• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Biaya Proyek

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 46-51)

II.3 Biaya Kontinjensi

II.3.2 Estimasi Biaya Proyek

Estimasi biaya proyek merupakan unsur penting dalam pengelolaan biaya proyek secara keseluruhan, karena memiliki fungsi yang amat luas dalam merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti : material, tenaga kerja, waktu dan lain-lain. Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan proyek, estimasi biaya perlu dilakukan seakurat mungkin.

Estimasi biaya bertujuan untuk memperkirakan besarnya biaya yang terjadi untuk melaksanakan suatu kegiatan di masa datang (Yeo, 1990). Sedangkan menurut Peurifoy (1975), estimasi biaya proyek sedikitnya dapat dibagi menjadi dua jenis, bergantung dari tujuan penggunaan estimasi tersebut yaitu estimasi taksiran (approximate Estimates) dan estimasi secara rinci (detailed estimates).

1. Estimasi Taksiran

Estimasi ini biasanya dilakukan untuk memberikan informasi bagi pemilik secara cepat untuk memutuskan apakah proyek akan dibangun atau tidak. Kadang-kadang estimasi taksiran ini digunakan juga untuk tujuan perhitungan pajak yang perlu dibayarkan jika proyek diimplementasikan.

basis dalam melakukan kontrol dari suatu proyek. Estimasi biaya secara rinci dapat dilakukan setelah lengkapnya data/informasi dari proyek seperti tersedianya dokumen gambar, spesifikasi teknis dan persyaratan pendukung lainnya. Estimasi ini akan memberikan hasil yang lebih akurat dengan semakin lengkapnya dukungan dari data/informasi yang dimiliki. Estimasi ini juga dapat dilakukan oleh pemilik (owner’s estimate) guna dijadikan acuan bagi harga penawaran yang diajukan oleh pihak penawar. Tingkat akurasi dari estimasi ini berkisar antara + 15% dan -15 %.

Hal utama dalam melakukan estimasi secara rinci adalah mendefinisikan lingkup pekerjaan, dan melakukan pengelompokkan atas pekerjaan tersebut. Beberapa langkah dalam menyusun estimasi secara rinci adalah:

• Melakukan peninjauan kembali atas dokumen dan kondisi sebenarnya proyek seperti penjelasan dokumen terkait termasuk adendum, dan kondisi lapangan serta tingkat risiko yang akan dihadapi.

• Menguraikan dan mengelompokkan item pekerjaan.

• Menghitung kuantitas pekerjaan sesuai dengan satuan pengukuran dan jenis pekerjaan.

• Menghitung harga komponen biaya material peralatan dan tenaga kerja.

• Melakukan analisis terhadap harga yang ditawarkan oleh sub kontraktor dan supplier

• Menghitung besarnya biaya overhead, pajak, asuransi, jaminan yang diperlukan bagi proyek.

• Menentukan biaya kontinjensi, yang merupakan biaya akibat suatu risiko dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.

• Menghitung besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dari proyek tersebut.

Komponen dalam estimasi biaya konstruksi pada estimasi secara rinci dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

1. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah semua biaya yang menjadi komponen permanen hasil akhir proyek terdiri dari,

• Biaya material

Biaya dari material dapat dihitung dalam satuan unit price atau lump

sum hal ini sangat bergantung dari yang ditawarkan oleh pihak

pengadaan material. Selain dari harga material, estimator juga harus memperhitungkan adanya biaya-biaya lain yang perlu diperhitungkan seperti : biaya transportasi, biaya penyimpanan, biaya upah bongkar, biaya terhadap pengujian material, kuantitas ketersediaan material, biaya pajak, sistem pembayaran, tanggal pengiriman/kedatangan, material yang diadakan langsung oleh pemilik dan lain-lain.

• Biaya peralatan

Biaya ini diperlukan untuk mengakomodasi kebutuan alat khususnya peralatan berat (heavy equipment) yang akan digunakan pada tahap konstruksi. Perhitungan besarnya biaya peralatan dapat dibagi atas : - Biaya Pengadaan

Untuk biaya pengadaan alat berat dapat dihitung berdasarkan bagaimana peralatan tersebut diadakan seperti melalui pemilikan, penyewaan, ataupun melalui leasing. Untuk biaya dengan pemilikan maka hendaknya memperhitungkan biaya penyusutan, biaya bunga, asuransi, pajak.

- Biaya Operasi

Terdiri dari biaya operator, bahan bakar, pelumas, pemeliharaan, suku cadang, penggantian ban dan lain-lain.

.

Biaya Upah Tenaga Kerja

Biaya atas upah tenaga kerja yang perlu diperhatikan meliputi : gaji tetap (straight time wages), upah lembur, asuransi tenaga kerja, keamanan dari pekerja, fasilitas umum bagi tenaga kerja, fringe

dapat dibayarkan berdasarkan atas union wages, one shop wag, atau

prevailling wages. Besarnya upah yang akan dibayar sangat tergantung

pada tingkat produktivitas dari pekerja, dimana sangat dipengaruhi oleh : sikap/pribadi pekerja, jenis proyek, kondisi iklim, kompleksitas dan fungsi pengawasan.

• Biaya Sub Kontraktor

Biaya ini diperhitungkan untuk keperluan pengadaan sub kontraktor oleh kontraktor utama akibat pengaalihan suatu jenis keahlian pekerjaan tertentu. Beberpa hal yang harus diperhatikan kontraktor utama dalam melibatkan sub kontraktor adalah sistem estimasi yang dilakukan oleh sub kontraktor, kapabilitas dari sub kontraktor, analisis dari penawaran yang diajukan oleh sub kontraktor.

2. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang mendukung pekerjaan tetapi tidak tercantum dalam mata pembayaran dari pekerjaan seperti : • Biaya overhead, dibagi atas :

- General Overhead, merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan ke dalam paket pekerjan, seperti : sewa kantor; gaji dan segala tunjangan direksi; karyawan (fasilitas karyawan, asuransi); biaya utilitas (listrik, air, telepon, restribusi lainnya); pemasaran; depresiasi; dan lain-lain

- Project Overhead, merupakan biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk keperluan proyek dan dialokasikan proporsional terhadap paket pekerjaan seperti : biaya untuk melakukan estimasi; biaya mengikuti tender; biaya untuk jaminan proyek (bid bond, performance bond dll); biaya asuransi tenaga kerja, peralatan, material; periijinan; biaya utilitas proyek. • Contingencies

Biaya ini dialokasikan untuk mengantisipasi atas kekurangan informasi dan kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh sehingga menimbulkan suatu ketidakpastian. Hal ini dapat

menjadi salah satu risiko yang akan dihadapi dalam pelaksanaan nantinya. Sebaiknya pengalokasian biaya ini diminimalkan dengan melakukan estimasi dengan sebaik-baiknya dan melengkapi ketidakjelasan atau kekurangan informasi tersebut dengan menanyakan langsung kepada pemilik proyek atau pihak yang terkait. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai penawaran yang tetap.

• Keuntungan (Profit)

Tujuan estimator dalam menganalisis keuntungan adalah mengharapkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh atas risiko yang dihadapi. Besarnya nilai keuntungan dapat ditambahkan pada nilai estimasi yang dibuat.

Dalam melakukan estimasi harga satuan pekerjaan pada suatu proyek konstruksi, terdapat hal-hal yang tidak dapat diduga secara pasti (unforeseeable), atau yang tidak dapat dinyatakan secara jelas (intangible) atau tidak dapat diramalkan (unforeseen), semuanya dapat dikategorikan sebagai suatu ketidakpastian (Cost Engineering Notebook, 1992). Untuk itu pihak-pihak yang terlibat harus mengidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel ketidakpastian yang berpengaruh pada saat pelaksanaan konstruksi. Ketidaktepatan dalam menganalisis variabel ketidakpastian akan mempengaruhi total biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menghasilkan harga penawaran yag terlalu tinggi atau kerugian pada saat pelaksanaan.

Identifikasi uncertainty pada suatu proyek konstruksi dapat dilakukan berdasarkan pengalaman yang dimiliki, kondisi lingkungan proyek dan kondisi-kondisi eksternal yang mempengaruhi industri konstruksi. Sedangkan berpengaruh atau tidaknya variabel ketidakpastian sangat bergantung pada penilaian subyektif dari pihak yang terlibat.

yaitu biaya kontinjensi. Dalam mengalokasikan besarnya biaya kontinjensi sangat diperlukan kemampuan penaksiran dari estimator, guna menghindari terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) atau terjadinya estimasi biaya yang rendah sehingga mengakibatkan kerugian (cost under run).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 46-51)

Dokumen terkait