• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 EVALUASI KUALITAS SUSU KAMBING DAN KETERKAITANNYA DENGAN KEPUASAN KONSUMEN

Pendahuluan

Pola produktif pasar produk pertanian saat ini mengalami pergeseran. Kecenderungan konsumtif yang bersifat eksotis telah menciptakan ceruk pasar (niche market) baru di hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Sedikitnya diperlukan dua unsur penting untuk mendukung penciptaan suatu niche market yaitu: adanya permintaan konsumen untuk produk yang bersifat khusus, terjaminnya pasokan yang kontinyu untuk produk tersebut. Susu kambing sebagai salah satu produk pertanian juga mengalami hal tersebut. Pasar untuk susu kambing termasuk kategori niche market. Susu kambing tidak dijual secara umum layaknya produk pertanian lainnya. Kondisi tersebut membuat kualitas susu kambing menjadi hal penting yang harus diperhatikan peternak dalam upaya menjaga kepercayaan konsumen dan keberlanjutan usahanya. Bagaimana pengendalian mutu yang telah diterapkan oleh peternak sebagai produsen maupun pengolah susu kambing masih menjadi pertanyaan. Oleh karena itu studi yang terkait dengan topik tersebut perlu dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas susu kambing yang diproduksi oleh peternak kambing perah, mengevaluasi faktor yang mempengaruhi kualitas susu kambing, dan mengevaluasi persyaratan konsumen terhadap susu kambing. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan pengembangan peternakan kambing perah khususnya yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.

Metode Penelitian Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan daftar isian (borang). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik kambing perah yang dipelihara, karakteristik usaha peternakan, karakteristik peternak, karakteristik konsumen susu kambing, penilaian konsumen terhadap atribut susu kambing. Sampel konsumen untuk penilaian kepuasan terhadap susu kambing berjumlah 30 orang ditentukan menggunakan teknik judgment sampling (Ishak dan Bakar 2014). Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari-Mei 2014. Sebelum data hasil pengisian kuesioner dipergunakan untuk pengujian statistik, maka perlu diuji validitas terlebih dahulu untuk memperoleh data yang valid. Uji validitas kuesioner dilakukan menggunakan Korelasi Product Moment-Pearson (Simamora 2005) dengan rumus sebagai berikut :

� =

��

− ∑

√ ��

2

− ∑

2

��

2

− �

2

Keterangan:

� = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ 2 = Jumlah dari kuadrat nilai X ∑ 2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y

∑ 2 = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan ∑ 2 = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) (Maisana et al. 2014, Marimin 2004,Varsha et al. 2015,Wong 2011) dan Rumah Mutu (Quality Function Deployment, QFD) (Gaspersz 2007, Rahmawan et al. 2014). Fishbone Diagram (Gambar 4.1) merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dengan jelas faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu masalah dan menganalisis hal-hal yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.

Bagian-bagian dari Diagram Fishbone adalah: Bagian Kepala Ikan yang berisi masalah atau topik yang akan dianalisis penyebabnya, dan Bagian Tulang Ikan yang berisi faktor-faktor utama yang bisa berpengaruh terhadap masalah tersebut. Diagram Fishbone ini dapat membantu untuk menemukan akar penyebab terjadinya masalah. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan.

Quality Function Deployment (QFD) didefinisikan sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan konsumen dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing- masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak (Gasperz 2007, Suryaningrat et al. 2010, Wang 2013). QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan barang atau jasa di tiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan (Marimin 2004, Ulya 2012). Matrix House of Quality (HoQ) atau rumah mutu (Gambar 4.2) adalah bentuk yang paling dikenal sebagai representasi QFD. Matriks ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian horizontal dari matriks berisi informasi yang berhubungan dengan konsumen dan disebut dengan customer table, bagian vertikal dan matriks berisi informasi teknis sebagai respon bagi input konsumen dan disebut dengan technical table.

Langkah-langkah dalam pembentukan rumah mutu adalah: 1) mengidentifikasi keinginan pelanggan, 2) mempelajari ketentuan teknis dalam menghasilkan produk, 3) menentukan hubungan antara keinginan pelanggan dengan kegiatan teknis, 4)

Faktor Utama Faktor Utama

Faktor Utama Faktor Utama

Masalah

Gambar 4.1 Diagram Sebab-Akibat (Ishikawa 1968)

menentukan penilaian kinerja perusahaan, 5) evaluasi pelanggan untuk membandingkan kepuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan dengan produk dari perusahaan pesaing, 6) memberikan penilaian pengaruh antara kegiatan teknis yang satu dengan yang lain.

Standar mutu susu kambing yang dijadikan acuan untuk penelitian ini adalah Thai Agricultural Standard for Raw Goat Milk yang dikeluarkan oleh National Bureau of Agricultural Commodity and Food Standards Ministry of Agriculture and Cooperatives Thailand (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Standar mutu susu kambing segar

Parameter kualitas Premium Thai Agricultural Standard 6006Good Standard *

Berat Jenis (BJ) pada suhu 27 oC -

Kadar Lemak (%) >4 >3.5 to 4 3.25 to 3.5

Bahan Kering Tanpa Lemak (%) - - 8.25

Kadar Protein (%) >3.7 >3.4 to 3.7 3.1 to 3.4

Sumber :*TAS (2008)

Hasil dan Pembahasan Kualitas Susu Kambing

Tabel 4.2 memperlihatkan hasil uji kualitas susu kambing yang diproduksi di peternakan yang diteliti. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa susu kambing dari peternakan yang diteliti semuanya sudah memenuhi Thai Agricultural Standard of Raw Goat Milk, khususnya dilihat dari beberapa komponen utama dalam kualitas susu, yaitu Berat jenis, kadar lemak, bahan kering, protein dan bahan kering tanpa lemak. Bahkan bila dilihat dari kadar lemak dan kadar protein, susu kambing dari peternakan yang diteliti dapat dimasukan ke dalam kategori premium. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu (Tabel 4.3). Secara umum kandungan lemak dan protein susu yang dihasilkan kambing Peranakan Etawah lebih tinggi dibandingkan kambing Saanen.

Susu kambing mempunyai karakteristik warnanya lebih putih, globul lemak susunya lebih kecil dan beremulsi dengan susu sehingga mudah dicerna, dan mengandung mineral

(Ca, P), vitamin A, E, dan B kompleks yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi (Park 2009). Sutama dan Budiarsana (2009) menambahkan, susu kambing mempunyai karakteristik yang khas yaitu warnanya lebih putih dari susu sapi, karena susu kambing tidak mengandung karoten, yang menyebabkan warna agak kekuningan pada susu sapi. Tabel 4.2 Produksi dan kualitas susu kambing peternakan yang diteliti

Uraian Peternakan A Peternakan B Peternakan C

Produksi susu (liter hari-1) 110±30 22.2±2.5 40.5±7.5

Rataan produksi susu (liter ekor-1

hari-1) 1.2±0.3 1.01±0.25 0.92±0.2 Parameter kualitas* Berat Jenis (g ml-1) 1.0295±0.0003 1.0300±0.0002 1.0300±0.0002 Bahan Kering (%) 15.88±0.02 14.78±0.01 14.40±10.02 Lemak (%) 6.6±0.4 5.6±0.5 5.3±0.5 Protein (%) 3.70±0.06 4.09±0.03 3.70±0.04

Bahan Kering Tanpa Lemak (%) 9.28±0.04 9.18±0.03 9.11±0.04 Keterangan : *Hasil analisisLaboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB (2014) Tabel 4.3 Kualitas susu kambing dari penelitian terdahulu

Parameter kualitas Peranakan Etawah Bangsa Kambing Perah Saanen

Berat jenis 1.0258–1.02642) 1.030±0.083)

Kadar protein (%) 7.03–7.532) 3.15±0.013)

Kadar lemak (%) 6.27–7.602) 3.55±0.213)

Bahan kering (%) 14.0678–14.09781) -

Bahan kering tanpa lemak (%) 8.6517–8.65561) -

Sumber : 1) Wibowo et al. (2013); 2) Zain (2013); 3) Costa et al. (2014)

Kualitas susu ditunjukkan oleh warna, bau, rasa, uji masak, uji penyaringan (kebersihan), berat jenis, kadar lemak, bahan kering tanpa lemak dan kadar protein (Sudono dan Abdulgani 2002). Secara keseluruhan nilai gizi susu kambing lebih tinggi dibandingkan susu sapi kecuali kadar kolesterol sedangkan kandungan protein, vitamin C dan vitamin D mempunyai nilai yang sama. Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa nilai gizi susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan air susu ibu (ASI) kecuali pada kandungan lemak, zat besi (Fe) dan kolesterol.

Laktosa merupakan karbohidrat utama pada susu kambing, dibanding susu sapi konsentrasinya lebih rendah berkisar antara 0.2-0.5 persen. Karbohidrat lain di susu kambing termasuk oligosakarida, glikopeptida dan gula nukleotida. Susu kambing memiliki kandungan oligosakarida yang tinggi dan perbedaan oligosakarida yang ditemukan pada susu kambing merupakan hal yang penting. Oligosakarida susu memiliki komponen antigenik dan bernilai untuk memicu pertumbuhan flora saluran pencernaan pada bayi baru lahir (Amigo dan Fontecha 2011).

Lemak adalah salah satu komponen paling penting pada susu kambing berhubungan dengan harga, nutrisi dan karakteristik fisik dan sensori yang berpengaruh pada produk susu kambing. Komposisi asam lemak susu kambing menunjukkan perbedaan yang besar dari susu sapi. Susu kambing kaya akan asam lemak rantai pendek (short chain-fatty acids/SCFAc) (misalnya asam caproic (C6:0), asam caprylic (C8:0), dan asamcapric

(C10:0)) dan asam lemak rantai sedang (medium chain-fatty acids/MCFAs) (misalnya asam lauric (C12:0)). SCFAs mewakili hingga 15–18 persen asam lemak pada susu kambing, tetapi hanya 5–9 persen pada susu sapi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan polimerisasi asetat yang diproduksi oleh bakteri rumen kambing dan berkaitan dengan karakteristik aroma dan flavor keju susu kambing (Amigo dan Fontecha 2011).

Tabel 4.4 Perbandingan komposisi susu kambing, susu sapi dan ASI

Komponen Susu Kambing Susu Sapi ASI

Protein (%) 3.0 3.0 1.1 Lemak (%) 3.8 3.6 4 Kalori (/100ml) 70 69 68 Vitamin A (IU/gram) 39 21 32 Vitamin B (μg/100mg) 68 45 17 Riboflavin (μg/100mg) 210 159 26

Vitamin C (mg asam askorbat/100ml) 2 2 3

Vitamin D (IU/gram) 0.7 0.7 0.3 Kalsium (%) 0.19 0.18 0.04 Fe (%) 0.07 0.06 0.2 Fosfor (%) 0.27 0.23 0.06 Kolesterol (mg/100ml) 12 15 20 Sumber : ADGA (2002)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Kualitas Susu Kambing

Diagram sebab akibat (Gambar 4.3) memperlihatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas maupun kualitas susu kambing. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1. Aspek manusia:

a. Peternak sangat berperan sebagai manajer bagi peternakannya, karena itu perkembangan suatu peternakan ditentukan oleh bagaimana seorang manajer mengambil keputusan dalam usahanya tersebut. Kemampuan dan ketepatan pengambilan keputusan oleh peternak sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kreativitasnya (Edwards dan Shultz 2005). Peternak yang diteliti umumnya sangat kreatif dan inovatif. Mereka selalu berusaha untuk meningkatkan efisiensi usahanya.

b. Kambing termasuk hewan yang tidak terlalu mudah beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berubah drastis. Pergantian pemerah akan menyebabkan kambing mengalami stress (Butler et al. 2011; Alcedo et al. 2014). Para peternak yang diteliti menyatakan keterampilan pemerah penting diperhatikan agar ternak merasa nyaman sehingga produksi susu tidak terganggu, selain itu pemerah harus sehat karena ternak dapat tertular penyakit yang berbahaya misalnya TBC.

c. Karyawan pada peternakan kambing perah juga merupakan faktor penting. Hal yang diperhatikan oleh para peternak dalam perekrutan karyawan adalah kedisiplinan dan keterampilan karyawan dalam menangani ternak. Perlakukan pada kambing perah harus dilandasi rasa sayang kepada ternak, sehingga ternak terhindar dari rasa takut dan sakit.

2. Aspek ternak:

a. Karakteristik kambing yang berbeda satu dengan lainnya akan menyebabkan variasi jumlah produksi susu. Setiap individu dari jenis atau bangsa yang sama juga memiliki variasi dalam jumlah susu yang dihasilkan. Produksi dan kualitas susu kambing Saanen lebih tinggi dibandingkan dengan kambing PE (Atabany 2001, Ciappesoni et al. 2004, Suranindyah et al. 2009). Produksi susu kambing Saanen per masa laktasi bisa mencapai 600–800 liter, sedangkan produksi susu kambing Peranakan Etawah (PE) hanya 150–200 liter. Program seleksi yang baik dalam pemilihan bibit sangat penting untuk perkembangan dan kelanjutan usaha kambing perah. Induk dengan kemampuan produksi susu tinggi diharapkan memiliki ripitabilitas yang tinggi (Olechnowicz dan Sobek, 2008, Ciappesoni et al. 2004). Ripitabilitas menggambarkan derajat kesamaan antar pengamatan (pengukuran) yang dilakukan berulang selama masa hidup produktif seekor ternak. Apabila repitabilitas tinggi, maka ternak tersebut akan menunjukan keunggulan pula pada produksi berikutnya, begitu juga sebaliknya. Ripitabilitas meliputi semua pengaruh genetik ditambah pengaruh faktor lingkungan yang bersifat permanen.

b. Para peternak yang diteliti umumnya mengawinkan kembali kambing setelah beranak tiga bulan atau saat pertama birahi muncul untuk mendorong kambing beranak tiga kali dalam dua tahun. Kambing yang dikawinkan kembali setelah tiga bulan beranak tingkat produksi susunya akan lebih cepat menurun dibandingkan kambing yang sedang laktasi tetapi tidak bunting. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi, serta tingginya kebutuhan kambing akan zat-zat makanan untuk mendukung proses fisiologis dalam tubuhnya. Kambing dalam kondisi demikian membutuhkan waktu untuk menjalani masa kering selama dua bulan agar memiliki kesempatan untuk kembali pulih kondisinya (Butler et al. 2011, Morand et al. 2007).

c. Perbedaan lama masa laktasi dalam satu jenis atau bangsa kambing menyebabkan perbedaan total produksi dan kualitas susu selama masa laktasi (Bogdanović et al. 2010, Fitriyanto et al. 2013). Semakin lama masa laktasi akan semakin tinggi total produksi susu yang dihasilkan. Produksi susu kambing juga meningkat seiring bertambahnya umur dan mencapai puncak pada saat berumur lima tahun yakni pada masa laktasi ketiga, dan selanjutnya produksi susu akan menurun. Pemerahan di peternakan yang diteliti dilakukan dua kali sehari. Frekuensi pemerahan juga akan mempengaruhi produksi susu. Frekuensi pemerahan mempengaruhi produksi susu, karena kambing yang diperah dua kali sehari total produksi susunya lebih tinggi daripada kambing yang diperah satu kali sehari.

d. Kambing perah yang dipelihara peternak rata-rata menghasilkan dua anak kelahiran-1. Produksi susu kambing perah yang beranak dua ekor dalam satu kali melahirkan biasanya 20-30 persen lebih tinggi dari kambing perah yang hanya beranak satu ekor. Hal yang menjadi penyebabnya adalah rangsangan menyusui dari anak kambing (cempe) yang dilahirkan akan merangsang induk kambing memproduksi air susu lebih banyak (Butler et al. 2011, Morand et al. 2007). e. Pada kambing PE terdapat korelasi positif dan sangat erat antara lingkar ambing

dengan produksi susu (Pabana 2010). Susilorini et al. (2014) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi susu ternak adalah nutrisi, bobot badan dan statistik vital. Statistik vital merupakan pengukuran tubuh ternak meliputi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan yang digunakan untuk mengetahui bentuk

ternak secara visual dan melihat pertumbuhannya secara ideal (Holstein Foundation Inc. 2010).

f. Kambing perah yang sedang laktasi produksi susunya akan menurun bahkan bisa langsung berhenti jika terserang penyakit. Efek obat yang diberikan juga akan berpengaruh terhadap produksi dan kualitas susu yang dihasilkan (Butler et al. 2011, Morand et al. 2007).

3. Aspek pakan dan air minum :

a. Produksi susu akan mencapai optimal jika pakan yang diberikan dan dikonsumsi oleh kambing jumlah dan kualitasnya sesuai kebutuhan ternak (Sodiq dan Setianto 2009). Nutrisi dalam pakan digunakan ternak untuk pertumbuhan, reproduksi, laktasi, dan gerak. Komposisi hijauan dan konsentrat harus seimbang. Pakan hijauan yang diberikan minimal terdiri dari tiga macam hijauan, yaitu jenis rumput, legum dan daun-daunan (Fuah dan Pattie 2013, Morand et al. 2007). Pakan hijauan yang diberikan kepada kambing di peternakan yang diteliti umumnya terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput lapang, serta campuran dedaunan (gamal, kaliandra, indigofera). Sementara pakan penguat yang diberikan berupa konsentrat jadi yang dapat ditambah dengan beberapa diantara bahan-bahan berikut ini: dedak, ampas tahu, ampas tempe, ampas kurma, atau ampas bir. b. Induk yang sedang laktasi sangat membutuhkan air minum dalam jumlah cukup

setiap hari. Peternakan yang diteliti selalu menyediakan air minum bagi ternak kambing yang dipeliharanya. Air minum sangat penting untuk menjamin berlangsungnya proses metabolisme didalam tubuh, mengatur suhu tubuh dan untuk memproduksi susu. Kebutuhan air minum seekor kambing sekitar 1.5–2.5 liter hari-1. Ternak mendapat asupan air dari makanan, terutama hijauan yang dikonsumsi, namun jumlah ini tidak mencukupi kebutuhan, terutama saat cuaca panas. Oleh karena itu, air minum yang bersih harus tersedia di dalam kandang setiap saat (Butler et al. 2011).

4. Aspek peralatan :

a. Kualitas susu kambing akan terjamin bila peralatan tersedia sesuai dengan teknologi yang digunakan. Peralatan pemerahan susu meliputi ember perah, milk can dan peralatan lainnya seperti tempat pakan dan tempat minum harus dijaga kebersihannya (Gustiani 2009).

b. Fasilitas peternakan harus selalu dikontrol agar tidak membahayakan ternak karena di dalamnya dapat menjadi sumber penyebab kontaminasi bagi ternak seperti mikroba patogen, bahan kimia dan fisik yang dapat membahayakan ternak secara langsung dan tidak langsung (Olechnowicz dan Sobek 2008, Taufik et al. 2011). 5. Aspek kandang dan lingkungan:

a. Pengaruh lingkungan sekitar kandang terhadap produksi susu pada peternakan yang diteliti terutama terkait dengan suhu dan kelembaban udara. Hal ini diduga terkait dengan kualitas dan kuantitas pakan hijauan di dalam ransum yang diberikan kepada ternak (Morand et al. 2007, Bogdanović et al. 2010, Sharma et al. 2013). b. Peternak merancang bangunan dan fasilitas peternakan untuk memfasilitasi

kenyamanan, kesehatan dan produktivitas ternak. Ventilasi yang baik, penerangan dan kenyamanan ternak harus diperhatikan untuk meningkatkan performans ternak

Gambar 4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas susu kambing

Manusia

Karyawan Pemerah Peternak Motivasi Kreativitas Disiplin Keterampilan Kesehatan Keterampilan Umur Alat Jenis Sanitasi Suhu Sinar matahari Ketersediaan Bahan Kandang

Pakan dan

Air Minum

Kandang dan

Lingkungan

Kelembaban Suhu Kualitas Kuantitas Jenis

Peralatan &

Fasilitas

Kelengkapan Kebersihan Keakuratan Kebersihan Kebutuhan Harga Jenis Ketinggian Peralatan Model Kandang Frekuensi Metode Kebutuhan Harga Asal Kebutuhan Pergerakan angin Musim Teknologi Metode Umur Sistem seleksi

Ternak

Status kebuntingan Kualitas

bibit Jumlah anak

Bentuk dan ukuran ambing Status kesehatan Ukuran tubuh Tetua Umur Periode laktasi Lama laktasi Bangsa Umur induk Pakan Manajemen pemeliharaan Status kesehatan induk Umur Pakan Frekuensi pemerahan

Kuantitas dan

Kualitas Susu

Kambing

(Tyler dan Ensenminger 2006). Para peternak beberapa kali melakukan perbaikan pada kandang untuk tetap menjaga kenyamanan ternak mereka.

Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Susu Kambing

Tabel 4.5 memperlihatkan hasil uji validitas kuesioner penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data. Seluruh atribut susu kambing dinilai valid untuk menilai kepuasan konsumen terhadap susu kambing. Sementara itu hasil penelitian mengenai tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut susu kambing disajikan pada Tabel 4.6. Konsumen menyatakan puas dengan atribut kandungan gizi, rasa, aroma, warna, desain kemasan, ukuran kemasan serta harga susu kambing yang diproduksi oleh peternakan A (Tabel 4.7). Penilaian yang sama juga diberikan konsumen untuk susu kambing produksi peternakan C. Sementara itu untuk susu kambing yang diproduksi oleh peternakan B konsumen menyatakan puas untuk atribut kandungan gizi, rasa, aroma, warna, kepraktisan mengkonsumsi, ukuran kemasan dan harga.

Informasi kandungan gizi susu kambing merupakan atribut yang sangat penting bagi konsumen. Konsumen menginginkan informasi kandungan gizi dan tanggal kedaluarsa dicantumkan dengan jelas pada kemasan susu kambing, karena umumnya produsen belum mencantumkan informasi tersebut. Konsumen akan lebih yakin bahwa produk susu kambing yang mereka beli aman dan sehat apabila semua informasi tersebut dengan jelas diberikan oleh produsen. Bagi konsumen harga susu kambing yang relatif mahal dibandingkan susu sapi tidak menjadi masalah, karena mereka yakin akan manfaat mengonsumsi susu kambing. Hal ini sejalan dengan pendapat Rebecca et al. (2013). Konsumen berharap produsen susu kambing bisa menjamin ketersediaan susu kambing ini setiap saat.

Tabel 4.5 Uji validitas atribut kepuasan konsumen

Atribut Nilai Korelasi Interpretasi

Aroma 0.6374* Valid

Warna 0.8967** Valid

Rasa 0.8405** Valid

Desain kemasan 0.7671* Valid

Ukuran kemasan 0.7767* Valid

Informasi kandungan gizi 0.8744** Valid

Informasi kedaluarsa 0.8696** Valid

Harga 0.6963* Valid

Kemudahan diperoleh 0.6533* Valid

Kepraktisan mengonsumsi 0.7156* Valid

Keterangan : *nyata (p<0.05) **sangat nyata (p<0.01)

Harga susu kambing di peternakan B relatif lebih murah dibandingkan dua peternakan lainnya. Hal ini disebabkan peternak belum menggunakan kemasan yang berlabel seperti kedua peternakan lainnya. Susu kambing produksi peternakan B hanya dikemas dalam plastik dengan ukuran 200 cc. Peternakan B memang tidak hanya melayani konsumen perorangan yang langsung mengkonsumsi susu kambing tetapi juga agen atau distributor yang menjual kembali susu kambing produksi peternakan B dengan kemasan perusahaan atau distributor tersebut. Susu kambing produksi peternakan B

sebenarnya memiliki peluang untuk dijual dengan harga sama atau bahkan lebih tinggi dari peternakan lainnya apabila desain kemasan diperbaiki sesuai dengan harapan konsumen (Sharma et al. 2013).

Tabel 4.6 Tingkat kepentingan atribut susu kambing1

Atribut Jumlah Nilai IndeksNilai 2 Kepentingan Peringkat Persentase

Informasi kandungan gizi 136 27.2 0.97 1

Informasi kedaluarsa 134 26.8 0.96 2 Rasa 134 26.8 0.96 2 Kemudahan diperoleh 132 26.4 0.94 3 Aroma 125 25.0 0.89 4 Kepraktisan mengonsumsi 114 22.8 0.81 5 Desain kemasan 102 20.4 0.73 6 Ukuran kemasan 101 20.2 0.72 7 Harga 98 19.6 0.70 8 Warna 95 19.0 0.68 9

Keterangan : 1Kategori tingkat kepentingan : sangat tidak penting, tidak penting, cukup penting, penting,

sangat penting; 2Jumlah nilai dibagi jumlah kategori

Tabel 4.7 Tingkat kepuasan konsumen susu kambing

Atribut A Persentase kepuasan (%) B C Rataan Target Target Rasio Informasi kandungan gizi 96.9 96.3 99.2 97.47 95 1.03

Rasa 88.5 88.1 91.2 89.27 85 1.05 Informasi kedaluarsa 74.6 68.9 69.6 71.03 75 0.95 Kemudahan diperoleh 80.0 68.9 69.6 72.83 80 0.91 Aroma 91.5 88.9 90.4 90.27 85 1.06 Kepraktisan mengonsumsi 86.2 81.9 80.0 82.70 80 1.03 Desain kemasan 88.9 75.4 90.4 84.90 85 0.99 Ukuran kemasan 86.9 88.1 90.4 88.47 85 1.04 Harga 87.7 88.9 85.0 87.20 85 1.03 Warna 86.2 88.1 91.2 88.50 85 1.04

Keterangan : A: Peternakan A; B: Peternakan B; C: Peternakan C

Respons Teknis Peternakan Kambing Perah

Respons teknis adalah proses yang berhubungan dengan atribut harapan dari konsumen susu kambing. Analisis yang menghubungkan kebutuhan dan harapan konsumen dengan respons teknis menggunakan lambang-lambang yang menyatakan kekuatan hubungan. Analisis terhadap respons teknis ini diperlukan agar hal-hal yang menjadi harapan konsumen dapat dipenuhi oleh produsen, sehingga kepuasan konsumen akan produk yang dihasilkan semakin meningkat (Edwards dan Shultz 2005). Berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen peternakan yang diteliti diperoleh informasi bahwa respons teknis yang sudah dilakukan dan merupakan perhatian utama peternakan dalam menjamin kualitas susu kambing yang dihasilkan meliputi kualitas susu, kualitas dan kondisi kesehatan ternak. keterampilan dan kinerja peternak dan

karyawan, kualitas pakan ternak, kebersihan dan kelengkapan peralatan peternakan, serta kebersihan dan higiene kandang dan lingkungannya (Tabel 4.8).

Respons teknis penanganan susu adalah prosedur yang dilakukan peternak terhadap susu yang dihasilkan dari mulai pemerahan sampai susu tersebut dimasukkan ke dalam kemasan. Peternak harus bisa menjamin kebersihan, kesehatan dan keamanan susu kambing yang dihasilkan di peternakannya. Peternak sudah sangat memperhatikan higiene setiap tahap tersebut. Respons teknis penanganan susu ini memiliki hubungan kuat dengan respons teknis kualitas ternak dan kondisi kesehatan ternak. kualitas susu akan meningkat apabila kualitas dan kesehatan ternak meningkat. Respons teknis penanganan susu juga memiliki hubungan kuat dengan keterampilan dan kinerja peternak dan karyawan. kualitas susu akan meningkat apabila keterampilan dan kinerja peternak dan karyawan meningkat. Respons teknis lainnya yaitu kualitas pakan ternak, kebersihan dan kelengkapan peralatan peternakan, dan kebersihan dan higiene kandang dan lingkungannya juga memiliki hubungan kuat dan positif dengan respons teknis penanganan susu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respons teknis penanganan susu sangat tergantung pada respons teknis lainnya.

Rumah Kualitas Susu Kambing

Rumah kualitas adalah salah satu representasi dari Quality Function Deployment

Dokumen terkait