• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN KAMBING PERAH

Pendahuluan

Populasi kambing di Indonesia cukup tinggi tetapi data mengenai bangsa kambing perah di Indonesia belum ada, karena data tersebut masih secara umum dan tidak dikelompokkan menurut kambing tipe perah atau tipe daging. Pengembangan peternakan kambing perah merupakan upaya yang bertujuan meningkatkan dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam negeri sehingga terjadi peningkatan produksi susu dan hasil olahannya. Ketertarikan konsumen terhadap susu kambing dewasa ini terutama karena susu kambing diyakini memiliki banyak manfaat terutama dari segi kesehatan. Pengolahan pangan pada susu kambing saat ini sudah pada tahap fermentasi dengan penambahan bakteri asam laktat, sedangkan pada pengolahan non pangan sudah pada tahap pengolahan menjadi kosmetika. Pengolahan ini mempunyai keterbatasan jika dilihat dari bahan baku yang digunakan dari kuantitas maupun kualitas.

Komersialisasi potensi produksi susu kambing masih belum fokus, walaupun telah terlihat ada peluang keuntungan yang cukup menjanjikan untuk kesejahteraan peternak. Perubahan pola fikir (mind set) peternak untuk masuk dan fokus di bidang usaha ini sangat menentukan. Komersialisasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan yang dinilai dengan ukuran uang. Usaha peternakan kambing perah yang diarahkan pada produksi susu dengan segala tantangannya merupakan bisnis yang menarik (Costa et al. 2010; Midau et al. 2010; Delaney 2012; Lie et al. 2012; Shahroudi dan Naimi 2014; Utami 2014). Komersialisasi ternak ini telah mulai berkembang pada lokasi-lokasi tertentu pada daerah yang memiliki agroekosistem tertentu secara perlahan seiring dengan semakin dikenalnya produk susu kambing oleh masyarakat.

Pengembangan agribisnis susu kambing harus dibarengi dengan kemampuan peternakan kambing perah untuk bersaing dalam menghadapi permintaan konsumen. Oleh karena itu kerjasama antara para pelaku dalam agribisnis susu kambing merupakan hal yang sangat penting bagi keberlanjutan usaha tersebut. Agribisnis merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa sistem merupakan gugus dari elemen-elemen yang saling berintraksi secara teratur untuk mencapai tujuan atau sub tujuan. Dalam hal pengembangan sistem agribisnis peternakan kambing perah maka analisis dan pemahaman interaksi dari subsistem maupun elemen dalam subsistem sangat diperlukan agar dapat mencapai tujuan pengembangannya.

Mengetahui posisi produk atau jasa dalam peta persaingan adalah hal yang sangat penting dalam persaingan bisnis. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui analisis lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Pengetahuan tersebut dapat berupa informasi tentang apa yang dibutuhkan pelanggan, sumberdaya perusahaan, harga produk, kapasitas produksi, keadaan jaringan pemasaran, keadaan jaringan pemasok, hal-hal yang akan dilakukan oleh para pesaing, serta peluang-peluang yang mungkin ada. Apabila pengetahuan-pengetahuan tersebut telah dimiliki dan dapat dikelola dengan baik dan efektif, maka keunggulan kompetitif perusahaan dapat dicapai dengan mudah (Astuti et al. 2010; Deshpande 2012; Nurlaelasari et al. 2014).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan peternakan kambing perah untuk selanjutnya merumuskan strategi pengembangan

peternakan kambing perah yang mampu mendukung agribisnis susu kambing khususnya untuk Kabupaten Bogor.

Metode Penelitian

Desain Penelitian

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan cepat (rapid appraisal). Dengan rapid appraisal, informasi yang relevan, akurat dan bermanfaat dapat diperoleh dengan menghemat waktu, namun mendalam (Wilkins et al. 2004; Cox 2015). Beberapa prinsip dasar rapid appraisal adalah: mendengarkan dan belajar, menggunakan pendekatan yang beragam, menghindari formalitas, mengoptimalkan informasi, menggunakan indikator-indikator refleksi dan meminimalkan bias. Diskusi terfokus dilakukan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengan pengembangan agribisnis peternakan kambing perah dan susu kambing. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan kuesioner semi terstruktur melalui wawancara. Wawancara secara mendalam (indepth study) dilakukan pula kepada beberapa informan kunci untuk menggali informasi lebih jauh. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Karakteristik kambing perah yang dipelihara dan produksi susu, meliputi:

a. Bangsa

b. Umur

c. Status produksi (laktasi ke, periode laktasi) d. Status kesehatan (bunting, kering, dll.)

e. Produksi susu individu (liter per hari, liter per periode) f. Kualitas susu (Berat Jenis, Total Solid, kadar lemak) 2. Karakteristik usaha peternakan, meliputi:

a. Lokasi (letak, ketinggian tempat, suhu udara, kelembaban, jenis tanah, kondisi air, luas dll.)

b. Skala pemilikan ternak (termasuk komposisi ternak)

c. Kuantitas dan kualitas input produksi dan harga input (pakan, tenaga kerja, fasilitas kandang, dll.)

d. Manajemen pemeliharaan (induk bunting, induk laktasi, anak, pejantan, dll.)

e. Manajemen pemberian pakan

f. Manajemen pemerahan

3. Karakteristik peternak, meliputi: a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Pendidikan (formal dan non formal)

d. Tujuan usaha (motivasi, target produksi, dll.)

4. Karakteristik produk yang dihasilkan peternakan, meliputi:

a. Jumlah produksi susu peternakan (produksi total, produksi rata-rata) b. Macam dan jenis produk (susu segar dan hasil olahan susu)

c. Kualitas susu (BJ, kadar lemak, protein, bahan kering) 5. Pemasaran dan distribusi produk peternakan

a. Konsumen (jenis dan lokasi konsumen) b. Jumlah permintaan (liter hari-1, liter bulan-1)

c. Harga susu (di setiap tingkat lembaga pemasaran)

d. Strategi pemasaran (konsep 4P, jenis, kategori dan lokasi lembaga pemasaran)

6. Kebijakan dan peraturan pemerintah daerah setempat.

Metode Analisis Data

Tahap awal analisis data adalah tahap input. Analisis data disajikan dalam tabel silang berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase, dan untuk selanjutnya diidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang terdapat atau ditemukan dalam pengembangan peternakan kambing perah. Setelah faktor-faktor strategis internal dan eksternal suatu peternakan diidentifikasi, suatu tabel evaluasi faktor internal (Tabel 5.1) dan tabel evaluasi faktor eksternal (Tabel 5.2) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal dan eksternal tersebut dalam kerangka kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki peternakan kambing perah.

Tabel 5.1 Evaluasi faktor internal (EFI)

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan ……… ……… Kelemahan ……… ……… Sumber: David (2012)

Tabel 5.2 Evaluasi faktor eksternal (EFE)

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang ……… ……… Ancaman ……… ……… Sumber: David (2012)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan menggunakan rumus:

Xi

αi = Keterangan:

αi = bobot variabel internal/eksternal ke-i xi = nilai variabel internal/eksternal ke-i i = 1, 2, 3,....n n = jumlah variabel

n i xi 1

Tabel 5.3 Penentuan bobot variabel-variabel strategis

Faktor Strategis A B C ... Total

A B C ... Total 1,000 Sumber: David (2012) Sumber: David (2012)

Berdasarkan evaluasi faktor internal dan faktor eksternal yang terkait dengan peternakan kambing perah selanjutnya digambar matriks Internal-Eksternal dengan format yang disajikan pada Gambar 5.1. Kemudian dilakukan identifikasi faktor-faktor penentu kritis (critical success factors/CSF) dari setiap peternakan yang diteliti untuk membandingkan kemampuan bersaing satu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang disusun dalam sebuah matriks yang disebut Competitive Profile Matrix (CPM) (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Format Competitive Profile Matrix (CPM)

Faktor Penentu Kritis Bobot Perusahaan A Perusahaan B Perusahaan C

Rating Skor Rating Skor Rating Skor ………...

……… ……… Total

Sumber: Hartono (2011); Capps dan Glissmeyer (2012)

Matriks ini berguna untuk mengidentifikasi pesaing utama perusahaan dan membandingkan mereka menggunakan faktor penentu keberhasilan perusahaan (CSF). Analisis juga mengungkapkan kekuatan dan kelemahan perusahaan relatif terhadap pesaing, sehingga perusahaan akan tahu wilayah mana yang harus ditingkatkan serta

Gambar 5.2 Struktur SPACE matrix

Gambar 5.3 Struktur Grand Strategy Matrix

yang wilayah mana yang harus dilindungi. Faktor penentu keberhasilan adalah faktor utama yang harus dilaksanakan agar suatu perusahaan dapat meraih peluang tercapainya keunggulan tertinggi dalam industri tertentu. Faktor-faktor ini bervariasi untuk setiap industri yang berbeda dan mencakup faktor internal maupun eksternal. Semakin kritis faktor penentu keberhasilan yang diamati semakin akurat analisis yang bisa dilakukan.

Sumber : David et al. (2009); Harisudin (2011); Safari et al. (2013)

Sumber : David et al. (2009); Harisudin (2011); Safari et al. (2013)

Tahap terakhir dari proses penyusunan perencanaan strategi adalah tahap pengambilan keputusan mengenai strategi yang terbaik yang akan diterapkan pada peternakan. Pada tahap ini akan digunakan dua macam matiks yaitu Strategic Position and Action Evaluation (SPACE) Matrix (Gambar 5.2) dan Grand Strategy Matrix (Gambar 5.3) yang merupakan tahapan pencocokan (matching stage) pada proses

formulasi strategi (David 2012). Sumbu-sumbu pada Matriks SPACE menunjukkan dua dimensi internal yaitu kekuatan finansial (financial strength/ FS) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage/CA), dan dua dimensi eksternal yaitu stabilitas lingkungan (environmental stability/ES) dan kekuatan industri (industry strength/IS). Keempat dimensi tersebut merupakan penentu terpenting dari posisi strategis keseluruhan suatu organisasi.

Matriks Grand Strategy mempunyai empat kuadran yang mewakili keadaan suatu perusahaan didasarkan pada dua dimensi evaluasi yaitu posisi kompetitif (competititive position) dan pertumbuhan pasar (market growth). Strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan suatu organisasi terdapat pada urutan daya tariknya dalam masing- masing kuadran dalam matriks (David et al. 2009; Harisudin 2011; Borocki 2011; Safari et al. 2013).

Pemilihan strategi pada matriks Grand Strategy didasarkan pada dua penilaian yaitu:

1. Tujuan utama strategi umum apakah menekankan pada mengatasi kelemahan

atau memaksimalkan kekuatan.

2. Pengutamaan tindakan internal atau eksternal untuk pertumbuhan atau profitabilitas.

Selain itu pemilihan strategi juga berdasarkan Grand Strategy Cluster dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Posisi bersaing perusahaan, sebagai hal yang mewakili kondisi internal. 2. Tingkat pertumbuhan pasar, sebagai hal yang mewakili kondisi eksternal. Berdasarkan dua penilaian tersebut maka diperoleh empat kuadran dalam Matriks Grand Strategy yaitu:

1. Kuadran I : menggambarkan posisi bersaing kuat dengan pertumbuhan pasar cepat.

2. Kuadran II : menggambarkan posisi bersaing lemah dengan pertumbuhan pasar cepat.

3. Kuadran III : menggambarkan posisi bersaing kuat dengan pertumbuhan pasar lambat.

4. Kuadran IV : menggambarkan posisi bersaing lemah dengan pertumbuhan pasar lambat.

Hasil dan Pembahasan

Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal Peternakan Kambing Perah

Manajemen strategis didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana- rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan (David 2012, Wheelen dan Hunger 2009). Strategi adalah pilihan tentang tindakan yang dilakukan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya dan untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Berdasarkan analisis faktor internal (Tabel 5.5) terlihat bahwa faktor internal utama yang mempengaruhi peternakan A adalah sifat peternak yang sangat kreatif, inovatif dan memiliki jiwa wirausaha serta faktor harga susu kambing yang relatif tinggi dengan skor masing-masing 0.228. Sementara untuk peternakan B dan C faktor internal utama adalah kualitas susu kambing yang baik (skor 0.236).

Tabel 5.5 Matriks evaluasi faktor internal (EFI) peternakan kambing perah

Faktor Internal Bobot Rating Peternakan A Skor Peternakan B Peternakan C

Tertimbang Bobot Rating Tertimbang Bobot Rating Skor Tertimbang Skor

Kekuatan

Peternak sangat kreatif, inovatif dan memiliki jiwa wirausaha 0.057 4 0.228 0.057 4 0.228 0.057 4 0.228 Kualitas gizi susu kambing yang baik 0.055 4 0.220 0.059 4 0.236 0.059 4 0.236 Harga susu kambing yang relatif tinggi 0.057 4 0.228 0.052 4 0.208 0.052 4 0.208 Pasar susu kambing adalah Niche market 0.047 4 0.188 0.047 4 0.188 0.047 4 0.188 ‘Update’ teknologi selalu dilakukan peternak agar lebih efisien 0.047 4 0.188 0.047 4 0.188 0.047 4 0.188 Setiap peternakan memiliki teknologi yang ‘unik’ 0.049 3 0.147 0.049 3 0.147 0.049 3 0.147 Banyak memanfaatkan sumber pakan lokal 0.045 3 0.135 0.045 3 0.135 0.045 3 0.135 Memiliki hubungan baik dengan lembaga penelitian dan perguruan

tinggi 0.043 3 0.129 0.043 3 0.129 0.043 3 0.129

Memiliki hubungan baik dengan pemasok input yang terpercaya 0.052 4 0.208 0.052 4 0.208 0.052 4 0.208 Penerapan GDFP relatif baik 0.048 4 0.192 0.048 4 0.192 0.048 4 0.192

Kelemahan

Pernyataan tugas (job description) yang belum jelas 0.055 2 0.110 0.057 2 0.114 0.057 2 0.114 Keterampilan dan disiplin tenaga kerja belum optimal 0.058 1 0.058 0.059 2 0.118 0.059 1 0.059 Diversifikasi produk olahan belum banyak 0.052 2 0.104 0.052 1 0.052 0.052 2 0.104 Recording data keuangan belum lengkap 0.047 2 0.094 0.047 2 0.094 0.047 2 0.094 Strategi pemasaran kurang/ belum optimal 0.054 2 0.108 0.052 2 0.104 0.052 2 0.104 Fasilitas standar peternakan kambing perah belum sepenuhnya

memadai 0.049 1 0.049 0.049 1 0.049 0.049 1 0.049

Belum sepenuhnya ramah lingkungan 0.046 2 0.092 0.046 2 0.092 0.046 2 0.092 Teknologi pengolahan produk relatif mahal 0.048 2 0.096 0.048 2 0.096 0.048 2 0.096 Daya dukung lingkungan (lahan) semakin berkurang 0.047 1 0.047 0.047 2 0.094 0.047 1 0.047 Akses teknologi masih terbatas 0.044 2 0.088 0.044 2 0.088 0.044 2 0.088

Total 1.000 2.709 1.000 2.760 1.000 2.706

Faktor Eksternal Bobot Rating Peternakan A Skor Peternakan B Peternakan C Tertimbang Bobot Rating Tertimbang Bobot Rating Skor Tertimbang Skor

Peluang

Kesadaran masyarakat akan pangan sehat 0.050 4 0.200 0.052 4 0.208 0.050 3 0.150 Kepuasan pelanggan tinggi 0.059 4 0.236 0.059 4 0.236 0.062 4 0.248 Tingkat kepercayaan pemasok yang tinggi 0.057 4 0.228 0.052 4 0.208 0.052 4 0.208 Jumlah pesaing relatif sedikit 0.047 3 0.141 0.047 3 0.141 0.047 3 0.141 Pengolahan susu kambing menjadi produk non pangan/diversifikasi

produk 0.047 3 0.141 0.047 3 0.141 0.047 3 0.141

Perluasan pasar 0.054 2 0.108 0.052 2 0.104 0.054 2 0.108

Teknologi informasi yang semakin maju 0.045 2 0.090 0.045 2 0.090 0.045 2 0.090 Peningkatan pendapatan masyarakat 0.043 3 0.129 0.043 3 0.129 0.043 3 0.129

Aksesibilitas wilayah 0.052 3 0.156 0.052 3 0.156 0.052 3 0.156

Pengembangan wilayah agribisnis 0.048 3 0.144 0.050 3 0.150 0.048 4 0.192

Ancaman

Pemalsuan susu kambing dengan bahan lain 0.052 3 0.156 0.052 2 0.104 0.052 2 0.104 Persaingan dengan produk sejenis dari wilayah lain 0.059 3 0.177 0.056 3 0.168 0.056 3 0.168 Harga bibit cenderung selalu meningkat 0.057 3 0.171 0.057 3 0.171 0.057 3 0.171 Kontinyuitas ketersediaan bibit di pemasok 0.049 4 0.196 0.055 4 0.220 0.062 4 0.248 Belum ada jaminan kualitas bibit dari pemasok 0.049 2 0.098 0.049 2 0.098 0.049 2 0.098 Persaingan pemanfaatan lahan dengan komoditi/sektor lain 0.047 2 0.094 0.047 2 0.094 0.047 2 0.094 Kurangnya dukungan pemerintah 0.045 2 0.090 0.045 2 0.090 0.045 2 0.090 Belum ada kelembagaan peternak yang andal 0.045 2 0.090 0.045 2 0.090 0.045 2 0.090 Bahan pakan bersaing dengan ternak lain 0.047 3 0.141 0.047 3 0.141 0.047 3 0.141 Daya dukung lingkungan/ alam terbatas 0.048 2 0.096 0.048 2 0.096 0.040 2 0.080

Total Skor Tertimbang IFE

Kuat Rata-rata Lemah

3.0 to 4.0 2.0 to 2.99 1.0 to 1.99 T otal S k or T er tim b an g E FE Tinggi I II III 3.0 to 3.99 Sedang

IV Hold & Maintain V VI

2.0 to 2.99 Rendah VII VIII IX 1.0 to 1.99

Para peternak kambing perah adalah wirausahawan yang umumnya memiliki modal yang cukup memulai usaha. Banyak dari antara peternak bukan berasal dari lingkungan keluarga peternak. Mereka tertarik untuk membudidayakan ternak kambing karena menyukai hewan. Peternak selalu ingin mempelajari berbagai hal baru yang terkait dengan peternakan kambing perah. Peternak tidak pernah berhenti mencari dan bertanya kepada orang-orang yang mereka anggap ahli atau lebih banyak mengetahui tentang ternak kambing perah. Bahkan ada peternak yang menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian peternakan, dan mengijinkan ahli dari lembaga tersebut untuk melakukan riset di peternakannya.

Keberlanjutan bisnis kambing perah sangat tergantung pada kepercayaan konsumen akan kualitas susu kambing yang dihasilkan oleh suatu peternakan. Berdasarkan analisis kualitas susu yang telah dilakukan di seluruh peternakan yang diteliti disimpulkan bahwa kualitas susu kambing yang dihasilkan termasuk dalam kategori premium. Hal ini yang mendukung peluang harga jual susu kambing yang relatif tinggi khususnya dibandingkan susu sapi.

Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa kepuasan pelanggan yang tinggi merupakan faktor eksternal utama yang mempengaruhi peternakan kambing perah. Faktor ini merupakan peluang bagi peternak untuk mengembangkan usahanya. Hal ini didukung dengan hasil evaluasi faktor internal yang menunjukkan bahwa kualitas susu kambing yang tinggi merupakan faktor internal utama. Namun terdapat faktor eksternal utama lain yang merupakan ancaman bagi peternak yaitu kontinyuitas ketersediaan bibit dari pemasok yang masih belum terjamin. Peternak belum tentu bisa mendapatkan bibit dengan kualitas yang sama dari pemasok yang selama ini telah menjalin kerjasama.

Gambar 5.4 Matriks Internal-Eksternal (IE) peternakan kambing perah di Wilayah Kabupaten Bogor

Diperlukan pengawasan dari pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah untuk menjamin mutu bibit tersebut. Kondisi lain yang mengkhawatirkan terkait mutu bibit adalah peternak melakukan sendiri persilangan ternak kambingnya dan cenderung tidak terarah. Terkait hal tersebut peran balai penelitian dan pengembangan bibit ternak dirasa perlu untuk ditingkatkan.

Berdasarkan Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 digambarkan Matriks Internal-Eksternal (IE) peternakan kambing perah yang diperlihatkan pada Gambar 5.3. Peternakan kambing perah rakyat skala menengah yang ada di wilayah Kabupaten Bogor berada di kuadran V yaitu pada posisi Hold and Maintain. Alternatif strategi yang dapat dipilih oleh perusahaan yang berada di kuadran ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar adalah suatu strategi mencari pangsa pasar yang lebih besar lewat produk saat ini, di pasar yang sekarang melalui pemasaran yang lebih baik. Sedangkan strategi pengembangan produk adalah suatu strategi mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan mutu produk saat ini atau pengembangan produk yang baru.

Analisis Competitive Profile Matrix (CPM) Peternakan Kambing Perah

Competitive Profile Matrix (Tabel 5.7) memperlihatkan posisi bersaing ketiga peternakan kambing perah yang diteliti. Berdasarkan skor yang diperoleh terlihat bahwa peternakan A memiliki kemampuan bersaing yang paling tinggi dibandingkan peternakan lainnya (skor 3.52). Faktor penentu kritis yang mendukung kondisi tersebut adalah pangsa pasar (market share), kualitas produk (product quality) dan loyalitas konsumen (consumer’ loyalty).

Tabel 5.7 Competitive Profile Matrix (CPM) peternakan kambing perah Faktor

Penentu

Kritis Bobot

Peternakan A Peternakan B Peternakan C

Rating Tertimbang Rating Skor Tertimbang Rating Skor Tertimbang Skor

Market Share 0.165 4 0.660 3 0.495 3 0.495 Management 0.152 3 0.456 3 0.456 3 0.456 Financial Position 0.158 3 0.474 4 0.632 3 0.474 Product Quality 0.267 4 1.068 4 1.068 4 1.068 Consumer Loyalty 0.259 4 1.036 4 1.036 4 1.036 Total 1.000 3.694 3.687 3.529

Kualitas produk (product quality) dan loyalitas konsumen (consumer’ loyalty) juga merupakan faktor penentu kritis yang mendukung peternakan B dan C. Kondisi ini sejalan dengan hasil evaluasi faktor internal maupun faktor eksternal, yaitu kualitas susu kambing yang baik merupakan kekuatan utama dan kepuasan pelanggan yang tinggi merupakan peluang utama. Sementara itu berdasarkan Tabel 5.7 terlihat bahwa faktor penentu kritis posisi finansial (financial position) di peternakan A dan C relatif kurang kuat dibandingkan dengan peternakan B.

Analisis Strategic Position and Action Evaluation (SPACE) Matrix Peternakan Kambing Perah

Analisis matriks SPACE terdiri dari empat input variabel atau dimensi yang digu- nakan, yaitu: 1) Kekuatan Finansial (FS): mencakup ukuran-ukuran yang menunjukan kekuatan finansial yang dimiliki perusahaan, seperti: profitabilitas, likuiditas, aliran uang kas, skala ekonomi, 2) Kekuatan Industri (IS): mencakup ukuran-ukuran yang menunjukan kekuatan industri/bisnis perusahaan, seperti: potensial pertumbuhan, kemampuam teknologi, produktivitas, intensitas kapital, 3) Keunggulan Bersaing (CA): mencakup ukuran-ukuran yang menggambarkan keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan, seperti: kualitas produk, loyalitas pelanggan, pangsa pasar, utilitas capital dan 4) Kestabilan Lingkungan (ES): mencakup ukuran-ukuran yang mencerminkan ke- stabilan lingkungan perusahaan, meliputi: perubahan teknologi, tingkat inflasi, ham- batan masuk pasar, intensitas persaingan. Kekuatan finansial dan keunggulan bersaing merupakan dua faktor yang menentukan dalam posisi strategi perusahaan, sedangkan kekuatan industri dan kestabilan lingkungan menunjukkan karakteristik posisi strategi industri secara menyeluruh (Harisudin 2011).

Conservative FS Aggressive CA IS Defensive ES Competitive

Keterangan : FS: Financial strength, CA: Competitive advantages,

IS: Industry strength, ES : Environmental stability

Gambar 5.5 memperlihatkan posisi strategis peternakan kambing perah di Kabupaten Bogor berada pada kuadran I yaitu pada strategi agresif dalam SPACE matrix. Kondisi yang sama juga terdapat pada peternakan A dan B (Gambar 5.6). Kondisi ini berarti peternakan kambing perah berada dalam posisi yang sangat bagus untuk memanfaatkan berbagai kekuatan internalnya untuk menarik keuntungan dari peluang-peluang eksternal, mengatasi kelemahan internal, dan menghindari beragam

-6 -5 -4 -3 -2 -1 +0 +1 +2 +3 +4 +5 +6 -6 -5 -4 -3 -2 -1 +0 +1 +2 +3 +4 +5 +6

Gambar 5.5 Posisi strategis peternakan kambing perah di Kabupaten Bogor berdasarkan SPACE Matrix

ancaman eksternal. Hal ini sejalan dengan analisis faktor internal maupun eksternal serta matriks IE yang telah dikemukakan. Oleh karena itu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk dapat dipilih untuk pengembangan peternakan kambing perah di wilayah Kabupaten Bogor. Peternakan A maupun B harus mulai memikirkan untuk mengembangkan produk olahan dari susu kambing yang diproduksi di peternakan mereka. Kekuatan finansial yang dimiliki perusahaan memungkinkan kedua peternakan tersebut untuk mengakses teknologi pengolahan yang cocok. Lokasi peternakan yang cukup didukung oleh lingkungan juga memungkinkan perusahaan untuk membangun tempat pengolahan yang baik.

Saat ini semakin banyak pengusaha bisnis peternakan yang menjalankan strategi integrasi ke depan seperti membangun situs web yang memungkinkan mereka secara langsung menjual produk kepada konsumen. Strategi ini sudah dilakukan juga oleh para peternak kambing perah yang diteliti. Strategi lain yang kemungkinan besar bisa dilaksanakan oleh peternakan A dan B adalah memperluas pasar produk ke wilayah lain, melakukan diversifikasi produk susu kambing peternakan mereka, bisa produk pangan atau non pangan, serta pengembangan produk yang dapat meningkatkan nilai.

Conservative FS Aggressive CA IS Defensive ES Competitive

Keterangan : FS: Financial strength, CA: Competitive advantages,

IS: Industry strength, ES : Environmental stability

Peternakan C berada pada kuadran IV dalam SPACE Matrix yaitu pada posisi strategi kompetitif (Gambar 5.7). Strategi yang dapat dipilih adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk. Strategi bersaing adalah langkah- langkah strategis yang terencana maupun tidak terencana untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat posisi dalam pasar, dan bertahan terhadap tekanan persaingan. Strategi bersaing akan berjalan dengan baik apabila perusahaan mampu menjelaskan keunggulan bersaing yang merupakan suatu nilai lebih dibandingkan pesaing. Keunggulan bersaing ini akan

Gambar 5.6 Posisi strategis peternakan kambing perah A dan B berdasarkan SPACE Matrix

-6 -5 -4 -3 -2 -1 +0 +1 +2 +3 +4 +5 +6 -6 -5 -4 -3 -2 -1 +0 +1 +2 +3 +4 +5 +6

memudahkan perusahaan untuk meraih keuntungan lebih besar dibandingkan pesaing dan memberikan kesempatan hidup lebih lama dalam persaingan. Beberapa faktor yang dapat mendukung perusahaan meningkatkan kemampuan bersaingnya adalah: kemampuan melihat peluang pasar bedasarkan permintaan (demand driven), harga dan kualitas, teknologi, input produksi (bahan baku dan tenaga kerja), diferensiasi produk dan niche market.

Berdasarkan analisis kepuasan konsumen terhadap susu kambing terdapat berapa atribut kualitas susu kambing yang dinilai memiliki daya tarik kuat terhadap konsumen yaitu informasi kandungan gizi, informasi tanggal kedaluarsa, kemudahan diperoleh dan desain kemasan. Peternak dapat melakukan beberapa perubahan pada kemasan susu kambing yang dijual ke konsumen maupun melakukan perbaikan pada sistem pemasaran sehingga mendekati harapan konsumen. Produsen dapat menambah agen atau gerai susu kambing yang lokasinya lebih dekat dengan lokasi konsumen atau pelanggan.

Conservative FS Aggressive CA IS Defensive ES Competitive

Analisis Grand Strategy Matrix Peternakan Kambing Perah

Analisis Grand Strategy Matrix (Gambar 5.8) menunjukkan bahwa peternakan kambing perah yang diteliti berada pada kuadran I yang menggambarkan posisi bersaing kuat dengan pertumbuhan pasar cepat. Peternakan kambing perah mempunyai kekuatan lebih besar daripada kelemahan dan mempunyai ancaman lebih besar daripada peluang, sebagaimana telah ditunjukkan pada analisis faktor internal dan eksternal. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, peternakan kambing perah memiliki keunggulan

Gambar 5.7 Posisi strategis peternakan kambing perah C berdasarkan SPACE Matrix

-6 -5 -4 -3 -2 -1 +0 +1 +2 +3 +4 +5 +6 -6 -5 -4 -3 -2 -1 +0 +1 +2 +3 +4 +5 +6

sumberdaya. Perusahaan pada posisi ini dapat menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Kekuatan strategi ini terletak pada kemampuan perusahaan untuk dapat melihat kondisi, tren, dan situasi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah, serta kemampuannya untuk menciptakan produk dan jasa baru yang dapat mengimbangi perubahan lingkungan yang dinamis tersebut.

RAPID MARKET GROWTH Quadrant II Quadrant I WEAK COMPETITIVE POSITION STRONG COMPETITIVE POSITION Quadrant III Quadrant IV

SLOW MARKET GROWTH

Strategi yang sesuai adalah untuk kondisi tersebut adalah konsentrasi pada pasar (penetrasi pasar dan pengembangan pasar) atau konsentrasi pada produk (pengembangan produk). Sebagaimana yang telah dikemukakan pada analisis matriks SPACE strategi penetrasi pasar sebaiknya digunakan untuk mempercepat penjualan produk pada segmen pasar yang sudah dituju dengan melakukan perbaikan pada saluran distribusi. Perbaikan tersebut bisa dilakukan dengan menambah agen pejualan di beberapa lokasi di wilayah Bogor yang dianggap strategis dalam meningkatkan penjualan. Tujuan penambahan agen tersebut untuk menambah pangsa pasar serta konsumen lebih mudah memperoleh produk susu kambing.

Dokumen terkait