• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Fisik Daerah

Kondisi fisik daerah di Desa Kalisari dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu letak dan luas wilayah, topografi dan jenis tanah dan Iklim.

Letak dan Luas Wilayah

Secara administratif Desa Kalisari termasuk dalam wilayah Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, terletak di Banyumas bagian barat dari ibukota Kecamatan Cilongok Desa Kalisari berjarak sekitar 4 km, yang dapat ditempuh dengaan angkutan pedesaan umum dalam 20 menit, sedangkan Desa Kalisari dari pusat Kabupaten Banyumas berjarak sekitar 17 km. Waktu tempuh menuju ibukota kabupaten sekitar 35 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Desa Kalisari terdiri atas 2 dusun yaitu dusun I yang berada disebelah timur yang dibagi atas 2 RW. Dusun II berada di sebelah barat yang dibagi atas 2 RW. Luas wilayah Desa Kalisari adalah 204,355 Ha dengan batas – batas desa sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Karang Tengah

b. Sebelah Barat : Desa Cikembulan Kec. Pekuncen c. Sebelah Selatan : Desa Lesmana Kec. Ajibarang d. Sebelah Timur : Desa Karanglo

Topografi dam jenis Tanah

Desa Kalisari memiliki konfigurasi berupa dataran rendah ketinggian antara 220 m diatas permukaaan laut (mdpl). Suhu di daerah Desa Kalisari masih dalam batas normal. Tanah di desa kalisari sebagian tanahnya adalah berupa tanah pertanian

Iklim

Iklim suatu daerah sangat berpengaruh dalam kehidupan terutama untuk pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup hewan ternak. Bersamaan dengan iklim di suatu tempat mahluk hidup akan saling berinteraksi, yang dalam kurun waktu tertentu akan menentukan kondisi disuatu wilayah. Curah hujan rata – rata adalah 2000m – 3000m pertahun

Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

Kondisi sosial ekonomi di Desa Kalisari diklasifikasikan menjadi delapan kategori, yaitu jumlah penduduk, tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, pola pemanfaatan lahan, kepemilikan hewan ternak dan perikanan, sarana dan prasarana, sistem usaha tani, dan kelembagaan desa.

Jumlah penduduk

Desa Kalisari pada tahun 2008 memiliki 1269 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 4893 jiwa yang terdiri dari 2509 laki – laki dan 2456 perempuan, rata–rata setiap keluarga terdiri dari 4 Anggota keluarga. Komposisi

28

penduduk Desa Kalisari menurut usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 4.

4 berikut :

Sumber: Data sekunder diolah (2008)

Gambar 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Berdasarkan Gambar 4, usia kerja dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu angkatan kerja muda (5–24 tahun ), angkatan kerja produktif (25–44 tahun), dan angkatan kerja tua (50–59 tahun), sehingga apabila dikelompokkan kembali maka dapat diketahui bahwa golongan usia produktif berjumlah 3067 jiwa ( 62,68 %) dan golongan usia tidak produktif adalah 1826 jiwa (37, 32 %).

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan didesa kalisari tergolong sedang, hal ini didukung adanya fasilitas pendidikan di Desa Kalisari yaitu diantaranya telah tersediannya 3 Taman Kanak – kanak, 1 Sekolah Dasar, 1 Madrasah Ibtidaiyah. Sebagian besar penduduk desa Kalisari adalah tamatan SD yaitu 2395 orang disusul belum tamat SD 342 orang, 319 tamatan SLTA.Komposisi penduduk Desa Kalisari berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 S1 / S2 51 / 2 2 D1 5 3 D2 5 4 D3 16 5 Tamat SLTA 319 6 Tamat SLTP 267 7 Tamat SD 2395 8 Belum Tamat SD 342 9 Tidak Tamat SD 311 10 Belum diketahui 1182 Jumlah 4893

29

Mata Pencaharian

Mata pencaharian sebagian besar keluarga di desa Kalisari adalah pada bidang pertanian sekitar 390 orang, sedangkan sebagai buruh industri pada urutan berikutnya yaitu sekitar 374 orang, mata pencaharian lain dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Kalisari Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani Sendiri 130

2 Petani Buruh 260

3 Nelayan 0

4 Pengusaha 6

5 Buruh Industri dan Industri Tahu 374

6 Buruh bangunan 124 7 Pedagang 32 8 Pengangkutan 4 9 PNS/TNI Polri 57 10 Pensiunan 23 11 Peternak 12 12 Lain – lain  Montir 6  Penderes Kelapa 4 13 Belum diketahui 3810 Jumlah 4893

Sumber : Data monografi Desa Kalisari (2007)

Pola Pemanfaatan Lahan

Luas Desa kalisari seluruhnya adalah 204,355 ha, mayoritas penduduk desa kalisari mempunyai pekerjaan pengrajin tahu dan petani. Maka pola pemikiran lahan sangat berkaitan erat dengan mata pencahariannya. Lahan tersebut terbagi atas 130 ha tanah sawah, 30,035 ha tanah pemukiman, 21 ha tanah pekarangan, dan sisanya adalah tanah untuk tempat pendidikan, lapangan, jalan, pemakaman dan lain–lain. Lahan-lahan sawah di Desa Kalisari dialiri oleh air irigasi yang bersumber dari sungai-sungai yang juga merupakan tempat pembuangan limbah cair tahu, namun semenjak dibangun IPAL di Desa Kalisari, pencemaran sungai yang menjadi sumber air irigasi tersebut sudah jauh berkurang. Berikut presentasi dari pola pemanfaatan lahan di Desa Kalisari.

Sumber: Data monografi Desa Kalisari diolah (2007)

30

Komposisi pola pemanfaatan lahan di Desa Kalisari apabila dipresentasikan masing-masing untuk tanah sawah, tanah pemukiman, tanah pekarangan, hutan negara, dan lain-lain adalah 64%, 15%,10%, 0%, dan 11 %.

Kepemilikan Ternak dan Perikanan

Selain sebagai petani, buruh tani dan pengrajin tahu, pada umumnya penduduk Desa Kalisari juga memelihara hewan ternak. Jenis ternak yang dipelihara antara lain sapi, kambing, kelinci, ayam, babi dan bebek. Pemeliharaan ternak dilakukan oleh penduduk Desa Kalisari sebagai pekerjaan sambilan dan bukan sebagai pekerjaan utama. Hewan ternak berupa sapi, kambing, kelinci, sebagian besar dikandangkan oleh penduduk, hal ini dikarenakan kurangnya lahan yang dimiliki untuk kebebasan hewan itu. Hewan ternak di Desa Kalisari sebagian besar diberikan pakan ternak yang bersumber dari limbah padat tahu dimana peternak dapat membelinya kepada para pengrajin tahu seharga Rp 500/kg. Hijauan untuk pakan ternak itu diperoleh dari sawah, pekarangan, tegalan dan kebun / ladang yang ada. Adapun di bidang perikanan masyarakat Desa Kalisari banyak yang memiliki kolam ikan juga kelompok–kelompok yang memiliki lahan perikanan di aliran sungai. Jumlah kepemilikan hewan ternak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Komposisi Kepemilikan Ternak di Desa Kalisari

No Kepemilikan Ternak Jumlah ( Ekor )

1 Sapi / kerbau 12 / 13 2 Kambing 139 3 Kuda 2 4 Kelinci 45 5 Ayam 2914 6 Bebek 260 7 Babi 98 Jumlah 3342

Sumber : Data sekunder monografi Desa Kalisari (2007)

Sarana Prasarana

Lalu lintas perhubungan dengan cilongok sebagai ibukota kecamatan dan Purwokerto sebagai ibukota kabupaten.dihubungkan dengan jalan darat dengan kontruksi jalan beraspal, sedangkan dari pusat desa menuju ke seluruh dusun dihubungkan dengan jalan sebagaian besar berasapal. Keadaan jalan yang beraspal mengakibatkan mobilitas dalam kegiatan sehari–hari masyarakat menjadi tinggi,. Bagi penduduk Desa Kalisari jalan beraspal sangat membantu proses kehidupannya terutama bagi pedagang dan para pekerja yang berdagang diluar Desa Kalisari. Hal itu juga mendorong proses produksi dari hasil penduduk berupa tahu dan hasil pertanian untuk dipasarkan.

Sistem Usaha Tani di Daerah Kalisari

Komoditas pertanian yang diusahakan di Desa Kalisari adalah padi, jagung, dan ketela. Jenis komoditas pertanian yang mendominasi yaitu tanaman padi, karena sistem pengairan sawah di Desa Kalisari menggunakan irigasi.

31

Kelembagaan Desa

Kelembagaan desa diartikan organisasi dan aturan main yang menentukan ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Aturan main yang memberikan gerak berjalannnya suatu organisasi itu diantaranya Undang – undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah serta Keputusan Kepala Daerah, sedangakan lembaga masyarakat adalah suatu himpunan yang mengatur norma–norma dari tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat, dimana perwujudannya adalah asosiasi. Lembaga sosial yang ada di Desa Kalisari adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Kelembagaan Desa Kalisari

No Jenis Kelembagaan Desa Jumlah Pengurus / Kader

1 Pemerintah Desa 10 Orang

2 BPD 09 Orang

3 Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa 33 Orang / 10 Seksi

4 PKK 16 Orang / 4 Pokja

5 Kelompok tani wanita 6 Lembaga Persatuan Pemuda

7 Kelompok tani 18 Kelompok / 130 Orang

8 Kelompok penderes 9 Koperasi

10 Industri Kerajinan Kecil 374 Orang

11 Lumbung Desa

12 RT 27 Orang

13 RW -

14 Kelompok kesenian 13

15 Pos Obat Desa 1

16 TK 3 17 SD 1 18 MI 1 19 SLTP - 20 MTs - 21 TPA / TPQ 3

Sumber : Data monografi Desa Kalisari (2007)

Gambaran Umum Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerobik dengan Menggunakan Teknologi Fixed Bed Reactor

Pengolahan limbah cair dilakukan dengan tujuan utama mendegradasi bahan pencemar, sehingga dengan demikian buangan dari suatu proses produksi memiliki kualitas yang memenuhi persyaratan tertentu agar dapat diterima oleh badan air penerima sesuai ketentuan yang berlaku. Penerapan teknologi pengolahan limbah cair perlu terus dikembangkan agar kualitas badan air tidak semakin memburuk (Padmono 2003).

Teknologi dalam pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sistem pengolahan aerobik untuk limbah cair yang memiliki kadar COD kurang dari 8000 ppm dan sistem pengolahan anaerobik untuk limbah cair yang memiliki kadar COD lebih dari 8000 ppm. Limbah cair tahu memiliki kadar

32

COD lebih dari 8000 ppm sehingga pengolahannya menggunakan sistem anaerobik (Kemenristek 2011). Limbah cair tahu merupakan limbah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, oleh karena itu diperlukan suatu pengolahan yang tepat dengan memanfaatkan aktivitas organisme. Mikroorganisme ini dikondisikan secara terkontrol sehingga aktivitasnya optimal untuk mendegradasi bahan organik tersebut. Kondisi terkontrol yang dimaksud adalah kondisi anaerob dimana mikroorganisme dapat hidup di lingkungan tanpa oksigen (Indriyati 2005). Pengolahan anaerobik merupakan proses biologis dimana mikroorganisme mengonversi bahan organik dalam kondisi anaerobik menjadi metana, karbon dioksida, sel mikroba, dan senyawa organik lainnya. Berikut tahapan proses dalam mengolah limbah secara anaerob.

Sumber: Kemenristek (2011)

Gambar 6 Tahapan proses pengolahan limbah cair secara anaerob

Terdapat dua jenis reaktor dalam pengolahan limbah yaitu Totally Mix Reactor untuk limbah solid seperti kotoran ternak dan Fixed Bed Reactor atau reaktor unggun tetap untuk limbah cair. Pengolahan limbah yang dilakukan di Desa Kalisari menggunakan jenis Fixed Bed Reactor karena limbah yang diolah merupakan limbah cair. Terdapat beberapa beberapa keunggulan dari pengolahan limbah cair menggunakan Fixed Bed Reactor diantaranya dalam prosesnya dapat menghasilkan energi dalam bentuk biogas, menghasilkan sedikit lumpur, proses lebih stabil, tidak memerlukan lahan yang besar, serta biaya perawatan dan operasional yang murah (Kemenristek 2011)

Karakteristik Sosial dan Ekonomi Responden Tahu

Responden pengrajin tahu yang dijadikan sampel di Desa Kalisari merupakan responden yang sudah menggunakan biogas dan berada di sekitar masing-masing IPAL berada. Total responden pengrajin tahu adalah sebanyak 39 orang. Karakteristik responden pengrajin tahu yang diamati meliputi jenis

33

kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan sampingan, skala produksi, biaya produksi tahu, dan tingkat keuntungan dari penjualan tahu.

Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, dan Pekerjaan Sampingan

Karakteristik responden berdasarkan faktor demografi diamati dengan melihat faktor jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan sampingan.

Tabel 8. Karakteristik Responden Pengrajin Tahu Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, dan Pekerjaan Sampingan Tahun 2014

Karakteristik Pengrajin Tahu Jumlah (orang) Presentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 34 87 Perempuan 5 13 Jumlah 39 100 Usia (Tahun) 36-45 16 41 >46 23 59 Jumlah 39 100 Pendidikan Terakhir SD 30 77 SMP 4 10 SMA 5 13 Jumlah 39 100

Jenis pekerjaan sampingan

Petani 1 3 Swasta 1 3 Wiraswasta 4 10 Tidak ada 29 74 Lainnya 4 10 Jumlah 39 100

Sumber: Data primer diolah (2014)

Jenis kelamin paling dominan pada pengamatan ini adalah laki-laki yaitu sebesar 87%, hal ini menunjukkan bahwa pengrajin tahu di Desa Kalisari mayoritas adalah laki-laki dan sisanya yaitu sebanyak 13% adalah perempuan. Usia responden paling dominan berada diatas 46 tahun yaitu sebanyak 59%, hal ini dikarenakan generasi muda yang berada di Desa Kalisari lebih memilih untuk tidak melanjutkan usaha orang tua mereka sebagai pengrajin tahu dan bekerja di luar Desa Kalisari sebagai pegawai.

Motivasi dan Keikutsertaan dalam Kelompok Pengrajin Tahu

Jumlah pengrajin tahu yang tergabung ke dalam kelompok pengrajin tahu masih lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan pengrajin tahu yang tidak tergabung ke dalam kelompok pengrajun tahu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengrajin tahu, sebagian besar pengrajin tahu tidak tertarik tergabung ke dalam kelompok karena manfaat yang kurang terasa. Menurut sebagian besar responden, keberadaan kelompok pengrajin tahu tidak dapat

34

menanggulangi permasalahan yang dihadapi para pengrajin tahu contohnya apabila terjadi kenaikan harga kedelai.

Sumber: Data primer diolah (2014)

Gambar 7 Keikutsertaan Pengrajin Tahu ke dalam Kelompok Pengrajin Tahu Berdasarkan Gambar 6, presentasi pengrajin tahu yang tergabung ke dalam kelompok pengrajin tahu adalah sebesar 49%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 51% tidak tergabung ke dalam kelompok pengrajin tahu.

Sumber: Data primer diolah (2014)

Gambar 8 Motivasi Pengrajin Tahu dalam Keikutsertaan ke dalam Kelompok Pengrajin Tahu

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pengrajin tahu di Desa Kalisari yang tergabung dalam kelompokm pengrajin tahu, sebagian besar menyatakan bahwa motivasi mereka bergabung ke dalam kelompok adalah masalah lisensi yaitu sebesar 58%. Sebelum masalah lisensi ini dikedepankan dalam kelompok, para pengrajin tahu mengalami kerugian akibat terdapat oknum- oknum pengrajin tahu yang bukan berasal dari Desa Kalisari yang menggunakan label produk tahu yang mereka hasilkan dengan label Tahu Kalisari. Hal ini jelas menimbulkan kerugian bagi para pengrajin tahu dari Desa Kalisari karena banyak pembeli yang mengira tahu tersebut benar-benar asli buatan pengrajin tahu Desa Kalisari, sehingga para pelanggan tersebut banyak beralih kepada oknun pengrajin tahu tersebut. Oleh karena itu, kelompok pengrajin tahu Desa Kalisari akan mengusahakan agar dinas setempat memberikan izin yang direalisasikan dalam

35

bentuk nomer izin yang akan dibubuhkan pada plastik pembungkus tahu buatan Desa Kalisari.

Biaya Produksi dan Keuntungan

Komponen biaya tetap produksi tahu di Desa Kalisari terdiri dari biaya untuk pembelian widig, raga, ember, saringan, sewa penggilingan, dan cetakan. Beberapa responden pengrajin tahu tidak menyewa penggilingan untuk menggiling kedelai, akan tetapi mereka menggunakan penggilingan milik sendiri dan menggunakan solar sebagai bahan bakar penggilingan kedelai. Besaran biaya tetap masing-masing komponen bervariasi pada setiap skala produksi, misalkan untuk skala produksi 30 kg dan 35 kg pada komponen widig justru biaya lebih besar pada skala produksi 30 kg dibandingkan dengan skala produksi 35 kg. Hal ini dikarenakan setiap responden memiliki preferensi mengenai umur teknis dari widig tersebut. Berikut uraian komponen biaya tetap produksi tahu.

Tabel 9 Biaya tetap produksi tahu per bulan (Rp)

Komponen biaya tetap Biaya tetap per skala produksi (Rp)

20 kg 30 kg 35 kg 40 kg 50 kg 60 kg 100 kg 150 kg 200 kg Jumlah responden (IKM) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Widig 20.681 51.500 31.250 18.150 32.073 81.167 48.889 85.000 27.500 Raga 1.872 2.903 1.883 2.250 3.225 1.481 3.889 3.333 25.000 Ember 5.120 9.944 9.650 6.660 14.104 14.444 12.778 13.542 1.667 Saringan 8.861 9.667 15.330 5.958 10.052 9.722 11.111 32.000 25.000 Penggilingan (sewa) 276.000 180.000 198.000 112.500 300.000 250.000 0 0 0 Cetakan 13.667 3.880 37.000 29.792 10.677 5.139 31.667 38.750 50.000 Total biaya tetap 326.201 257.894 293.063 175.310 370.161 361.953 108.334 172.625 129.167

Sumber: Data primer diolah (2014)

Komponen biaya variabel produksi tahu di Desa Kalisari terdiri dari air, kedelai, solar, kunyit, garam, plastik, transportasi, upah karyawan, kayu bakar, dan minyak goreng. Terdapat beberapa responden yang menjual tahu putih dan kuning saja dan ada yang menjual tahu goreng, oleh karena itu biaya variabel pada pengusaha tahu goreng lebih besar dari tahu kuning dan putih karena mereka menggunakan minyak untuk menggoreng tahu. Berikut uraian komponen biaya variabel produksi tahu.

Tabel 10 Biaya variabel produksi tahu per bulan (Rp)

Komponen biaya variabel

Biaya variabel per skala produksi (Rp)

20 kg 30 kg 35 kg 40 kg 50 kg 60 kg 100 kg 150 kg 200 kg Air 23.667 8.167 26.600 29.500 24.125 23.333 43.333 30.000 80.000 Kedelai 4.805.000 7.472.250 8.532.600 9.540.000 12.565.500 15.842.000 25.200.000 36.675.000 49.800.000 Solar 4.167 60.000 288.000 333.750 150.000 270.000 980.000 903.750 1.050.000 Kunyit 165.000 155.000 264.000 210.000 243.750 290.000 270.000 320.625 540.000 Garam 74.000 140.000 108.000 123.000 110.625 160.000 200.000 300.000 600.000 Plastik 275.000 530.000 307.000 495.000 637.500 850.000 805.000 1.050.000 4.500.000 Transportasi 387.500 440.000 474.000 1.035.000 937.500 1.580.000 1.480.000 1.050.000 4.500.000 Upah karyawan 675.000 675.000 360.000 1.500.000 1.338.750 1.900.000 5.450.000 3.525.000 7.200.000 Kayu bakar 625.000 999.167 604.000 1.288.750 1.023.125 900.000 1.733.333 2.200.000 2.750.000 Minyak goreng 0 204.000 660.000 300.000 646.875 760.000 1.145.000 3.690.000 5.610.000 Total biaya variabel 7.034.334 10.683.584 11.624.200 14.855.000 17.677.750 22.575.333 37.306.666 49.744.375 74.230.000

36

Keuntungan yang diperoleh pengrajin tahu di Desa Kalisari sangat beragam, bahkan skala produksi yang besar belum tentu memiliki keuntungan yang lebih besar dari ukuran skala produksi yang lebih kecil. Contoh, pengrajin tahu yang memiliki skala produksi 35 kg kedelai memiliki keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan pengrajin tahu dengan skala produksi 30 kg. Hal ini terjadi karena perbedaan dalam penjualan jenis tahu, kualitas bahan baku yang digunakan yang dapat mempengaruhi biaya produksi tahu.

Tabel 11 Keuntungan penjualan tahu per bulan (Rp) No Skala

Produksi Biaya Tetap

Biaya Variabel Total Biaya (C) Penerimaan (R) Keuntungan R/C 1 20 kg 326.201 7.034.334 7.360.535 10.573.055 3.212.520 1,44 2 30 kg 257.894 10.683.584 10.941.478 15.482.500 4.541.022 1,42 3 35 kg 293.063 11.624.200 11.917.263 15.882.333 3.965.070 1,33 4 40 kg 175.310 14.855.000 15.030.310 22.295.917 7.265.607 1,48 5 50 kg 370.161 17.677.750 18.047.911 23.579.750 5.531.839 1,31 6 60 kg 361.953 22.573.333 22.937.286 25.800.000 2.862.714 1,12 7 100 kg 108.334 37.306.666 37.415.000 46.960.000 9.545.000 1,26 8 150 kg 172.625 49.744.375 49.917.000 56.605.250 6.688.250 1,13 9 200 kg 129.167 74.230.000 74.359.167 80.670.000 6.310.833 1,08 Rata-rata 27.547.328 33.094.312 5.546.984 1,29 Sumber: Data primer diolah (2014)

37

Karakteristik Responden Non Pengrajin Tahu

Karakteristik responden non pengrajin tahu dilihat berdasarkan beberapa faktor demografi diantaranya umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan utama, dan pekerjaan sampingan. Berikut ringkasan karakteristik responden yang disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik responden non pengrajin tahu

Sumber: Data primer diolah (2014)

Pemanfaatan Energi Konversi LPG ke Biogas

Sebagian penduduk Desa Kalisari sudah melakukan konversi pemanfaatan energi untuk kegiatan memasak sehari-hari dari LPG ke biogas. Pengamatan konversi energi dari LPG ke biogas dilakukan dengan cara melihat besarnya

38

perubahan konsumsi LPG 3 kg sebelum dan sesudah memanfaatkan biogas. Berdasarkan hasil perhitungan konversi LPG ke biogas yang dilakukan terhadap 75 responden didapat rata-rata konversi energi sebesar 4,18 kg LPG atau sekitar 1 tabung lebih LPG ukuran 3 kg. Rata-rata pemanfaatan LPG sebelum adanya biogas selama satu bulan adalah sebanyak 12 kg atau 4 tabung dan setelah adanya biogas kurang lebih sebesar 4,18 kg (lampiran 8). Jumlah konversi ini tidak terlalu besar, jika dipresentasikan kurang lebih sekitar 34,8% dari total penggunaan LPG atau dengan kata lain sebesar 34,8% energi yang digunakan untuk memasak sudah menggunakan biogas. Persentase konnversi ini masih jauh lebih kecil apabila dibandingkan pada saat awal usaha pemanfaatan limbah cair tahu menjadi biogas, dimana nilai konversi mencapai 100%. Penurunan jumlah konversi ini diakibatkan karena adanya penurunan kontinuitas aliran biogas ke rumah warga akibat adanya penyumbatan pipa yang digunakan untuk mengaliri biogas dan juga disebabkan oleh adanya oknum-oknum tertentu yang menyalahgunakan pemanfaatan biogas.

Jumlah Jam Memasak

Pengamatan jumlah jam memasak dengan menggunakan biogas dilakukan terhadap responden pengrajin tahu maupun non pengrajin tahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pemanfaat biogas, mayoritas menggunakan biogas adalah selama 1 jam. Responden yang menghabiskan waktu memasak selama1,5- 3 jam rata-rata memanfaatkan biogas selama 1 jam. Mayoritas menggunakan biogas hanya untuk merebus air saja. Mereka tidak menggunakan biogas untuk memasak makanan dikarenakan nyala api yang dihasilkan biogas tidak sebesar LPG, sehingga mereka masih menggunakan LPG untuk memasak makanan.

Tabel 13 Jumlah jam memasak

Jumlah Jam Memasak Jumlah (orang) Presentasi (%)

15 menit 1 1 30 menit 9 12 1 jam 25 33 1,5 jam 3 4 2 jam 14 19 2,5 jam 0 0 3 jam 23 31 Jumlah 75 100

Sumber: Data primer diolah (2014)

Persepsi Responden

Responden dalam pengamatan persepsi responden adalah pengrajin tahu dan non pengrajin tahu. Persepsi responden yang diamati adalah mengenai konsistensi pemanfaaatan biogas di masa yang akan datang, alasan memanfaatkan biogas, dan kelebihan biogas dibandngkan dengan bahan bakar lain untuk memasak di masa yang akan datang.

Konsistensi Pemanfaatan Biogas di Masa Mendatang

Mayoritas responden dalam pengamatan ini yaitu sebesar 97% menyatakan bahwa mereka bersedia untuk menggunakan biogas di masa yang

39

akan datang. Pemanfaat biogas ini berpendapat bahwa walaupun gas yang dihasilkan oleh biogas lebih kecil namun dapat menghemat biaya bahan bakar untuk kegiatan masak sehari-hari.

Gambar 9 Konsistensi dalam pemanfaatan biogas di masa yang akan datang

Alasan Pemanfaatan Biogas

Alasan masyarakat memanfaatkan biogas dan mengonversi LPG ke biogas yang utama adalah karena biogas murah dan ramah lingkungan yaitu sebesar 37%. Masyarakat hanya membayar iuran dalam pemanfaatan biogas adalah sebesar Rp 20.000/RT/bulan. Selain itu faktor keamanan dalam memanfaatkan biogas juga dipandang sangat penting oleh masyarakat, karena masih terdapat kasus tabung LPG yang meledak walaupun tidak dalam kondisi digunakan. Hal ini yang menyebabkan masyarakat berharap agar biogas untuk kedepannya dapat terus dapat dimanfaatkan dengan beberapa perbaikan seperti perbaikan untuk dapat menghasilkan nyala api yang dapat digunakan selama 24 jam.

Gambar 10 Alasan pemanfaatan biogas

Kelebihan Biogas dibandingakan LPG

Berdasarkan hasil wawancara, kelebihan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain adalah murah yaitu sebesar 35%. Terdapat beberapa responden yang dapat mengonversi seluruh pemanfaatan LPG ke biogas dikarenakan pasokan biogas sudah cukup digunakan untuk kegiatan masak sehari-hari tanpa harus membeli tambahan LPG. Sekitar 28% responden pun menyatakan terdapat faktor ramah lingkungan dalam pemanfaatan biogas karena dalam pemanfaatan masyarakat secara tidak langsung dapat mengurangi pemanfaatan LPG yang bersumber dari energi fosil yang selama ini diketahui bahwa sebagian besar dalam proses pemanfaatannya dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu masyarakat

40

pemanfaat biogas dapat dikatakan berkontribusi dalam mengurangi kerusakan lingkungan.

Gambar 11 Kelebihan biogas dibandingkan dengan LPG

Gambaran Umum Limbah Tahu di Desa Kalisari

Industri tahu di Desa Kalisari pada proses produksinya menghasilkan produk utama berupa tahu putih dan tahu kuning, namun selain menghasilkan produk utama berupa tahu, industri ini juga menghasilkan limbah berupa limbah padat berupa ampas tahu dan limbah cair. Limbah cair tahu berasal dari proses perendaman dan proses akhir pemisahan, sedangkan limbah padat tahu berasal dari penyaringan bubur kedelai yang sudah melalui proses pemerasan berkali-kali dengan menyiram dengan air panas sampai tidak mengandung sari lagi (Damayanti A et al. 2004). Sebagian besar sumber limbah cair tahu adalah cairan kental terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai (Sani 2006).

Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu di Desa Kalisari sebagian masih memberikan dampak buruk bagi lingkungan karena limbah tersebut menghasilkan bau yang sangat menyengat dan mencemari sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi dan apabila