II.2.2 Interaksi antara uncertain events yang dapat menimbulkan risiko dan metode yang digunakan
2. Metode Cross Impact Analysis (CIA)
Model Cross Impact Analysis (CIA) adalah suatu teknik yang didesain secara khusus untuk memprakirakan peristiwa-peristiwa masa datang berdasarkan interaksi antar variabel-variabel yang berbeda-beda dari sebuah model matematika sebagai suatu usaha dalam mempertimbangkan dampak dari peristiwa-peristiwa tersebut (Gordon, 1994)
Awalnya teknik ini dikembangkan oleh Gordon dan Hayward (1968 ) yang kemudian dikembangkan dalam sejumlah bidang prakiraan (Gordon dan Helmer, 1968; Gordon et.al, 1970; Stover,1975; Ezner, 1983; Honton et.al, 1985; Peter
et.al, 1991). Dasar pemikiran Gordon dan Hayward adalah, bahwa interaksi antara
peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam model ini mempengaruhi probabilitas terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut dan menimbulkan berbagai mata rantai dampak yang mungkin ada. Tujuan model ini adalah menentukan pengaruh keseluruhan dari mata rantai tersebut terhadap probabilitas terjadinya masing-masing peristiwa.
Evolusi dari teknik ini berlangsung dengan tidak mengikuti satu jalur, melainkan telah menghasilkan berbagai metode untuk membuat, mempergunakan, dan mengevaluasi cross impact matrix (matriks dampak silang). Unsur-unsur analisis cross impact adalah probabilitas awal terjadinya peristiwa-peristiwa yang relevan dan matriks dampak silang yang mendefinisikan bagaimana probabilitas-probabilitas tersebut kemungkinan akan berubah akibat terjadinya peristiwa-peristiwa yang lain. Matrik dampak silang adalah matriks yang menggambarkan kekuatan interaksi antara peristiwa-peristiwa yang dinyatakan dengan suatu nilai
indeks integer, berdasarkan pendapat para ahli dalam memandang suatu peristiwa yang akan terjadi pada masa datang. Karena hubungan peristiwa-peristiwa tersebut adalah bersifat kuantitatif dan kualitatif maka analisis cross-impact menjadi sangat bermanfaat.
Beberapa peneliti telah mengadopsi model CIA ke dalam penelitian antara lain, Alarcon (1995) yang menggunakan CIA sebagai dasar model dalam penelitian yang membahas tentang Pengambilan Keputusan Proyek. Dalam penelitian ini metodologi model CIA, digunakan untuk mengembangkan sebuah General
Performance Model (GPM) yaitu suatu model performansi proyek dengan
menggabungkan pengalaman-pengalaman dari para ahli dan penilaian-penilaian dari team proyek mengenai interaksi-nteraksi dari variabel-variabel yang mempengaruhi performansi proyek seperti, struktur organisasi, sumber daya manusia, kualitas pekerjaan dan pilihan-pilihan lain sesuai penilaian team. Selanjutnya hasil penelitian ini diimplementasikan dalam sistem komputer untuk menyebarkan hasil-hasil penelitian.
Seung dan Diekmann (2001) telah mengadopsi model CIA ini dalam penelitian tentang pengambilan keputusan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan proyek-proyek internasional berdasarkan risiko. Hal ini dikarenakan risiko-risiko yang tercakup dalam konstruksi internasional sangat sulit dinilai dan memiliki hubungan-hubungan yang sangat kompleks antar variabel-variabel risiko. Untuk menentukan apakah model ini dapat membantu pengambil keputusan dalam menangani kompleksitas dan ketidakpastian yang berkaitan dengan keputusan melaksanakan atau tidak melaksanakan proyek internasional, maka dilakukan sebuah pilot test terhadap model. Beberapa model digunakan sebagai pembanding yaitu, intuisi dan influence diagram. Dari hasi analisis, kelompok yang menggunakan intuisi menghasilkan keputusan 55,60 % benar, kelompok
influence diagram menghasilkan keputusan 60 % benar sedangkan model CIA
memberikan keputusan 87,5% benar. Hal ini dikarenakan model CIA efektif untuk menjelaskan hubungan-hubungan antar risiko dan para ahli dapat
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas maka model CIA dianggap sangat relevan sebagai dasar untuk melakukan analisis interaksi antara uncertain events dalam pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia yang berdampak pada meningkatnya biaya proyek. Selanjutnya, dengan ke dua model di atas (ID dan CIA) dilakukan penelitian untuk menentukan besarnya biaya kontinjensi berdasarkan suatu kerangka yang sistematis yang dapat digunakan untuk mengantisipasi uncertain
events dalam pelaksanaan proyek.
Metodologi Cross Impact Analysis (CIA) menurut Honton, 1985; Alarcon, 1992 dan Seung 2001 adalah sebagai berikut :
- Mendefenisikan peristiwa-peristiwa
Definisi peristiwa-peristiwa yang akan diperhitungkan di dalam penelitian adalah sangat penting. Setiap peristiwa yang tidak dimasukkan ke dalam himpunan akan diabaikan sepenuhnya dalam analisis. Sebaliknya, peristiwa-peristiwa yang tidak penting, apabila dimasukkan ke dalam himpunan peristiwa-peristiwa akan mengakibatkan analisis menjadi terlalu kompleks. - Memperkirakan probabilitas awal (prior probability) masing-masing peristiwa
Probabilitas awal (prior probability) menunjukkan kemungkinan terjadinya masing-masing peristiwa pada suatu tahun pada masa yang akan datang. Dalam mempertimbangkan probabilitas awal masing-masing peristiwa mempertimbangkan juga pengaruh peristiwa tersebut terhadap peristiwa-peristiwa lainnya. Probabilitas pengaruh satu peristiwa-peristiwa dengan peristiwa-peristiwa lainnya dipetakan dalam cross impact matrix. Kemudian cross-impact yang telah dilaksanakan tersebut akan dipergunakan untuk menunjukkan bagaimana perubahan-perubahan mengenai masa depan akan mempengaruhi seluruh himpunan peristiwa. Dalam satu peristiwa dapat ditentukan dua sampai empat keadaan (state) dengan probabilitas awal untuk setiap state.
3. Memperkirakan (estimasi) probabilitas kondisional untuk masing-masing pasangan peristiwa
Matriks probabilitas kondisional diperkirakan dengan jalan menanyakan langsung pertanyaan, apabila peristiwa :m: terjadi, bagaimana probabilitas yang baru dari peristiwa “n” [Stover 78]. Jadi, apabila menurut perkiraan
probabilitas awal dari peristiwa “n” adalah 0,5, maka setelah terjadinya peristiwa “m” tersebut, probabilitas peristiwa “n” kemungkinan akan diperkirakan sebesar 0,75. Seluruh occurrence matrix (matriks keterjadian)
cross-impact yaitu matriks yang menyatakan kekuatan antara satu peristiwa
akibat terjadinya peristiwa yang lain, akan diselesaikan dengan jalan mengajukan pertanyaan ini untuk masing-masing kombinasi terjadinya peristiwa dan dampak peristiwa tersebut. Sama halnya non occurrence matrix (matriks ketidak terjadian) yaitu matriks yang menyatakan kekuatan antara satu peristiwa akibat tidak terjadinya peristiwa yang lain dapat juga dibuat untuk ketidak terjadian dari peristiwa-peristiwa dengan jalan mengikuti prosedur yang sama. Pendekatan yang dilakukan oleh Honton (1985) untuk memperkirakan probabilitas kondisional adalah menanyakan arah dan kekuatan dari :dampak: terjadinya peristiwa :n: terhadap peristiwa :m: dengan mempergunakan skala numerik seperti yang ditunjukkan dalam Tabel II.6. berikut :
Tabel II.6 Kekuatan Hubungan CIA (Honton,1985)
Nilai Indeks Tipe Kekuatan
-3 (-SIG) Significantly decreases the probability -2 (-MOD) Decreases the probability
-1 (-SLI) Slightly decreases the probability 0 (No) No effect on the probability 1 (+SLI) Slightly increases the probability 2 (+MOD ) Increases the probability
3 (+SIG ) Significantly increases the probability 4. Mengkalibrasi cross impact matrix (matriks dampak silang)
Apabila :matriks keterjadian: dan :matriks ketidakterjadian: telah diperoleh, maka perhitungan dapat mulai dilaksanakan. Pendekatan yang orisinil adalah percobaan Monte Carlo dilakukan menurut langkah-langkah sebagai berikut : - Suatu peristiwa diseleksi secara random dari himpunan peristiwa.
- Apabila suatu peristiwa terjadi, maka probabilitas dari peristiwa-peristiwa yang lainnya harus disesuaikan menurut formula, dengan mempergunakan informasi yang terdapat dalam matriks keterjadian.
- Langkah 1 dan 2 tersebut di atas harus diulangi sampai keterjadian dari semua peristiwa telah diuji.
- Frekuensi keterjadian dari masing-masing peristiwa untuk seluruh penggunaan informasi dari matriks cross-impct akan menentukan probabilitas yang baru dari peristiwa tersebut. Hal ini disebut sebagai kalibrasi probabilitas dari peristiwa tersebut.