• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI BIAYA DAN MANFAAT INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU

Desa Kalisari sebagai salah satu sentra produksi tahu memiliki permasalahan limbah terutama limbah cair tahu. Salah satu cara yang ditempuh pemerintah pusat untuk mengurangi dampak limbah cair tahu bagi lingkungan adalah dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang kemudian menghasilkan biogas untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Kalisari. Jenis IPAL yang digunakan di Desa Kalisari adalah Fixed Bed Reactor yang didesain khusus untuk mengolah limbah cair tahu. Desa Kalisari memiliki IPAL sebanyak empat buah di lokasi yang berbeda yang letaknya sesuai dengan sebaran pengrajin tahu. Setiap IPAL memiliki kelompok pemanfaat biogas yang diberi nama kelompok Biolita 1, Biolita 2, Biolita 3, dan Biolita 4. Pembangunan IPAL pada Biolita 1 dan 2 seluruhnya dibiayai oleh Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknogi (BPPT), sedangkan pembangunan IPAL pada Biolita 3 dan 4 dibiayai oleh Badan Lingkugan Hidup (BLH) Kabupaten Banyumas dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dan dilaksanakan oleh BPPT. Estimasi biaya dan manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan pada pembangunan IPAL pada Biolita 3 karena faktor kelengkapan data.

Estimasi Biaya Finansial dan Sosial Pembangunan IPAL

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Desa Kalisari menimbulkan beberapa biaya dan manfaat baik secara finansial maupun secara ekonomi. Biaya finansial yang diamati berupa biaya investasi dan biaya operasional, sedangankan biaya sosial yang diestimasi berupa opportunity cost dari pemanfaatan lahan untuk membangun IPAL.

Biaya Investasi dan Operasional

Biaya Investasi pembangunan IPAL di Biolita 3 terdiri dari biaya pembuatan DPT dan pagar, bak penampung awal, bak biodigester 1, bak biodigester 2, gas holder, kolam feromediasi, pekerjaan meja press dan perlengkapan lainnya, pengadaan dan pemasangan jaringan pipa limbah tahu, jaringan pipa gas, dan biaya tenaga kerja. Uraian biaya investasi pembangunan IPAL dapat dilihat pada tabel 14.

Biaya operasional pada IPAL yang terdapat di Biolita 3 meliputi biaya untuk pembayaran listrik untuk mengoperasikan biogas dan biaya pemeliharaan IPAL berupa biaya tenaga kerja selama satu bulan. Berikut komponen biaya operasional selama satu bulan pada IPAL di Biolita 3.

43

Tabel 14 Uraian biaya investasi dan operasional pembangunan IPAL Biolita 3

Sumber: Data primer dan sekunder diolah (2014)

Opprotunity Cost Lahan IPAL

Pengolahan limbah cair tahu yang dibangun di kawasan Biolita 3 dilakukan pada lahan yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai kolam ikan. Kolam ikan tersebut dapat menghasilkan penerimaan dari penjualan ikan sebesar Rp 2.000.000/tahun. Apabila lahan untuk kolam ikan tersebut diganti peruntukkannya sebagai lahan untuk membangun IPAL, maka biaya kesempatan (opportunity cost) yang hilang adalah sebesar Rp 2.000.000/tahun.

Estimasi Manfaat Finansial dan Manfaat Sosial Pembangunan IPAL

Manfaat finansial yang terdapat dalam proyek ini merupakan penerimaan yang didapat dari iuran yang dibayarkan oleh pemanfaat biogas selama satu bulan yaitu Rp 20.000/RT/bulan, namun nilai ini masih belum disesuaikan dengan jumlah biogas yang dikonsumsi oleh masing-masing RT pemanfaat biogas tersebut. Iuran ini merupakan hasil dari musyawarah masyarakat Desa Kalisari yang disepakati secara bersama. Manfaat sosial dari pembangunan IPAL diantaranya penghematan pemanfaatan LPG untuk memasak dan peningkatan produktivitas lahan persawahan.

Keberadaan IPAL untuk mengolah limbah cair tahu di Biolita 3 Desa Kalisari selain memberikan manfaat bagi kelestarian lingkungan juga memberikan manfaat dalam bentuk penghematan dalam pemanfaatan LPG yang biasa digunakan untuk memasak sehari-hari. Hal ini dikarenakan IPAL yang digunakan dapat menghasilkan gas berupa biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia, hewan, limbah rumah tangga, limbah industri yang biodegradable atau limbah organik lainnya yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah gas metan (CH4), karbon dioksida (CO2), dan gas lainnya seperti hidrogen sulfida (H2S), dan gas nitogen (N2), oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti LPG, butana, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil (Moenir dan Yuliasni 2011).

Manfaat sosial dari adanya IPAL limbah tahu di Biolita 3 salah satunya adalah penghematan biaya untuk pemanfaatan LPG berukuran 3 kg. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 75 responden pemanfaat biogas didapatkan rata-rata

Uraian Pekerjaan Volume (unit) Jumlah Biaya (Rp) Total Biaya

Biaya Investasi

Pembuatan DPT dan Pagar BRC 1 49.034.000 49.034.000 Pembuatan Bak Penampung Awal 1 22.597.000 22.597.000 Pembuatan Bak Biodigester 1 1 22.396.000 22.396.000 Pembuatan Bak Biodigester 2 1 77.902.000 77.902.000 Pembuatan Gas Holder 1 197.462.000 197.462.000 Pembuata Kolam Feromediasi 1 5.302.000 5.302.000 Pekerjaan Meja Press dan Perlengkapan Lainnya 1 49.369.000 49.369.000 Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Pipa Limbah Tahu 1 86.787.000 86.787.000 Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Pipa Gas 1 35.151.000 35.151.000

Biaya Operasional

Pembayaran listrik 600.000 600.000 Upah Tenaga Kerja 1.800.000 1.800.000

44

setiap rumah tangga dapat melakukan penghematan sampai dengan 4,18 kg (Lampiran 8) selama satu bulan. Berikut tabel perhitungan rata-rata penghematan LPG di Biolita 3.

Tabel 15 Rata-rata penghematan LPG di Biolita 3

Harga LPG/kg (Rp) (a) Rata-rata penghematan LPG/RT/bulan (kg) (b) Rata-rata penghematan biaya konsumsi LPG/RT/bulan (Rp) (c )=( a*b) Jumlah pemanfaat LPG di Biolita 3 (d) Total Penghematan LPG/bulan (kg) (e) = (b*d) Total penghematan biaya konsumsi LPG/bulan (Rp) (f = e*a) Total biaya penghematan LPG/tahun (Rp) (g )= f*12) 6000 4,18 25.080 67 280,06 1.680.360 20.164.320

Sumber: Data primer dan sekunder diolah (2014)

Sebelum IPAL dibangun di Desa Kalisari, semua pengrajin tahu masih membuang limbah cair hasil produksi tahu ke sungai secara langsung tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dampak yang terjadi akibat pembuangan limbah cair tahu ke sungai bagi lahan pertanian adalah terjadinya kerusakan lahan pertanian karena air irigasi telah terkontaminasi limbah cair tahu. Berdasarkan hasil wawancara dari petani setempat, pembuangan limbah cair tahu ke sungai tersebut mengakibatkan kerusakan pada lahan persawahan seluas 1 ha. Pasca pembangunan IPAL, produktivitas lahan persawahan mengalami peningkatan dari 4,8 ton menjadi 6 ton.