Bagian IV Akuntansi Kewajiban
H. Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi
Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-17
1. Definisi
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi adalah taksiran kerugian akibat tidak dipenuhinya komitmen dan kontinjensi oleh nasabah.
2. Dasar Pengaturan
a. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dibentuk sebesar taksiran kerugiannya serta diakui sebagai beban dan kewajiban secara terpisah. (PSAK 31: Akuntansi Perbankan Paragraf 77) b. Bank membentuk taksiran kerugian yang dibentuk berdasarkan
kualitas komitmen dan kontinjensi setelah dikurangi estimasi nilai realisasi bersih jaminan. Kualitas komitmen dan kontinjensi dinilai dengan memperhatikan prospek usaha, kondisi keuangan, dan kemampuan membayar nasabah. (PSAK 31: Akuntansi
Perbankan, paragraf 78)
c. PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi.
3. Penjelasan
a. Kadang-kadang bank mengadakan transaksi yang tidak berakibat pada pengakuan aktiva dan kewajiban pada neraca, tetapi berakibat pada timbulnya komitmen dan kontinjensi. Transaksi seperti itu seringkali merupakan bagian yang penting dari kegiatan usaha suatu bank dan dapat berdampak signifikan terhadap tingkat risiko yang dihadapi bank tersebut.
b. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit digolongkan dalam kualitas lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
c. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang telah jatuh tempo dan nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya dialihkan menjadi kredit. Selanjutnya perlakuan akuntansi untuk komitmen dan kontinjensi yang telah dialihkan tersebut mengikuti akuntansi untuk kredit.
4. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
a. Besarnya estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dibentuk minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan diakui sebagai beban pada periode berjalan.
b. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dapat dilakukan setiap saat atau pada setiap tanggal laporan keuangan.
c. Jika terjadi perubahan kualitas komitmen dan kontinjensi setelah tanggal neraca tetapi sebelum pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal selesai dilakukan, maka perubahan tersebut dianggap
Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-18
sebagai peristiwa setelah tanggal neraca yang mempengaruhi tanggal neraca (subsequent event) dan diakui sebagai koreksi saldo laba.
Jika perubahan kualitas komitmen dan kontinjensi terjadi setelah tanggal neraca dan pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal telah selesai dilakukan, maka perubahan tersebut dianggap sebagai perubahan estimasi dan diakui sebagai koreksi dalam laporan laba/rugi tahun berjalan.
Penyajian
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi disajikan pada neraca sebagai kewajiban.
5. Ilustrasi Jurnal
a. Pembentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Db. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Kr. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
b. Koreksi kelebihan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 1) jika diketahui pada masa subsequent event:
Db. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Kr. Saldo laba
2) jika diketahui setelah masa subsequent event: Db. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
Kr. Pendapatan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi c. Koreksi kekurangan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
1) jika diketahui pada masa subsequent event: Db. Saldo laba
Kr. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 2) jika diketahui setelah masa subsequent event:
Db. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Kr. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 6. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
a. Ikhtisar perubahan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dalam tahun bersangkutan:
1) saldo awal tahun (1)
2) selisih kurs penjabaran untuk estimasi dalam mata uang asing (2)
3) pembentukan estimasi selama tahun berjalan (3)
4) pengurangan pembentukan estimasi selama tahun berjalan (4) 5) koreksi karena pengalihan komitmen dan kontinjensi ke dalam
neraca (5)
Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-19
b. Kebijakan dan metode yang digunakan untuk menentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi.
7. Ketentuan Lain-lain
Komitmen dan kontinjensi dalam mata uang asing wajib dibentuk estimasi kerugian dalam mata uang asing yang sama.
I. PINJAMAN YANG DITERIMA 1. Definisi
Pinjaman yang diterima adalah dana yang diterima dari bank lain, Bank Indonesia atau pihak lain dengan kewajiban pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan dalam akad.
2. Dasar Pengaturan
a. Pinjaman yang diterima adalah dana yang diterima dari bank lain, Bank Indonesia atau pihak lain dengan kewajiban pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman. Pinjaman subordinasi dan simpanan masyarakat tidak termasuk dalam pengertian ini. (PSAK 31:
Akuntansi Perbankan, paragraf 11)
b. Dalam hal bank bertindak sebagai penerima pinjaman qardh, kelebihan pelunasan kepada pemberi pinjaman qardh diakui sebagai beban. (PSAK
59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 143)
c. Selain pengungkapan dalam PSAK 1 (revisi 1998), bank harus meng- ungkapkan perincian pinjaman yang diterima mengenai:
1) Jenis pinjaman yang diterima;
2) Jenis mata uang (rupiah dan mata uang asing); 3) Perikatan yang menyertainya; dan
4) Nilai aktiva bank yang dijaminkan. (PSAK 31: Akuntansi Perbankan, paragraf 130)
3. Penjelasan
a. Pinjaman yang diterima, antara lain:
1) Pinjaman dari Bank Indonesia hanya berupa Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek berdasarkan Prinsip Syariah (FPJPS) untuk mengatasi kesulitan likuiditas.
2) Pinjaman dari bank lain diantaranya adalah Pembiayaan Komersial Luar Negeri (PKLN), dana Two Step Financing/Loan berdasarkan prinsip syariah dan fasilitas pendanaan jangka pendek lainnya.
3) Pinjaman qardh merupakan pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan. Namun demikian, peminjam dana diperkenankan untuk memberikan imbalan.
4) Jika simpanan bank pada bank syariah lain berupa giro bersaldo negatif maka saldo negatif tersebut diakui sebagai pinjaman (qardh). b. Bank memberikan imbalan atas pinjaman yang diterima. Atas imbalan
Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-20
penghasilan. Apabila pihak yang memberikan pinjaman adalah bank maka bank syariah tidak memungut pajak penghasilan.
c. Atas pinjaman yang diterima, terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh bank antara lain biaya administrasi, biaya notaris dan lain-lain.
4. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
a. Pinjaman yang diterima diakui sebesar nilai nominal pada saat perjanjian ditandatangani atau terjadi kesepakatan antara bank penerima dan bank pemberi pinjaman.
b. Imbalan yang akan diberikan kepada shahibul maal tetapi belum dibagikan diakui sebagai imbalan yang masih harus dibayar.
c. Biaya-biaya yang timbul untuk memperoleh pinjaman diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
Penyajian
a. Pinjaman yang diterima disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan.
b. Imbalan yang masih harus dibayar kepada pemberi pinjaman dan belum dibagikan disajikan pada neraca dalam pos kewajiban segera.
c. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik oleh bank disajikan sebagai tagihan komitmen pada pos komitmen dalam catatan atas laporan keuangan.
5. Ilustrasi Jurnal
a. Pada saat perjanjian ditandatangani
Db. Tagihan komitmen-pinjaman diterima yang belum ditarik Kr. Rekening lawan-tagihan komitmen
b. Pada saat realisasi pinjaman diterima Db. Kas/Rekening..../Kliring
Kr. Pinjaman yang diterima
c. Pada saat membayar tagihan biaya administrasi, biaya notaris, premi asuransi, penilaian agunan, dicatat:
Db. Beban notaris/biaya premi asuransi, biaya penilaian agunan Kr. Kas/Rekening.../Kliring
d. Pada saat pengakuan pemberian imbalan Db. Imbalan yang diberikan
Kr. Kewajiban segera-imbalan yang masih harus dibayar e. Pada saat dilakukan pembayaran imbalan
Db. Kewajiban segera-imbalan yang masih harus dibayar Kr. Kas/Rekening.../Kliring
f. Pada saat pinjaman yang diterima dilunasi Db. Pinjaman yang diterima
Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-21
6. Pengungkapan
a. Bank harus mengungkapkan rincian pembiayaan yang diterima mengenai: 1) Jenis (sumber dana) pinjaman yang diterima;
2) Jangka waktu, imbalan dan jatuh tempo pinjaman yang diterima; 3) Jenis valuta (rupiah dan valuta asing);
4) Perikatan yang menyertainya;
5) Nilai aktiva bank yang dijaminkan; dan 6) Hubungan istimewa.
b. Apabila pemerintah atau pihak lain menyediakan bantuan kepada bank berupa dana atau fasilitas pinjaman dengan tingkat imbalan yang lebih rendah dari tingkat imbalan di pasar maka manajemen perlu mengung- kapkan mengenai bantuan tersebut dan dampaknya terhadap laba bersih.
7. Ketentuan Lain-lain —