BAB II KAJIAN PUSTAKA
D. Media Baba sebagai Media Pembelajaran Membaca Permulaan
3. Evaluasi Hasil Belajar Siswa Tunagrahita Ringan dalam
Pembelajaran Membaca Permulaan
Kegiatan evaluasi hasil belajar yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan kelas dasar II melalui penggunaan media Baba. Informasi keberhasilan diperoleh dengan ditandainya peningkatan
57
kemampuan membaca permulaan yang dimiliki oleh siswa tunagrahita ringan. Peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita didasarkan pada kompetensi dasar dengan bahan pembelajaran berbahasa sebagai berikut: siswa mampu mengenal atau membedakan huruf, dan membaca kata. Lafal yang baik dan benar diperkenalkan sejak dini, termasuk cara pengucapan yang jelas dan intonasi yang wajar sesuai dengan situasi kebahasaan.
Dari tujuan pembelajaran tersebut dapat dilihat bahwa tekanan tujuan terletak pada aspek teknis membaca. maka butir-butir evaluasi pembelajaran membaca permulaan bagi siswa tunagrahita ringan dalam penelitian ini berpedoman pada evaluasi pembelajaran membaca yang dikemukakan oleh Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 140) bagi siswa di kelas rendah yang mencakup:
(1) Ketepatan menyuarakan tulisan (2) Kewajaran lafal
(3) Kewajaran intonasi (4) Kelancaran
(5) Kejelasan suara
Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini hanya berfokus pada butir 2, 3, dan 4 butir, untuk menjaring data ketiga butir tersebut di atas siswa tunagrahita diberi tugas membaca nyaring kata (bersuara). Untuk pelaksanaan evaluasi tersebut, peneliti menyiapkan dan menyajikan bahan bacaan yakni membaca kata. Penilain tersebut di atas yang akan dikembangkan oleh peneliti dalam membaca nyaring kata bagi siswa tunagarahita ringan di kelas dasar II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta. Kata-kata yang
58
dibaca ketika penelitian ini diadakan antara lain: nasi, toko, sapu, dan duku (lihat lampiran 9.).
F. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sekalipun demikian, relevansi penelitian-penelitian tersebut berkaitan dengan aspek pembelajaran dengan menggunakan media Baba atau aspek membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.
Pada aspek pembelajaran membaca permulaan dengan media Baba, terdapat penelitian Yani Fitiri (2006) dengan judul Efektivitas Media Kotak Abjad Baba dan Media Powerpoint Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunarungu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media kotak abjad Baba dan media Powerpoint merupakan media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak-anak tunarungu. Penekanan pembelajaran pada indera visual dan perabaan siswa membuat kedua media tersebut dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak-anak tunarungu.
Pada pokok kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita, terdapat dua penelitian yang relevan, yakni penelitian Wahyu Setia Galuh, (2011), dan penelitian Elly Windarsih (2007). Penelitian Wahyu Setia Galuh, dalam rangka menyusun skripsi berjudul Peningkatan Kemapuan Membaca Cerita Berbahasa Jawa Pada anak Tunagrahita Mampu Didik Kelas 7 Dengan Media Cerita Bergambar di SLB C Shanti Yoga Klaten. Populasi dalam penelitian
59
ini adalah anak tuagrahita mampu didik di SLB C Shanti Yoga, Klaten, tahun ajaran 2010/2011. Populasi berjumlah empat anak dan seluruh anggota diambil sebagai sampel. Hasil penelitian itu bahwa kemampuan membaca cerita bahasa Jawa siswa tunagrahita mampu didik meningkat setelah digunakan media bercerita bergambar. Peningkatan ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi siswa melalui perolehan nilai rata-rata siswa, sebelum diberikan tindaka nilai rata-rata siswa 5,32, setelah diberikan tindakan dari sikulus I meningkat menjadi 6,42, pada siklus ke II menjadi 7,35, dan pada siklus III menjadi 7,87.
Penelitian Elly Windarsih dalam rangka menyusun skripsinya berjudul
Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Majalah Aktivitas Anak Pada Anak Tunagrahita Ringan kelas DI di SLB C
Bhaktisiwi Pangukan Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas Dasar I. Populasi berjumlah tiga orang diambil sebagi sampel. Hasil penelitiannya adalah bahwa ada peningkatan kemampuan membaca permulaan pada ketiga subjek. Hal ini terbukti dengan adannya persentase yang tinggi pada saat diberikan tindakan pada siklus I: kemampuan membaca subjek Srn (30%) menjadi (80 %) masuk dalam kriteria mampu membaca dengan bantuan, sedangkan subjek Zaf (41, 5 %) menjadi (66,7% ), masuk dalam kriteria mampu membaca dengan bantuan dan pada subjek Wyh dari tidak mengalami peningkatan menjadi (16,6%), masuk dalam kriteria mampu membaca tanpa bantuan.
Melihat subjek dan variable-variabel ketiga penelitian di atas maka dikatakan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilakukan karena belum
60
ada penelitian lain yang berfokus pada pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan media Baba pada anak tunagrahita ringan. Sekalipun demikian, ketiga penelitian di atas memberikan dasar gagasan bahwa media Baba efektif untuk menjadi media pembelajaran membaca permulaan, dan bahwa kemampuan membaca permulaan anak-anak tunagrahita ringan dapat dikembangkan ketika digunakan media tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran.
G.Kerangka Berpikir
Anak tunagrahita ringan merupakan satu kelompok anak tunagrahita yang memiliki kemampuan untuk mempelajari hal-hal akademis seperti membaca huruf, suku kata dan kata. Selain karena mereka mampu mempelajarinya, kemampuan membaca juga menjadi suatu kompetensi yang sangat penting bagi anak tunagrahita agar dapat berelasi sosial bahkan bertahan hidup karena mampu mengenal sejumlah tulisan yang menjadi petunjuk umum dalam hidup bermasyarakat. Untuk itu, segala sumber daya dan kreativitas harus dikembangkan para pendidik untuk membantu anak-anak tersebut menguasai kemampuan membaca permulaan.
Membaca permulaan dalam membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata dan kelompok kata yang bermakna. Dengan kata lain, secara garis besar, indikator sebuah kemampuan membaca
61
permulaan terlihat dari kemampuan untuk melafalkan dengan intonasi yang sesuai serta diucapkan dengan lancar. Untuk itu, diperlukan media pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat belajar dengan senang, gembira sehingga dapat membebaskan dari berbagai kendala psikologis yang menghambat pembelajaran membaca, misalnya rasa takut, malas, dan bosan sehingga dapat meraih berbagai aspek kemampuan membaca permulaan tersebut. Salah satu media pembelajaran membaca permulaan yang diperkenalkan para ahli adalah media Baba.
Media Baba adalah sarana atau alat bantu belajar membaca yang diterbitkan oleh Kanisius dan diciptakan oleh Br Ewald Merx, MTB yang sudah mendapat pengesahan SK Dirjen Dikdasmen dan merupakan alat bantu untuk pelajaran membaca permulaan di Taman Kanak-Kanak, kelas satu Sekolah Dasar, dan Sekolah Luar Biasa dalam hal ini tunagrahita ringan. Konsep yang mendasari diciptakannya media belajar ini adalah anak dapat belajar sambil bermain dengan media konkrit. Karena itu, belajar membaca dengan media Baba dapat menjadi metode pembelajaran yang tepat, konkrit dan menyenangkan untuk anak tunagrahita ringan karena media Baba dibuat seperti alat pemainan konstruksi di mana siswa dapat menyusun huruf-huruf Baba layaknya balok-balok mainan. Indera penglihatan, pendengaran dan perabaan siswa dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dengan media Baba, diperlukan persiapan yang memadai dan tahapan-tahapan pelaksanaan yang terencana sebagaimana pelaksanaan pembelajaran pada umumnya. Oleh karena itu, perhatian yang mendetil pada setiap tahapan itu sangat perlu dalam rangka
62
menggambarkan sebuah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Baba. Selain tahapan, komponen-komponen utama dalam sebuah pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan seperti kemampuan guru, penggunaan metode pembelajaran, keterampilan dan kemampuan siswa, perlu diberdayakan dan digambarkan secara rinci. Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1.
Kerangka berpikir penelitian
H.Pertanyaan Penelitian
Dengan kerangka pemikiran di atas maka secara operasional, beberapa pertanyaan penelitian dapat diuraikan demikian:
Siswa Tunagrahita Ringan Pengertian
Karakteristik
Kemampuan Membaca Permulaan Pelafalan
Intonasi
Kejelasan
Pembelajaran Membaca Permulaan dengan Menggunakan Media Baba
Membaca permulaan
- Pengertian, tujuan dan metode membaca permulaan.
Penggunaan media Baba
- Persiapan & perlengkapan
- Langkah-langkah penggunaan
Komponen Pelaksanaan Pembelajaran
- Kemampuan guru - Metode yang digunakan
63
1. Bagaimanakah persiapan metode pembelajaran dengan penggunaan media Baba dalam membaca permulaan yang meliputi perencanaan metode, media, kegiatan belajar, serta evaluasi yang akan dilakukan guru?
2. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan metode pembelajaran dengan penggunaan media Baba dalam membaca permulaan di kelas II?
3. Bagaimanakah pelaksanaan metode pembelajaran dengan penggunaan media Baba dalam membaca permulaan di kelas II?
4. Bagaimanakah kemampuan guru pelaksanaan metode pembelajaran dengan penggunaan media Baba dalam membaca permulaan di kelas II?
5. Bagaimanakah keterampilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan media Baba?
6. Bagaimanakah evaluasi hasil belajar yang meliputi pelaksanaan tes, teknik tes, dan kemampuan siswa memahami keterampilan membaca permulaan?
64