• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal di RSU Dr.Pirngadi Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal di RSU Dr.Pirngadi Tahun 2009"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE RAWAT INAP YANG MENINGGAL DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000160

MARLINA HENDRYKA SITUMORANG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE RAWAT INAP YANG MENINGGAL DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000160

MARLINA HENDRYKA SITUMORANG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE RAWAT INAP YANG MENINGGAL DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:

NIM. 061000160

MARLINA HENDRYKA SITUMORANG

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 9 November 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M. Kes

NIP. 19590818 198503 2 002 NIP. 19650112 199402 2 001 drh. Hiswani, M.kes

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH

NIP. 19450817 197302 2 001 NIP. 19640404 199203 1 005

Drs. Jemadi, M. Kes

Medan, November 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf yang disebabkan adanya ketidakseimbangan aliran darah dalam otak, dan dapat timbul secara mendadak atau secara cepat dengan gejala atau tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak yang mengalami gangguan pasokan darah. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2001, Case Fatality Rate (CFR) di dunia 26,8%. Pada tahun 2009, CFR stroke di Indonesia 25%, di RSU Dr. Pirngadi Medan 38,02%.

Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh data penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 sebanyak 114 data, dan sampel adalah seluruh populasi.

Penderita stroke rawat inap yang meninggal termuda umur 32 tahun, tertua umur 86 tahun. Kelompok umur tertinggi 64-71 tahun dengan proporsi 27,2% (laki-laki 14,0% dan perempuan 13,2%), proporsi (laki-laki-(laki-laki tertinggi umur 56-63 tahun 14,9%. Proporsi perempuan tertinggi umur 64-71 tahun 13,2%. Suku Batak 54,4%, agama Islam 60,5%, pendidikan SLTA tercatat 59,2%, ibu rumah tangga tercatat 37,6%, status kawin 72,8%, tinggal di kota medan 77,2%, hasil CT Scan iskemik tercatat 40,6%, stroke hemoragik 39,5%, hemiparesis dextra tercatat 51,3 onset serangan >6 jam tercatat 61,6%, serangan stroke pertama tercatat 63,0%, . hipertensi tercatat 55,3%, diabetes melitus dan hipertensi tercatat 12,3%, lama rawatan rata-rata 4,87 hari, sumber biaya askes 48,2%. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur dengan tipe stroke (p=0,620), umur dengan jenis serangan stroke (p=0,430), jenis kelamin dengan tipe stroke (p=0,055), jenis kelamin dengan jenis serangan stroke (p=0,179), onset serangan dengan tempat tinggal (p=0,614), onset serangan berdasarkan tipe stroke (0,802), jenis serangan stroke dengan tipe stroke (p=0,991). Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata dengan tipe stroke (p=0,582).

Bagi para penderita stroke dan pihak keluarga sebaiknya tahu dan tanggap terhadap gejala-gejala stroke dan segera membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan sebelum lewat 6 jam dan bagi pihak RSU Dr. Pirngadi Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan data penderita stroke yang meninggal pada kartu status khususnya yang berkaitan dengan onset serangan, jenis serangan, dan faktor risiko.

(5)

ABSTRACT

Stroke is a problem neurology caused by the blood in the brain not balance, it appear suddlenly or appear in short time and have symtomps in the brain’s location which have a problem with blood supply. Based of data World Health Organization (WHO) in 2001, Case Fatality Rate (CFR) at the world was 26,8%. In 2009, CFR at Indonesia 25% and at Dr. Pirngadi Hospital Medan 38,02%.

To purpose the characteristic of stroke mortality patient in Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2009, descriptive study has been done by using case series design. The population were 114 stroke mortality patient data which registered in Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2009, and sample was all the population.

The youngest proportion of stroke mortality patient is in the age 32 years old, the oldest proportion of stroke mortality patient is in the age 86 years old. The highest proportion of stroke mortality patient is in the age 64-71 years old 27,2% (male’s proportion 14,0% and female13,2%), the highest male’s proportion is in the age 56-63 years old 14,9%, the highest female’s proportion is in the age 64-71 years old 13,2. Batak etnic 54,4%, Islam 60,5%, high senior school record 59,2%,, marriage 72,8%, Medan 77,2%, ischemic record 40,6%, haemorragic 39,5%, hemiparesis dextra record 51,3%. attact onset >6 hours record 61,6%, the first attact stroke record 63%, hypertension record 55,3%, hypertension and diabetes mellitus record 12,3%, average length of stay 4,87 days, health assurance 48,2%. There was no difference between age with type of stroke (p=0,620), age with type of stroke attact (p=0,430), sex with type of stroke (p=0,055), sex with type of stroke attact (p=0,179), attact onset with address (p=0,614), attact onset with type of stroke (p=0,802), type of stroke attact with type of stroke (p=0,991), average length of stay with type of stroke (p=0,582).

Stroke patient and family should be respect and know about symptom of stroke and go to hospital soon to get treatment before 6 hours after get symptom. It was also suggested to the Dr. Pirngadi Hospital Medan for completing data patient in card status especially the attact onset, type of stroke attact, and risk factor.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Marlina Hendryka Situmorang

Tempat/Tanggal Lahir : Laguboti/ 17 Maret 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Ujung Tanduk, Kec. Laguboti

Kabupaten Toba Samosir

Riwayat Pendidikan

1. 1994-2000 : SD Negeri Ujung Tanduk

2. 2000-2003 : SLTP Negeri 1 Laguboti

3. 2003-2006 : SMA Negeri 2 Balige

4. 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal yang memberikan

kasihNya yang senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal di

RSU Dr.Pirngadi Tahun 2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, karena itu penulis ingin menyampaikan trimakasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku mantan Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen

Epidemiologi FKM USU.

4. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing akademik.

5. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes dan drh. Hiswani, M. Kes selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M. Kes selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan

skripsi.

7. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medik RSU Dr. Pirngadi beserta staf yang

telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam

(8)

8. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

9. Orang tua saya yang tercinta, J Situmorang dan T. Tambunan yang telah

membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan

motivasi dalam mengikuti pendidikan.

10.Abangku serta adik-adikku tersayang: Sahat Situmorang, ST, Helen Situmorang,

Sulastri Situmorang yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan sampai terselesainya skripsi ini.

11.Keluarga besar POMK FKM dan teman-teman sepelayanan Koordinasi dan TPP

POMK FKM 2010 yang senantiasa memberikan dukungan dan doa bagi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.KTB Servant of God (Kak Adela, Kak Monic, Vivi, Mei, Wilma, Nina,) KK

Anesha Melakkah (Emma, Helfi, Lidya, Mei, Nursyani, Vani) yang memberikan

perhatian, semangat, dan doa bagi penulis.

13.Teman-teman Peminatan Epidemiologi stambuk 2006 yang telah membantu

penulis di kala menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi dan kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, september 2010

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Gambar ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

2.9. Epidemiologi Meninggal Akibat Stroke ... 21

2.9.1. Distribusi Frekuensi Meninggal Akibat Stroke ... 21

2.9.2. Determinan Meninggal Akibat Stroke ... 22

2.10. Pencegahan Meninggal Akibat Stroke ... 27

2.10.1. Pencegahan Sekunder ... 27

2.10.2. Pencegahan Tersier ... 31

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 33

3.1. Kerangka Konsep ... 33

(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 38

5.2. Karakteristik Penderita Stroke yang Meninggal ... 42

5.2.1. Sosiodemografi ... 42

5.3.2. Umur Berdasarkan Jenis Serangan Stroke ... 56

5.3.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke ... 57

5.3.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Serangan Stroke ... 58

5.3.5. Onset Serangan Berdasarkan Tempat Tinggal ... 59

5.3.6. Onset Serangan Berdasarkan Tipe Stroke ... 60

5.3.7. Jenis Serangan Stroke Berdasarkan Tipe Stroke ... 61

5.3.8. Faktor Risiko Berdasarkan Tipe Stroke ... 62

5.3.9. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tipe Stroke ... 63

BAB 6 PEMBAHASAN ... 64

6.1. Karakteristik Penderita Stroke yang Meninggal ... 64

(11)

6.1.5. Faktor Risiko ... 79

6.1.8. Lama Rawatan Rata-Rata ... 81

6.1.9. Sumber Biaya ... 82

6.2. Analisa Statistik ... 83

6.2.1. Umur Berdasarkan Tipe Stroke... 83

6.2.2. Umur Berdasarkan Jenis Serangan Stroke ... 84

6.2.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke ... 85

6.2.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Serangan Stroke ... 87

6.2.5. Onset Serangan Berdasarkan Tempat Tinggal ... 88

6.2.6. Onset Serangan Berdasarkan Tipe Stroke ... 89

6.2.7. Jenis Serangan Stroke Berdasarkan Tipe Stroke ... 90

6.2.8. Faktor Risiko Berdasarkan Tipe Stroke ... 91

6.2.9. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tipe Stroke ... 92

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

6.1. Kesimpulan ... 94

6.2. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Out Put Master Data

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 43

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Suku di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2009... 44

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Agama di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2009 ... 44

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pendidikan di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2009 ... 45

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pendidikan Tercatat di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 45

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2009 ... 46

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pekerjaan Tercatat di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 46

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Status Perkawinan di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 47

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tempat Tingga l di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 47

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pemeriksaan CT Scan di RSU Dr.

(13)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pemeriksaan CT Scan Tercatat di

RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 48

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Hasil CT Scan di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 49

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2009 ... 49

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Kelumpuhan di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 50

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Kelumpuhan Tercatat di RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 50

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Letak Kelumpuhan di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 51

Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Onset Serangan di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 51

Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Onset Serangan Tercatat di RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 52

Tabel 5.19. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis Serangan di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 52

Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis Serangan Tercatat di RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 53

Tabel 5.21. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Faktor Risiko di RSU Dr.

(14)

Tabel 5.22. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Faktor Risiko yang Tercatat di

RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 54

Tabel 5.23. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Kombinasi Faktor Risiko yang

Tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 54

Tabel 5.24. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Stroke Rawat Inap

yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009... 55

Tabel 5.25. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 55

Tabel 5.26. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Tipe Stroke Pada Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 56

Tabel 5.27. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Serangan Stroke Pada Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal

di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009... 57

Tabel 5.28. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke Pada Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal

di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009... 57

Tabel 5.29. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Serangan Stroke Pada Penderita Stroke Rawat Inap yang

Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 58

Tabel 5.30. Distribusi Proporsi Onset Serangan Berdasarkan Tempat Tinggal Penderita Stroke Rawat Inap yang meninggal di

RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 59

Tabel 5.31. Distribusi Proporsi Onset Serangan Berdasarkan Tipe Stroke Penderita Stroke Rawat Inap yang meninggal di

RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 60

Tabel 5.32. Distribusi Proporsi Jenis Serangan Stroke Berdasarkan Tipe Stroke Pada Penderita Stroke Rawat Inap yang

(15)

Tabel 5.33. Distribusi Proporsi Faktor Risiko Berdasarkan Tipe Stroke Pada Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal di RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 62

Tabel 5.34. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tipe Stroke Pada Penderita Stroke Rawat Inap Yang Meninggal di RSU Dr.

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun

2009... 64

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Suku di

RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 66

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Agama di

RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 ... 68

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pendidikan

di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 69

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pekerjaan

di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 ... 70

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Status

Perkawinan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 71

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tempat

Tinggal di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 72

Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal CT Scan di RSU. Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 73

Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke

di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 74

Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Letak

(17)

Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Onset

Serangan di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 ... 77

Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis

Serangan di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 ... 78

Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Faktor

Risiko di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 ... 79

Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Kombinasi

Faktor Risiko di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 ... 80

Gambar 6.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Sumber

Biaya di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 82

Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe

Stroke di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 83

Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis Serangan Stroke di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun

2009... 84

Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2009 ... 85

Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Jenis Serangan Stroke di RSU. Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 87

Gambar 6.20. Diagram Bar Distribusi Proporsi Onset Serangan Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU. Dr. Pirngadi

(18)

Gambar 6.21. Diagram Bar Distribusi Proporsi Onset Serangan Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2009 ... 89

Gambar 6.22. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Serangan Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2009 ... 90

Gambar 6.23. Diagram Bar Distribusi Proporsi Faktor Risiko Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2009 ... 91

Gambar 6.24. Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Pada Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tipe Stroke di RSU. Dr.

(19)

ABSTRAK

Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf yang disebabkan adanya ketidakseimbangan aliran darah dalam otak, dan dapat timbul secara mendadak atau secara cepat dengan gejala atau tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak yang mengalami gangguan pasokan darah. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2001, Case Fatality Rate (CFR) di dunia 26,8%. Pada tahun 2009, CFR stroke di Indonesia 25%, di RSU Dr. Pirngadi Medan 38,02%.

Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh data penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 sebanyak 114 data, dan sampel adalah seluruh populasi.

Penderita stroke rawat inap yang meninggal termuda umur 32 tahun, tertua umur 86 tahun. Kelompok umur tertinggi 64-71 tahun dengan proporsi 27,2% (laki-laki 14,0% dan perempuan 13,2%), proporsi (laki-laki-(laki-laki tertinggi umur 56-63 tahun 14,9%. Proporsi perempuan tertinggi umur 64-71 tahun 13,2%. Suku Batak 54,4%, agama Islam 60,5%, pendidikan SLTA tercatat 59,2%, ibu rumah tangga tercatat 37,6%, status kawin 72,8%, tinggal di kota medan 77,2%, hasil CT Scan iskemik tercatat 40,6%, stroke hemoragik 39,5%, hemiparesis dextra tercatat 51,3 onset serangan >6 jam tercatat 61,6%, serangan stroke pertama tercatat 63,0%, . hipertensi tercatat 55,3%, diabetes melitus dan hipertensi tercatat 12,3%, lama rawatan rata-rata 4,87 hari, sumber biaya askes 48,2%. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur dengan tipe stroke (p=0,620), umur dengan jenis serangan stroke (p=0,430), jenis kelamin dengan tipe stroke (p=0,055), jenis kelamin dengan jenis serangan stroke (p=0,179), onset serangan dengan tempat tinggal (p=0,614), onset serangan berdasarkan tipe stroke (0,802), jenis serangan stroke dengan tipe stroke (p=0,991). Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata dengan tipe stroke (p=0,582).

Bagi para penderita stroke dan pihak keluarga sebaiknya tahu dan tanggap terhadap gejala-gejala stroke dan segera membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan sebelum lewat 6 jam dan bagi pihak RSU Dr. Pirngadi Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan data penderita stroke yang meninggal pada kartu status khususnya yang berkaitan dengan onset serangan, jenis serangan, dan faktor risiko.

(20)

ABSTRACT

Stroke is a problem neurology caused by the blood in the brain not balance, it appear suddlenly or appear in short time and have symtomps in the brain’s location which have a problem with blood supply. Based of data World Health Organization (WHO) in 2001, Case Fatality Rate (CFR) at the world was 26,8%. In 2009, CFR at Indonesia 25% and at Dr. Pirngadi Hospital Medan 38,02%.

To purpose the characteristic of stroke mortality patient in Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2009, descriptive study has been done by using case series design. The population were 114 stroke mortality patient data which registered in Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2009, and sample was all the population.

The youngest proportion of stroke mortality patient is in the age 32 years old, the oldest proportion of stroke mortality patient is in the age 86 years old. The highest proportion of stroke mortality patient is in the age 64-71 years old 27,2% (male’s proportion 14,0% and female13,2%), the highest male’s proportion is in the age 56-63 years old 14,9%, the highest female’s proportion is in the age 64-71 years old 13,2. Batak etnic 54,4%, Islam 60,5%, high senior school record 59,2%,, marriage 72,8%, Medan 77,2%, ischemic record 40,6%, haemorragic 39,5%, hemiparesis dextra record 51,3%. attact onset >6 hours record 61,6%, the first attact stroke record 63%, hypertension record 55,3%, hypertension and diabetes mellitus record 12,3%, average length of stay 4,87 days, health assurance 48,2%. There was no difference between age with type of stroke (p=0,620), age with type of stroke attact (p=0,430), sex with type of stroke (p=0,055), sex with type of stroke attact (p=0,179), attact onset with address (p=0,614), attact onset with type of stroke (p=0,802), type of stroke attact with type of stroke (p=0,991), average length of stay with type of stroke (p=0,582).

Stroke patient and family should be respect and know about symptom of stroke and go to hospital soon to get treatment before 6 hours after get symptom. It was also suggested to the Dr. Pirngadi Hospital Medan for completing data patient in card status especially the attact onset, type of stroke attact, and risk factor.

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan penyakit tidak menular merupakan suatu tantangan pada

dasawarsa terakhir ini. Beberapa penyakit tidak menular seperti penyakit jantung,

stroke, Diabetes Melitus, Parkinson pada umumnya merupakan penyebab kematian

nomor satu pada orang dewasa, seiring dengan berubahnya pola hidup masyarakat.1

Stroke merupakan masalah kesehatan yang serius ditandai dengan tingginya

mortalitas dan morbiditas, yang memberikan cacat tubuh baik cacat permanen

maupun cacat sementara dan kematian mendadak.2 Penderita stroke sulit

disembuhkan dan sulit untuk bisa pulih 100% juga memakan biaya yang tidak sedikit.

Hal ini terkait erat dengan gaya hidup seperti pola makan, dan kebiasaan

berolahraga.3

Stroke merupakan penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan

gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.2 Berdasarkan

penelitian Feigin di Australia tahun 2004, resiko kematian akibat stroke ini paling

tinggi pada bulan pertama seseorang terkena stroke. Risiko ini tergantung pada jenis

stroke, 20% risiko meninggal untuk stroke iskemik, 40-70% untuk perdarahan

intraserebral, dan sekitar 40% untuk perdarahan subaracnoid.4

Data World Health Organisation (WHO) tahun 2001, jumlah penderita stroke

20,5 juta jiwa di seluruh dunia dan 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia dengan Case

(22)

58.865.979 jiwa dan diantaranya meninggal karena stroke sebanyak 5.710.000 jiwa

dengan Proporsional Mortality Rate (PMR) 9,7%.6

Jumlah seluruh kematian di Amerika Serikat tahun 2004 sebesar 2.426.264

jiwa dan diantaranya meninggal karena stroke sebanyak 137.119 jiwa dengan PMR

5,65%.6 Tahun 2006, terdapat 60,2% perempuan yang mengalami stroke meninggal,

25% diantaranya meninggal pada serangan stroke yang pertama dan laki-laki

penderita stroke yang meninggal pada serangan stroke yang pertama sebanyak 22%.7

Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru

di Amerika, dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di

Amerika yang terkena serangan stroke.7

Tahun 1999 di Eropa, Cause Spesific Death Rate (CSDR) stroke mencapai 115

per 100.000 penduduk. Menurut penelitian Vibo dkk tahun 2003 di negara Estonia

Eropa, CFR stroke mencapai 28,75%, dengan proporsi penderita terbanyak adalah

perempuan sebanyak 53% dan laki-laki 47%, penderita meninggal paling banyak

pada serangan stroke pertama dengan proporsi 30%.8 Pada tahun 2004 di Canada,

stroke merupakan penyakit kedua terbesar setelah penyakit jantung dengan PMR

stroke 7%, dan CFR 15%, dimana kebiasaan merokok, obesitas, penyakit jantung,

hipertensi, dan diabetes merupakan faktor risiko meninggalnya penderita stroke di

negara ini.6,7

Menurut Lamsudin yang dikutip oleh Relita, angka kematian akibat stroke pada

populasi kelompok umur 35-74 tahun dibeberapa negara di Asia sebagai berikut: di

Jepang tahun 1999 laki-laki yang meninggal akibat stroke sebanyak 77 per 100.000

(23)

yang meninggal akibat stroke 182 per 100.000 populasi dan wanita 114 per 100.000

populasi.9

Menurut Yayasan Stroke Indonesia

stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir semakin meningkat, bukan saja pada

penduduk berusia tua, tetapi juga dialami oleh penduduk usia muda atau usia

produktif. Diperkirakan di Indonesia setiap tahun 500.000 penduduk menderita

stroke. Sekitar 125.000 orang meninggal dengan CFR 25% dan sisanya penderita

mengalami cacat.10

Informasi rumah sakit pada data Depkes RI 1997 menyatakan bahwa

pertambahan kasus stroke yang tidak diimbangi dengan perbaikan penatalaksanaan di

rumah sakit menyebabkan stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di

rumah-rumah sakit di Indonesia. Pada tahun 1995 di Rumah Sakit Nasional Dokter

Cipto Mangunkusumo Jakarta, rata-rata penderita stroke yang dirawat 726 orang

dengan CFR rata-rata 37,2%. Kematian akibat stroke terutama terjadi pada fase akut

dan umumnya terjadi pada saat penderita sudah berada di rumah sakit.11

Berdasarkan penelitian Napitupulu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

dengan desain Case Series tahun 2004-2008, menunjukkan bahwa CFR penderita

stroke haemoragik yang dirawat inap sebesar 27,7% dan terbanyak pada kelompok

umur 45-60 tahun sebesar 46,4%, kemudian diikuti kelompok umur >60 tahun

sebesar 42,9% tahun dan terendah pada kelompok umur <45 tahun sebesar 10,7%.

Proporsi kematian penderita stroke hemoragik ini paling banyak disebabkan oleh

(24)

Hasil survei pendahuluan di RSU Dr. Pirngadi Medan, pada tahun 2009 terdapat

penderita stroke yang dirawat inap 298 orang dan 114 orang diantaranya meninggal

dunia dengan CFR 38,25%. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan

penelitian tentang karakteristik penderita stroke rawat inap yang meninggal di RSU

Dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita stroke rawat inap yang meninggal di

RSU Dr.Pirngadi Medan tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke rawat inap yang meninggal di

RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan sosiodemografi, yaitu umur, jenis kelamin, suku,

agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan hasil CT Scan.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

(25)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan letak kelumpuhan.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan onset serangan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan jenis serangan stroke.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan faktor risiko.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan lama rawatan rata-rata.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke rawat inap yang

meninggal berdasarkan sumber biaya.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan tipe stroke.

k. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis serangan stroke.

l. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan tipe stroke.

m. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis serangan

stroke.

n. Untuk mengetahui distribusi proporsi onset serangan berdasarkan tempat

tinggal.

o. Untuk mengetahui distribusi proporsi onset serangan berdasarkan tipe stroke.

p. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis serangan stroke berdasarkan tipe

stroke.

(26)

r. Untuk mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe

stroke.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai informasi bagi pihak Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

mengenai karakteristik penderita stroke rawat inap yang meninggal dalam

upaya peningkatan penyediaan fasilitas perawatan dan pengobatan stroke.

1.4.2. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pihak lain untuk melakukan

penelitian selanjutnya dan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pembuluh Darah Otak

Otak merupakan organ vital yang bertanggung jawab atas fungsi mental dan

intelektual seperti berpikir, menafsirkan apa yang diterima oleh indra kita serta

mengontrol gerakan-gerakan sadar kita. Otak tersusun dari belahan otak besar

(hemisfer serebri), batang otak dan otak kecil (serebelum). Pesan-pesan yang menuju

dan berasal dari anggota tubuh akan dihantarkan lewat medula spinalis serta batang

otak. Serebrum (otak besar) merupakan pusat pemikiran dan kesadaran seseorang,

pusat untuk mengawali kemampuan menguasai bahasa, pemusatan perhatian

(focusing), memori, dan pikiran. Serebelum (otak kecil) yang terletak di bagian

bawah atau belakang, merupakan otak yang kecil dan menjadi pusat koordinasi otot

dan keseimbangan badan, serta mengawali proses pernafasan dan metabolisme badan.

Terdapat dua hemisfer serebri yaitu hemisfer serebri sinistra (kiri) dan

hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri dapat dibagi menjadi lobus

frontalis, parietalis, occipitalis serta lobus temporalis. Dua hemisfer otak

dihubungkan secara anatomis dan saling berkaitan secara fungsional. Hemisfer

serebri kiri (hemisfer serebri sinistra) mengendalikan kemampuan memahami dan

menghasilkan bahasa serta lebih berkaitan dengan berpikir matematis atau logis,

sedangkan hemisfer serebri kanan (hemisfer serebri dextra) mengendalikan orientasi

ruang maupun lebih berkaitan dengan pemikiran abstrak dan imaginer serta

(28)

Gambar 2.1. Bagian-Bagian Otak

(29)

Berat otak sekitar 2,5 % dari berat badan secara keseluruhan Otak terdiri dari

sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia,

cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Arteri adalah pembuluh yang mengangkut

darah yang kaya akan oksigen dan nutrien seperti glukosa ke otak. Vena adalah

pembuluh yang membawa darah yang telah digunakan dan zat sisa menjauhi otak.

Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi jumlah

koneksi diantara berbagai neuron berbeda-beda. Pasokan aliran darah ke otak

dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama, yaitu sepasang arteri karotis interna yang

memasok sekitar 70 % dari keseluruhan jumlah darah otak, dan sepasang arteri

vertebralis yang mencukupi 30 % sisanya (Gambar 2.3.).4,14

(30)

Otak merupakan organ tubuh yang paling banyak menerima darah dari jantung,

yakni seperlima dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh jaringan tubuh.

Diperkirakan, metabolisme otak menggunakan sekitar 18 % dari total konsumsi

oksigen tubuh. Oleh karena itu, masa hidup jaringan otak yang menghadapi

kekurangan oksigen cukup singkat. Dan hal ini berarti, jaringan otak akan mudah

mati jika pasokan aliran darah terhenti atau tersumbat.14

2.2. Defenisi Stroke

Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf yang disebabkan adanya

ketidakseimbangan aliran darah dalam otak, dan dapat timbul secara mendadak

(dalam waktu beberapa detik ) atau secara cepat (dalam waktu beberapa jam), dengan

gejala atau tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak yang mengalami gangguan

pasokan darah.15

Stroke merupakan hasil penyumbatan yang tiba-tiba terjadi, yang disebabkan

oleh penggumpalan, perdarahan, atau penyempitan pada pembuluh darah arteri,

sehingga menutup aliran darah ke bagian-bagian otak, dimana darah merupakan

pembawa oksigen dan zat-zat makanan ke jaringan otak sehingga sel-sel otak

mengalami kematian 16

Stroke adalah penyakit otak paling dekstruktif dengan konsekuensi berat,

termasuk beban psikologis, fisik seperti kecacatan dan kematian, dan keuangan yang

(31)

2.3. Meninggal Akibat Stroke4,13,17

Setelah terjadi stroke, sel-sel otak yang mati dan hematom yang terbentuk akan

diserap kembali (reabsorpsi) secara bertahap. Setelah stroke iskemik atau perdarahan,

sel yang mati dan hematom itu diganti oleh kista yang mengandung cairan

serebrospinalis, yaitu cairan yang membasuh otak. Pada kebanyakan kasus, proses

alami ini selesai dalam waktu tiga bulan. Pada waktu itu, sebagian penderita

mengalami komplikasi seperti penurunan kekuatan alat gerak, masalah dengan

kemampuan berpikir dan mengingat, kesulitan menelan, infeksi dada, kelumpuhan

yang akhirnya dapat menyebabkan kematian dan cacat.

Berdasarkan penelitian Feigin di Australia tahun 2004, sekitar 2 dari 10 orang

yang mengalami stroke akut akan meninggal dalam satu bulan pertama, 3 dari 10

orang meninggal dalam satu tahun, 5 dari 10 orang meninggal dalam lima tahun, dan

7 dari 10 orang meninggal dalam sepuluh tahun. Risiko kematian penderita stroke

pada tiga hari pertama sekitar 12%.

Orang yang mengalami perdarahan subaraknoid, risiko kematian dalam dua hari

pertama adalah sekitar 35%, tetapi setelah itu turun pesat. Risikonya menjadi sekitar

30% pada minggu pertama dan sekitar 10% pada minggu kedua.

Salah satu penyebab utama kematian setelah perdarahan subaraknoid pertama

adalah perdarahan ulang. Risiko meninggal paling tinggi bagi yang mengalami

kehilangan kesadaran pada hari pertama, yang mengalami koma atau mengalami

paralisis berat (hilangnya sama sekali gerakan di lengan atau tungkai yang terkena).

(32)

muda dan yang mengalami inkontinensia (tidak dapat mengendalikan buang air)

akibat stroke.

Komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian setelah stroke antara lain

pembengkakan otak diikuti oleh dislokasi yang menyebabkan tertekannya pusat-pusat

vital di otak yang mengendalikan pernapasan dan denyut jantung, pneumonia aspirasi

(infeksi dada) akibat masuknya cairan atau makanan ke dalam paru, septikemia

(akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih), bekuan darah di arteri jantung

(infark miokardium) dan trombosis vena dalam.

2.4. Klasifikasi Stroke 2.4.1. Stroke Hemoragik18,19,20

Stroke hemoragik (perdarahan) disebut juga stroke non iskemik. Menurut

WHO¸ dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health

Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:

a. Perdarahan Intrasebral (PIS)

Perdarahan Intrasebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di dalam otak karena

adanya pembuluh darah yang pecah sehingga darah keluar dan masuk ke

jaringan dalam otak dan menyerap ke dalamnya. Perdarahan ini banyak

disebabkan oleh hipertensi. Selain itu, beberapa faktor penyebab lainnya adalah

hemoragik yang menyertai embolus, gangguan koagulasi (akuisita atau oleh obat),

(33)

b. Perdarahan Subaraknoid(PSA)

Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah perdarahan yang terjadi di ruang

subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang

menutupi otak). Penyebabnya adalah pecahnya suatu aneurisma sehingga darah

masuk ke dalam jaringan otak, merusak neuron sehingga bagian yang terkena

tidak dapat berfungsi dengan benar. Darah yang masuk ke otak pada perdarahan

subaraknoid akan mulai terurai setelah beberapa jam kemudian dan zat-zat hasil

penguraian ini bersifat iritatif serta dapat mengakibatkan spasme pembuluh darah

sehingga kemungkinan kerusakan otak semakin besar.

c. Perdarahan Subdural

Perdarahan Subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya araknoidea

atau vena jembatan yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus

venosus di dalam durameter. Perdarahan ini biasanya disebabkan oleh cedera

kepala, yang letaknya tepat di bawah tengkorak sehingga mudah diatasi dengan

pembedahan.

2.4.2. Stroke Non Hemoragik

Stroke non hemoragik disebut juga stroke iskemik. Secara non hemoragik,

stroke dapat dibagi berdasarkan proses patologik (kausal) dan manifestasi klinik:

a. Berdasarkan Kausal18,19

i. Stroke Trombotik.

Stroke trombotik merupakan jenis stroke yang disebabkan adanya penyumbatan

akibat terbentuknya trombus yang terbentuk pada dinding arteri otak yang

(34)

proses penyempitan pembuluh nadi otak (arteriosklerosis), tetapi dapat juga

ditimbulkan oleh tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes serta kadar lemak

yang tinggi dalam darah.

ii. Stroke non trombotik/embolik

Stroke non trombotik/embolik merupakan jenis stroke yang disebabkan

tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah yang terbentuk di tempat lain

(misalnya dalam jantung atau salah satu pembuluh nadi utama yang

memperdarahi otak) dan terlepas dari tempatnya melekat, kemudian membentuk

embolus, terbawa darah ke dalam otak, dan akhirnya macet di dalam salah satu

pembuluh nadi otak.

b.Berdasarkan menifestasi klinis21

i. Transient Ischaemic Attack (TIA)

Gejala neurologik yang timbul dan menghilang dalam jangka waktu kurang

dari 24 jam yang disebabkan oleh iskemik otak.

ii. Reversibel Ischaemic Neurological Deficit (RIND)

Gejala neurologis yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam,

tapi tidak lebih dari seminggu.

iii. Stroke in Evolution

Kelainan neurologis yang menunjukkan perburukan secara tahap demi tahap

dalam waktu beberapa jam.

iv. Complete Stroke

Kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi yang

(35)

kurangnya atau tidak adanya aliran darah pada salah satu arteri otak atau

cabang-cabangnya secara mendadak

2.5. Gejala Stroke

2.5.1. Gejala Stroke Hemoragik 18,19,20 a. Gejala Perdarahan Intrasebral (PIS)

Gejala perdarahan ini timbul mendadak dan memburuk dengan cepat (dalam

beberapa menit atau jam), sering sampai koma. Nyeri kepala berat, nausea,

muntah, dan adanya darah di rongga subaraknoid pada pemeriksaan pungsi

lumbal merupakan gejala yang khas.

b. Gejala Perdarahan Subaraknoid (PSA)

Pada penderita perdarahan subaraknoid akan dijumpai gejala seperti nyeri

kepala yang hebat, kadang-kadang muntah, kaku leher serta kehilangan

kesadaran sementara dan setelah sadar kembali terdapat gejala kaku kuduk,

keluhan silau terhadap cahaya, mual, rasa enek, fotofobia.

c. Gejala Perdarahan Subdural

Gejala pada perdarahan subdural timbul berminggu atau berbulan-bulan setelah

terjadinya trauma kepala. Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai

gejala seperti nyeri kepala, kaku leher, tajam penglihatan yang mundur akibat

edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik yang tertekan.

2.5.2. Gejala Stroke Non Hemoragik15,21,22

Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan

(36)

a. Gejala penyumbatan Sistem Vertebrobasilar

i. Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik.

ii. Jalan menjadi sempoyongan atau terjatuh

iii. Gangguan gerak bola mata hingga terjadi diplopia

iv. Muntah, mual, sulit menelan, atau nyeri kepala.

v. Kedua kaki lemah sehingga tidak mampu berdiri

b. Gejala penyumbatan arteri serebri posterior

i. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan, tungkai atau salah

satu sisi tubuh, mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan.

ii. Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang

pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan

gelap atau ganda sesaat.

iii. Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba

atau mendengar suaranya.

iv. Hilangnya kemampuan untuk membedakan dan mengenal warna

c. Gejala penyumbatan arteri serebri media.

i. Mulut, lidah mencong bila diluruskan.

ii. Bicara tidak jelas, dan kata-katanya tidak dapat dipahami (afasia), berbicara

tidak lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang terucap.

iii. Vertigo ( pusing) atau perasaan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas.

iv. Kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh.

(37)

vi. Gangguan rasa didaerah muka atau wajah dan hanya sebelah dan biasanya

disertai gangguan rasa di lengan dan tungkai yang hanya sebelah saja.

vii. Tidak dapat membedakan kiri dan kanan.

viii. Bola mata selalu melirik kearah satu sisi saja.

d. Gejala penyumbatan arteri serebri anterior

i. Pingsan dan tidak sadarkan diri secara tiba-tiba.

ii. Buang air kecil tidak disadari.

iii. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh

iv. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai yang paling menonjol.

v. Sulit untuk mengungkapkan maksud hati

vi. Secara tidak sadar ikut-ikutan meniru omongan orang lain

e. Gejala akibat gangguan fungsi luhur.

i. Aphasia

Dibedakan atas 2 kategori yaitu expressif (motorik) dan reseptif (sensorik).

Expressif adalah kehilangan kemampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi

pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti

bicara orang lain tetap baik. Sedangkan reseptif (sensorik) adalah kebalikan dari

expresif, dimana orang sakit sangat sulit untuk mengerti pembicaraan orang

lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau

sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan

(38)

ii. Alexia

Penderita tidak mampu membaca kata, tapi dapat membaca huruf (verbal

alexia), atau ketidakmampuan membaca huruf, tapi masih dapat membaca kata

(lateral alexia), dan ketidakmampuan membaca baik huruf maupun kata

(global alexia).

iii. Agraphia

Hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak yang dibedakan

atas 5 kategori antara lain pure agraphia (tanpa disertai gangguan berbahasa

lainnya), aphasic agraphia (agraphia yang menyertai/ disertai oleh aphasia),

agraphia dengan alexia (dijumpai pada orang sakit dengan kerusakan di lobus

parietal), apraxic agraphia (tidak mampu membuat tulisan yang baik saat

menulis spontan ), spatial agraphia (sulit untuk menulis pada garis horizontal

atau menulis hanya pada sisi kanan saja dari kertas).

iv. Acalculia

Hilangnya kemampuan berhitung atau mengenal angka setelah terjadinya

kerusakan otak. Dapat berhubungan dengan alexia, agraphia, atau bentuk–

bentuk aphasia lainnya.

v. Right-left Disorentasion dan Dianosa jari (Body image)

Sejumlah tingkat kemampuan yang sangat komplex, seperti penamaan,

melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah, atau menirukan

gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan agnosia jari (dapat

dilihat dan disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara orang sakit

(39)

vi. Hemi Spatial Neglect (viso spatial agnosia)

Hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan

dengan ruang. Biasanya akan mengabaikan sebelah sisi ruang kontra lateral dari

lesi yang ada pada otaknya, misalnya disuruh menggambar sekuntum bunga

dan yang digambarnya hanya setengah kuntum bunga.

vii. Sindrom Lobus Frontal

Berhubungan dengan tingkah laku, kerusakan pada kortex motor dan premotor

dari hemisphere dominan menyebabkan gangguan bicara.

viii. Gangguan mengingat (Amnesia)

Dapat terjadi pada trauma kapitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi

pengangkatan massa di otak.

ix. Dementia

Hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan / operasi

mental. Gangguan pada satu fungsi luhur saja belum dapat dikatakan dementia.

2.6. Letak Kelumpuhan4

2.6.1. Kelumpuhan sebelah Kanan (Hemiparesis Dextra)

Hemisfer dextra mengendalikan gerakan sisi tubuh sebelah kiri. Jika terjadi

kelumpuhan di sebelah kanan maka yang terpengaruh adalah gerakan dan sensasi di

sisi kiri tubuh. Penderita biasanya mempunyai kekurangan dan kemampuan

(40)

2.6.2. Kelumpuhan sebelah Kiri (Hemiparesis Sinistra)

Hemisfer sinistra mengendalikan gerakan sisi tubuh sebelah kiri. Jika terjadi

kelumpuhan di sebelah kiri maka yang terpengaruh adalah gerakan dan sensasi di sisi

kanan tubuh. Penderita biasanya kesulitan melihat bagaimana benda-benda berkaitan

dengan benda lain di dalam ruang, kesulitan berpikir abstrak seperti memecahkan

masalah dll.

2.6.3. Kelumpuhan Kedua Sisi (Paraparesis)

Sisi kanan tubuh dan sisi kiri tubuh mengalami kerusakan. Pada keadaan ini,

kedua kaki penderita sulit untuk digerakkan.

2.7. Stroke Berulang4,14

Seseorang yang pernah terserang stroke dan memiliki faktor risiko stroke yang

tidak dikelola dengan baik, berpotensi terserang stroke yang berulang di kemudian

hari. Tipe stroke pada serangan berulang bisa sama dengan stroke sebelumnya, tetapi

bisa juga berbeda. Misalnya, sebelumnya seseorang mengidap stroke tipe iskemik,

stroke berikutnya bisa sama, atau bisa berupa stroke tipe hemoragik yang mematikan.

Stroke yang berulang dapat juga memperburuk gejala klinis yang terjadi sebelumnya.

Misalnya, kelumpuhan tungkai atau tangannya menjadi lebih berat, berbicara reronya

semakin parah, dan kemungkinan berujung pada kematian.

2.8. Onset Serangan17,23

Penderita yang mengalami stroke sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit

(41)

kerusakan sel mulai setelah 3-6 jam dan penyumbatan akibat trombosis yang timbul

secara pelan-pelan, kerusakan mulai 8-12 jam. Semakin cepat pertolongan diberikan

semakin baik hasil yang dicapai, sebaiknya jangan sampai lewat 6 jam sejak

terjadinya stroke. Obat-obat seperti kalsium antagonis, antikoagulansia, obat

penghancur trombus, akan memberikan hasil yang lebih baik bila diberikan lebih

dini.

2.9. Epidemiologi Meninggal Akibat Stroke

2.9.1. Distribusi Frekuensi Meninggal Akibat Stroke

Pada tahun 2002, stroke membunuh sekitar 162.672 orang di Amerika Serikat,

jumlah tersebut setara dengan 1 diantara 15 kematian di Amerika Serikat. American

Hearth Association menyatakan di Amerika Serikat pada tahun 2006 terdapat 60,2%

perempuan dari 600.000 penduduk Amerika Serikat yang menderita stroke

meninggal. Angka kematian pada tahun 2006 per 100.000 penduduk untuk laki-laki

kulit hitam adalah 67,1% dan 41,7% untuk laki-laki kulit putih. Angka kematian

akibat stroke pada perempuan kulit putih sebesar 41,1% dan 57% untuk perempuan

kulit hitam.7

Menurut penelitian Herman dkk tahun 2003 di negara Belanda, CFR stroke

mencapai 30%, dengan proporsi penderita terbanyak adalah perempuan sebesar

54,75% dan laki-laki 45,24%. Proporsi kematian penderita stroke ini paling banyak

disebabkan oleh perdarahan intrasebral sebesar 33%, 17% diantaranya adalah

(42)

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit stroke

merupakan penyebab utama kematian di daerah perkotaan dengan PMR sebesar

15,9% sedangkan di pedesaan PMR mencapai 11,5%. Pada kelompok umur 45-54

tahun, stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah perkotaan. Hal ini

terkait erat dengan gaya hidup seperti pola makan, dan kebiasaan berolahraga 3,11

Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, stroke termasuk dalam sepuluh

penyakit terbanyak di bagian neurologi, angka kematian mengalami peningkatan dari

14,2% pada tahun 1988 menjadi 15,8% pada tahun 1999 dan 16,05% pada tahun

200025 Berdasarkan penelitian Muharam di Rumah Sakit Padang Sidempuan dengan

desain Case Series tahun 2001-2004, menunjukkan bahwa CFR penderita stroke yang

dirawat inap sebesar 25,1%. Proporsi kematian penderita stroke ini paling banyak

disebabkan oleh perdarahan intraserebral sebesar 50%.26

2.9.2. Determinan Meninggal Akibat Stroke a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah:

i. Usia

Stroke dapat menyerang semua usia, namun usia lanjut lebih berisiko

mengalami stroke dan cenderung meninggal atau menimbulkan kecacatan menetap.

Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut

yaitu mulai umur 55 tahun keatas.14 Menurut penelitian Tarent A tahun 1987-1990 di

salah satu rumah sakit di Swedia, kematian akibat stroke paling banyak terdapat pada

usia ≥85 tahun dengan proporsi 25%, diikuti usia 75-84 tahun dengan proporsi 22%,

(43)

ii. Jenis Kelamin

Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita. Namun,

kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding laki-laki karena

umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan

karena pemakaian hormon estrogen pada wanita sebelum pascamenopause dapat

melindungi dirinya dari risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%.14Menurut

laporan American Heart Association Statistics Subcommitte (2007) menyebutkan

bahwa pada tahun 2004, sekitar 61% kematian akibat stroke di Amerika

menyerang wanita. Penelitian Zia E dkk tahun 2009 di Swedia dengan desain case

control, pada umur <75 tahun kemungkinan perempuan meninggal dunia akibat

stroke 1,7 kali dibandingkan laki-laki (OR 1,77; 95% CI, 1,3 – 2,3)28

iii. Hereditas/ Keturunan

Faktor genetik di dalam keluarga merupakan faktor risiko stroke. Beberapa

penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung dan kelainan pembuluh darah

dapat diturunkan secara genetik dari seseorang terhadap keturunannya. Selain itu,

pola makan orang tua yang tidak sehat dan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti

merokok biasanya akan diikuti oleh anak-anak hingga mereka dewasa.4,14

iv. Ras atau etnis

Ras kulit hitam lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit

putih. Hal ini berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi garam

yang tinggi pada ras kulit hitam. Insidensi stroke di daerah Tenggara Timur lebih

tinggi dibandingkan Tenggara Barat Amerika. Hal ini disebabkan tingginya kadar

(44)

Grude HF dkk tahun 2000-2001 di Amerika Serikat dengan desain case control,

kemungkinan orang berkulit hitam meninggal dunia akibat stroke 1,5 kali

dibandingkan orang berkulit putih (OR 1,55; 95% CI; 1,37 – 1,75).29

b. Faktor Risiko yang dapat diubah:

i. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko stroke karena dapat merusak dinding

pembuluh darah dengan memperkeras arteri dan mendorong terbentuknya bekuan

darah dan aneurisma. Orang yang hipertensi memiliki risiko stroke tujuh kali lebih

besar dibandingkan dengan orang yang tidak hipertensi.4

ii. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang berisiko besar menyebabkan penderita stroke meninggal

antara lain aritmia jantung seperti fibrasi atrium, infark miokard, gagal jantung

Terbentuknya embolus akibat fibrasi atrium, infark miokard, gagal jantung yang

terlepas akan mengalir ke otak dan ke bagian tubuh yang lain, dan embolus ini akan

menyumbat arteri dan menyebabkan infark otak (kematian jaringan otak).2,4

Berdasarkan penelitian Mandip S. dkk tahun 2007 di Amerika dengan desain kohort,

penderita fibrasi atrium memiliki risiko 1,7 kali untuk menderita stroke dan

meninggal dunia dibandingkan dengan bukan penderita fibrasi atrium (RR 1,76; 95 %

CI ;1,05-2,94).30

iii. Diabetes Melitus

Diabetes melitus menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh

darah dan jantung). Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang

(45)

besar.4Berdasarkan penelitian Marini C dkk tahun 2005 di Amerika dengan desain

case control, kemungkinan orang yang menderita diabetes melitus meninggal dunia

akibat stroke 1,4 kali dibandingkan bukan penderita diabetes melitus (OR 1,48; 95%

CI, 1,29 – 1,72).31

iv. Obesitas

Orang yang mengalami obesitas meningkatkan risiko stroke sekitar 15 %

dengan meningkatkan hipertensi, penyakit jantung, arteriosklerosis dan diabetes

melitus.4Menurut penelitian Sang Wook dkk di Korea Selatan pada tahun 2002

dengan desain kohort, orang yang obesitas (memiliki indeks massa tubuh 27,5

kg/m2 memiliki risiko 1,5 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia

dibandingkan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal yaitu 18,5 indeks

massa tubuh<23,0 (RR 1,59; 95% CI,1,05 to 2,42).32

v. Transient Ischemic Attact (TIA)

TIA merupakan serangan iskemik sesaat. TIA menyebabkan kerusakan

saraf-saraf otak dan perdarahan, dan dapat menimbulkan komplikasi berat.4 Menurut

penelitian Putala J dkk tahun 2009 di Amerika dengan desain study kohort, orang

yang pernah mengalami serangan iskemik sesaat memiliki risiko 1,6 kali untuk

menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan orang yang tidak pernah (RR

1,65; 95% CI;0,83 – 3,26).33

vi. Stres

Stres atau depresi dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, dan

peningkatan pembekuan darah, yang semuanya adalah faktor risiko stroke. Selain itu,

(46)

penyakit jantung akan memicu dan membuat risiko penderita stroke semakin berat.

Stres meningkatkan risiko terkena stroke hampir dua kali lipat.4,14

vii. Merokok

Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh

(otak, jantung, tungkai) sehingga merokok mendorong terjadinya arteriosklerosis,

mengurangi aliran darah dan menyebabkan darah mudah menggumpal.4 Menurut

penelitian Sang Wook dkk tahun 2002 di Korea Selatan dengan desain study kohort,

perokok aktif (menghisap 20 atau lebih batang rokok sehari) memiliki risiko 2,3 kali

untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan bukan perokok aktif (RR

2.33; 95% CI, 1.00 - 5.43).32

viii. Alkohol

Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan

darah, dan menyebabkan kejang arteri. Makin banyak mengonsumsi alkohol akan

semakin meningkatkan kemungkinan terkena stroke, terutama stroke hemoragik yang

paling banyak menyebabkan kematian.4 Menurut penelitian Tang J dkk tahun 2008 di

Amerika dengan desain study kohort, orang yang banyak mengonsumsi alkohol

memiliki risiko 1,5 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan

bukan peminum alkohol (RR 1,506; 95% CI, 1,201 – 1,887).34

ix. Hiperkolesterol

Kolesterol yang melekat di dinding arteri ikut berperan membentuk plak arteri,

menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan arteri). Kolesterol juga menimbulkan

akumulasi (penambahan) lemak dalam darah. Hal ini mengakibatkan terjadinya

(47)

memompa darah untuk bersirkulasi ke seluruh bagian tubuh termasuk otak . Hal ini

menyebabkan kematian jaringan otak, sehingga risiko stroke meningkat bahkan

menyebabkan kematian.4,14

2.10. Pencegahan Meninggal Akibat Stroke

Pencegahan ini ditujukan kepada orang yang didiagnosis mengalami stroke.

Pencegahan ini meliputi pencegahan sekunder dan tersier.

2.10.1. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk mencegah terjadinya stroke berulang

dan mengurangi faktor risiko stroke bagi yang sudah pernah mengalami stroke.

Pencegahan ini dilakukan dengan mencari dan mengobati penyakit lain yang dapat

mempengaruhi perjalanan stroke, membantu pemulihan misalnya melalui terapi obat,

terapi fisik, terapi psikis untuk mencegah terjadinya kematian.35

Jika seseorang mengalami serangan stroke, segera melakukan pemeriksaan

untuk menentukan apakah penyebabnya dan kemudian mengobati penyakit yang

merupakan faktor risiko terjadinya stroke seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus,

dan secara teratur berobat ke dokter.

Penatalaksanaan umum stroke dilakukan dengan terapi. Terapi pada stroke

hemoragik bertujuan untuk menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan

ulang, mencegah spasme arteri, memberikan penderita istirahat total agar

penyembuhan luka pembuluh darah lebih baik, mencegah komplikasi sekunder

(48)

hipoventilasi, mengidentifikasi sumber perdarahan yang mungkin dapat diperbaiki

dengan tindakan bedah.17

Gangguan yang cukup berat pada stroke iskemik menyebabkan sel saraf mati.

Disamping sel saraf yang mati ada juga sel otak yang sekarat. Tujuan terapi pada

stroke iskemik supaya sel yang sekarat jangan sampai mati dengan mencegah

pembentukan edema (sembab) di sebagian dari otak, perubahan susunan

neurotransmiter, perubahan vaskulariasi regional, perubahan tingkat metabolisme,

mencegah dan mengurangi terjadinya gumpalan darah dan embolisasi trombus.

Penyakit stroke dapat didiagnosis melalui 3 (tiga) langkah yaitu dengan

melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik penderita stroke, pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi.14

a. Anamnesis

Anamnesis biasanya dilakukan dokter terhadap penderita dan keluarga penderita.

Anamnesis ditujukan untuk menentukan faktor risiko stroke yang dimiliki oleh

penderita seperti kebiasaan merokok, meminum alkohol, riwayat hipertensi,dan

sebagainya. Selain itu, anamnesis juga diperlukan untuk mendiagnosis riwayat

keluarga, tipe stroke yang diderita, serta perencanaan pengelolaan stroke yang tepat.

b. Pemeriksaan Fisik

Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan fungsi saraf pusat, serta pemeriksaan fisik lainnya sesuai indikasi

i. Pemeriksaan fisik cecara umum

Pemeriksaan fisik secara umum meliputi kesadaran penderita, denyut nadi,

(49)

berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS). Penilaian GCS dilakukan melalui sistem

skoring.

ii. Pemeriksaan fungsi saraf pusat

Pemeriksaan fungsi saraf pusat ini diperlukan untuk menentukan gangguan

saraf yang terjadi, lokasi kerusakan saraf, dan memperkirakan jenis terapi yang

sesuai bagi penderita stroke. Contohnya, jika penderita stroke mengalami gangguan

fungsi kognitif, misalnya kehilangan kemampuan menghitung angka-angka yang

sederhana, maka lokasi kerusakan sarafnya adalah di daerah korteks otak, yang

mungkin disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah dari arteri karotis interna.

iii. Pemeriksaan fisik lainnya sesuai indikasi

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan fisik lanjutan yang dilakukan jika

ditemukan adanya kelainan fisik yang spesifik. Misalnya, gangguan dalam

memahami isi pembicaraan.

c. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

i. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah rutin dalam kasus stroke perlu dilakukan untuk mencari

faktor-faktor risiko agar dapat mencegah terjadinya stroke yang berulang di kemudian

hari dan untuk mencari kemungkinan penyebab lain dari stroke.

ii. Elektrokardiografi (EKG)

Pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai adanya kelainan aritmia jantung dan

penyakit jantung yang mungkin pernah diidap, seperti penyakit infark miokardium

(kematian sel-sel otot jantung). Kelainan aritmia merupakan faktor risiko terjadinya

(50)

iii. Pemeriksaan Pemindai Terkomputerisasi

Pemeriksaan Pemindai Terkomputerisasi dilakukan dengan Computerized

Tomografi Scanning (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). CT Scan

dan MRI digunakan untuk memvisualkan beberapa kelainan atau penyakit, seperti

tumor, perdarahan di otak, dan beberapa penyakit degeneratif. CT Scan

mendiagnosa dengan memamfaatkan sinar x, sedangkan MRI menggunakan

pancaran gelombang radio dan medan elektromagnetik. CT Scan sangat andal untuk

mendeteksi perdarahan, tetapi kurang peka untuk mendeteksi stroke iskemik dan

MRI lebih sensitif dibandingkan CT scan untuk mendeteksi stroke iskemik.

iv. Pemeriksaan Cairan Otak (Pungsi Lumbal)

Pemeriksaan cairan otak dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya tipe stroke

perdarahan subaraknoid (PSA). Pada penderita stroke perdarahan subaraknoid,

cairan otak yang normalnya benih dan jernih, berubah menjadi agak kemerahan

(xantokromatis) karena bercampur dengan darah akibat stroke.

v. Pemeriksaan Angiografi

Angiografi merupakan suatu prosedur pemeriksaan, yakni suatu zat warna

(cairan kontraspen) disuntikkan melalui arteri, kemudian di rontgen. Hasilnya akan

terlihat kondisi pembuluh darah yang mengalami kerusakan, penyempitan, ataupun

tersumbat. Selain berfungsi untuk kepentingan diagnostik, angiografi juga berperan

dalam perencanaan terapi stroke.

vi. Ultrasonografi USG)

USG Doppler sangat bermamfaat untuk mendiagnosa berbagai kelainan pada

(51)

arteri sebagai penyebab stroke. Selain itu, pemeriksaan USG juga bermamfaat

untuk mendeteksi suatu spasme pembuluh darah setelah penderita mengalami

stroke perdarahan subaraknoid akibat pecahnya aneurisme.

vii.Ekokardiografi

Ekokardiografi bermamfaat untuk menganalisis kemungkinan adanya kelainan

anatomi dan fungsi jantung seperti kelainan fungsi katup jantung yang

menyebabkan timbulnya emboli yang berpotensi menyumbat arteri di otak dan

menimbulkan stroke.

2.10.2. Pencegahan Tersier17,36

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk membantu penderita stroke agar

kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan penderita lebih mandiri dan

memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan

rehabilitasi. Tujuan rehabilitasi penderita stroke menurut WHO adalah untuk

memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang terganggu,

readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan interpersonal dan aktivitas

sosial serta dapat melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Rehabilitasi

dilakukan dalam tiga bentuk yaitu

a. Rehabilitasi fisik

Rehabilitasi ini mengatasi masalah gerakan seperti duduk, berdiri, jalan,

berbaring, berlutut, dengan memberikan latihan yang teratur. Penderita dilatih dan

(52)

makan, mandi, buang air besar. Gangguan berbahasa, berkomunikasi, harus

ditanggulangi secara bertahap, sehingga dapat dicapai keadaan yang optimal.

b. Rehabilitasi mental

Rehabilitasi ini mengatasi masalah emosi seperti mudah tersinggung,

kehilangan motivasi, sedih, depresi yang dirasakan oleh penderita stroke setelah

selamat dari stroke. Masalah ini dapat diatasi dengan menjalani kehidupan yang lebih

santai dan rileks, dan keluarga memberikan semangat dan motivasi agar penderita

merasa bahwa dia masih dihargai dalam keluarga.

c. Rehabilitasi sosial

Rehabilitasi ini mengatasi masalah perubahan gaya hidup pada penderita stroke,

pekerjaan, hubungan perorangan, dan aktivitas. Dalam mengatasi masalah ini, harus

memperhatikan keadaan penderita, keadaan keluarga, hubungan dengan masyarakat

Gambar

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi  Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Suku di RSU Dr
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi  Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Pendidikan di RSU Dr
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi  Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU Dr
Tabel 5.19  Distribusi Proporsi  Penderita Stroke Rawat Inap yang Meninggal  Berdasarkan Jenis Serangan di RSU Dr
+7

Referensi

Dokumen terkait

141. Dalam pembelajaran PKn dikenal beberapa asas yang patut diketahui oleh guru yang akan membelajarkan kepada peserta didiknya. Salah satunya adalah guru harus memandang peserta

Tujuan penelitian ini adalah memetakan sebaran lamun di perairan Pulau Pari dengan menggunakan citra satelit ALOS dan melakukan pengamatan kondisi lamun berdasarkan

Agar dapat memperbaiki kondisi keuangan atau tingkat kesehatan perusahaan yang direfleksikan dengan hasil dari model analisis Z-Score maka disarankan untuk lebih

Responden memilih tempat rekrasi jauh dari tempat tinggal dikarenakan di medan kurangnya tempat rekreasi pantai yang pengunjung dapat berinteraksi dengan alam dan

[r]

[r]

[r]

Dalam hal ini Perpustakaan sekolah harus dapat memainkan peran, khususnya dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.Untuk tujuan tersebut,