalan dengan semakin bertambahnya usia seseorang. Hal ini merupakan sifat alamiah dan tidak dapat dihambat. Sel-sel tubuh semakin lemah untuk mempertahankan diri terhadap setiap perlawanan yang datang ke dalam tubuh.38

Hal ini sejalan dengan penelitian Pramita (2008) di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi dengan desain case series, penderita stroke yang meninggal sebagian besar pada golongan umur >64 tahun (48,3%).39

b. Suku

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan suku di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.2.

54,4% 29,8%

7,9%

4,4% 3,5%

Batak Jawa Lain-lain Ace h Melayu

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Suku di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi suku tertinggi adalah Batak 54,4% dan terendah Melayu 3,5%.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal suku Batak (62 penderita) dengan tipe stroke hemoragik (25 penderita) dan non hemoragik (25 penderita), mengalami perdarahan intraserebral (PIS) sebanyak 10 penderita, hemisparesis dextra (12 penderita) dan hemisparesis sinistra (12 penderita), faktor risiko hipertensi (30 penderita), onset serangan > 6 jam (23 penderita), serangan stroke pertama kalinya (31 penderita), sumber biaya askes 38 penderita.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal suku Melayu (4 penderita) dengan tipe stroke non hemoragik (3 penderita), tidak mengalami kelumpuhan (3 penderita), faktor risiko hipertensi (4 penderita), serangan stroke pertama kalinya (2 penderita) dengan sumber biaya sendiri ( 2 penderita).

c. Agama

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan agama di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.3.

60,5% 38,6%

0,9%

Islam Kristen Budha

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Agama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.3. dapat dilihat bahwa proporsi agama tertinggi adalah Islam 60,5% dan terendah Budha 0,9%.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal agama Islam (69 penderita) dengan tipe stroke hemoragik (26 penderita), mengalami perdarahan intraserebral (PIS) sebanyak 16 penderita, hemisparesis dextra (11 penderita), hipertensi (42 penderita), onset serangan > 6 jam (27 penderita), serangan stroke pertama kalinya (42 penderita), sumber biaya askes 25 penderita.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal agama Budha (1 penderita) dengan tipe stroke non hemoragik (iskemik), tidak mengalami kelumpuhan, dengan faktor risiko PJK, merupakan serangan stroke pertama kalinya dengan sumber biaya askes.

d. Pendidikan

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan pendidikan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.4.

59,2% 19,4%

14,3%

5,1% 2,0%

SLTA SD SLTP Akademi / Perguruan Tinggi Tidak sekolah

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pendidikan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.4. dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan tertinggi adalah SLTA 59,2% dan terendah tidak sekolah 2,0%.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal pendidikan SLTA (58 penderita) dengan tipe stroke hemoragik (23 penderita) dan non hemoragik (23 penderita), mengalami perdarahan intraserebral (PIS) sebanyak 14 penderita, hemisparesis dextra (12 penderita), hipertensi (32 penderita), onset serangan > 6 jam (24 penderita), serangan stroke pertama kalinya (33 penderita), sumber biaya askes 35 penderita.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal tidak sekolah (2 penderita) dengan tipe stroke non hemoragik, hemisparesis dextra (1 penderita) dan tidak mengalami kelumpuhan (1 penderita), dengan faktor risiko PJK (1 penderita) dan

kombinasi DM dan hipertensi (1 penderita) , onset serangan > 6 jam (1 penderita) dan onset serangan ≤ 6 jam (1 penderita) merupakan serangan stroke pertama kalinya (1 penderita) dan serangan stroke berulang (1 penderita), dengan sumber biaya askes (1 penderita) dan JPKMS/MS (1 penderita).

e. Pekerjaan

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.5.

26,6% 22,9%

12,9%

37,6%

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta PNS/ TNI/POLRI Pensiunan

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.5. dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan tertinggi adalah ibu rumah tangga 37,6% dan terendah pensiunan 12,9%.

Hal ini dikaitkan dengan jenis kelamin, 50% penderita stroke yang meninggal adalah perempuan yang pada umumnya adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga ini sebagian besar berusia ≥55 tahun (73,2%) dimana aktivitas yang dilakukan sudah berkurang dan mengalami menopause dan berisiko menderita stroke dan meninggal.

f. Status Perkawinan

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan status perkawinan di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.6.

6,1%

21,1%

72,8%

Kawin Janda Duda

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Status Perkawinan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke yang meninggal tertinggi berstatus kawin atau masih memiliki pasangan hidup 72,8% dan terendah duda 6,1%.

Hal ini dikaitkan dengan jumlah penderita stroke yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi sebagian besar berada pada kelompok umur 64-71 tahun, dimana pada umur tersebut pada umumnya berstatus kawin.

g. Tempat Tinggal

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan tempat tinggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.7.

22,8%

77,2% Kota Medan Luar Kota Medan

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke yang meninggal dunia tertinggi bertempat tinggal di kota Medan 77,2% dan terendah di luar kota Medan 22,8%.

RSU Dr. Pirngadi memiliki fasilitas pelayanan yang cukup baik, dilengkapi dengan laboratorium, CT Scan, Elektrokardiografi (EKG), Elektro encephalografi (EEG), fisioterapi dan ruang diagnostik, dokter spesialis yang berkaitan dengan neurology/saraf, Unit Gawat Darurat (UGD). Stroke merupakan suatu penyakit yang cukup serius dan membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat serta fasilitas yang cukup lengkap sehingga penderita stroke atau keluarga datang berobat ke rumah sakit ini.

6.1.2. Hasil CT Scan

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan hasil CT

Scan di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.8.

1,6 1,6 1,6 3,1 3,1 3,1 4,7 6,2 34,4 40,6 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Iskemik PIS Tidak

tercatat PIS + Iskemik PSA PSD PIS + PSD PIS + PSA PIS + PSA + PSD PIS + PSA + Iskemik Hasil CT Scan P ro p o rs i (% )

Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Hasil CT Scan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.8. dapat dilihat bahwa hasil CT Scan tertinggi adalah iskemik 40,6% dan terendah PIS dan PSD 1,6%, PIS dan PSA 1,6%, PIS, PSA dan iskemik 1,6%.

Tingginya proporsi iskemik disebabkan karena iskemik (stroke non hemoragik) merupakan satu bagian tipe stroke sedangkan hasil CT scan yang lainnya seperti PIS, PSA, PSD dan kombinasi merupakan bagian dari tipe stroke perdarahan (hemoragik). CT scan lebih peka untuk membedakan stroke iskemik (non hemoragik) dan non iskemik (hemoragik) serta mendeteksi perdarahan (hemoragik), seperti lokasi perdarahan, kekentalan darah, jumlah sel darah yang berlebihan, penggumpalan

trombosit yang abnormal, mekanisme pembekuan darah yang terganggu. Sementara MRI lebih peka untuk mendeteksi stroke iskemik/ infark4,17

PIS (perdarahan intraserebral) merupakan stroke hemoragik penyebab kematian yang sering karena sering disertai edema serebral yang menyebabkan tekanan pada batang otak sehingga memperberat penurunan kesadaran dan gangguan pernafasan akibat suatu perdarahan yang terjadi di dalam otak.13 Penelitian Pramita

(2008) di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi dengan desain case series, penderita stroke hemoragik yang meninggal sebagian besar mengalami perdarahan intraserebral (PIS) sebanyak 65,5%.39

6.1.3. Tipe Stroke

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan tipe stroke di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.9.

36,8% 23,7%

39,5%

Hemoragik Non hemoragik Hemoragik dan non hemoragik

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.9. dapat dilihat bahwa tipe stroke tertinggi adalah hemoragik 39,5% dan terendah kombinasi hemoragik dan non hemoragik 23,7%.

Menurut Santosh Lal (1998), stroke hemoragik (perdarahan) merupakan stroke yang paling mematikan dengan CFR 50-90%. Stroke hemoragik sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan luas yang diakibatkan oleh darah yang mengalir keluar dari pembuluh darah masuk ke seluruh jaringan otak, merusak neuron (sel-sel otak). Darah ini dapat menimbulkan tekanan pada jaringan otak yang dapat menyebabkan korban stroke mengalami sakit kepala yang sangat hebat.16

Penelitian Murfi (2003) di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan desain case

series, sebagian besar penderita stroke yang meninggal adalah penderita stroke

6.1.4. Letak Kelumpuhan

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan tipe stroke di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.10.

2,4%

46,3% 51,3%

Hemiparesis dextra Hemiparesis Sinistra Paraparesis

Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Letak kelumpuhan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.10. dapat dilihat bahwa letak kelumpuhan tertinggi adalah hemiparesis dextra 51,3% dan terendah paraparesis 2,4%.

Proporsi letak kelumpuhan tertinggi adalah hemiparesis dextra, berarti otak sebelah kiri yang mengalami kerusakan, maka kemungkinan penderita stroke yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi akan mengalami kesulitan-kesulitan untuk mengenal orang, berbicara pelo secara monoton, sulit untuk berpikir, dan hilangnya kesadaran akan sisi kanan tubuh.4

Hal ini sejalan dengan penelitian Napitupulu (2007) di Rumah Sakit Santa Elisabet medan dengan desain case series, letak kelumpuhan tertinggi pada penderita stroke adalah hemisparesis dextra 44,8%.12

6.1.5. Onset Serangan

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan onset serangan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.11.

38,4%

61,6%

>6 jam ≤6 jam

Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Onset Serangan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.11. dapat dilihat bahwa onset serangan tertinggi >6 jam 61,6% dan terendah ≤6 jam 38,4%. Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan pihak keluarga atau penderita tentang gejala-gejala stroke sehingga kurang tanggap terhadap kondisi penderita stroke, akhirnya terlambat dalam membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Jika >6 jam ditangani maka sel-sel otak akan mengalami kematian yang diawali dengan adanya edema otak yang semakin lama semakin berat akibat semakin luasnya daerah otak yang terganggu. Edema otak akan meningkatkan tekanan di dalam otak. Peningkatan tekanan ini tidak dapat dikompensasi oleh struktur tengkorak, sehingga menyebabkan terjadinya herniasi otak. Penanganan stroke yang cepat (≤6 jam) akan mampu menyelamatkan sel-sel otak dari ancaman kematian.

dengan memberikan obat-obatan yang dapat menghilangkan sumbatan dan dapat meningkatkan daya tahan sel otak dari dampak stroke.38

Penelitian Murfi (2003) di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan desain case

series, sebagian besar penderita stroke yang meninggal memiliki onset serangan > 6

jam sebanyak 75,8%.40

6.1.6. Jenis Serangan Stroke

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan jenis serangan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.12.

Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis Serangan Stroke di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.12. dapat dilihat bahwa jenis serangan tertinggi adalah serangan stroke yang pertama 63,0% dan terendah serangan stroke berulang 37,0%.

Penyebab utama kematian pada serangan stroke yang pertama adalah terjadinya perdarahan ulang setelah pasca serangan seperti di perdarahan di batang otak dan sering terjadinya komplikasi sebagai masalah utama pada serangan stroke

63,0% 37,0%

yang pertama seperti edema otak, kejang, komplikasi sistemik seperti ketidakseimbangan cairan atau elektrolit dan gangguan jantung.38

6.1.7. Faktor Risiko a. Faktor Risiko

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan faktor risiko di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.13.

22,8%

11,4% 0,9%

55,3%

Hipertensi Diabetes Melitus Jantung Hiperkolesterol

Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Faktor Risiko di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.13. dapat dilihat bahwa faktor risiko tertinggi adalah hipertensi 55,3% dan terendah hiperkolesterol 0,9%.

Hipertensi merupakan faktor kuat yang mempengaruhi prognosis penyakit stroke. Hipertensi merusak dinding pembuluh darah, pembuluh darah menyempit bahkan pecah menyebabkan terganggunya aliran darah ke otak sehingga sel-sel mengalami kematian. Pada umumnya hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke hemoragik, dan stroke hemoragik merupakan tipe stroke yang paling banyak menyebabkan kematian.38

Hal ini sejalan dengan penelitian Pramita (2008) di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi dengan desain case series, faktor risiko tertinggi pada penderita stroke yang meninggal adalah hipertensi 65,5%.39

b. Kombinasi Faktor Risiko

Diantara penderita stroke yang memiliki faktor risiko diatas ada penderita yang memiliki lebih dari satu faktor risiko (kombinasi faktor risiko). Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan faktor risiko kombinasi di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.14.

0,9%

3,5%

12,3%

Diabetes Melitus + Hipertensi Hipertensi + Jantung Diabetes Melitus + PJK

Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Kombinasi Faktor Risiko di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.14. dapat dilihat bahwa faktor risiko kombinasi tertinggi adalah diabetes mellitus dan hipertensi 12,3% dan terendah Diabetes Melitus dan PJK 0,9%. Hipertensi dan diabetes mellitus merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Hipertensi dan diabetes mellitus menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah pecah dan diabetes melitus menebalkan

dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan diameter pembuluh darah sempit. Semakin tinggi tekanan darah dan kadar gula darah semakin besar risiko stroke.17

6.1.8. Lama Rawatan Rata-Rata

Lama rawatan rata-rata penderita stroke yang meninggal adalah 4,87 hari (5 hari) dan standar deviasi 5,909. Coefisien of Variation 121,33% (>10%) menunjukkan bahwa lama rawatan penderita stroke yang meninggal bervariasi, paling singkat 1 hari dan paling lama 39 hari.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal dengan lama rawatan rata-rata minimum (40 penderita) dengan tipe stroke hemoragik (17 penderita), mengalami perdarahan intraserebral (PIS) sebanyak 8 penderita, hemisparesis dextra (8 penderita), hipertensi (8 penderita), onset serangan >6 jam (14 penderita), serangan stroke pertama kalinya (21 penderita), sumber biaya askes (14 penderita). Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa penderita yang datang berobat dan dirawat inap kemungkinan adalah penderita yang keadaannya sudah parah dan dalam waktu yang tidak lama akan meninggal.

Karakteristik penderita stroke yang meninggal dengan lama rawatan rata-rata maximum (1 penderita) dengan tipe stroke non hemoragik (iskemik), tidak mengalami kelumpuhan, faktor risiko tidak jelas, onset serangan >6 jam, merupakan serangan stroke pertama kalinya dengan sumber biaya askes.

6.1.9. Sumber Biaya

Proporsi penderita stroke rawat inap yang meninggal berdasarkan sumber biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.15.

20,2%

31,6%

48,2%

Aske s JPKMS/MS Biaya sendiri

Gambar 6.15. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.15. dapat dilihat bahwa sumber pembiayaan tertinggi adalah askes 48,2% dan terendah biaya sendiri 20,2%. Tingginya proporsi pembiayaan dengan askes disebabkan karena penderita stroke yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi sebagian besar bekerja sebagai PNS ataupun keluarganya yang bekerja sebagai PNS yang memiliki kartu askes. RSU Dr. Pirngadi merupakan rumah sakit pemerintah yang melayani pasien askes sehingga biaya berobat ke RSU Dr. Pirngadi lebih murah.

6.2. Analisa Statistik

6.2.1. Umur Berdasarkan Tipe Stroke

Proporsi umur berdasarkan tipe stroke pada penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.16.

Umur (Tahun) 37,0 26,2 28,9 63,0 73,8 71,1 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Hemoragik Non hemoragik Hemoragik dan non hemoragik Tipe Stroke P ro p o rs i (% ) < 55 ≥ 55

Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.16. dapat dilihat bahwa proporsi stroke hemoragik tertinggi umur ≥55 tahun 71,1%. Proporsi stroke non hemoragik tertinggi umur ≥55 tahun 73,8%. Proporsi stroke hemoragik dan non hemoragik tertinggi umur ≥55 tahun 63%.

Berdasarkan gambar 6.16. dapat dilihat bahwa penderita stroke yang meninggal dengan tipe stroke hemoragik, stroke non hemoragik dan kombinasi stroke hemoragik dan non hemoragik tertinggi pada kelompok umur ≥55 tahun. Usia lanjut lebih berisiko mengalami stroke dan cenderung meninggal atau menimbulkan kecacatan menetap. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut yaitu mulai umur 55 tahun keatas.Pada umumnya risiko stroke

bertambah berat seiring dengan bertambahnya usia, seperti adanya arteriosklerosis yang merupakan faktor risiko penyebab terjadinya trombosis atau terjadinya sumbatan darah ke otak.14

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh p=0,620, tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita stroke yang meninggal berdasarkan tipe stroke.

6.2.2. Umur Berdasarkan Jenis Serangan Stroke

Proporsi umur berdasarkan jenis serangan stroke pada penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.17. Umur (Tahun) 37,8 30,2 62,2 69,8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Pertama Berulang

Jenis Serangan Stroke

P ro p o rs i (% ) < 55 ≥ 55

Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis Serangan Stroke di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.17. dapat dilihat bahwa proporsi serangan stroke pertama tertinggi umur ≥55 tahun 69,8%. Proporsi serangan stroke berulang tertinggi umur ≥55 tahun 62,2%.

Berdasarkan gambar 6.17. dapat dilihat bahwa penderita stroke yang meninggal dengan jenis serangan stroke pertama dan stroke berulang tertinggi pada kelompok umur ≥55 tahun.

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh p=0,430, tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita stroke yang meninggal berdasarkan jenis serangan stroke.

6.2.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke

Proporsi jenis kelamin berdasarkan tipe stroke pada penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.18. Jenis Kelamin 63 37 35,7 55,6 64,3 44,4 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Hemoragik Non hemoragik Hemoragik dan Non hemoragik Tipe Stroke P ro p o rs i( % ) Laki-laki Perempuan

Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.18. dapat dilihat bahwa proporsi stroke hemoragik tertinggi pada laki-laki 55,6%. Proporsi stroke non hemoragik tertinggi pada

perempuan 64,3%. Proporsi stroke hemoragik dan non hemoragik tertinggi pada laki- laki 63,0%.

Tipe stroke dipengaruhi oleh penyebab terjadinya stroke tersebut seperti disebabkan oleh perdarahan atau penyumbatan. Terjadinya perdarahan atau penyumbatan dipengaruhi oleh faktor risiko yang menyebabkannya seperti tipe stroke perdarahan (hemoragik) terutama disebabkan oleh hipertensi, aneurisma, leukimia, hemofilia. Sedangkan stroke non hemoragik disebabkan oleh penyumbatan akibat arteriosklerosis, akibat tingginya kadar kolesterol. Tipe hemoragik dan non hemoragik ini dapat juga terjadi secara bersamaan dengan faktor risiko yang saling mendukung.4

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh p=0,055, tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita stroke yang meninggal berdasarkan tipe stroke.

6.2.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Serangan Stroke

Proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis serangan stroke pada penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.19.

Jenis Kelamin 56,8 42,9 43,2 36,0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Pertama Berulang

Jenis Serangan Stroke

P ro p o rs i (% ) Laki-laki Perempuan

Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Serangan Stroke Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.19. dapat dilihat bahwa penderita stroke yang meninggal dengan proporsi jenis serangan stroke pertama tertinggi dengan jenis kelamin perempuan 57,1%. Proporsi jenis serangan berulang tertinggi dengan jenis kelamin laki-laki 56,8%.

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh p=0,179, tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis serangan penderita stroke yang

Dokumen terkait