• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Dampak Alternatif Kebijakan Impor Gula Tahun

VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

6.2 Evaluasi Dampak Alternatif Kebijakan Impor Gula Tahun

Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh, dilakukan simulasi kebijakan pada persamaan harga gula domestik dan industri gula Indonesia. Simulasi kebijakan yang dilakukan antara lain kenaikan impor gula sebesar 86 persen, penurunan impor gula sebesar 98 persen, dan impor gula sebesar nol persen atau tidak mengimpor gula. Simulasi kebijakan yang dilakukan dapat menimbulkan

dampak positif maupun dampak negatif terhadap masing-masing peubah endogen dan dapat juga tidak mempunyai dampak terhadap peubah endogen lainnya.

6.2.1 Kebijakan Menaikkan Impor Gula Sebesar 86 Persen

Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri, pemerintah melakukan impor gula untuk meningkatkan ketersediaan atau stok gula dalam negeri. Hasil simulasi kebijakan menaikkan impor gula sebesar 86 persen dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Dampak Alternatif Kebijakan Menaikkan Impor Gula Sebesar 86 Persen Terhadap Harga Gula Domestik dan Industri Gula Indonesia Tahun 1976-2004

No Peubah Endogen Nilai Dasar Nilai Simulasi Perubahan Persen

1 Luas Areal Perkebunan Tebu 309668 309798 130 0,04

2 Produktivitas Tebu 73,5760 73,5750 -0,001 -0,0014

3 Harga Provenue Gula 950929 951171 242 0,025

4 Stok Gula Indonesia 923826 924477 651 0,07

5 Konsumsi Gula 2438311 2438059 -252 -0,01

6 Impor Gula 682377 682601 224 0,03

7 Harga Impor Gula 6,397x1011 9,4x1011 3,003x1011 31,95

8 Harga Gula Eceran 1348901 1349227 326 0,024

Predikat sebagai negara pengekspor gula terbesar kedua setelah Kuba yang disandang Indonesia pada sekitar tahun 1930-an ternyata tidak dapat dipertahankan. Produksi gula tidak dapat mengimbangi jumlah permintaan dalam negeri yang terus meningkat. Ketidakseimbangan pasokan atau produksi dengan permintaan gula nasional tersebut menimbulkan keharusan bagi pemerintah untuk mengimpor gula. Apabila terjadi kenaikan impor gula sebesar 86 persen, maka akan meningkatkan harga impor gula sebesar 31,95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pemerintah berupa pajak maupun bea masuk gula dan hambatan perdagangan lainnya masih sangat berpengaruh untuk memproteksi impor gula tersebut. Kenaikan harga impor tersebut ternyata meningkatkan harga gula eceran dalam negeri sebesar 0,024 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh subsidi

gula sudah mulai dihapuskan. Naiknya harga gula eceran ternyata berdampak pada penurunan konsumsi gula oleh masyarakat Indonesia sebesar 0,01 persen. Daya beli masyarakat mengalami penurunan karena kenaikan harga gula tersebut sementara pendapatan per kapita cenderung menurun.

Kenaikan impor gula tersebut juga berdampak pada peningkatan stok gula dalam negeri sebesar 0,07 persen dan meningkatkan harga provenue gula sebesar 0,025 persen. Mulai tahun 2001 hingga sekarang, harga provenue gula tidak lagi ditentukan oleh pemerintah melalui BULOG tetapi ditentukan berdasarkan sistem lelang terbuka oleh empat importir, yaitu PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Kenaikan harga provenue gula tersebut ternyata mendorong peningkatan luas areal perkebunan tebu sebesar 0,04 persen. Dengan harga provenue gula yang menarik atau meningkat, petani pada areal tertentu tetap mempunyai keuntungan yang layak pada usahatani tebunya. Akan tetapi, peningkatan impor gula ternyata membawa dampak negatif terhadap perubahan produktivitas tebu yang mengalami penurunan sebesar 0,0014 persen. Hal tersebut mungkin disebabkan harga gula di tingkat internasional di bawah biaya produksi gula dalam negeri, penerapan teknologi on farm dan efisiensi pabrik gula yang rendah.

6.2.2 Kebijakan Menurunkan Impor Gula Sebesar 98 Persen

Tabel 14 menggambarkan perubahan peubah endogen yang terjadi akibat penurunan impor gula sebesar 98 persen. Kebijakan menurunkan impor gula sebesar 98 persen akan berdampak pada penurunan harga impor gula sebesar 0,06 persen. Penurunan harga impor gula tersebut akan diikuti oleh penurunan harga gula eceran sebesar 0,03 persen. Turunnya harga gula eceran akan mendorong

konsumen khususnya masyarakat Indonesia untuk meningkatkan konsumsi gulanya sebesar 0,01 persen. Hal ini tentu saja berdampak pada penurunan stok gula dalam negeri sebesar 0,08 persen ditambah impor gula yang turun. Kebijakan ini bias kepada konsumen dan bukan kepada produsen dimana harga provenue gula mengalami penurunan sebesar 0,03 persen. Apabila harga provenue gula mengalami penurunan, maka petani tebu tidak mau mengusahakan atau menanam tebu dan dapat beralih kepada usahatani tanaman padi mengingat tanaman padi merupakan kompetitor kuat tanaman tebu. Penurunan harga provenue gula menyebabkan luas areal perkebunan tebu mengalami penurunan sebesar 0,05 persen. Hal ini tentu saja memukul industri gula Indonesia secara tidak langsung karena dapat mengurangi produksi tebu. Akan tetapi, produktivitas tebu justru meningkat sebesar 0,0018 persen jika impor gula diturunkan sebesar 98 persen. Kenaikan produktivitas tebu tersebut bukan disebabkan oleh perluasan areal tanaman tebu tetapi dapat juga disebabkan oleh pengenaan tarif impor gula yang mulai diberlakukan pada tahun 1999, irigasi yang cukup efisien, penemuan varietas unggul, pemberian kredit usahatani tebu dan lain sebagainya.

Tabel 14. Dampak Alternatif Kebijakan Menurunkan Impor Gula Sebesar 98 Persen Terhadap Harga Gula Domestik dan Industri Gula Indonesia Tahun 1976-2004

No Peubah Endogen Nilai Dasar Nilai Simulasi Perubahan Persen

1 Luas Areal Perkebunan Tebu 309668 309521 -147 -0,05

2 Produktivitas Tebu 73,5760 73.5773 0,0013 0,0018

3 Harga Provenue Gula 950929 950654 -275 -0,03

4 Stok Gula Indonesia 923826 923085 -741 -0,08

5 Konsumsi Gula 2438311 2438598 287 0,01

6 Impor Gula 682377 682122 -255 -0,04

7 Harga Impor Gula 6,397x1011 6,393x1011 -0,004 -0,06

6.2.3 Kebijakan Impor Gula Sebesar Nol Persen

Simulasi ini dilakukan ketika Indonesia dalam kondisi tidak mengimpor gula sama sekali dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri secara mandiri atau berswasembada gula. Perubahan peubah endogen yang terjadi akibat Indonesia tidak mengimpor gula dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Dampak Alternatif Kebijakan Impor Gula Sebesar Nol Persen Terhadap Harga Gula Domestik dan Industri Gula Indonesia Tahun 1976-2004

No Peubah Endogen Nilai Dasar Nilai Simulasi Perubahan Persen

1 Luas Areal Perkebunan Tebu 309668 309518 -150 -0,05

2 Produktivitas Tebu 73,5760 73,5773 0,0013 0,0018

3 Harga Provenue Gula 950929 950648 -281 -0,03

4 Stok Gula Indonesia 923826 923070 -756 -0,08

5 Konsumsi Gula 2438311 2438604 293 0,01

6 Impor Gula 682377 682117 -260 -0,04

7 Harga Impor Gula 6,397x1011 6,393x1011 -0,004 -0,06

8 Harga Gula Eceran 1348901 1348523 -378 -0,03

Kebijakan mengimpor gula sebesar nol persen akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas tebu sebesar 0,0018 persen, yang selanjutnya akan meningkatkan produksi gula Indonesia. Selain itu, kebijakan tersebut juga berdampak pada penurunan harga impor gula sebesar 0,06 persen. Hal ini tentu saja berhubungan positif dengan harga gula eceran sehingga harga gula eceran mengalami penurunan sebesar 0,03 persen. Menurunnya harga gula eceran mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsinya baik di tingkat rumah tangga maupun di tingkat industri yang berorientasi gula sebagai bahan bakunya. Konsumsi gula meningkat sebesar 0,01 persen.

Dampak lainnya adalah stok gula dalam negeri mengalami penurunan sebesar 0,08 persen karena stok gula dalam negeri sebagian besar dipengaruhi oleh produksi gula dalam negeri sementara untuk impor gula mengalami penurunan. Harga provenue gula mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai

pendorong peningkatan produksi gula. Hubungan antara harga provenue gula dan harga dasar gabah merupakan variabel penentu yang penting dalam mengendalikan luas areal perkebunan tebu, khususnya di lahan sawah. Petani tebu dapat meningkatkan penerimaannya jika mereka memperoleh harga provenue gula yang menarik. Kebijakan impor gula sebesar nol persen ternyata membawa negatif terhadap harga provenue gula karena mengalami penurunan sebesar 0,03 persen. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap perubahan luas areal perkebunan dimana luas areal perkebunan tebu mengalami penurunan sebesar 0,05 persen. Sementara itu, produktivitas tebu mengalami peningkata n sebesar 0,018 persen. Kenaikan produktivitas tebu tersebut bukan disebabkan oleh perluasan areal tanaman tebu tetapi dapat juga disebabkan oleh irigasi yang cukup efisien, penemuan varietas unggul, pemberian kredit usahatani tebu, peningkatan upah tenaga kerja, penemuan teknologi modern, dan lain sebagainya.

6.3. Dampak Kebijakan Impor Gula Yang Diterapkan Oleh Pemerintah

Dokumen terkait