MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 TABEL 1.20
EVALUASI KINERJA PKN DAN PKW
Sistem Perkotaan Lokasi Kinerja Masukan untuk Revisi RTRWP
PKN Bodebek Rumah sakit tipe A Kab. Bekasi
Tinggi
Fungsi PKN sudah dipenuhi Penekanan pada pengendalian
perkembangan kawasan perkotaan
Terminal regional
tipe A Kota Bogor, Kab. Bekasi TPA regional Bekasi/Bogor
MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029
Sistem Perkotaan Lokasi Kinerja Masukan untuk Revisi RTRWP
Penekanan pada peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur, bukan pada pembangunan infrastruktur baru
PKN Metropolitan Bandung
Angkutan massal Metropolitan Bandung
Sedang
Mengoptimalkan infrastruktur yang telah ada dengan
peningkatan kualitas pelayanan Mengimplementasiken
pembangunan terminal terpadu dan TPA regional dengan skala pelayanan setara PKN
Bandara Kota Bandung IPLT Kota Bandung Terminal terpadu Gede Bage, Kota
Bandung TPA regional Pasir durung,
Cicalengka PKN Cirebon Bandara Penggung, Kota
Cirebon
Sedang
Infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya sebagai PKN telah tersedia, tetapi pelayanannya masih pd skala lokal Revisi RTRWP Jawa Barat perlu
menekankan pada peningkatan kualitas dan memperluas skala pelayanan infrastruktur di PKN Cirebon
IPLT Palimanan, Kab. Cirebon
Pasar induk regional Kabupaten Cirebon Pelabuhan laut
nasional
Kota Cirebon Perguruan tinggi Kota Cirebon Rumah sakit tipe A Kota Cirebon Terminal tipe A Harjamukti, Kota
Cirebon TPA Palimanan, Kab.
Cirebon PKW
Palabuhanratu IPLT Cisaat, Palabuhanratu
Rendah
Infrastruktur belum memenuhi utk menjalankan fungsi sbg PKW Penekanan pada revisi RTRWP
adalah pada realisasi pembangunan infrastruktur regional di Palabuhanratu untuk memantapkan fungsi sebagai PKW Pasar induk regional Palabuhanratu
Pelabuhan
pengumpan Palabuhanratu Perguruan Tinggi Palabuhanratu Rumah sakit tipe B Palabuhanratu Terminal tipe B Palabuhanratu TPA regional Palabuhanratu PKW
Tasikmalaya
Bandara sekunder Cibereum, Tasikmalaya
Sedang
Infrastruktur skala regional yang belum tersedia adalah pasar induk & TPA regional.
Revisi RTRW ditujukan untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur yang belum terjadi, sekaligus meningkatkan kualitas & skala pelayanan setara fungsi PKW IPLT Kab. Tasikmalaya
Pasar induk regional Kab./Kota Tasikmalaya Terminal tipe B Kota Tasikmalaya TPA Kec. Mangunrejo,
Tasikmalaya PKW
Sukabumi IPLT Cianjur
Rendah
Sebelumnya adalah PKW
Sukabumi-Cianjur, dalam RTRWN diubah menjadi PKW Sukabumi Sukabumi belum memiliki
infrastruktur yang memadai untuk menjalankan fungsi sebagai PKW karena infrastruktur yang ada berlokasi di Cianjur
Revisi RTRWP diharapkan dapat menekankan pembangunan infrastruktur di Sukabumi untuk mendukung fungsi sebagai PKW Terminal agribisnis Cipanas, Cianjur
MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029
Sistem Perkotaan Lokasi Kinerja Masukan untuk Revisi RTRWP
PKW Pangandaran
Bandara Pangandaran
Rendah
Pangandaran belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk menjalankan fungsi sebagai PKW Revisi RTRWP diharapkan dapat
menekankan pembangunan infrastruktur di Pangandaran IPLT Pangandaran
Pelabuhan
pengumpan Pangandaran Rumah sakit tipe B Pangandaran Terminal tipe B Pangandaran
TPA regional Pangandaran untuk mendukung fungsi sebagai PKW
PKW Cikampek - Cikopo
IPLT Cikampek - Cikopo
Rendah Cikampek-Cikopo merupakan kawasan yang cepat berkembang, tetapi dalam fungsinya sebagai Pasar induk Cikampek - Cikopo PKW, kawasan ini belum memiliki
infrastruktur yang memadai Pelabuhan udara Cikampek - Cikopo Revisi RTRWP diharapkan dapat
menekankan pembangunan infrastruktur di kawasan Cikampek-Cikopo untuk
mendukung fungsi sebagai PKW Perguruan Tinggi Cikampek - Cikopo
Rumah sakit tipe B Cikampek - Cikopo Terminal tipe B Cikampek - Cikopo TPA regional Cikampek - Cikopo PKW
Kadipaten Bandara Kadipaten
Rendah
Kadipaten belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk menjalankan fungsi sebagai PKW Revisi RTRWP diharapkan dapat
menekankan pembangunan infrastruktur di Kadipaten untuk mendukung fungsi sebagai PKW IPLT Kadipaten
Rumah sakit tipe B Kadipaten Terminal tipe B Kadipaten TPA regional Kadipaten
Sumber: Evaluasi RTRWP Jawa Barat, 2007 dan Hasil Analisis, 2008
1.7.1.2 Infrastruktur Wilayah
Infrastruktur wilayah merupakan aspek penting dalam pembangunan wilayah baik dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maupun kehidupan sosial masyarakat wilayah tersebut. Adapun fungsi dan peranan prasarana wilayah dalam pembangunan adalah sebagai pengarah pembentukan struktur tata ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan suatu wilayah, dan pengikat wilayah (alat interaksi antar dan intra wilayah). Infrastruktur wilayah terbagi atas infrastruktur jalan dan perhubungan, infrastruktur sumberdaya air dan irigasi, infrastruktur energi, infrastruktur telekomunikasi, dan infrastruktur permukiman.
a. Infrastruktur Jalan dan Perhubungan
Salah satu indikator tingkat keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kemantapan dan kondisi jalan. Pada kurun waktu tahun 2003 - 2007, tingkat kemantapan jaringan jalan provinsi sepanjang 2.199,18 km telah meningkat dari 85,17% menjadi 87,31%. Dengan tingkat kemantapan sebesar 87,31% tersebut, 64,36% dari panjang jaringan jalan provinsi berada pada kondisi sedang. Hal ini
MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029
disebabkan karena sudah habisnya umur rencana jalan pada sebagian besar ruas jalan provinsi sehingga kondisi struktur jalan menjadi labil. Rendahnya tingkat kemantapan jalan ini juga disebabkan oleh tingginya frekuensi bencana alam serta beban lalu lintas yang sering melebihi standar muatan sumbu terberat (MST). Selain itu, kurangnya jaringan jalan tol, serta belum terintegrasinya seluruh jaringan jalan di Jawa Barat dengan baik termasuk dengan sistem jaringan jalan tol, menyebabkan rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastuktur jaringan jalan di Jawa Barat.
Kondisi infrastruktur jalan dan perhubungan lainnya, diperlihatkan dengan kurangnya ketersediaan perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas seperti rambu, marka, pengaman jalan, terminal, dan jembatan timbang, serta belum optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran moda, menyebabkan rendahnya kelancaran, ketertiban, keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas. Demikian pula halnya dengan pelayanan angkutan massal seperti kereta api dan bis, masih belum optimal mengingat infrastruktur jalan dan perhubungan yang tersedia belum mampu mengakomodir jumlah pergerakan yang terjadi khususnya pergerakan di wilayah tengah Jawa Barat.
Keberadaan bandar udara di Jawa Barat masih belum memadai untuk menampung demand yang ada. Bandara Husein Sastranegara dan beberapa bandara perintis lainnya belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menampung kebutuhan penumpang dan kargo baik domestik maupun internasional.
Keberadaan pelabuhan laut di Jawa Barat masih belum memadai untuk menampung demand yang ada. Pelabuhan Laut Cirebon sebagai pelabuhan terbesar yang dimiliki Provinsi Jawa Barat saat ini hanya difungsikan sebagai pelabuhan niaga saja akibat kondisi fisik pelabuhan dan fasilitas yang kurang memadai serta adanya keterbatasan pengembangan karena kondisi alam yang tidak mendukung. Selain itu beberapa pelabuhan laut lain yang ada di Jawa Barat hanya berfungsi sebagai pelabuhan transit dan pelabuhan ikan saja karena kapasitas pelabuhan yang tidak memadai.
b. Infrastruktur Sumberdaya Air dan Irigasi
Kondisi infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang mendukung upaya konservasi, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan sistem informasi sumber daya air dirasakan masih belum memadai. Potensi sumber daya air di Jawa Barat yang besar
MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029
belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kegiatan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik. Bencana banjir dan kekeringan juga masih terus terjadi antara lain akibat menurunnya kapasitas infrastruktur sumber daya air dan daya dukung lingkungan serta tersumbatnya muara sungai karena sedimentasi yang tinggi. Selain itu, kondisi jaringan irigasi juga belum memadai, walaupun dari tahun 2003 - 2008 jaringan irigasi dalam kondisi rusak berat dan ringan telah berkurang dari sekitar 74% menjadi 51%. Demikian pula halnya dengan intensitas tanam padi pada daerah irigasi yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Barat dirasakan masih belum optimal, walaupun dalam kurun waktu tersebut telah meningkat dari 182% menjadi 190%. Kinerja pengelolaan jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 1.23.
TABEL 1.23