• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

1. Etika Kerja Islam

a. Pengertian Etika Kerja Islam

Menurut Nurmatias dalam Prasetyo (2017: 13) Etika Islam bersumber pada firman Allah SWT yang autentik, yaitu Al Qur’an dan Hadist yang merupakan contoh-contoh dari kehidupan nabi Muhammad SAW, serta Ijma dan Qiyas. Hukum dan ketetapan etika dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup, yaitu berlandaskan pada dasar-dasar moral yang ditetapkan oleh Allah SWT

Ada lima hal yang melandasi etika kerja Islam, yaitu Pertama, unity (kesatuan), konsep ini terkait dengan konsep keesaaan Allah SWT (tauhid) sebagai bentuk hubungan vertikal antara manusia dan Tuhanya. Sebagai seorang muslim harus melihat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT dan akan kembali padaNya.

Kedua, equilibrium (keseimbangan) konsep ini terkait dengan konsep ’adl (keadilan dan kepemilikan) ketiga, free will

(kebebasan berkehendak) setiap orang diberi kebebasan untuk mengerjakan sesuai dengan keinginanya sampai pada tingkatan tertentu, tetapi kebebasan itu harus disertai dengan tanggung jawab kepada sesama, karena Allah SWT tidak mengubah nasib

21

seseorang sampai dia merubahnya sendiri. Keempat, tanggung jawab (responbility), ini terkait dengan pertanggung jawaban seseorang terhadap segala tindakan yang dilakukan baik terkait dengan yang berhubungan dengan manusia maupun dengan Allah SWT (Adab dan Rokhman, 2015: 50).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika kerja Islam merupakan kinerja yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis, selain itu, etika kerja Islam merupakan kegiatan dalam dunia namun bisa dikatakan ibadah jika niat kerja untuk ibadah kepada Allah.

b. Karakteristik Etika Kerja Islam

Menurut Hafidhudin dalam Prasetyo (2017: 15) karakteristik etika kerja Islam meliputi :

1) Al Shalah atau baik, bermanfaat dan compatible yaitu ada dua

syarat mutlak suatu pekerjaan dapat digolongkan sebagai maslahah yaitu lahir dari keikhlasan niat pelaku dan pekerjaan itu memiliki nilai-nilai kebaikan. Dengan indikator melakukan pekerjaan yang baik dan bermanfaat.

2) Al Itqan atau kemantapan dan sempurna yaitu Kualitas kerja

yang itqan adalah hasil pekerjaan yang dapat mencapai standar ideal pekerjaan secara teknis. Untuk itu diperlukan dukungan pengetahuan dan skill yang optimal. Islam

22

menganjurkan ilmunya dan tetap berlatih. Dengan indikator keyakinan bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah.

3) Al Ihsan atau kejujuran yang terbaik dan lebih baik . ihsan

mempunyai makna lebih baik dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus-menerus seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumber daya lainya. Suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini menurun dari hari kemarin. Dengan indikator menghindari dosa.

4) Al Mujahadah atau kerja keras yang optimal. Dalam Al

Qur’an meletakan kualitas mujahadah dalam bekerja pada konteks manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri dan agar nilai guna dari hasil kerjanya semakin bertambah dalam pemanfaatan secara optimal guna mendapatkan Ridha Allah SWT dengan indikator bekerja keras dan ketekunan.

5) Tanafus dan Ta’awun atau berkompetisi dan

tolong-menolong. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk tolong-menolong atau berkompetisi di manapun keberadaanya untuk menjadi hamba yang gemar berbuat kebajikan, sebab yang paling mulia dalam pandangan Allah SWT adalah insan yang paling taqwa (QS. Al-Baqarah: 148).

23

Dengan indikator kemandirian, semangat kerja dan tolong-menolong dalam kebaikan.

6) Mencermati nilai nikmat. Mencermati nilai nikmat yaitu dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam bekerja. Seperti dalam hadist yang artinya “ Siapkan lima sebelum (datangnya) lima. Masa hidupmu sebelum datang masa matimu, masa sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu, dan masa kayamu sebelum masa miskinmu” (HR Bahaqi dari Ibnu Abbas). Dengan indikator tidak membuang-buang waktu dalam bekerja. c. Penerapan Etika Kerja Islam

Penerapan etos kerja Islam yaitu dengan cara mengekpresikan sikap atau sesuatu selalu berdasarkan semangat untuk menuju kepada perbaikan, dengan berupaya bersungguh-sungguh menerapkan etika tersebut, yang berupaya untuk menghindari hal yang negatif (Tasmara dalam Prasetyo,2017: 17). Faktor itulah yang kemudian dianggap penting sekali sebagai salah satu standar bahwa etika Islam dalam sebuah bisnis memegang peranan penting bagi sukses dan tidaknya suatu perusahaan.

24 2. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

Menurut Supriyanto (2011) yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Terhadap Kinerja Manajer studi di Bank Syariah Kota Malang bahwa hasil dari penelitian ini menunjukan kecerdasan emosional berpengaruh positif dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja , kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja,

Agustin dan Ginanjar dalam (Fitriastuti, 2013: 104) berpendapat, bahwa keberadaaan kecerdasan emosional yang baik akan membuat karyawan menampilkan kinerja lebih baik. Goleman (2000) dalam Jurnal Dinamika Manajemen Fitriastuti (2013: 104) mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya kemampuan kognitif (cognitiive

intelligence) saja yang dibutuhkan tetapi juga kemampuan

emosional (emotional intelligence).

Kecerdasan emosional dalam dunia kerja merupakan faktor yang diperlukan selain kecerdasan intelektual karena seorang karyawan yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan dapat melaksanakan kinerja dengan baik. Menurut

25

Supriyanto (2011: 8) kecerdasan emosional penting dan harus dipelihara terus – menerus dan dipertahankan merupakan syarat kunci kesuksesan dan keahlian seseorang.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Goleman dalam Mauliana (2015: 50) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang, yaitu:

a) Lingkungan Keluarga

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosional dapat diajarkan pada saat bayi melalui ekspesi. Peristiwa emosional yang terjadi pada kanak-kanak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa. Kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga bagi setiap individu kelak dikemudian hari.

b) Lingkungan Non Keluarga.

Hal ini terkait adalah lingkungan masyarakat dan etika kerja Islam. Kecerdasan emosional ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental. Pembelajaran ini biasanya ditunjukan dalam suatu aktivitas seseorang diluar dirinya dengan emosi yang menyertai keadaan orang lain.

26

c. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

Aspek-aspek kecerdasan emosional seseorang menurut Tridhonanto (2009: 5) adalah sebagai berikut :

1) Kecakapan pribadi, yaitu kemampuan mengelola diri sendiri 2) Kecakapan sosial, yaitu kemampuan menangani suatu

hubungan.

3) Keterampilan sosial, yaitu kemampuan menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain.

Dokumen terkait