• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dan Pertanggung jawaban

BAB II LANDASAN TEORI

3. Evaluasi dan Pertanggung jawaban

disebut juga budgeting yang merupakan suatu kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa efek samping yang merugikan”.10 Pelaksanaan anggaran (keuangan) atau implementation involes accounting adalah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian bila diperlukan11. Hal terpenting adalah evaluasi sebagai proses penilaian pencapaian tujuan. Evaluasi sangatlah penting mengingat penggunaan sumber daya khususnya yang berbentuk uang yang tidak tepat dapat mengganggu proses kegiatan dan dapat merusak citra suatu organisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas fungsi manajemen keuangan dilembaga pendidikan formal biasanya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan keuangan 2. Pelaksanaan anggaran

3. Evaluasi dan pertanggung jawaban12. 1. Perencanaan Keuangan

Perencanaan/planning dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan13 . Dengan demikian, perencanaan itu merupakan suatu proses pemikiran, baik secara garis besar maupun secara mendetail dari suatu kegiatan/pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai kepastian yang paling baik dan ekonomis. Suatu perencanaan yang baik dan diharapkan mencapai hasil harus mengisi berbagai kegiatan, mulai dari prosecing, objectives, policies, programes, schedules, procedures, dan bugget.

10

Dr. E. Mulyasa, M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. ke-7, h. 48

11

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Propesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. ke-4, h. 198.

12

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 198

13

Drs. Maringan Masry Simbolon, M.M., Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), cet. I, h.38

Perencanaan dalam manajemen keuangan adalah merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam perencanaan manajemen keuangan meliputi mulai dari penerimaan sampai pelaporan yang tersusun secara tertib. Untuk itu dirancang anggaran dengan jalan menganalisa kebutuhan sesuai dengan data yang akurat.

Perencanaan keuangan bersangkut paut dengan penyusunan proyeksi penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada berbagai strategi produksi dan pemasaran, dan kemudian memutuskan cara memenuhi kebutuhan keuangan yang diramalkan. Dalam proses perencanaan keuangan, manajer seyogyanya juga mengevaluasi rencana dan mengidentifikasi perubahan-perubahan operasi yang mungkin dapat meningkatkan hasil yang dicapai.14

2. Pelaksanaan anggaran

Involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika diperlukan15. Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator, dan bendaharawan. Otoristor adalah pejabat yang iberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.

14

J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Jakarta : Erlangga, )edisi ke 9 jilid 1, h. 372

15

Dr. E. Mulyasa, M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. ke-7, h. 49

16

Berikut penjelasan mengenai pelaksanaan manajemen keuangan : a. Penerimaan.

Setiap lembaga pendidikan pada umumnya melaksanakan tugasnya menerima dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari sumber-sumber dana perlu dibukukan sedangkan prosedur pengelolaannya selaras dengan ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan yang berlaku. Secara konsep banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan penerimaan euangan, namun secara peraturan termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah ada beberapa karakteristik yang identik.

Berdasarkan buku pedoman rencana, program dan penganggaran, sumber dana pendidikan yang dapat dikembangkan dalam anggaran belanja sekolah antara lain meliputi anggaran rutin (DIK); anggaran pembangunan (DIP); dana penunjang pendidikan (DPP); dana masyarakat; donator; dan lain-lain yang dianggap sah dalam semua pihak. Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber dari pemerintah, orang tua dan masyarakat (pasal 33 No. 2 Tahun 1989). Di samping itu, dapat pula digali sumber-sumber yang mungkin dari pihak masyarakat dalam bentuk kerja sama saling menguntungkan.

Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah di lingkungan departemen pendidikan nasional, tampaknya menganut pola paduan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya terdapat beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan atau pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat mikro kelembagaan. Dengan demikian, pola manajemen keuangan sekolah terbatas pada pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu kebijakan keuangan sekolah adalah adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai tatanan yang lazim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian, sesuai dengan semangat

otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen berbasis sekolah, maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar dalam kaitannya dengan manajemen keuangan untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan sekolah.

Pada umumnya di setiap telah ditetapkan bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya. Untuk uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), ditunjuk bendahara oleh pihak berwewenang dan sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dank e luar setelah mendapat perintah dari atasan langsung.

Sedang uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite sekolah ditunjuk dari anggota sesuai dengan persetujuan musyawarah. Berkaitan dengan aliran keuangan yang berasal dari masyarakat, sekolah dalam al ini pengguna harus mendapat persetujuan komite sekolah.

b. Pengeluaran.

Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efesien. Artinya setiap dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan perencanaan pembiayaan pendidikan di sekolah.

Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan sekolah untuk pembelian beberapa sumber atau input dari proses sekolah seperti tenaga administrasi, guru, bahan-bahan, perlengkapan, dan fasilitas. Ongkos menggambarkan seluruh sumber yang digunakan dalam proses sekolah, apakah digambarkan dalam anggaran biaya sekolah atau tidak. Ongkos dari sumber sekolah nilai setiap input yang digunakan, sekalipun sekolah menyumbangkan atau tidak terlihat secara akurat.

Dalam manjemen keuangan sekolah, pengeluaran keuangan (UYHD) harus dibukukan sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh

18

peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam mempertanggungjawabkan pembukuan, meliputi format buku kas harian, buku tabelaris, dan format laporan daya serap penggunaan harus dicatat sesuai dengan waktu serta peruntukannya.

Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi pembuatan administrative. Kemampuan untuk menerjemahkan program pendidikan ke dalam ekuivelensi keuangan merupakan hal penting dalam penyusunan anggaran belanja. Kegiatan mmembuat anggaran belanja bukan pekerjaan rutin atau mekanis, melibatkan pertimbangan tentang maksud-maksud dasar dari pendidikan dan program. Berdasarkan persepektif tersebut perencanaan keuangan sekolah harus dapatmembuka jalan bagi pengembangan dan penjelasan konsep-konsep tentang tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan, dan merancang cara-cara pencapainnya.

Dalam manajemen keuangan sekolah penyusunan anggaran belanja sekolah dilaksanakan oleh kepala sekolah dibantu oleh para wakilnya yang ditetapkan oleh kebijakan sekoalh, serta komite sekolah di bawah pengawasan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Setiap penggunaan keuangan perlu melalui pengajuan keuangan secara tertulis dan sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang didanai, agar mudah pengawasannya. Aturan pengeluaran keuangan harus dicatat seuaui dengan waktu serta peruntukannya.

3. Evaluasi dan Pertanggung jawaban a. Evaluasi

Dalam manajemen keuangan evaluasi dan penting. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program sekolah dengan kriteria

tertentu untuk keperluan pembentukan keputusan. Informasi hasil evaluasi di bandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan pada program. Apabila hasilnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, berarti program tersebut efektif. Jika sebaliknya, maka program tersebut dianggap tidak efektif (gagal). Melalui evaluasi akan dapat diketahui pula apa saja hambatan yang terjadi, dan bagaimana mengatasi masalah tersebut. Demikian pula, melalui evaluasi secara komprehensif akan dapat diketahui sejauh mana kemajuan atau hasil-hasil pendidikan dapat dicapai. Dalam implementasi manajemen keuangan evaluasi berkaiatan dengan pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dicapai harus dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pertanggungjawaban

Sedangkan pertanggung jawaban diartikan oleh “Cornmark (1970) sebagai auditing, auditing merupakan pembuktian dan penentuan bahwa apa yang dimaksud sesuai dengan yang dilaksanakan, sedang apa yang dilaksanakan sesuai dengan tugas. Proses ini menyangkut pertanggung jawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan dana kepada pihak-pihak yang berhak16”.

Pertanggungjawaban penerimaan dan penggunaan keuangan sekolah dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan semesteran kepada :

a) Kepala dinas pendidikan

b) Kepala badan administrasi keuangan daerah (BAKD) c) Kantor dinas pendidikan

Pertanggungjawaban yang dikenal dengan uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), dilaporkan setiap bulan kepada pihak yang ditetapkan sesuai dengan format dan ketepatan waktu. Khusus

16

20

untuk keuangan komite sekolah, bentuk pertanggungjawaban sangat terbatas pada tingkat secara langsung kepada orang tua peserta didik. c.Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan

Untuk dapat memahami transaksi-transaksi keuangan serta pembuatan keputusan keuangan, kita perlu mempelajari prinsip-prinsip keuangan. Prinsip-prinsip keuangan terdiri atas himpunan pendapat-pendapat yang fundamental yang membentuk dasar untuk teori keuangan dan pembuatan keputusan keuangan17.

1. Prinsip “Self Interest Behavior”

Prinsip ini mengatakan “people act their own financial self interest”. Inti dari prinsip ini adalah : orang akan memilih tindakan yang memberikan keuntungan (secara keuangan) yang terbaik bagi dirinya.

2. Prinsip “Risk Aversion”

Prinsip ini mengatakan “when all else is equal, people prefer higher return and lower risk”. Inti prinsip ini adalah : orang akan memeilih alternative dengan resiko keuntungan (return) dan risiko (risk) terbesar. Misalnya, proyek A dan B memilih resiko yang sama tetapi A menjanjikan keuntungan lebih besar, maka investor akan memilih proyek A karena memiliki rasio keuntungan dan resiko yang paling besar. Prinsip ini juga menansumsikan bahwa orang dikatagorikan sebagai “risk-averse” atau enggan terhadap resiko. Lawan risk-averse adalah “risk seeking” atau “risk lover”.

3. Prinsip “Diversification”

Prinsip ini mengatakan “Diversification is beneficial”. Prinsip ini

mengajarkan bahwa tindakan diversifikasi adalah menguntungkan karena dapat meningkatkan rasio antara keuntungan dan resiko.

4. Prinsip “Two Sided Transactions”

Prinsip ini mengatakan “ each financial transaction has at least two sides”. Prinsip ini mengingatkan kita bahwa dalam mempelajari dan membuat

17

Lukas Setia Atmaja, Ph.D, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, (Yogyakarta : CV. Andi offset, 2008), Hal.6-7

keputusan keuangan kita tidak hanya melihat dari sisi kita, tetapi juga mencoba melihat dari sisi lawan transaksi kita. Jika dalam suatu transaksi kita untung Rp 100,. Dan lawan kita rugi sejumlah yang sama, kondisi ini disebut ‘zero-sum game”. Tidak semua transaksi keuangan merupakan zero-sum game, ada pula transaksi yang bernilai total positif karena kondisimya menang-menang (win-win), bukan menang-kalah (win-loss). 5. Prinsip “Incremental Benefit”

Prinsip ini mengatakan “financial decisions are based on incremental benefit”. Prinsip ini mengajarkan bahwa keputusan keuangan harus didasarkan pada selisih antara nilai dengan sutau alternatif dan nilai tanpa alternatif tersebut. Incremental dapat diterjemahkan sebagai tambahan. Incremental benefit adalah keuntungan tambahan, yang harus dibandingkan dengan incremental cost atau biaya tambahan.

6. Prinsip “Signaling”

Prinsip ini mengatakan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Misalnya, tindakan suatu perusahaan menaikan pembayaran deviden per lembar saham dapat dipandang investor sebagai perusahaan memiliki keyakinan yang tinggi pada kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang.

7. Prinsip “capital market efficiency”

Prinsip ini mengatakan capital market atau pasar modal yang efesien adalah pasar modal dimana harga aktiva financial yang diperjualbelikan mencerminkan seluruh informasi yang ada dan dapat menyesuaikan diri secara cepat terhadap informasi baru.

8. Prinsip “risk-return trade-off”

Prinsip ini mengatakan orang menyukai keuntungan tinggi dengan resiko rendah. Kondisi ini tidak akan tercapai karena semua orang menginginkannya dengan kata lain, prinsip ini mengatakan “ jika anda menginginkan keuntungan besar, bersiaplah untuk menanggung resiko besar pula “.

Dokumen terkait