• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pra Estimas

4.2 Hasil Estimasi Vector Error Correction

4.2.3 Estimasi Vector Error Correction untuk SUBSID

Variabel SUBSIDI adalah besaran subsidi yang dbayar oleh pemerintah.

Pembayaran subsidi oleh pemerintah kepada PERTAMINA sebagai badan usaha

yang ditujuk dalam penyediaan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM) di

dalam negeri sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2005.

Untuk estimasi VECM yang ketiga variabel subsidi menjadi variabel yang

diamati sedangkan variabel yang lain sebagai variabel penjelasnya. Pada jangka

pendek variabel GDP memengaruhi subsidi secara signifikan. Pada jangka pendek

terjadi peningkatan GDP sebesar satu persen akan meningkatkan subsidi sebesar

31,44898 persen dalam jangka pendek.

Dalam jangka pendek juga ditemukan bahwa terdapat hubungan yang

negatif antara variabel subsidi dan variabel inflasi secara signifikan. Dari hasil

estimasi hubungan yang berbanding terbalik ini ditandai dengan koefisien variabel

inflasi sebesar -0,718957. Hal ini berarti apabila variabel inflasi mengalami

peningkatan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan penurunan subsidi

sebesar 0,718957 persen.

Tabel 4.8 Hasil Estimasi VECM 3

Variabel Koefisien T-statistik

Jangka Panjang GDP(-1) -4.014981 3.74614* INFLASI(-1) 0.021364 -0.96671 ER(-1) 6.985161 -7.59483* HARGAMINYAK(-1) 4.898316 -6.95479* SB(-1) -0.189830 0.28451 C 41.45477 - Jangka Pendek CointEq -1.243893 -7.72254* D(GDP(-1)) 31.44898 3.21696* D(INFLASI(-1)) -0.718957 -3.44342* D(ER(-1)) -2.971579 -0.99067 D(SUBSIDI(-1)) -0.008756 -0.09377 D(HARGAMINYAK(-1)) -0.701262 -0.37446 D(SB(-1)) 2.128342 0.91750 C -0.000691 -0.00165 Sumber : Lampiran 6 Keterangan : Probabilitias : 5%

Pada jangka pendek juga ditemukan bahwa variabel subsidi berbanding

lurus dengan variabel GDP secara signifikan. Apabila variabel GDP mengalami

peningkatan sebesar satu persen dalam jangka pendek maka akan meningkatkan

Pada jangka panjang variabel nilai tukar, GDP, dan variabel harga minyak

mempengaruhi besaran subsidi. Hubungan antara nilai tukar, GDP, dan harga

minyak dan subsidi bersifat positif secara signifikan dalam jangka panjang. Jika

ada peningkatan nilai tukar sebesar satu persen akan mengakikabatkan

peningkatan subsidi sebesar 6,985161 persen. Peningkatan subsidi sebesar satu

persen akan diikuti dengan peningkatan GDP sebesar 4,014981 persen. Dalam

jangka panjang apabila harga minyak mengalami peningkatan sebesar satu persen

maka akan meningkatkan subsidi sebesar 4,898316 persen.

Fluktuasi harga minyak akan mempengaruhi kebijikan subsidi dalam

jangka panjang. Kementerian Keuangan merupakan lembaga yang diberi

wewenang dalam masalah penyaluran dana subsidi sedangkan Pertamina sebagai

yang badan usaha yang ditujuk oleh pemerintah dalam penyediaan dan distribusi

BBM bersubsidi. Kementerian keuangan akan membayarkan dana subsidi kepada

Pertamina setelah konsumsi dilakukan. Artinya apabila BBM bersubsidi

dikonsumsi saat ini, Kementerian Keuangan baru akan mengucurkan dana subsisi

pada bulan berikutnya.

Besarnya subsidi dipengaruhi oleh MPOS yang merupakan harga transaksi

jual-beli pada bursa minyak di Singapura. Karena berpatokan dengan harga yang

berlaku dari luar negeri sehingga besaran subsidi juga sangat dipengaruhi oleh

nilai tukar pada jangka panjang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang

menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki hubungan positif dengan subsidi secara

signifikan dalam jangka panjang. Hal ini berarti ketika nilai tukar meningkat

negeri. Semakin tinggi nilai tukar maka beban subsidi yang harus dibayarkan oleh

pemerintah semakin besar.

Sumber : Kementerian Keuangan RI dan PP No 71 Tahun 2005 Keterangan : *Jika ada

**MPOS (Mid Oil Plant’s Singapore)

Gambar 4.1 Skema Pemberian Subsidi BBM 4.3 Analisis Impulse Respon Function (IRF)

Analisis Impulse Respon Function menjelaskan perbandingan respon pada variabel subsidi, Gross Domestic Product (GDP), suku bunga, inflasi, dan nilai

tukar apabila terjadi guncangan dari variabel harga minyak. Pada penelitian ini

guncangan dilakukan pada harga minyak dan akan dianalisis pengaruhnya

terhadap variabel yang lain dalam enam puluh kuartal atau lima belas tahun yang akan datang. .000 .002 .004 .006 .008 10 20 30 40 50 60 Response of GDP to HARGAMINYAK -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 10 20 30 40 50 60

Response of INFLASI to HARGAMINYAK

-.04 -.03 -.02 -.01 .00 10 20 30 40 50 60 Response of ER to HARGAMINYAK 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 10 20 30 40 50 60

Response of SUBSIDI to HARGAMINYAK

-.035 -.030 -.025 -.020 -.015 -.010 10 20 30 40 50 60 Response of SB to HARGAMINYAK

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber : Lampiran 7

Gambar 4.2 Respon SUBSIDI, GDP, SB, INFLASI, ER Terhadap Guncangan dari HARGAMINYAK

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pengaruh dari guncangan harga minyak

terhadap GDP. Pada periode awal guncangan pada harga minyak akan

mempengaruhi GDP. GDP akan stabil pada periode ke sembilan sebesar 0,0036.

Artinya apa bila harga minyak berguncang sebesar satu standar deviasi maka akan

menyebabkan GDP meningkat sebesar koefisien yang sama. Pada akhir periode

Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel inflasi. Respon

inflasi bersifat positif pada empat kuartal awal atau satu tahun pertama terjadinya

guncangan harga minyak. Setelah periode tersebut guncangan harga minyak justru

akan memberikan dampak yang negatif terhadap inflasi. Respon permanen inflasi

terhadap guncangan harga minyak baru terjadi sejak periode ke sebelas yakni

sebesar -0,057. Maksudnya adalah apabila harga minyak berubah sebesar satu

standar deviasi maka inflasi akan berkurang sebesar 0,057 standar deviasi sebagai

respon dari guncangan harga minyak hingga akhir periode.

Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel nilai tukar.

Respon yang dialami oleh nilai tukar adalah bersifat negatif terhadap guncangan

harga minyak. Respon permanen nilai tukar terhadap guncangan dari harga

minyak pada periode ke enam adalah sebesar -0,032. Artinya, apabila ada

guncangan terhadap harga minyak sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan

penurunan tingkat nilai tukar sebesar 0,032 standar deviasi sejak periode ke enam

hingga akhir periode di tahun ke lima belas.

Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel subsidi. Untuk

setiap guncangan yang dialami oleh harga minyak akan direspon oleh subsidi

berupa peningkatan secara stabil yang berada direspon yang bernilai permanen -

0,508 pada periode ke dua belas atau tahun ke tiga. Artinya sejak tahun ketiga

setiap guncangan harga minyak sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan

peningkatan harga minyak sebesar 0,508 standar deviasi hingga akhir periode di

tahun ke lima belas.

Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel subsidi. Nilai

sebesar 0,028 pada periode ke sembilan. Hal ini menandakan apabila terjadi

guncangan harga minyak sebesar satu standar deviasi maka suku bunga akan

mengalami peningkatan sebesar 0,028 standar deviasi sejak periode ke sembilan

hingga periode ke enam puluh.

Dari hasil analisis impulse respon pada semua variabel terhadap guncangan yang diberikan dari volatilitas harga minyak, terlihat bahwa variabel

subsidi paling cepat mencapai kestabilan saat terjadi guncangan pada variabel

harga minyak berupa respon yang bernilai positif secara stabil di enam puluh

periode yang akan datang. Hal ini menyimpulkan bahwa variabel inflasi

terpengaruh paling stabil dibandingkan dengan variabel lainnya ketika mendapat

guncangan harga minyak dunia.

Dokumen terkait