• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

5. Estimasi dan Analisis VECM

Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang menunjukkan terdapat hubungan kointegrasi antara variabel yang digunakan, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Error Correction Model (VECM). Hasil dari estimasi VECM akan menunjukkan hubungan jangka panjang dan pendek dari variabel yang digunakan.Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah Harga Timah, Produksi Timah dan PDRB sektor Pertambangan.

46

Uji signifikansi variabel dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik t hitung dengan nilai t tabel pada level signifikansi 0.05 atau 5%. Nilai t tabel didapatkan dari menghitung signifikansi yang digunakan dibagi dengan jumlah data - 1 karena signifikansi yang digunakan adalah 5% maka 0.05/32-1 dan diperoleh nilai t tabel sebesar 2.039513. Tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan hasil dari estimasi VECM yang telah dilakukan peneliti.

Tabel 4.7.

Hasil Estimasi VECM Hubungan Jangka Panjang antara Harga Timah, Produksi Timah dan PDRB Pertambangan

Cointegrating Eq: CointEq1

PDRB(-1) 1.000000 HARGA(-1) 1.129980 (0.21493) [ 5.25749] PRODUKSI(-1) 0.043678 (0.03316) [ 1.31706] C -26.01961

Sumber : Data sekunder diolah

Keterangan:( ): Koefisien regresi dari masing-masing lag variabel [ ]: Nilai t-hitung dari masing-masing lag variabel

Tabel diatas menunjukkan hubungan jangka panjang antara variabel. Pada jangka panjang, hanya variabel Harga yang signifikan pada tingkat level 5% yang mempengaruhi variabel PDRB, sedangkan variabel Produksi dalam jangka panjang tidak memiliki pengaruh terhadap variabel PDRB. Variabel harga mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap PDRB karena data hasil menunjukkan bahwa nilai t-statistik harga sebesar 5.25749, lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2.039513, dengan nilai koefisien sebesar 1.129980. Hal ini berarti bahwa jika harga timah di Bangka Belitung meningkat sebesar satu satuan maka akan menyebabkan kenaikan pada PDRB sektor Pertambangan Bangka Belitung sebesar 1.12%.

47

Variabel Produksi Timah pada jangka panjang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel PDRB karena nilai t-statistiknya lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu sebesar 1.31706 <2.039513.

Tabel 4.8.

Hasil Estimasi VECM Hubungan Jangka Pendek antara Harga Timah, Produksi Timah dan PDRB Pertambangan

Error Correction: D(PDRB) D(HARGA) D(PRODUKSI)

CointEq1 -0.017219 -0.641937 -0.503734 (0.06940) (0.13693) (1.10652) [-0.24812] [-4.68817] [-0.45524] D(PDRB(-1)) -0.221005 1.039475 9.111826 (0.27018) (0.53308) (4.30785) [-0.81800] [ 1.94995] [ 2.11517] D(PDRB(-2)) -0.004962 0.979523 -1.240089 (0.33310) (0.65723) (5.31117) [-0.01490] [ 1.49037] [-0.23349] D(HARGA(-1)) 0.125548 0.171989 -0.465051 (0.07118) (0.14043) (1.13486) [ 1.76392] [ 1.22469] [-0.40979] D(HARGA(-2)) 0.040645 0.273664 -1.436282 (0.07680) (0.15154) (1.22461) [ 0.52919] [ 1.80588] [-1.17284] D(PRODUKSI(-1)) -0.003135 -0.081306 -0.394593 (0.01315) (0.02595) (0.20971) [-0.23833] [-3.13311] [-1.88163] D(PRODUKSI(-2)) 0.000116 -0.048676 -0.129176 (0.01406) (0.02774) (0.22417) [ 0.00825] [-1.75472] [-0.57624] C 0.010193 -0.027807 -0.051326 (0.00962) (0.01898) (0.15338) [ 1.05967] [-1.46510] [-0.33464] R-squared 0.177916 0.639082 0.393555

Sumber : Data sekunder diolah

Keterangan:( ): Koefisien regresi dari masing-masing lag variabel [ ]: Nilai t-hitung dari masing-masing lag variabel

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa baris pertama yaitu CointEq1 menunjukkan nilai Error Correction Term (ECT) yang merupakan residual yang

48

muncul dalam metode ECM. Apabila koefisien ECT < 1, maka spesifikasi model yang digunakan adalah valid. Pada hasil diatas menunjukkan ECT dari ketiga variabel < 1 yaitu sebesar -0.725376, -0.569209, dan -0.019457 yang berarti bahwa hasil penelitian ini adalah valid.

Dengan error correction yang signifikan membuktikan adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjang. Besaran penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjang masing-masing variabel yaitu sebesar 0.24 persen, 4.68 persen, 0,45 persen.

Berdasarkan hasil pengujian di tabel 4.8 maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Hasil estimasi jangka pendek variabel PDRB pada lag 1 berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi yang ditandai dengan nilai t-hitung sebesar 2.11517 >2.039513 dengan koefisien sebesar 9.111826. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan pada PDRB sebesar 1 persen pada 1 periode sebelumnya maka akan meningkatkan produksi sebesar 9.11 persen pada periode sekarang.

2. Variabel Produksi pada lag 1 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga yang ditandai dengan nilai t-hitung sebesar -3.13311 < -2.039513 dengan koefisien sebesar -0.081306. Artinya, jika terjadi kenaikan produksi sebesar 1 persen pada 1 periode sebelumnya maka akan menurunkan harga sebesar 0,08 persen pada periode sekarang.

Pada jangka pendek, PDRB sektor pertambangan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap produksi timah. Hal ini dikarenakan produsen akan melihat hasil pendapatan yang diperoleh pada periode sebelumnya sebagai acuan untuk menetapkan jumlah produksi. Jika pada periode sebelumnya produsen mendapatkan profit yang tinggi maka produsen akan meningkatkan jumlah produksi pada periode berikutnya. Dan sebaliknya, jika profit yang didapatkan rendah maka produsen akan mengurangi jumlah produksi pada periode berikutnya. Namun, produsen juga harus menyesuaikan dengan kuantitas yang ada di pasar,

49

yang nantinya akan berdampak ke harga timah. Jika produsen memproduksi timah secara besar-besaran, hal ini juga bisa mempengaruhi harga timah yang ada. Semakin banyak produksi timah juga bisa membuat harga timah mengalami penurunan.

Dalam jangka panjang, harga timah mempengaruhi PDRB sektor pertambangan. Harga timah sendiri menjadi salah satu faktor dari pendapatan timah di Bangka Belitung. Semakin tinggi harga timah berarti pendapatan yang didapatkan dari penjualan timah juga ikut meningkat. Dengan pendapatan dari penjualan timah yang meningkat, tentu berpengaruh pada PDRB sektor pertambangan. Hal ini juga sesuai dengan teori PDRB dengan pendekatan produksi. Jika harga meningkat maka barang yang di produksi juga meningkat. Dengan begitu pendapatan yang akan didapatkan juga akan meningkat.

Harga timah mempengaruhi produksi timah di jangka panjang, hal ini didukung oleh teori penawaran. Teori penawaran menjelaskan bahwa jika harga suatu barang mengalami peningkatan, maka barang yang ditawarkan atau diproduksi juga akan semakin banyak, dan sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang maka jumlah barang yang ditawarkan atau diproduksi juga semakin sedikit. Oka (2008) menjelaskan hal tersebut terjadi karena dengan rendahnya harga barang membuat produsen enggan memperoduksi lebih banyak karena sedikitnya pembeli. Hal ini juga berarti bahwa dengan rendah atau tingginya harga timah bisa membuat produsen mengambil keputusan apakah akan memproduksi timah lebih banyak atau lebih sedikit.

Lalu, penjelasan selanjutnya adalah produksi timah tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor pertambangan pada jangka panjang. Ada hal yang dapat dijadikan alasan mendasar mengapa produksi timah tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor Pertambangan di Provinsi Bangka Belitung, yaitu besarnya biaya produksi yang dibutuhkan dalam kegiatan pertambangan timah. Dalam kegiatan produksi tentu terdapat input yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output yang diinginkan, salah satunya ialah modal atau biaya

50

produksi. Modal yang diperlukan dalam kegiatan pertambangan timah, tentu adalah timah itu sendiri.

Timah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, yang berarti bahwa semakin lama timah dipergunakan, jumlah cadangan timah akan semakin sedikit, dan suatu hari sumber daya timah akan bisa habis. Hal ini bisa menjelaskan kenapa pada jangka panjang, produksi timah tidak signifikan mempengaruhi PDRB sektor pertambangan, karena akan ada waktu dimana sumber daya timah itu habis, atau dihentikan kegiatan pertambangan timah karena cadangan timah yang semakin sedikit. Selain itu, selain modal, juga ada biaya produksi yang harus diperhitungkan dalam kegiatan pertambangan timah. Biaya produksi memiliki dampak terhadap jumlah produksi yang di hasilkan. Hal ini mengacu kepada adanya jumlah biaya yang besar dalam melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya alam itu sendiri.

Setelah melihat hubungan jangka panjang dan jangka pendek dari hasil VECM, maka selanjutnya dilakukan pengujian Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD). Hasil dari IRF dan VD digunakan untuk melihat kedinamisan model dengan menganalisis respon masing-masing variabel terhadap kejutan variabel lainnya dan besar kontribusi masing-masing variabel kepada dekomposisi varian variabel lainnya(Julaihah dan Insukindro, 2004).

a. Hasil Uji Impulse Response Function (IRF)

Hasil pengujian IRF yang berupa grafik atau tabel dapat menunjukkan seberapa besar respon suatu variabel ketika terjadi kejutan atau goncangan (shock) sebesar satu standar deviasi (S.D) dari variabel variabel lain di dalam model. IRF memperlihatkan dampak yang mungkin terjadi dari shock suatu variabel terhadap variabel itu sendiri maupun variabel lain sehingga dapat diketahui berapa lama pengaruh shock atau goncangan terhadap variabel-variabel tersebut, serta melihat variabel-variabel mana yang memberi response terbesar terhadap adanya shock tersebut.

51 Grafik 4.1.

Hasil IRF Respon Harga terhadap Harga, Produksi dan PDRB

-.08 -.04 .00 .04 .08 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PDRB HARGA PRODUKSI

Response of HARGA to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber : Data sekunder diolah

Berdasarkan gambar 4.1 sumbu vertikal merupakan nilai standar deviasi yang mengukur seberapa besar respon yang akan diberikan oleh suatu variabel jika terjadi shock pada variabel lain. Sedangkan sumbu horizontal menujukkan lamanya periode dari respon yang diberikan terhadap shock yang terjadi. Respon yang diberikan diatas titik keseimmbangan menunjukkan bahwa shock memberikan respon positif, namun jika respon yang diberikan berada dibawah titik keseimbangan menunjukkan bahwa shock memberikan respon yang negatif.

Gambar 4.1 menunjukkan hasil uji IRF dari respon harga terhadap PDRB itu sendiri, produksi, danharga. Respon yang diberikan harga terhadap harga itu sendiri merupakan respon positif yang terus menurun lalu menjadi respon negatif menjelang periode akhir. Periode 1 merupakan respon tertinggi yaitu sebesar 0.073 standar deviasi. Lalu mulai dari periode 2 respon yang

52

diberikan terus menurun sampai ke titik terendah di periode 7, dengan besaran respon pada periode 2 sebesar 0.60 standar deviasi menjadi -0.012 standar deviasi pada periode 7. Lalu mulai mengalami peningkatan pada periode 8 sampai ke periode akhir dengan besaran respon pada masing-masing periode yaitu -0.005 standar deviasi, 0.004 standar deviasi dan 0.012 standar deviasi. Hingga periode akhir, harga belum mampu kembali ke titik keseimbangan. Ini artinya perubahan yang terjadi pada harga timah direspon sangat kuat oleh harga timah itu sendiri sehingga tingkat harga timah yang tinggi atau rendah cukup besar dipengaruhi oleh dirinya sendiri.

Respon yang diberikan oleh harga terhadap produksi merupakan respon negatif. Pada periode pertama harga belum memberikan respon terhadap perubahan yang terjadi di produksi, lalu pada periode 2 respon yang diberikan sebesar -0.059 standar deviasi. Pada beberapa periode selanjutnya, respon yang diberikan mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari periode 3 dengan respon yang diberikan sebesar -0.044 standar deviasi dan terus meningkat sampai periode 8 dengan respon yang diberikan menjadi sebesar -0.002 standar deviasi. Meskipun pada periode 7 dan 8 respon yang diberikan mulai kembali ke titik keseimbangan, namun memasuki periode 9 dan 10 harga kembali merespon dengan nilai masing-masing sebesar -0.006 standar deviasi dan -0.011 standar deviasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa goncangan yang terjadi pada produksi timah cukup mempengaruhi harga timah karena pada akhir periode respon yang diberikan oleh harga timah belum kembali ke titik keseimbangan.

Respon yang diberikan oleh harga terhadap perubahan yang terjadi dalam variabel PDRB merupakan respon positif pada awal periode lalu menjadi respon negatif pada periode-periode selanjutnya. Pada periode 1 respon yang diberikan sebesar 0.008 standar deviasi, lalu pada periode 2 respon yang diberikan mengalami peningkatan menjadi sebesar 0.010 standar deviasi. Namun mulai dari periode 3 sampai periode akhir respon yang diberikan berubah menjadi respon negatif. Pada periode 3 respon yang diberikan sebesar -0.022 standar deviasi dan menurun menjadi -0.046 standar deviasi pada periode 6. Respon yang diberikan mulai dari periode 7 sampai ke periode akhir

53

mengalami peningkatan, dengan respon dari masingmasing periode sebesar -0.039 standar deviasi, -0.035 standar deviasi, -0.029 standar deviasi, dan -0.025 standar deviasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa goncangan yang terjadi pada PDRB sektor pertambangan cukup mempengaruhi harga timah karena pada akhir periode respon yang diberikan oleh harga timah belum kembali ke titik keseimbangan.

Grafik 4.2.

Hasil IRF Respon Produksi terhadap Harga, Produksi dan PDRB

-.4 -.2 .0 .2 .4 .6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PDRB HARGA PRODUKSI

Response of PRODUKSI to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber : Data sekunder diolah

Gambar 4.2 menunjukkan hasil uji IRF dari respon produksi timah terhadap harga timah, produksi timah itu sendiri, dan PDRB pertambangan. Respon dari produksi terhadap harga dapat dikatakan sebagai respon negatif. Periode pertama respon yag diberikan sebesar -0.25 standar deviasi, lalu meningkat menjadi -0.22 standar deviasi. Lalu mengalami penurunan pada periode ketiga dan keempat menjadi masing-masing sebesar -0.25 dan -0.28 standar deviasi. Dari periode 5 sampai ke periode 8 respon yang diberikan terus mengalami peningkatan dengan masing-masing respon tiap periode adalah

54

sebesar 0.26 standar deviasi, 0.24 standar deviasi, 0.22 standar deviasi dan -0.21 standar deviasi. Lalu, respon yang diberikan oleh harga terhadap perubahan yang terjadi pada produksi di periode 8 sampai ke periode 10 tidak mengalami perubahan atau tetap yaitu sebesar -0.21 standar deviasi. Hingga periode akhir respons dari produksi belum mampu untuk kembali ke titik keseimbangan. Ini artinya perubahan yang terjadi pada harga timah akibat adanya guncangan memberikan pengaruh negatif terhadap produksi timah.

Respon yang diberikan oleh produksi terhadap shock yang diberikan produksi itu sendiri merupakan respon fluktuatif pada awal periode dan menurun pada akhir periode. Hal tersebut dibuktikan dengan melihat pada periode 1 respon yang diberikan sebesar 0.54 standar deviasi lalu menurun menjadi sebesar 0.31 standar deviasi pada periode 2. Lalu respon yang diberikan mengalami peningkatan pada periode 3 dan 4 dengan masing-masing respon sebesar 0.37 standar deviasi dan 0.43 standar deviasi. Pada periode 5 respon yang diberikan oleh produksi kembali mengalami penurunan menjadi 0.40 standar deviasi dan kembali meningkat menjadi 0.41 standar deviasi pada periode 6. Kemudian respon yang diberikan pada periode 7 mengalami penurunan sebesar 0.02 standar deviasi menjadi 0.39 dan kembali mengalami penurunan menjadi 0.38 standar deviasi pada periode 8. Memasuki 2 periode akhir, respon yang diberikan tidak mengalami perubahan atau tetap yaitu sebesar 0.38 standar deviasi. Hal ini menandakan bahwa shock yang terjadi pada produksi timah direspon sangat kuat oleh produksi timah itu sendiri sehingga jumlah produksi timah yang banyak atau sedikit cukup besar dipengaruhi oleh dirinya sendiri.

Respon yang diberikan oleh Produksi terhadap perubahan yang terjadi oleh PDRB juga merupakan respon yang fluktuatif. Pada periode 1 ke periode 2, respon yang diberikan berupa respon positif dari 0.08 standar deviasi lalu meningkat menjadi 0.36 standar deviasi. Namun, pada periode 3 respon yang diberikan mengalami penurunan sebesar 0.28 menjadi 0.07 standar deviasi. Lalu respon yang diberikan mengalami peningkatan pada periode 4 dan periode 5 yaitu sebesar 0.17 standar deviasi dan 0.19 standar deviasi. Periode 6

55

menunjukkan penurunan respon yang diberikan yaitu menjadi sebesar 0.18 standar deviasi. Kemudian pada periode 7 respon yang diberikan kembali meningkat menjadi sebesar 0.20 standar deviasi. Pada akhir periode, respon yang diberikan tidak mengalami perubahan dari periode 7, yaitu tetap sebesar 0.20 standar deviasi. Sampai pada akhir periode, respon yang diberikan belum mampu kembali ke titik keseimbangannya akibat guncangan atau perubahan terjadi pada PDRB sektor Pertambangan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guncangan yang terjadi di PDRB sektor pertambangan cukup besar berpengaruh terhadap jumlah produksi timah.

Grafik 4.3.

Hasil IRF Respon PDRB terhadap Harga, Produksi dan PDRB

-.01 .00 .01 .02 .03 .04 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PDRB HARGA PRODUKSI Response of PDRB to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber : Data sekunder diolah

Gambar 4.3 menunjukkan hasil uji IRF dari respon PDRB terhadap PDRB itu sendiri, produksi, danharga. Respon dari PDRB merupakan respon yang positif namun terus mengalami penurunan. Periode 1 merupakan respon tertinggi yaitu sebesar 0.037 standar deviasi lalu pada periode 3 menurun menjadi 0.030, dan terus mengalami penurunan sampai titik terendah yaitu 0.023 standar deviasi pada periode 7. Lalu mulai mengalami peningkatan

56

sampai pada periode akhir dengan respon sebesar 0.025 standar deviasi. Sampai akhir periode respon yang diberikan belum kembali ke titik keseimbangan. Hal ini menandakan bahwa shock yang terjadi pada PDRB sektor pertambangan direspon sangat kuat oleh PDRB sektor pertambangan itu sendiri sehingga tinggi atau rendahnya PDRB sektor pertambangan cukup besar dipengaruhi oleh dirinya sendiri.

Pada periode pertama PDRB belum memberikan respon terhadap perubahan yang terjadi di harga namun pada periode 2 respon yang diberikan adalah respon positif yaitu sebesar 0.009 standar deviasi. Namun mulai mengalami penurunan, dan menjadi respon negatif terendah pada periode 7 dengan respon yang diberikan sebesar -0.003 standar deviasi. Pada periode 8 respon yang diberikan mulai meningkat namun tetap berupa respon negatif sampai pada periode 10 dengan respon yang diberikan sebesar -0.001 standar deviasi.Sampai pada akhir periode, respon yang diberikan belum mampu kembali ke titik keseimbangannya akibat guncangan atau perubahan terjadi pada harga timah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guncangan yang terjadi di harga timah cukup besar berpengaruh terhadap PDRB sektor pertambangan di Bangka Belitung.

Respon yang diberikan oleh PDRB terhadap perubahan yang terjadi dalam variabel produksi merupakan respon negatif. Pada periode 1, belum ada respon yang diberikan, lalu mulai periode 2-3 respon yang diberikan menurun dari -0.002 standar deviasi menjadi sebesar -0.007 standar deviasi. Lalu mulai meningkat sampai pada periode 8 dengan respon yang diberikan sebesar 0.000 standar deviasi, dan kembali menjadi respon negatif pada periode 10 dengan respon yang diberikan sebesar -0.001 standar deviasi.Memasuki periode akhir respon yang diberikan menunjukkan mulai kembali ke titik keseimbangan, meskipun pada periode 10 terdapat respon yang negatif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa guncangan yang terjadi di produksi cukup berpengaruh terhadap PDRB sektor pertambangan di Bangka Belitung.

57 b. Hasil Uji Variance Decomposition

Hasil dari pengujian Variance Decomposition dapat menunjukkan variabel-variabel mana yang mempunyai peran yang relatif penting atau variabel yang berkontribusi terhadap perubahan variabel itu sendiri maupun variabel lainnya pada beberapa periode mendatang. Dengan begitu dapat diketahui variabel mana yang diperkirakan memiliki kontribusi terbesar terhadap suatu variabel.

Tabel 4.9.

Hasil Uji Variance Decomposition dari Harga

Variance Decomposition of HARGA:

Period S.E. PDRB HARGA PRODUKSI

1 0.073903 1.228131 98.77187 0.000000 2 0.112293 1.367007 71.13897 27.49402 3 0.133784 3.654803 66.20281 30.14239 4 0.142405 7.766059 60.49434 31.73960 5 0.148927 13.38196 55.34269 31.27535 6 0.156469 20.83742 50.61883 28.54375 7 0.161593 25.25243 47.97263 26.77494 8 0.165385 28.53702 45.88795 25.57502 9 0.168026 30.58878 44.52131 24.88991 10 0.170704 31.81787 43.63817 24.54396

Sumber : Data sekunder diolah

Tabel 4.9 menunjukkan hasil VD dari variabel Harga. Pada periode pertama variabel harga berkontribusi paling besar terhadap variabel harga itu sendiri sebesar 98.77% diikuti dengan kontribusi dari PDRB sebesar 1.22% namun belum terdapat kontribusi dari variabel produksi. Pada periode 2-4 variabel Harga tetap menjadi kontributor terbesar terhadap harga itu sendiri dan variabel PDRB dan Produksi mulai mengalami peningkatan kontribusi terhadap Harga. Pada periode 5 mulai terlihat penurunan kontribusi dari harga menjadi 55.34%, serta variabel produksi

58

menjadi 31.27% dari sebelumnya sebesar 31.73% tetapi berkebalikan dengan variabel PDRB yang mengalami peningkatan menjadi 13.38%. Penurunan kontribusi harga dan produksi terus terjadi sampai ke periode akhir, dengan kontribusi masing-masing menjadi sebesar 43.63% dan 24.54%, sedangkan kontribusi dari PDRB terus mengalami peningkatan sampai periode akhir dengan kontribusi sebesar 31.81%. Namun pada periode akhir menunjukkan bahwa variabel harga tetap menjadi kontributor terbesar bagi variabel harga itu sendiri.

Tabel 4.10.

Hasil Uji Variance Decomposition dari Produksi

Variance Decomposition of PRODUKSI:

Period S.E. PDRB HARGA PRODUKSI

1 0.597215 1.610164 17.09012 81.29971 2 0.795011 21.20511 17.30183 61.49306 3 0.914881 16.65471 20.63543 62.70986 4 1.061913 14.96439 22.12318 62.91242 5 1.180010 14.71244 22.80552 62.48204 6 1.283066 14.32578 22.79581 62.87841 7 1.375680 14.58289 22.49201 62.92511 8 1.457002 14.90388 22.14272 62.95340 9 1.532201 15.14202 21.87327 62.98471 10 1.603666 15.31226 21.71880 62.96894

Sumber : Data sekunder diolah

Tabel 4.10 menunjukkan hasil VD dari variabel Produksi. Berdasarkan tabel jika dilihat di periode pertama, variabel produksi sudah mulai dikontribusi oleh harga dan PDRB masing-masing sebesar 17.09% dan 1.61% namun masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan kontribusi variabel produksi terhadap produksi itu sendiri yaitu sebesar 81.29%. Memasuki periode 2, kontribusi produksi terhadap produksi itu sendiri menurun menjadi 61.49%. Variabel harga mulai mengalami peningkatan menjadi 17.30% dan kontribusi PDRB terhadap produksi yang meningkat

59

menjadi 21.20% namun seiring waktu kontribusi PDRB mengalami penurunan. Lalu mulai dari periode 2 sampai periode 5, kontribusi variabel harga mulai mengalami peningkatan namun variabel produksi masih tetap memiliki kontribusi paling besar terhadap produksi itu sendiri meskipun terus mengalami penurunan kontribusi. Pada periode 5, kontribusi variabel harga terhadap produksi mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 22.80% namun seiring waktu mengalami penurunan diikuti dengan kontribusi produksi terhadap produksi itu sendiri yang cederung stabil bergerak di sekitar 62%. Pada periode terakhir menunjukkan bahwa meskipun terdapat kontribusi dari variabel harga dan PDRB terhadap produksi, variabel produksi tetap memiliki kontribusi terbesar dengan presentase 62.96% dengan presentase kontribusi dari harga dan PDRB masing-masing sebesar 21.71% dan 15.31%.

Tabel 4.11.

Hasil Uji Variance Decomposition dari PDRB

Variance Decomposition of PDRB:

Period S.E. PDRB HARGA PRODUKSI

1 0.037456 100.0000 0.000000 0.000000 2 0.048282 96.52648 3.285619 0.187906 3 0.057465 94.51736 3.731056 1.751586 4 0.063692 93.98288 3.656788 2.360336 5 0.068301 94.39506 3.193893 2.411042 6 0.072350 94.82264 2.906039 2.271321 7 0.075937 95.10969 2.819474 2.070832 8 0.079621 95.39693 2.719376 1.883699 9 0.083314 95.73311 2.545827 1.721063 10 0.087045 96.07447 2.340226 1.585306

Sumber : Data sekunder diolah

Tabel 4.11 menunjukkan hasil VD dari variabel PDRB. Berdasarkan tabel jika dilihat di periode pertama, belum terdapat kontribusi dari variabel harga dan produksi terhadap PDRB serta kontribusi PDRB terhadap PDRB

60

itu sendiri masih sebesar 100%. Lalu mulai dari periode 2 sampai periode 4, kontribusi variabel harga dan produksi mulai mengalami peningkatan namun variabel PDRB masih tetap memiliki kontribusi paling besar terhadap PDRB itu sendiri, dengan kontribusi masing-masing variabel sebesar 3.28% dan 0.18%. Pada periode 3, kontribusi variabel harga terhadap PDRB mencapai kontribusi terbesarnya yaitu 3.71% lalu pada periode-periode selanjutnya kontribusi yang diberikan terus mengalami penurunan. Pada periode 4 variabel PDRB mencapai kontribusi terendahnya sebesar 93.98% namun periode-periode selanjutnya terus mengalami peningkatan. Pada periode 5 kontribusi dari variabel produksi mencapai kontribusi terbesarnya yaitu 2.411% lalu pada periode-periode selanjutnya juga terus mengalami penurunan. Pada periode terakhir menunjukkan bahwa variabel harga dan produksi tetap berkontribusi namun terhitung sedikit dengan presentasi kontribusi masing-masing sebesar 2.34% dan 1.58% dan variabel PDRB tetap menjadi kontributor terbesar dengan presentase sebesar 96.07%.

61

BAB V

Dokumen terkait