BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.11. Ethical Clearance
Penelitian telah mendapat persetujuan dari Komite Etik pelaksanaan penelitian kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dengan Nomor : 324 / KEP/USU/2020
.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Total sampel yang didapatkan adalah 210 sampel, tetapi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 114 sampel.
4.1.1. Distribusi sampel berdasarkan parameter klinikopatologi gastritis kronis
Distribusi sampel berdasarkan parameter klinikopatologi pada gastritis kronis dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan parameter klinikopatologi gastritis kronis.
Gambaran klinis Jumlah (n) Persentase (%) Usia, rerata ±SD, tahun 49,1 ± 13,7
Gastritis chemical/gastropathy 72 63,2
Gastritis atrofi 23 20,2
Gastritis kronis aktif 7 6,1
Gastritis H.pylori 2 1,8
Gastritis eosinofilik 2 1,8
Gastritis limfositk 8 7,0
Berdasarkan data klinis yang didapat dari rekam medis dan arsip patologi anatomi, diperoleh sampel pada penelitian ini memiliki rerata usia 49,1 (± 13,7) tahun dengan usia termuda adalah 21 tahun dan tertua adalah 79 tahun. Kasus terbanyak berusia antara 51-60 tahun yaitu sebanyak 30 kasus (26,3%) dan yang paling sedikit berusia >71 tahun yaitu sebanyak 7 kasus (6,1%). Jenis kelamin terbanyak yaitu laki – laki sebanyak 69 orang (60,5%) dan diikuti jenis kelamin
48
perempuan sebanyak 45 orang (39,5%). Pada penelitian ini suku yang paling banyak dijumpai adalah suku Batak yaitu sebanyak 29 kasus (25,4%) dan yang paling sedikit adalah suku Banjar, Nias, dan China yaitu masing-masing sebanyak 1 kasus (0,9%). Mayoritas tipe diagnosis gastritis kronis yang dijumpai pada penelitian ini adalah gastritis chemical / gastropathy yaitu sebanyak 72 kasus (63,2%) dan yang paling sedikit adalah gastritis H. Pylori yaitu sebanyak 2 kasus (1,8%). Selebihnya dijumpai gastritis atrofi sebanyak 23 kasus (20,2%), gastritis kronis aktif sebanyak 7 kasus (6,1%), dan gastritis limfositik sebanyak 8 kasus (7,0%).
4.1.2. Distribusi grading histomorfologi menurut klasifikasi Sydney system gastritis kronis pada lokasi antrum dan corpus
Hasil distribusi grading histomorfologi menurut klasifikasi Sydney system gastritis kronis pada lokasi antrum dan corpus dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2. Distribusi histomorfologi menurut klasifikasi Sydney system pada
Grading histomorfologi inflammasi MN pada gastritis kronis yang terbanyak menurut klasifikasi System sydney adalah inflammasi MN grade 1 yaitu sebanyak 84 kasus (73,7%) pada lokasi antrum dan sebanyak 85 kasus (74,6%) pada lokasi corpus. Grading Inflammasi MN yang paling sedikit yaitu grade 0 yaitu sebanyak 0 kasus (0,0%) pada lokasi antrum dan sebanyak 3 kasus (2,6%) pada lokasi corpus. Grading histomorfologi aktifitas PMN pada gastritis kronis yang terbanyak adalah aktifitas PMN grade 0 yaitu sebanyak 95 kasus (83,3%)
50
pada lokasi antrum dan sebanyak 97 kasus (85,1%) pada lokasi corpus. Grading aktifitas PMN yang paling sedikit yaitu grade 3 yaitu sebanyak 0 kasus (0,0%) pada lokasi antrum dan corpus diikuti grade 2 sebanyak 5 kasus (4,4%) pada lokasi antrum dan sebanyak 2 kasus (1,8%) pada lokasi corpus. Grading atrofi kelenjar yang paling banyak dijumpai adalah grade 0 yaitu sebanyak 91 kasus (79,8%) pada lokasi antrum dan sebanyak 102 kasus (89,5%) pada lokasi corpus.
Grading atrofi yang paling sedikit yaitu grade 3 yaitu sebanyak 0 kasus (0,0%) pada lokasi antrum dan corpus, diikuti grade 2 sebanyak 5 kasus (4,4%) pada lokasi antrum dan corpus. Grading metaplasia intestinal yang paling banyak dijumpai adalah grade 0 yaitu sebanyak 103 kasus (90,4%) pada lokasi antrum dan sebanyak 106 kasus (93,0%) pada lokasi corpus. Grading metaplasia intestinal yang paling sedikit yaitu grade 3 yaitu sebanyak 0 kasus (0,0%) pada lokasi antrum dan corpus, diikuti grade 2 sebanyak 1 kasus (0,9%) pada lokasi antrum dan sebanyak 2 kasus (1,8%) pada lokasi corpus. Grading H.pylori yang paling banyak dijumpai adalah grade 0 yaitu sebanyak 111 kasus (97,4%) pada lokasi antrum dan sebanyak 114 kasus (100%) pada lokasi corpus. Grading H.pylori yang paling sedikit yaitu grade 3 yaitu sebanyak 0 kasus (0,0%) pada lokasi antrum dan corpus, diikuti grade 2 sebanyak 1 kasus (0,9%) pada lokasi antrum dan 0 kasus (0,0%) pada lokasi corpus.
4.1.3. Distribusi staging atrofi menurut sistem OLGA pada gastritis kronis Distribusi staging atrofi menurut sistem OLGA pada gastritis kronis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Distribusi staging atrofi menurut sistem OLGA pada gastritis kronis.
*Keterangan : OLGA (operative link on gastritis assessment)
Staging atrofi menurut sistem OLGA yang terbanyak adalah staging 0 yaitu sebanyak 89 kasus (78,1%) dan yang paling sedikit adalah staging 3 sebanyak 3 kasus (2,6%), diikuti staging 2 sebanyak 4 kasus (3,5%) dan staging 1 sebanyak 18 kasus (15,8%).
4.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomik FK USU Medan. Jumlah seluruh sampel yang didapatkan dan yang telah memenuhi kriteria inklusi sebanyak 114 sampel. Jumlah pasien gastritis kronis berdasarkan jenis kelamin didapatkan berbeda, pasien gastritis kronis yang berjenis kelamin pria lebih banyak sebesar 60,5% dari jumlah sampel dan jenis kelamin perempuan adalah 39,5%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariefanny et al yang menunjukkan bahwa gastritis kronis lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 66,7% kasus.11 Penelitian Tammasse IFU et al juga mendapatkan hasil yang sama bahwa jenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan jenis kelamin wanita.50 Nurdin et al juga menyatakan hasil yang sama bahwa gastritis kronis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita, dengan persentase laki-laki sebanyak 50,6%.4 Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hussein et al yang mendapatkan jenis kelamin wanita lebih banyak
52
daripada jenis kelamin pria.16 Perbedaan hasil penelitian ini mungkin terjadi akibat adanya perbedaan kebiasaan makan atau diet diantara laki - laki dan wanita. Pada usia dewasa terjadi perbedaan pola makan antara laki – laki dan wanita, ini disebabkan karena adanya perbedaan aktifitas dan komposisi tubuh. Dalam memilih makanan wanita cenderung menghindari porsi yang banyak serta mengurangi frekuensi makan untuk menjaga penampilannya. Prevalensi gastritis yang tinggi pada wanita ini juga berkaitan dengan tingkat stres. Secara teori psikologis disebutkan bahwa wanita lebih banyak menggunakan perasaan dan emosi sehingga rentan mengalami stres psikologis atau kecemasan dalam hidupnya. 51, 52
Pada penelitian ini didapatkan usia pada kasus gastritis kronis paling banyak pada usia antara 51-60 tahun dengan persentase 26,3%. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdin et al yang mendapatkan hasil usia terbanyak pada rentang usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 36 kasus (21,7%).4 Penelitian Tammasse IFU et al mendapatkan hasil yang tidak jauh beda, yaitu usia terbanyak dijumpai pada kelompok umur 41-50 tahun (26,5%).50 Hussein et al juga mendapatkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan penelitian ini, yai1`tu dengan kelompok umur terbanyak usia > 60 tahun.16 Pada penelitian Ariefiany et al juga mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian ini yaitu kelompok usia 61-70 tahun merupakan kelompok usia yang terbanyak.11 Garg et al, pada penelitiannya menemukan pasien gastritis kronis terbanyak pada kelompok usia 46-60 tahun.19 Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gastritis kronis lebih banyak terjadi pada usia dewasa dibandingkan pada usia anak-anak.
Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala gastritis karena tingkat kesibukan yang lebih tinggi, gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan,
pengaturan pola makan yang tidak teratur dan tidak baik serta stres yang mudah terjadi yang dapat menyebabkan gangguan di sistem pencernaan. 51
Suku Batak merupakan suku yang banyak dijumpai pada hasil penelitian ini yaitu dengan persentase sebanyak 25,4%. Penelitian ini dilakukan di kota Medan, dimana suku yang paling banyak di kota ini adalah suku Batak. Faktor budaya dan suku sangat berpengaruh dalam kebiasaan pola makan, misalnya jumlah banyaknya makanan yang dimakan perlu di perhatikan untuk meringankan pekerjaan saluran pencernaan dimana sebaiknya makan tiga kali sehari dalam porsi kecil, dan jenis makanan tertentu seperti kebiasaan memakan makan pedas dan asam yang ada pada beberapa suku di Indonesia yang perlu diperhatikan agar tidak merusak lapisan mukosa lambung.51,52,53
Gastritis chemical / gastrophaty merupakan tipe gastritis krinis yang paling banyak dijumpai pada penelitian ini yaitu sebanyak 63,2%. Tipe-tipe gastritis kronis ini dibuat berdasarkan analisis data dari klasifikasi Sydney system. Namun masih belum banyak yang melakukan penelitian tentang karakteristik berbagai tipe gastritis kronis ini sehigga belum dapat dijelaskan dengan lebih rinci. Gambaran histopatologi menurut klasifikasi Sydney system pada penelitian ini didapatkan untuk penilaian grading inflammasi MN yang paling banyak dijumpai pada daerah antrum adalah grading 1 dengan persentase 73,7%, sedangkan pada daerah corpus yang terbanyak juga grading 1 dengan persentase 74,6%. Hal ini sama dengan penelitian Nurdin et al pada 116 kasus gastritis kronis yang menyatakan penilaian grading inflammasi yang terbanyak adalah grading 1 atau inflammasi ringan dengan persentase 69,3% pada daerah antrum dan 83,1% pada daerah corpus.4 Pada penelitian Daniel dan Mario menyatakan hasil yang berbeda pada grading
54
inflammasi yaitu grading 2 sebanyak 46% kasus dari 200 kasus.54 Abdel et al juga melakukan penilitian yang sama dan menemukan grading inflammasi MN terbanyak adalah grading 0 atau normal dengan jumlah 170 kasus dari 328 kasus pada daerah corpus dan 128 kasus pada daerah antrum.55 Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Ariefiany et al yang mendapatkan grading 2 yang terbanyak dari 60 kasus.11 Perbedaan grading dari hasil penelitian ini mempunyai banyak faktor penyebab, salah satunya seperti faktor lama nya menderita penyakit gastritis kronis yang berbeda – beda pada pasien – pasien gastritis sebelum dilakukan tindakan biopsi. Hal ini juga sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada gastritis kronis banyak dijumpai inflammasi MN.11
Berdasarkan aktifitas PMN, yang paling banyak dijumpai adalah grading 0 dengan persentase 83,3% pada daerah antrum dan 85,1% pada daerah corpus dari 114 kasus. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel dan Mario yang menyatakan bahwa grading 0 atau normal yang paling banyak dijumpai pada penelitiannya, yaitu dengan persentase 83,5% dari 200 kasus.54 Pada penelitian yang sama dilakukan oleh Husssein et al, mendapatkan hasil yang berbeda pada grading aktifitas PMN yaitu paling banyak dijumpai adalah grading 2 dengan persentase 41,7% kasus dari 100 sampel yang hanya berasal dari daerah antrum.16 Menurut Ariefiany yang melakukan penelitian grading klasifikasi Sydney system dengan H.Pylory dan tanpa H. pylori, bahwa hasil yang paling banyak dijumpai adalah grading 2.11
Berdasarkan penilaian ada tidaknya atrofi kelenjar menurut klasifikasi Sydney system yang didapatkan pada penelitian ini adalah grading 0 atau normal dimana masih banyak kelenjar yang dijumpai pada penilaian ini atau tidak
ditemukan atrofi dengan persentase 79,8% pada daerah antrum dan 89,5% pada daerah corpus. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurdin et al bahwa grading atrofi menurut klasifikasi Sydney system yang banyak dijumpai adalah grading 0 atau normal dengan persentase 47% pada daerah antrum dan 74,1% pada daerah corpus dari 166 kasus.4 Ariefiany pada penelitiannya juga menyatakan hasil yang sama bahwa grading 0 adalah grading atrofi yang terbanyak dengan persentase 64,3% pada daerah antrum dan corpus.11 Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Daniel dan Mario yang melakukan penelitian yang sama dan menyatakan grading 0 atau normal merupakan grading terbanyak dengan persentase 100% dari 200 sampel.54 Hasil penelitian sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa atrofi kelenjar sering terjadi pada gastritis kronis dengan tipe gatritis atrofik sementara pada penelitian ini tipe gastritis yang dominan adalah gastritis chemical/gastrophaty.
Pada penelitian ini, penilaian ada tidaknya metaplasia intestinal yang paling banyak dijumpai adalah grading 0 atau normal dimana sebagian besar kelenjar pada gaster ini masih baik atau tidak digantikan oleh kelenjar tipe intestinal dengan persentase 90,4% kasus pada daerah antrum dan 93,0% pada daerah corpus. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdin et al yang menyatakan bahwa grading metaplasia intestinal yang paling banyak dijumpai adalah grading 0 atau normal dengan persentase 90,4% pada daerah antrum dan 97% pada daerah corpus.4 Pada penelitian Ariefiany et al yang melakukan penelitian yang sama, menyatakan bahwa grading metaplasia intestinal yang terbanyak adalah grading 0 atau normal.11 Husein et al juga mendapatkan hasil yang sama terhadap penilaian grading metaplasia instestinal yaitu yang terbanyak dijumpai adalah grading 0 atau
56
normal.16 Hasil penelitian juga sama dengan penelitian oleh Abdil et al yang menyatakan bahwa pada grading metaplasia intestinal yang paling banyak dijumpai adalah grading 0 atau normal dengan jumlah 321 kasus pada daerah corpus dan 315 kasus pada daerah antrum dari 328 kasus.55 Hasil ini bisa karena berkaitan dengan masih dijumpai kelenjar normal pada kebanyakan sampel dan bisa juga karena tidak dilakukan pewarnaan khusus untuk musin yang dapat meningkatkan tingkat diagnostik metaplastik instestinal. Penentuan daerah lokasi biospi incisura angularis juga berpengaruh untuk menambah nilai tentang mendeteksi metaplasia intestinal.11,55
Penilaian grading H.pylori menurut klasifikasi Sydney system pada penelitian ini dengan menggunakan pewarnaan H&E yang banyak dijumpai adalah grading 0 atau normal dengan persentase 97,4% pada daerah antrum dan 100%
pada daerah corpus. Hasil ini didapatkan karena H. pylori sulit terlihat dengan pewarnaan H&E jika jumlahnya sedikit atau karena pasien sudah menjalani pengobatan sehingga infeksi bakteri berkurang atau tidak tampak lagi akibat obat-obatan yang sudah diberikan. Hal ini sama dengan penelitian Nurdin et al yang melakukan penelitian untuk H. pylori dengan pewarnaan H&E dan hasilnya H.pylori yang tidak dijumpai ada pada 162 kasus dari 166 kasus.4 Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariefiany et al yang menyatakan H.pylori tidak dijumpai pada 20 kasus dari 42 kasus dengan persentase 47,6%.16 Daniel dan Mario juga menyatakan hal yang sama dari hasil penelitian yang sama, bahwa H.pylori tidak dijumpai pada 173 kasus dari 200 kasus.54 Infeksi H.pylori merupakan penyebab terbanyak pada gastritis kronis tetapi pada beberapa penelitian banyak yang tidak melihat adanya H.pylori dari pewarnaan H&E.11
Penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu hanya terbatas menggunakan H&E sehingga tidak dapat melihat H.pylori jika jumlahnya sedikit. Berkaitan dengan H.pylori berdasarkan dari hasil penelitian kohort oleh Umemera et al, menyatakan bahwa hasil pasien gastritis dengan dijumpai H.pylori dapat berkembang menjadi adenokarsinoma lambung sebesar 3-6% dalam waktu 10 tahun. H pylori adalah infeksi bakteri yang berperan dalam etiologi ulkus lambung, kanker lambung dan MALT-lymphoma. Penyakit tersebut terdapat pada 20% pasien yang terinfeksi H pylori.11
Pada penelitian ini, penilaian staging atrofi menurut OLGA system yang banyak dijumpai adalah stage 0 atau normal dengan persentase 78,1%. Hal ini sama dengan hasil penelitian oleh Nurdin et al yang menyatakan bahwa staging OLGA system yang terbanyak adalah stage 0 dengan persentase 90,4% kasus.4 Naimovna et al yang meneliti staging OLGA system pada daerah antrum dan corpus, menyatakan stage 0 paling banyak dijumpai pada daerah corpus dan stage 2 pada daerah antrum dengan persentase kasus 55% dan 38,3%. Penilaian atrofi dilakukan untuk menilai risiko terjadinya kanker lambung pada gastritis kronis. Meskipun OLGA system bertujuan untuk mengelompokkan risiko kanker dan selama lebih dari 10 tahun yang lalu, tapi masih sangat sedikit penelitian tentang penggunaan OLGA system pada riwayat kanker lambung.56
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini didapatkan 114 kasus gastritis kronis yang terdiri atas laki-laki sebanyak 69 kasus dan perempuan sebanyak 45 kasus. Rentang usia yang paling banyak adalah usia 51-60 tahun dan yang paling sedikit adalah > 70 tahun yaitu 7 kasus. Suku yang paling banyak terdapat pada suku Batak yaitu sebanyak 29 kasus.
2. Pada klasifikasi Sydney system, histomorfologi yang paling banyak dijumpai pada lokasi antrum dan corpus adalah inflammasi MN grade 1, aktifitas PMN grade 0, atrofi kelenjar grade 0, metaplasia intestinal grade 0, dan H. pylori grade 0.
3. Pada penilaian staging menurut staging OLGA system yang paling banyak dijumpai adalah stage 0 sebanyak 89 kasus dan paling sedikit adalah stage 3 sebanyak 3 kasus.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu :
1. Perlu dilakukan pemeriksaan histokimia Giemsa ataupun imunohistokimia untuk mendeteksi keberadaan bakteri H. pylori yang merupakan salah satu indikator sebagai faktor prognosis.
2. Diharapkan pada pelaporan histopatologi dapat memberikan kerangka yang konsisten untuk pelaporan histologi rutin pada kasus gastritis dengan menggunakan klasifikasi Sydney system dan staging OLGA system sehingga klinisi dapat menegakkan diagnosis dengan lebih rinci lagi agar dapat memberikan pengobatan dan pencegahan secara dini apabila terdapat tanda-tanda lesi prekanker.
3. Diharapkan pada dokter klinisi agar memberikan informasi klinis yang jelas seperti mengenai lama menderita penyakit gastritis dan obat-obatan yang sudah diberikan untuk pengobatan karena berpengaruh terhadap gambaran histopatologi gastritis kronis.
4. Diharapkan agar dokter klinisi dapat memberikan sampel jaringan biopsi dengan lima pengambilan lokasi biopsi yang sudah ditentukan (kurvatura mayor antrum distal, kurvatura minor antrum distal, kurvatura minor incisura angularis, dinding anterior corpus proksimal, dan dinding posterior corpus proksimal) agar patolog dapat memenuhi kriteria penilaian histomorfologi gastritis kronis berdasarkan OLGA System.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hirian. 2014. Gastritis kronik. In Isselbacher KJ. Harrison Prinsip - Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13, Jakarta. EGC. Hal.509-22
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Gastritis Indonesia, Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal.523-27
3. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. 2018. Oral Cavity and Gastrointestinal tract. Robbins Basic Pathology. 10th ed. Philladelpia;
Elsevier Saunders. Hal.603-598
4. Nurdin W, Krisnuhoni E. 2016. Perbandingan assessment gastritis kronis berdasarkan updated Sydney system dan OLGA, OLGYM System di Departemen Patologi Anantomik FKUI/RSCM Tahun 2012. Majalah Patologi. Vol.5. Hal.74-81
5. Nisa F. 2018. Gastritis (Warm-e-meda): A review with Unani approach.
International Journal of Advanced Science and Research. Volume 3. Hal.43-45
6. Feneglio PCM, Noffsinger AF, Stemmermann GN, Lantz PE, Isaacson PG.
2008. Chapter 4: The nonneoplastic stomach. In : Noffsinger AF, Stemmermann GN, Lantz PE, Isaacson PG. Gastrointestinal Pathology: An Atlas and Text, 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Hal.182-86 7. Wahyuni DS & Rumpiati. Global Health Science, volume 2 Issue 2. 2017.
Pp 2503-88
8. Ruggae M. 2019. Gastritis and metaplasia: precursors of gastric neoplasms.
In: WHO Classification of Digestive System Tumours, 5th ed; Vol 1. Lyon (France). IARC; Hal.66-65
9. Anshari S, Suprayitno. 2019. Hubungan stres dengan kejadian gastritis pada kelompok usia 20-45 tahun di wilayah kerja puskesmas bengkuring kota Samarinda Tahun 2019. Borneo Study Research. Hal.1-6
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384.
11. Ariefiany D, Hassan AH, Dewayani BM, Yantisetiasti A. 2014. Analisis Gambaran Histopatologi Gastritis Kronisdengan dan Tanpa Majalah Patologi. Vol. 23 No. 2. pp1-6
12. Sunarmi. 2018. Faktor-faktor yang berisiko dengan kejadian penyakit gastritis di poliklinik penyakit dalam rumah sakit muhammadiyah palembang tahun 2018. Volume 8. Hal.1-5
13. Mansjoer A. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. Hal.492
14. Clarke AM, Ndip LM, Ndip RN. 2010. An overview of pathogenesis and epidemiology of Helicobacter pylori infection. African journal of Microbiology Research, Vol 4 (6). Hal.426-36.
15. Guang Zhang R, Cai Duan G, Tang Fan Q, Yin Chen S. 2016. Role of Helicobacter pylori infection in pathogenesis of gastric carcinoma. World J Gastrointest Pathophysiol; 7(1). Hal.97-07
16. Hussein A H. 2019. Evaluation of chronic gastritis in endoscopic antral biopsies using the updated Sydney system. Ann coll med mosul. Hal.95-05
62
17. Pruthi S, Nirupama M, Chakraborti S. 2014. Evaluation of gastric biopsies in chronic gastritis: Grading of inflammation by Visual Analogue Scale Department of Pathology. Vol. 7(4). Hal.463-67
18. Ruggea M, Pennelli G, Pilozzi E, Fassan M, Ingravallo G , Russoe VM, et al. 2011. Gastritis: The histology report. Hal.373-84
19. Garg B, Sandhu V, Sood N, Sood A, Malhotra V. 2012. histopathological analysis of chronic gastritis and correlation of pathological features with each other and with endoscopic findings. Pol j pathol(3). Hal.172-78
20. Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
21. Eroschenko PV. 2013. Digestive System part II: Esophagus and Stomach.
In: Eroschenko OV, eds. Difiore”s Atlas of Histology with Functinal Correlations. 12th ed. Philadelphia; Hal.340-313
22. Arnold C, Himlin D, Montgomery E. 2015. Atlas of gastrointestinal pathology : A pattern based approach to non-neoplastic biopsies. Wolters kluwer. Philadelphia. Hal.217
23. Mescher LA. 2013. The Urinary System: In: Mescher LA, eds. Junqueira”s Basic Histology Text and Atlas. 3th ed. Indiana: Bloomington. Hal.669-75 24. Lewin, weinstein and riddels. 2013. Stomach: Normal Structures and
Developmental Abnormalities. in: Riddell R. and Jain D. Gastrointestina;
patholohy and its clinical implications, second edition. Vol 1. Hal.562-69 25. Ban S. 2013. The normal stomach: anatomy, specimen dissection and
histologyrelevant to pathological practice. in editors : Shepherd N, Warren
B, William G, Greenson J, Lauwers G, Marco R. Morson and Dawson’s gastrointestinal pathology fifth edition. Wiley blackwell. Hal.89-01
26. Ariefiany D, Hassan HA, Dewayani BM, Yantisetiast A. 2014. Analisis Gambaran Histopatologi Gastritis Kronis dengan dan Tanpa Bakteri H.
pylori Menurut Sistem Sydney. Majalah Patologi. Vol. 23 No. 2. Hal.20-6 27. Yulida E, Oktaviyanti IK, Rosida L. 2013. Gambaran derajat infiltrasi sel
radang dan infeksi H. pylori pada biopsi lambung pasien gastritis di RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009-2011. Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1.
Hal.51-65
28. Garg B, Sandhu V, Sood N, Sood A, Malhotra V. 2012. Histopathological analysis of chronic gastritis and correlation of pathological features with each other and with endoscopic ndings. Pol J Pathol. Hal.172-8.
29. Greenson JK. 2015. Diagnostic pathology gastrointestinal second edition.
Elsevier. Kanada. Hal.128-41
30. Aydin O, Egilmez R, Karabacak T, Kanik A.2013. Interobserver variation in histopathological assessment of H. pylori gastritis. World J Gastroenterol.
9(10). Hal.2232-35
31. Sipponen P dan Maaroos H.2015. Review article:Chronic gastritis. Patolab Oy, Espoo, Finland and Tartu State University, Tartu, Estonia. Scandinavian Journal of Gastroenterology. Hal.657–67
31. Sipponen P dan Maaroos H.2015. Review article:Chronic gastritis. Patolab Oy, Espoo, Finland and Tartu State University, Tartu, Estonia. Scandinavian Journal of Gastroenterology. Hal.657–67