• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.0. Etika

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari fakultas kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan RSU Kota Tangerang Selatan. Data yang didapat dari rekam medik RSU Kota Tangerang Selatan dijaga kerahasiaannya.

Pada penelitian ini akan menerapkan 3 prinsip, yaitu:

a. Respect for persons (menghormati harkat dan martabat manusia) Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh RSU Kota Tangerang Selatan akan dijaga oleh peneliti.

b. Beneficience and maleficience (memenuhi persyaratan ilmiah bermanfaat dan tidak merugikan)

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dan meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian ini.

c. Justice (keadilan)

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.2. Angka Kejadian Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016-2017

Pada periode 1 Januari 2016 hingga 31 Desember 2017 ditemukan 365 kasus dengan diagnosis appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan.

Dari jumlah kasus yang ditemukan tersebut, seluruhnya memiliki data status perawatan, usia, jenis kelamin, jenis appendicitis, dan tindakan medis.

4.1.3. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Status Perawatan di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan status perawatan pasien yaitu pasien yang menjalani rawat jalan dan rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat pada grafik 4.1.3.

Grafik 4.1.3 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Status Perawatan Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

133;

70%

57;

30%

Rawat Jalan Rawat Inap

33

Berdasarkan grafik 4.1.3 angka kejadian appendicitis tahun 2016 di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan berjumlah 133 kasus (70%) sedangkan rawat inap 57 kasus (30%).

4.1.4. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Status Perawatan di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan status perawatan pasien, yaitu pasien yang menjalani rawat jalan dan rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 dapat dilihat pada grafik 4.1.4.

Grafik 4.1.4 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Status Perawatan Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.4 angka kejadian appendicitis tahun 2017 di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan berjumlah 116 kasus (66%) sedangkan rawat inap 59 kasus (34%)

116;

66%

59;

34%

Rawat Jalan Rawat Inap

4.1.5. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Usia di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan usia pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat pada grafik 4.1.5.

Grafik 4.1.5 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Usia di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.5 angka kejadian appendicitis berdasarkan usia tahun 2016 di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan dengan angka tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun berjumlah 31 kasus (60,78%) dan yang terendah pada rentang usia 56-65 tahun berjumlah 11 kasus (91,6%) sedangkan pada rentang usia 0-5, 6-11 dan >65 tahun adalah 0 kasus (0%). Pada rawat inap angka kejadian tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun berjumlah 20 kasus (39,22%) dan terendah pada rentang usia 56-65 tahun yaitu 1 kasus (8,3%) sedangkan pada rentang usia 0-5 dan >56-65

0-5 6-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65

Jumlah Pasien

Usia Pasien Rawat Jalan Rawat Inap

4.1.6. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Usia di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan usia pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat pada grafik 4.1.6.

Grafik 4.1.6 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Usia di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.6 angka appendicitis tahun 2017 berdasarkan usia di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan dengan angka kejadian tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun berjumlah 33 kasus (70,21%) dan terendah pada rentang usia 56-65 dan >65 tahun yaitu 3 kasus (75%) sedangkan pada rentang usia 0-5 tahun berjumlah 0 kasus (0%) sama halnya dengan rawat inap, angka kejadian appendicitis tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun yaitu 14 kasus (29,79%) dan terendah pada rentang usia56-66 dan >65 tahun yaitu 1 kasus (25%) sedangkan rentang usia 0-5 tahun yaitu 0 kasus (0%).

0-5 6-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65

Jumlah Pasien

Usia Pasien Rawat Jalan Rawat Inap

4.1.7. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan jenis kelamin pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat pada grafik 4.1.7.

Grafik 4.1.7 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.7 angka kejadian appendicitis tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan pada perempuan berjumlah 86 kasus (70,5%) dan pada laki-laki berjumlah 47 kasus (69,12%) sedangkan pada rawat inap, perempuan berjumlah 36 kasus (29,5%) dan laki-laki berjumlah 21 kasus (30,88%)

47

4.1.8. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan jenis kelamin pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 dapat dilihat pada grafik 4.1.8.

Grafik 4.1.8 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.8 angka kejadian appendicitis tahun 2017 berdasarkan jenis kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan pada perempuan berjumlah 79 kasus (76%) dan laki-laki 37 kasus (52,11%) sedangkan pada rawat inap pada laki-laki berjumlah 34 kasus (47,89%) dan pada perempuan 25 kasus (24%)

37

4.1.9. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Appendicitis Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan jenis appendicitis pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 dapat dilihat pada grafik 4.1.9.

Grafik 4.1.9 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9 angka kejadian appendicitis tahun 2016 berdasarkan status diagnosa pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan didapatkan angka kejadian tertinggi pada kasus kronik berjumlah 125 kasus (72,7%) dan kasus akut berjumlah 8 kasus (44,44%) sama halnya dengan rawat inap, angka tertinggi pada kasus kronik

4.1.9.1 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Appendicitis Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan jenis appendicitis pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 dapat dilihat pada grafik 4.1.9.1.

Grafik 4.1.9.1 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9.1 angka kejadian appendicitis tahun 2017 berdasarkan status diagnosa pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan didapatkan bahwa angka appendicitis tertinggi pada kasus kronik yaitu 111 kasus (67,3%) dan terendah yaitu kasus akut berjumlah 5 kasus (50%) sama halnya dengan rawat inap angka tertinggi terdapat pada kasus kronik berjumlah 54 kasus (32,7%) dan yang terendah adalah kasus akut berjumlah 5 kasus (50%)

5

111

5

54

0 20 40 60 80 100 120

Akut Kronik

Jumlah Pasien

Jenis Appendicitis

Rawat Jalan Rawat Inap

4.1.9.2 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat pada grafik 4.1.9.2.

Grafik 4.1.9.2 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9.2 angka kejadian appendicitis berdasarkan tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada pasien rawat jalan yang memilih tindakan medik tidak dilakukan operasi berjumlah 86 kasus (64,7%) dan terendah pada pasien yang melakukan laparotomi yaitu berjumlah 7 kasus (5,3%) sama halnya pada pasien rawat inap, tindakan medik yang memilih tidak operasi berjumlah 41 kasus (71,9%) dan terendah pada tindakan laparotomi yang berjumlah 1 kasus (1,75%)

7

4.1.9.3. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 dapat dilihat pada grafik 4.1.9.3.

Grafik 4.1.9.3 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9.3 angka kejadian appendicitis berdasarkan tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada pasien rawat jalan yang memilih tidak dilakukan operasi berjumlah 58 kasus (50%) dan yang terendah pada laparotomi yang berjumlah 8 kasus (6,89%). Sama halnya pada pasien rawat inap kasus tertinggi pada pasien yang tidak operasi berjumlah 29 kasus (49,15%) dan terendah pada kasus apendektomi yang berjumlah 10 kasus (16,94%)

8

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Pasien a. Usia

Berdasarkan analisis deskritif pada grafik 4.1.5 dan 4.1.6 pada status perawatan pasien yang melakukan rawat jalan atau rawat inap pada tahun 2016 dan 2017 menempati rentang usia yang sama yakni tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun yang mana pada tahun 2016 status perawatan pada pasien rawat jalan berjumlah 31 kasus (60,78%) dan rawat jalan berjumlah 20 kasus (39,22%) sedangkan pada tahun 2017 pada rawat jalan berjumlah 33 kasus (70,21%) dan rawat inap 14 kasus (29,79%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartwig Korner et al di Rogaland Central Hospital, Norway dengan angka kejadian tertinggi pada rentang usia 13-40 tahun dengan rata-rata usia 22 tahun.34 Pada penelitian yang dilakukan oleh Rendy Hidayatullah di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat didapatkan angka appendicitis tertinggi pada rentang usia 15-30 tahun (55,17%).8 Penelitian ini pun menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Iftina tahun 2015 di RSU Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan angka tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun.11 dan penelitian ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa angka kejadian appendicitis tertinggi pada usia 20-30 tahun.12 Namun hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Joo Sung sun et al yaitu angka kejadian appendicitis tertinggi pada rentang usia 31-50 tahun.35

Penyebab paling sering appendicitis adalah terjadinya sumbatan pada lumen apendiks, pada usia remaja dan dewasa memungkinkan terjadinya penyumbatan apendiks yang lebih besar, karena kebiasaan makanan yang kurang terjaga dan kurang serat akan mempengaruhi terhadap mudahnya invasi bakteri dan pada saat remaja dan dewasa perkembangan apendiks sudah maksimal sehingga aktivitas hormon dan kelenjar yang ada di apendiks

meningkat sehingga menyebabkan meningkatnya resiko terjadi sumbatan pada apendiks.36

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan analisis deskriptif pada grafik 4.1.7 dan 4.1.8 terdapat perbedaan antara tahun 2016 dan 2017 yang mana tahun 2016, perempuan lebih banyak yang terkena penyakit appendicitis dibandingkan laki-laki, Sedangkan pada tahun 2017 pada rawat jalan didominasi oleh perempuan sebesar 10:100.000 kasus dengan jumlah totalnya adalah 86 kasus, sedangkan pada rawat inap didominasi oleh laki-laki sebesar 4:100.000 kasus dengan jumlah total kasus adalah 36 kasus.. Hasil analisis pada angka kejadian appendicitis tahun 2016 sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh sebelumnya tahun 2015 di RSU Kota Tangerang Selatan dengan perempuan berjumlah 64 kasus (57,7%) dan laki-laki berjumlah 47 kasus (42,3%). Sedangkan hasil analisis angka kejadian appendicitis tahun 2017 pada rawat inap sesuai dengan penelitian Hartwig Korner et al yang menyebutkan bahwa laki-laki (794 kasus) lebih banyak terkena appendicitis dibandingkan perempuan (692 kasus),34 Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gloria A Thomas et al pada RSUD Prof Dr. R.D. Kandou Manado bahwa angka kejadian appendicitis pada laki-laki berjumlah 363 kasus sedangkan pada laki-laki 287 kasus.23 Dan menurut buku ajar ilmu bedah angka kejadian apenditis tertinggi pada laki-laki 1,4 kali lebih banyak dibandingkan pada perempuan.12 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hwang & Khumbaar proporsi jaringan limfoid pada laki-laki lebih banyak dibandingkan pada perempuan.37

4.2.2. Jenis Appendicitis

Berdasarkan analisis deskriptif pada grafik 4.1.9 dan 4.1.91 didapatkan bahwa angka kejadian appendicitis lebih tinggi pada appendicitis kronik dibandingkan dengan appendicitis akut. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gloria A Thomas et al bahwa angka kejadian appendicitis lebih tinggi pada appendicitis akut berjumlah 412 kasus (63%) sedangkan appendicitis kronik berjumlah 38 kasus (6%).23 Tidak sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Syifa di RSUD DR Adjidarmo Lebak tahun 2016 dengan kasus terbanyak adalah appendicitis akut sebanyak 140 kasus (47,8%).38

4.2.3. Tindakan Medik

Berdasarkan analisis pada grafik 4.1.9.2 dan 4.1.9.3 pada tahun 2016 dan 2017 angka kejadian appendicitis berdasarkan tindakan medik hasil yang tertinggi adalah tidak dilakukan operasi. Berbeda halnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Ceresoli Marco et al yang menyatakan bahwa tindakan medik berupa apendektomi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dilakukan operasi.4 Berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Syifa di RSUD DR Adjidarmo Lebak tahun 2016 yang mana tindakan medik terbanyak adalah apendektomi yaitu 128 pasien (65%).38 4.3. Keterbatasan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional sehingga pengambilan data hanya terbatas pada data cuplikan karakteristik pasien yang tertera pada rekam medik di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016-2017, karena pencatatan rekam medik yang masih sangat terbatas, sehingga masih ada data yang diperlukan untuk mendukung analisis dalam penelitian ini, tapi tidak tercantum dalam rekam medik tersebut.8

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian Angka Kejadian Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016-2017, disimpulkan :

1. Angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016-2017 sebesar 23:100.000 kasus dengan jumlah totalnya adalah 365 kasus

2. Angka Kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016-2017 berdasarkan :

a. Status perawatan pasien didominasi oleh pasien rawat jalan.

b. Status perawatan pasien terhadap jenis kelamin terdapat perbedaan, tahun 2016 perempuan lebih tinggi jumlahnya dibandingkan pasien laki-laki. Sedangkan pada tahun 2017 pada rawat jalan didominasi oleh perempuan sebesar 10:100.000 kasus dengan jumlah totalnya adalah 86 kasus, sedangkan pada rawat inap didominasi oleh laki-laki sebesar 4:100.000 kasus dengan jumlah total kasus adalah 36 kasus.

c. Status perawatan pasien terhadap usia, rentang usia tertinggi adalah 17-25 tahun.

d. Status perawatan pasien tehadap jenis appendicitis tercatat bahwa appendicitis kronik lebih tinggi jumlahnya dibandingkan appendicitis akut.

e. Status perawatan pasien terhadap tindakan medik didominasi oleh tidak dilakukannya operasi.

46

5.2. Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode dan variabel yang berbeda.

2. Kepada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menambah kepustakaan mengenai appendicitis

3. Kepada RSU Kota Tangerang Selatan untuk melakukan pelengakapan data rekam medik yang lebih baik sehingga dapat dijadikan acuan data kejadian appendicitis di Tangerang Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland WA N. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. 142 p.

2. Moore KL, Dalley AF. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi 5 Ji. Astikawati R, editor. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2013. 271-276 p.

3. Kong VY, Bulajic B, Allorto NL, Handley J, Clarke DL. Acute appendicitis in a developing country. World J Surg. 2012;36(9):2068–73.

4. Ceresoli M, Zucchi A, Allievi N, Harbi A, Pisano M, Montori G, et al. Acute appendicitis: Epidemiology, treatment and outcomes- analysis of 16544 consecutive cases. World J Gastrointest Surg [Internet]. 2016;8(10):693.

Available from: http://www.wjgnet.com/1948-9366/full/v8/i10/693.htm 5. Flum DR. Acute Appendicitis — Appendectomy or the “Antibiotics First”

Strategy. N Engl J Med [Internet]. 2015;372(20):1937–43. Available from:

http://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMcp1215006

6. Lubis I, Wijaya H, Lubis M, Lubis C, Divis P, Beshir K. Intestinal Parasitic Infestation in Indonesia. Jakarta: EGC; 2008.

7. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI; 2009. 24-31 p.

8. Hidayatullah R. Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr . Mintohardjo. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014.

9. Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2016. Banten: Dinas Kesehatan Provinsi Banten; 2016.

10. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. Statistik Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Kota Tangerang Selatan: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan; 2016.

48

11. Amalia I. Gambaran Sosio-Demografi dan Gejala Apendisitis Akut di RSUD Kota Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015.

12. Pieter J. Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum. In: Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. p. 646–7.

13. Eroschenko VP. Atlas Histologi diFiore. 9th ed. Jakarta: EGC; 2003. 319 p.

14. Mescher AL. Junquiera’s Basic Histology: Text & Atlas. 12th ed. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. 266-275 p.

15. Repplinger MD, Levy JF, Peethumnongsin E, Gussick ME, Svenson JE, Golden SK, et al. Diagnose Appendicitis in the General Population.

2017;43(6):1346–54.

16. Antonius N. Perbandingan efek pemberian fluorokuinolon injeksi selama 3 hari dilanjutkan oral 4 hari dengan injeksi 7 hari terhadap penyembuhan luka operasi apendisitis komplikata [Internet]. Universitas Sebelas Maret; 2017.

Available from:

https://eprints.uns.ac.id/39671/1/S561302002_pendahuluan.pdf

17. Faridah VN. Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Of Apendisitis dengan tehnik Distraksi Nafas Dalam Ritmik. Surya. 2015;07(02):68–74.

18. Kumaat LT. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala. e-Journal Keperawatan (e-Kp). 2017;5(1):1–10.

19. Azka R. Gambaran Tingkat Personal Hygiene pada Pasien Apendisitis Anak.

Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2018.

20. AG G, TW R, AS N, P T. Goodman & Gillman The Pharmacological Basic of Therapeutic. 9th ed. New York: The Mc Graw-Hill Companies; 1996.

21. Petroianu A, Villar Barroso TV. Pathophysiology of Acute Appendicitis.

JSM Gastroenterol Hepatol. 2016;4(3):4–7.

22. C.P I. Karakteristik Penderita Apendisitis di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009. Universitas Sumatra Utara; 2010.

23. Thomas GA, Lahunduitan I, Tangkilisan A. Angka kejadian apendisitis di RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou Manado Periode Oktober 2012 - September 2015. J e-Clinic. 2016;4(1):231–6.

24. Rukmono. Bagian Patologi Anatomi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.

25. Rukmono. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. 226-51 p.

26. Gorter RR, Eker HH, Gorter-Stam MAW, Abis GSA, Acharya A, Ankersmit M, et al. Diagnosis and management of acute appendicitis. EAES consensus development conference 2015. Surg Endosc [Internet]. 2016;30(11):4668–

90. Available from: http://link.springer.com/10.1007/s00464-016-5245-7 27. Bongala, dkk. Evidence-Based Clinical Practice Guidelines on the Diagnosis

and Treatment of Acute Appendicitis. 2002.

28. Marijata. Nyeri Abdomen Akut. Yogyakarta: Sub Bagian Bedah Digesti Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2010.

27-38 p.

29. Tamanna M, Eram U, Al Harbi T. Clinical Value of Leukocyte Counts in Evaluation of Patients with Suspected Appendicitis in Emergency Department. Turkish J Trauma Emerg Surg. 2012;18(6):474–8.

30. Penfold D., Benedict C, Kelly J. Geographic Diparities in the Risk of Perforated Appendicitis Among Children in Ohio. Int J Health Geogr.

2008;(7):56–7.

31. Brill A, et al. The Effect of Laparoscopic Cholecystectomy, hysterectomy, and appendetomy on nosocomial infection risks. Vol. 22. 2000.

32. Grace P., Borley. At a Glance Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta: Erlangga; 2007.

56-8 p.

33. Beaglehole R, Bonita R, Kjellstrom T. Teacher Guide for Basic

Epidemiology Part I and II. Geneva: World Health Organization; 1993.

34. Körner H, Söndenaa K, Söreide JA, Andersen E, Nysted A, Lende TH, et al.

Incidence of Acute Nonperforated and Perforated Appendicitis: Age-specific and Sex-specific Analysis. World J Surg [Internet]. 1997;21(3):313–7.

Available from: http://link.springer.com/10.1007/s002689900235

35. Sun JS, Noh HW, Min YG, Lee JH, Kim JK, Park KJ, et al. Receiver operating characteristic analysis of the diagnostic performance of a computed tomographic examination and the alvarado score for diagnosing acute appendicitis: Emphasis on age and sex of the patients. J Comput Assist Tomogr. 2008;32(3):386–91.

36. The Society for Surgery of the Alimentary Tract. SSAT Patient Care Guidelines Appendicitis (Online) [Internet]. 2007 [cited 2018 Oct 4].

Available from: http://www.guidelineappendicitisen.ctg.htm

37. P C, Dani. Karakteristik Penderita Apendisitis Akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 1 Januari 2013 - 30 Juni 2013. Bandung; 2013.

38. Sukmahayati S. Angka Kejadian Apendisitis di RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak pada Tahun 2016. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2016.

LAMPIRAN

52

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyuning Hapsari

Tempat, tanggal lahir : Karawang, 28 Agustus 1997

Alamat : Jalan Syeh Quro Dusun Buahaseum I RT 004/002 Desa Karyamukti Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang No HP : 082312805633

Email : wahyuning.hapsari@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan

2001 – 2002 : TK Islam Annur Karawang 2002 – 2008 : SDN Lemahabang 1 Karawang

2008 – 2011 :SMP Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya

2012 – 2015 :SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya

2015 – Sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

Dokumen terkait