• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Evaluasi Program WBMH

4.3.1 Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks diperlukan terhadap program Wajib Belajar Malam Hari untuk mengetahui latar belakang diadakannya program WBMH, tujuan program WBMH, alasan pilot project (proyek percontohan) pada program WBMH, pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan lokasi percontohan program WBMH, dan sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta kepada masyarakat.

Informan 1 sebagai penanggungjawab program WBHM di Kecamatan Menteng, menyatakan tentang latar belakang diberlakukannya program WBMH.

“Diadakan program WBMH untuk menghindari kejadian yang tidak di iginkan pada anak, seperti kasus kecelakaan kemarin terjadi pak, itu yang anaknya artis si A. Selain itu juga untuk meminimalisir kenakalan remaja yang sering terjadi, seperti tawuran, narkoba, dan lain-lain.” (Informan I, wawancara 14 Desember 2015)

Selanjutnya, tujuan dari pelaksanaan program WBMH berdasarkan peraturan gubernur nomor 22 tahun 2014, pasal 2 adalah Peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi di bidang akademik. Sebagaimana disampaikan informan I, menyatakan:

“Jika tujuan dari program WBMH ini adalah semata-mata untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik, khususnya prestasi di sekolah. Kalau tujuan lainnya untuk menghindari anak agar tidak keluyuran atau pergi main malam hari.” (Informan I, wawancara tanggal 14 Desember 2015)

Gambar 4.2

Tujuan Program WBMH

Sumber: Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Kemudian alasan dari program WBMH ini dibuat pilot project (proyek percontohan) untuk program WBMH disampaikan oleh informan I, yang menyatakan:

“Program WBMH ini memang program percontohan yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta. Alasannya karena pemerintah ingin melihat

apakah program ini berhasil atau tidak dalam meningkatkan prestasi anak di sekolah, pada daerah atau wilayah-wilayah yang menerapkan program WBMH ini. Apabila tujuan dari program ini berhasil, maka rencana dari pemerintah akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.” (Informan I, wawancara tanggal 14 Desember 2015)

Adapun pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan proyek percontohan untuk program WBMH adalah wilayah yang memiliki tingkat partisipasi tinggi seperti di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Sebagaimana disampaikan oleh informan I, menyatakan:

“Kalau untuk pemilihan wilayah yang akan dijadikan lokasi percontohan program WBMH pastinya adalah wilayah yang memiliki tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, seperti di Kecamatan Menteng ini.” Dan pemberlakuan kegiatan WBMH di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sendiri sebenarnya sudah ada selama empat tahun, tepatnya mulai ada semenjak tahun 2011, tetapi sebelum keluar Pergubnya, kegiatan Jam Malam ini belum rutin dilaksanakan, dan masih banyak warga yang belum melaksanakannya.”(Informan I, wawancara tanggal 14 Desember 2015)

Tabel 4.5

Lokasi Percontohan Program Wajib Belajar Malam Hari

No Wilayah RT RW Kelurahan Kecamatan

1 Jakarta Pusat 016 006 Pegangsaan Menteng

008 008 Pegangsaan Menteng

2 Jakarta Utara 007 005 Koja Koja

001 002 Semper Barat Cilincing

001 011 Lagoa Koja

3 Jakarta Barat 004 004 Meruya Utara Kembangan

002 003 Meruya Selatan Kembangan

001 010 Sukabumi Utara Kebon Jeruk

4 Jakarta Selatan 003 006 Jagakarsa Jagakarsa

005 005 Ragunan Pasar Minggu

5 Jakarta Timur 001 007 Jati Pulogadung

009 012 Klender Duren Sawit

6 Kep. Seribu - 005 Pulau Panggang Kep. Seribu Utara

- 004 Pulau Tidung Kep. Seribu Selatan

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Program WBMH Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (2013:9)

Pernyataan diatas mengartikan bahwa latar belakang diadakannya program WBMH adalah untuk menghindari pola kenakalan kenakalan remaja yang kian marak terjadi di wilayah DKI Jakarta, tujuan dari pelaksanaan program WBMH adalah untuk meningkatkan prestasi peserta didik khususnya dibidang akademik. Kemudian alasan dari pemberlakuan pilot project pada program WBMH adalah untuk melihat keberhasilan program WBMH yang dilaksanakan. Pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan lokasi percontohan adalah wilayah yang memiliki tingkat pastisipasi masyarakat yang tinggi terhadap suatu program yang dilaksanakan.

Sebagaimana diungkapkan Informan 2, staff seksi & sarana prasarana Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, menyatakan:

“Dilaksanakannya program Jam Malam karena, umumnya anak sekolah sekarang ini kerap melakukan hal-hal negatif pada malam hari. Oleh karena itu pak Gubernur membuat peraturan nomor 22 tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari. Selain untuk mencegah anak menjadi korban kriminalitas di malam hari, program ini juga akan membiasakan anak untuk selalu belajar khususnya di luar jam sekolah. Dan program WBMH ini adalah program swadaya” (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015)

Pelaksanaan program WBMH didasarkan pada perilaku pelajar yang kerap melakukan hal-hal negatif di malam hari, kemudian tujuan dari program WBMH sebagaimana diungkapkan oleh Informan 2, menyatakan:

“Tujuan dari pelaksanaan program ini tidak lain untuk meningkatkan potensi anak di sekolah, khususnya di bidang akademik dan mengembangkan minat anak dalam belajar.” (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015)

Hal serupa mengenai alasan pilot project terhadap program WBMH disampaikan oleh informan 2, menyatakan:

„Pelaksanaan pilot project merupakan tahapan uji coba implementasi yang dilakukan Pemerintah untuk melihat sejauhmana tingkat keberhasilan program WBMH ini, apabila tujuan dari program ini berhasil meningkatkan prestasi didik di bidang akademik, maka Pemerintah Jakarta akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.” (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015)

Kemudian hal senada mengenai pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan lokasi percontohan untuk program WBMH disampaikan oleh informan 2, yang menyatakan:

“Bahwa sebenarnya wilayah yang akan dijadikan pilot project untuk Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut, karena wilayah tersebut sudah menerapkan terlebih dulu program jam wajib malam di wilayahnya. Seperti yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sudah menjalankan program ini, dan sama halnya dengan Kecamatan Koja yang sudah terlebih dahulu menerapkan program jam wajib malam. Dan wilayah-wilayah lain di Jakarta yang dianggap tingkat partisipasi masyarakatnya baik”. (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015) Kemudian hal lain disampaikan oleh Informan 10, yang menyatakan bahwa program WBMH ini tidak akan berjalan dengan efektif, karena masih banyak terdapat kelemahan didalamnya.

“Bagus sih memang Pemda DKI Jakarta menetapkan program ini, tetapi saya rasa belum efektif kalau program ini dilaksanakan, karena saya masih melihat banyak kekurangan pada program ini, yah salah satunya pada waktu pelaksaanaan program dari jam tujuh sampai jam 9. Itu kan gak menjamin kalau anak itu langsung pulang kerumah atau tidak.” (Wawancara Informan 10, tanggal 16 Desember 2015)

Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa pemberlakuan program WBMH di Kecamatan Menteng sudah terlebih dulu ada, sebelum diturunkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Malam Hari, tetapi belum rutin dilaksanakan dan belum banyak warga yang mengetahui dan melaksanakan program WBMH. Sebagaimana menurut Informan 3 sebagai Sekretaris Kelurahan Pegangsaan, menyatakan:

“Setau saya program WBMH ini sudah ada di Kelurahan Pegangsaan ini sekitar tahun 2011, kami menjalankan program WBMH ini berdasarkan inisiatif dari warga masyarakat dan komunitas disini yang peduli kepada anak-anak, walaupun belum rutin dilaksanakan dan belum banyak anak yang mengikuti. Kalau tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah” (Informan 3, wawancara tanggal 17 Desember 2015)

Pernyataan diatas menunjukan bahwa program WBMH ini dilaksanakan berdasarkan inisiatif masyarakat dan komunitas yang ada di Kecamatan Menteng. Hal serupa disampaikan oleh Informan 4 sebagai Kepala Seksi bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan, menyatakan:

“Program WBMH sudah diterapkan di Kelurahan Pegangsaan jauh sebelum Pergub Nomor 22 turun mas, tetapi memang cuma jalan ala kadarnya, dan sekarang setelah keluar Pergubnya kita coba untuk menjalani secara serempak, dan program ini adalah program swadaya dari masyarakat. Kalau untuk tujuannya sendiri, program ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar anak dan prestasi anak disekolah. Juga menghindari anak keluar dimalam hari, agar tidak terjadi tindak kriminial yang dilakukan anak itu, ataupun menghindari anak itu sendiri yang menjadi korban tindak kriminal.” (wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015)

Kemudian pada tahap sosialisasi program WBMH yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta dengan penyebaran informasi secara berjenjang. Dimulai dari Dinas Pendidikan, Suku Dinas, Penanggungjawab program Kecamatan, hingga sampai kepada masyarakat. Sebagaimana disampaikan informan 2, Setelah diberikan bahan sosialisasi oleh Dinas Pendidikan, Penanggungjawab program Kecamatan bersama Satuan tugas pelaksana program WBMH diberikan kewenangan untuk melakukan sosialisasi lebih efektif kepada masyarakat agar program WBMH dapat berjalan dengan baik dan lancar.

“Sosialisasinya kita lakukan secara berjenjang, dengan memberikan pengarahan kepada Suku Dinas, kemudian dilanjutkan pada Satuan Tugas pelaksana program WBMH di tingkat Kecamatan.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014)

Hal serupa disampaikan oleh Informan 1, namun sayangnya Pemerintah DKI Jakarta tidak memfasilitasi media informasi berupa, spanduk ataupun stiker untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.

“Untuk sosialisasinya sendiri kita lakukan dengan mengadakan pertemuan Orangtua dari peserta didik dan satuan tugas pelaksana program, kemudian kita memberikan penjelasan mengenai program WBMH ini. Ada juga kita memasang spanduk program WBMH, dan kita menempelkan stiker di rumah-rumah peserta didik, apabila ada Orangtua peserta didik yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut tetap mengetahui tentang program ini. Tetapi spanduk dan stiker itu kita adakan dengan dana pribadi dari ibu Camat maupun masyarakat, pemerintah tidak menyediakan itu. Pemerintah hanya sebatas memberikan pengarahan mengenai mekanisme pelaksanaan program WBMH saja, itupun hanya sekali dilakukan.” (Informan I, wawancara tanggal 15 Desember 2015)

Demikian yang terjadi, bahwa pada tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta hanya memberikan pengarahan, tetapi tidak memberikan fasilitas berupa media informasi kepada masyarakat.

Gambar 4.3

Spanduk Program WBMH

Salah satu tolak ukur keberhasilan sosialisasi yang terpenting adalah jika informasi sampai ke tingkat paling bawah dari sasaran program, yaitu para Orangtua peserta didik beserta peserta didik yang mengikuti program WBMH. Meskipun Pemerintah tidak memfasilitasi media informasi, seperti spanduk ataupun stiker, namun Orangtua peserta didik maupun peserta didik mengetahui adanya program WBMH, setelah diadakan pertemuan Orangtua peserta didik yang dilakukan oleh Satuan Tugas pengurus program WBMH. Sebagaimana Informan 5 sebagai Ketua RW 06, mengatakan:

“Sosialisasinya pada waktu itu saya bersama tim Satuan Tugas pengurus program WBMH yang lain mengumpulkan para Orangtua peserta didik di pos RW, untuk diberikan pengarahan tentang program WBMH itu.” (Wawancara Informan 5, tanggal 17 Desember 2015)

Gambar 4.4

Pertemuan Orangtua Peserta Didik Membahas Program WBMH

Sumber: Dokumentasi Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta (Oktober 2013)

Hal serupa disampaikan oleh Informan 6 sebagai Ketua Pelaksana Program WBMH di Kelurahan Pegangsaan, menyatakan:

“Pernah dilakukan sosialisasi, waktu itu sehabis Isya, saya bersama teman-teman pengurus dan pelaksana program WBMH yang lain mengumpulkan Orangtua peserta didik untuk diberikan penjelasan mengenai program WBMH tersebut.” (Wawancara Informan 6, tanggal 17 Desember 2015)

Pernyataan di atas dibenarkan oleh Informan 10 sebagai Satuan Tugas pengurus program WBMH Kelurahan Pegangsaan, bahwa telah dilaksanakannya sosialisasi kepada para Orangtua peserta didik, atas instruksi dari pihak kecamatan.

“Atas instruksi dari ibu Camat, bersama pak Dadang, pak RW dan ibu RT kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Waktu itu juga ada orang dari dinas pendidikan yang datang untuk memberikan pengarahan tentang program WBMH.” (Wawancara Informan 10, tanggal 17 Desember 2015) Hal senada disampaikan oleh Informan 8, selaku Ketua PKK RW 06 Kelurahan Pegangsaan, meskipun tidak ikut menghadiri acara sosialisasi, tetapi mengetahui adanya program WBMH dari informasi warga dan spanduk yang dipasang.

“Saya gak hadir dalam acara sosialisasi, waktu itu ada urusan mendadak. Tapi saya tau kok kalau ada program WBMH itu dari tetangga sama spanduk-spanduk yang dipasang.” (Wawancara Informan 8, tanggal 17 Desember 2015)

Dari penelusuran dan wawancara peneliti di Kelurahan Pegangsaan Kecamatan Menteng, bahwa informasi tentang adanya program WBMH dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh tim Satuan Tugas Pelaksana telah sampai kepada para Orangtua peserta didik. Sebagaimana dinyatakan oleh informan 11 sebagai Orangtua peserta didik, yang menyatakan:

“Iya, saya pernah mengikuti sosialisasi program WBMH itu, disana di jelasin bahwa ada program WBMH dan dihimbau untuk kita agar mengajak anak mengikuti program WBMH itu.” (Wawancara Informan 11, tanggal 16 Desember 2015)

Kemudian hal senada disampaikan oleh Informan 12 sebagai Orangtua peserta didik, menyatakan:

“Memang dulu pernah dipanggil sama ibu RT untuk datang ke pos RW, katanya mau ngebahas soal program WBMH itu.” (Wawancara Informan 12, tanggal 16 Desember 2015).

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh pernyataan dari Informan 13, sebagai peserta didik program WBMH tingkat SMA, menyatakan:

“Pernah, waktu itu Ibu RT datang kerumah manggil bapak untuk disuruh datang ke Pos RW, katanya mau ada sosialisasi program WBMH itu.” (Wawancara Informan 13, tanggal 16 Desember 2015)

Berdasarkan dari penyataan-pernyataan di atas, bahwa latar belakang diadakannya program WBMH adalah untuk menghindari pola kenakalan kenakalan remaja yang kian marak terjadi di wilayah DKI Jakarta. Adapun tujuan dari program WBMH adalah adalah untuk meningkatkan prestasi peserta didik khususnya dibidang akademik. Kemudian alasan dari pemberlakuan pilot project pada program WBMH adalah untuk melihat keberhasilan program WBMH yang dilaksanakan. Adapun Pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan lokasi percontohan adalah wilayah yang memiliki tingkat pastisipasi masyarakat yang tinggi terhadap suatu program yang dilaksanakan.

Kemudian pada tahap tahap sosialisasi program WBMH yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta dengan penyebaran informasi secara berjenjang. Dimulai dari Dinas Pendidikan, Suku Dinas, Penanggungjawab program Kecamatan, hingga sampai kepada masyarakat. Namun kurangnya dukungan Pemerintah dalam memberikan fasilitas berupa media informasi, seperti spanduk program guna mendukung proses sosialisasi agar maksimal dan sampai kepada seluruh masyarakat.

Dokumen terkait