• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dan Survei Pengukuran

PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

MASA PELAKSANAAN 1. Mobilisasi Kontraktor

1) Evaluasi dan Survei Pengukuran

Survei topografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi terhadap perubahan rencana bangunan penunjang dan utama.

 Pengukuran cross section dan long section dengan jarak interval 50 m dan 25 m untuk belokan/tikungan.

 Penggambaran cross section bangunan dan profil memanjang, lokasi bangunan penunjang yang diukur.

 Memasang patok BM dan CP. Metode Pelaksanaan :

1) Persiapan, meliputi

a) Koordinasi dengan direksi pekerjaan.

b) Pengumpulan data awal berupa: data sekunder, buku-buku referensi, peraturan/ketentuan/standard teknis yang berhubungan dengan pekerjaan ini.

c) Pembuatan dan penyusunan program kerja, jadwal penugasan dan persiapan/penyusunan instrumen survey.

2) Survey meliputi

Survey Lapangan untuk mengetahui kondisi eksisting, melakukan identifikasi dan inventory data untuk rencana pengembangan meliputi kegiatan pengukuran dan pemetaan untuk bangunan utama dan bangunan penunjang lainnya.

1) Kegiatan Pengukuran

A.Pemasangan Patok

Pemasangan patok meliputi patok Bench Mark (BM), Kontrol Point (CP) dan patok kayu sebagai patok bantu dengan rincian sebagai berikut:

a. Bench Mark ( BM )

Bench Mark yang terbuat dari beton menggunakan tulangan dengan ukuran 20 cm x 20 x cm x 100 cm untuk BM. BM dilengkapi dengan baud yang diberi tanda silang pada bagian atasnya sebagai titik centering, serta diberi penamaan pada bagian samping menggunakan tegel. BM ini dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang muncul di atas tanah lebih kurang 20 cm.

Kontrol Point dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 80 cm terbuat dari cor semen, dipasang dengan tujuan untuk memberikan acuan arah azimuth dari BM terpasang. Kontrol point ini dipasang dengan posisi saling terlihat dengan BM terpasang. Pemasangan Bench Mark ini diikuti dengan pemasangan Kontrol Point (CP ) sebagai arahan untuk menentukan azimuth titik tersebut. BM dan CP dipasang pada tempat yang stabil, aman dan mudah dalam pencariannya.

c. Patok Bantu

Patok bantu dipasang pada setiap tempat berdiri alat pengukuran poligon, situasi, cross section dan diantara tempat berdiri alat waterpas. Patok ini dibuat dari kayu dengan ukuran 3 cm x 5 cm x 40 cm. Patok kayu ini pada bagian atasnya dipasang paku payung sebagai penanda centeringtitik tempat berdiri alat atau titik berdiri rambu pada pengukuran waterpass. Untuk memudahkan penentuan patok, perlu juga diberikan peng-kodean atau penamaan masing-masing patok kayu tersebut dengan nama, huruf atau nomer.

B. Pengukuran Poligon Utama

Dalam pengukuran dan pemetaan suatu areal digunakan kerangka dasar pengukuran yang disebut poligon. Poligon merupakan rangkaian segi banyak yang digunakan untuk menentukan posisi horisontal dengan melakukan pengukuran sudut, asimuth dan jarak (sisi) yang dilakukan dari titik awal sampai titik akhir pada rangkaian yang dikehendaki.

Tahapan pengukuran poligon yang dilakukan adalah :

a. Poligon diukur dengan cara poligon tertutup (closed traverse).

b. Setiap BM eksisting maupun BM dan CP baru, dilalui pengukuran poligon. c. Poligon diukur menggunakan Theodolite T2 untuk poligon utama.

d. Sudut diukur minimal dalam 2 seri, yaitu bacaan Biasa dan bacaan Luar Biasa, dengan ketelitian bacaan sudut terkecil 5”.

e. Pengukuran sudut dilakukan dengan cara mengeset sudut pada Awal Pengukuran, contoh 0o, 45o, 90o dan seterusnya, untuk mempermudah Perhitungan.

f. Untuk Pengukuran Jarak pada Poligon Utama menggunakan alat digital untuk mengurangi paktor kesalahan Bacaan seperti DT 1000.

g. Jarak mendatar diukur minimal 3 (tiga) kali ke muka dan 3 (tiga) kali ke belakang.

h. Kesalahan penutup sudut harus lebih Besar dari 10 “  n, dimana n adalah jumlah setasiun berdiri alat.

i. Pengamatan Matahari dilakukan dengan cara ditadah, pada pagi hari Jam 07 s/d Jam 08 dan Sore hari pada Jam 15 s/d 16, dimana pengamatan dilakukan dipatok BM dengan memakai Acuan dipatok Cp atau dipatok Poligon yang lain.

j. Kesalahan linier untuk Poligon Utama yang dicapai harus lebih besar dari 1 : 10.000.

k. Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan sistematis, jika ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali didekatnya, serta tidak diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan tinta koreksi.

l. Pekerjaan hitungan Poligon Utama harus diselesaikan di lapangan, agar bila terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran kembali hingga benar.

m. Perataan hitungan poligon dilakukan dengan perataan metode Bouwditch.

C. Pengukuran Poligon Cabang

Pengukuran Poligon Cabang dilakukan karena terlalu luasnya areal pengukuran atau banyaknya pepohonan yang menghalangi sehingga tidak dapat terkaper situasi dari poligon utama, kalau dilakukan terlalu banyak titik-titik bantu yang menimbulkan kesalahan data-data pengukuran yang akhirnya menimbulkan kesalahan patal. Maka dilakukan pengukuran poligon cabang supaya hasil pengukuran lebih akurat, dan mempunyai satu sistem dengan poligon utama. Pengukuran poligon cabang dilakukan sebagai berikut :

a. Poligon harus diukur dengan awalan pada titik poligon utama dan diakhiri pada titik poligon utama pula.

b. Setiap BM eksisting maupun BM dan CP baru dilalui pengukuran poligon. c. Poligon harus diukur menggunakan alat Theodolite T2.

d. Sudut diukur minimal dalam 1 seri, yaitu bacaan Biasa dan bacaan Luar Biasa, dengan ketelitian bacaan sudut 20”.

e. Untuk Pengukuran Jarak pada Poligon Cabang menggunakan alat digital untuk mengurangi faktor kesalahan menggunakan peta ukur dan dicek dengan jarak optis.

f. Jarak mendatar diukur minimal 2 (dua) kali ke muka dan ke belakang.

g. Kesalahan penutup sudut harus lebih Besar dari 20 “n, dimana n adalah jumlah setasiun berdiri alat.

h. Kesalahan linier yang dicapai harus lebih Besarl dari 1 : 7.000.

i. Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan sistematis, jika ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali didekatnya, serta tidak diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan tinta koreksi.

j. Pekerjaan hitungan poligon cabang harus diselesaikan di lapangan, agar bila terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran kembali hingga benar.

k. Perataan hitungan poligon dilakukan dengan perataan metode Bouwditch.

D. Pengukuran Sipat Datar

Rute pengukuran waterpass mengikuti rute pengukuran poligon utama dengan pembagian loop seperti pengukuran poligon. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal atau waterpass ini, harus diukur dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan menggunakan alat waterpass Wild Nak-2.

b. Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar dari 50 meter.

c. Baud-baud tripod (statip) tidak boleh longgar, sambungan rambu harus lurus betul serta perpindahan skala rambu pada sambungan harus tepat, serta rambu harus menggunakan nivo rambu.

d. Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat pengukuran. e. Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai dengan maksimal

f. Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah.

g. Pengukuran sipat datar dilakukan setelah BM dipasang, serta semua BM eksisiting dan BM baru terpasang harus dilalui pengukuran waterpass.

h. Slaag per seksi diusahakan genap dan jumlah jarak muka diusahakan sama dengan jarak belakang.

i. Pada jalur terikat, pengukuran dilakukan pergi-pulang dan pada jalur terbuka pengukuran dilakukan pergi-pulang dan double stand.

j. Kesalahan beda tinggi yang dicapai harus lebih kecil dari 7 mmD, dimana D adalah jumlah panjang jalur pengukuran dalam kilometer.

k. Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan sistematis, jika ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali didekatnya, serta tidak diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan tinta koreksi.

l. Pekerjaan hitungan waterpass harus diselesaikan di lapangan, agar bila terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran kembali hingga benar.

E. Pengukuran Sipat Datar Memanjang

Tujuan dari pengukuran ini adalah mengetahui Tinggi ( Elevasi ) titik-titik potok dari permukaan tanah yang dilewati poligon utama. dan berguna untuk penggambaran garis kontur. hasil dari pengukuran ini adalah berupa data Elevasi dari titik-titik (patok) atau Ketinggian dari permukaan tanah.

Ketentuan atau kaidah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pengukuran sipat datar profil memanjang sama dengan kaidah dalam pengukuran sipat datar melintang. Alat ukur yang akan digunakan dalam pekerjaaan ini adalah alat ukur waterpass tipe WILD NAK. Detail yang diukur adalah ketinggian patok-patok kayu yang telah dipasang sebelumnya dan ketinggian permukaan tanah pada patok tersebut.

F. Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang

Pengukuran sifat datar profil melintang dilakukan untuk mengetahui bentuk irisan melintang dari alur sungai Palaran. Pengambilan titik-titik detail penampang harus

serapat mungkin dan diikatkan pada titik poligon. Jarak pengukuran profil melintang dari as embung Kurang lebih 50 meter kanan dan kiri atau sampai mencapai elevasi 10 meter dari as rencana. Jarak selang maksimum 50 meter sedangkan kalau ada belokan jarak harus disesuaikan sehingga belokan yang ada dapat tergambarkan. Tujuan pengukuran sifat datar profil adalah mengetahui profil atau tampang tubuh tanah dari suatu trace, sungai, jalan, Sistem pipa,alur bangunan dan lain-lain. Sifat datar profil dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Sifat datar profil memanjang

Sifat datar profil memanjang adalah pekerjaan sifat datar sepanjang sumbu yang ditentukan untuk memperoleh gambaran tinggi titik-titik pada sumbu tersebut. 2. Sipat datar profil melintang

Sipat datar profil melintang adalah pengukuran sipat datar yang tegak lurus pada sipat datar profil memanjang.

G. Pengukuran Detil Situasi

Pengukuran detail situasi dilakukan dari patok poligon utama, poligon cabang dan titik bantu, guna mendapatkan titik-titik koordinat, ketentuan yang harus disituasi diantaranya,rumah, jalan, alur,gorong–gorong, jembatan, tiang listrik, tiang telpon jalan setapak dan sebagainya.

Pengukuran situasi harus serapat mungkin guna mendapatkan garis kontur yang sesuai dengan geometrik areal pengukuran, untuk mendapatkan gambaran secara detail kondisi tampungan, sehingga nantinya diperoleh informasi besarnya tampungan dari peta yang dibuat, cocok dengan kondisi lapangan. Alat yang digunakan untuk pengukuran situasi umumnya yang biasa dipakai adalah Theodolit dan satu set bak ukur.untuk ketentuan yang harus disituasi sampai mencapai elevasi 10 meter dari as saluran sehingga hasilnya situasinya tidak terbuang. detail situasi dapat dihitung dengan Metode Sudut Kutub.

dimana :

A,B,C = titik detil

1,2,3 = sudut ikatan detil A,B dan C terhadap sisi P2- P1

Sedangkan untuk beda tinggi titik detil didapat dengan menggunakan persamaan Metode Tachymetri seperti gambar berikut :

Gambar 3.8Pengukuran dengan Metode Tachymetri

Dimana :

D = jarak horisontal dari tempat berdiri alat ke titik detil Tg.h = tangent helling

Ti = tinggi alat Bt = benang tengah

h = beda tinggi antara tempat berdiri alat ke titik detil

H. Pengukuran Cross Section

Pengukuran cross section, dilakukan dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Cross section diukur dengan interval 25 m sepanjang pantai.

b. Penampang melintang diukur dengan mengambil detil yang mewakili dan sesuai dengan skala yang digunakan.

c. Lebar pengukuran cross section adalah sampai pada elevasi walkway .

d. Pada setiap titik cross section dipasang patok kayu ukuran 3 cm x 5 cm x 40 cm dan di atasnya diberi paku sebagai titik acuan pengukuran.

Hi D Bt Dtg.h h Slope Distance (Ds) Horizontal Distance (Dh) h A B

e. Setiap center line titik cross section dipakai juga sebagai pengukuran long section. f. Pengukuran cross section dilakukan dengan menggunakan alat Theodolite T1. 2) Evaluasi Hasil Analisa

Dalam tahapan ini konsultan akan melaksanakan analisa kembali (review) terhadap jaringan yang ada berdasarkan hasil evaluasi terhadap perubahan yang ada. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi:

A. Evaluasi analisa dan perhitungan terhadap kebutuhan air irigasi, bangunan utama dan penunjang serta struktur.

B. Evaluasi Analisa Hidrolika

Evaluasi analisa dan perhitungan hidrolika dilakukan untuk mendapatkan kapasitas saluran dan kebutuhan dimensi saluran yang telah direncanakan.

Dokumen terkait