• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Metode

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 76-81)

8. Rancangan Antarmuka Sistem (Interface)

4.2.2 Evaluasi Metode

Data yang diinput pada implementasi sistem diuji dengan menggunakan perhitungan manual pada excel, dimana hasil yang ditampilkan pada implementasi sistem sama dengan perhitungan manual excel yang terlampir pada Lampiran 1.

Sehingga aplikasi yang dibuat dapat menampilkan hasil metode AHP-TOPSIS dan TOPSIS secara tepat.

Berdasarkan Gambar 4.44 dapat dilihat hasil akhir dari pengujian kedua metode terhadap data mahasiswa calon penerima beasiswa PPA menggunakan sistem yang telah dibuat, dimana data yang digunakan pada pengujian sistem berjumlah 25 mahasiswa, namun yang lulus tahap seleksi setelah dikonversi adalah 14 orang. Data mahasiswa yang diekstrak pada pengujian sistem ini memiliki nilai semester, prestasi, kuliah bersaudara, penerima beasiswa pemerintah, jalur masuk, dan jenjang mahasiswa yang sama, tetapi nilai kriteria lainnya yang dimiliki oleh tiap mahasiswa berbeda.

Pada beasiswa PPA dan BBM, mahasiswa yang menerima beasiswa pemerintah dan mahasiswa jalur non regular tidak akan diikutsertakan pada seleksi penerima beasiswa. Khusus untuk beasiswa PPA, mahasiswa yang memiliki IPK kurang dari tiga dan mahasiswa yang sudah menginjak semester 8 tidak akan diikusertakan pada seleksi penerima beasiswa. Sementara untuk mahasiswa penerima beasiswa BBM tidak akan diikusertakan jika IPK yang dimiliki kurang dari 2.50 dan mahasiswa yang baru menginjak semester 2 dan 4. Batas penerima beasiswa PPA dan BBM hanya sampai semester 8.

Hasil akhir pada Gambar 4.44 menunjukkan perbedaan pada urutan pertama penerima penerima beasiswa PPA menggunakan metode AHP-TOPSIS dan juga yang menggunakan metode TOPSIS. Pada urutan pertama metode TOPSIS, Brian Damiti memiliki peringkat pertama dalam seleksi penerima beasiswa, sementara urutan pertama metode AHP-TOPSIS dipegang oleh

Muhammad Fahrul Reza Naue. Namun pada metode AHP-TOPSIS, Muhammad Fahrul Reza Naue memiliki peringkat kelima sementara Brian Damiti berada di peringkat kedua metode AHP-TOPSIS. Urutan yang dimiliki kedua metode sama, namun posisi Muhammad Fahrul Reza Naue yang berubah drastis pada penerapan kedua metode. Kriteria yang menjadi prioritas utama beasiswa PPA adalah IPK yang tinggi, sehingga Muhammad Fahrul Reza Naue memiliki keuntungan dengan nilai IPK, namun pada metode TOPSIS Brian Damiti mendapatkan kesempatan tinggi untuk menerima beasiswa karena kriteria keadaan keluarganya meskipun memiliki IPK rendah bagi penerima beasiswa PPA.

Pada hasil penerima beasiswa PPA metode TOPSIS, Muhammad Fahrul Reza Naue (Fahrul) berada di peringkat kelima dimana ia berada di bawah posisi Brian Damiti (Brian), Muh. Rifnanjar (Rifnanjar), Zainal Dunggio (Zainal), dan Maryam M. Badoe (Maryam). Namun pada metode AHP-TOPSIS, Fahrul menempati peringkat pertama dimana ia berada di atas posisi dari Brian, Rifnanjar, Zainal, dan Maryam. Pada pemilihan beasiswa PPA, yang menjadi kriteria utama adalah mahasiswa yang memiliki IPK tertinggi, sehingga Fahrul memiliki nilai IPK tertinggi sebesar 5 (setelah dikonversasi) sementara Brian, Rifnanjar, Zainal, dan Maryam memiliki nilai IPK 3 (setelah dikonversasi). Pada kriteria jumlah penghasilan, Fahrul memiliki nilai 3 sementara lainnya mendapat nilai 5. Begitu pula dengan nilai keadaan keluarga, Fahrul mendapat nilai 1 sementara yang lain mendapat nilai 5. Sehingga Fahrul hanya memiliki keunggulan pada kriteria IPK, namun penerima beasiswa PPA lebih mengutamakan kriteria IPK dibandingkan dengan kriteria yang lainnya, sehingga

metode TOPSIS dapat dikatakan lebih akurat karena pada metode AHP-TOPSIS, Fahrul berada pada peringkat pertama. Selain itu juga hanya Fahrul yang memiliki nilai IPK tertinggi yakni 5 dibandingkan dengan seluruh mahasiswa yang lulus seleksi beasiswa PPA dimana mahasiswa tersebut berjumlah 14 orang. Pada urutan ke-6 hingga ke-14 hasil akhir perbandingan penerima beasiswa PPA metode AHP-TOPSIS dan metode TOPSIS, memiliki urutan dengan nama yang sama.

Sementara hasil akhir untuk beasiswa BBM yang ditampilkan pada Gambar 4.45 memiliki kesamaan hingga urutan keempat, hanya saja setelah itu terjadi perbedaan urutan dari urutan kelima hingga ketujuh. Pada beasiswa BBM, baik pada penggunaan metode AHP-TOPSIS maupun metode TOPSIS, Brian Damiti mendapat kesempatan pertama untuk menerima beasiswa, kemudian peringkat kedua, ketiga dan keempat ditempati oleh Muh. Rifnanjar, Zainal Dunggio, dan Maryam M. Badoe. Peringkat kelima hingga ke tujuh pada metode TOPSIS ditempati oleh Titin Hardiyanti S, Lalina (Titin), Nova Puspita Karim (Nova), dan Muhammad Fahrul Reza Naue (Fahrul). Pada metode AHP-TOPSIS, peringkat kelima hingga ketujuh ditempati oleh Fahrul, Titin, dan Nova.

Kriteria utama calon penerima beasiswa BBM adalah jumlah penghasilan orang tua, sementara IPK berada pada peringkat ketiga prioritas kriteria pemilihan beasiswa BBM. Fahrul, Titin, dan Nova memiliki nilai jumlah penghasilan orang tua yang sama yakni 3. Titin dan Nova juga memiliki nilai akhir yang sama. Namun ketika memasuki kriteria IPK, Fahrul memiliki keunggulan dengan nilai 5, sementara Titin dan Nova memiliki nilai 3 untuk kriteria IPK. Perbedaan nilai

juga terletak pada nilai keadaan keluarga dan tanggungan orang tua, dimana Fahrul memiliki nilai 1 untuk kriteria keadaan keluarga sementara Titin dan Nova mendapat nilai 3. Pada kriteria tanggungan orang tua, Fahrul juga memiliki nilai 1 sementara Titin dan Nova mendapatkan nilai 3. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode AHP-TOPSIS lebih akurat karena Fahrul menempati peringkat kelima, sementara di TOPSIS Fahrul menempati peringkat ketujuh setelah Titin dan Nova. Dikatakan Fahrul layak menempati tempat diatas Titin dan Nova karena Fahrul memiliki nilai IPK tertinggi dibandingkan Titin dan Nova, sementara IPK memiliki prioritas ketiga dalam penentuan penerima beasiswa BBM. Sedangkan kriteria keadaan keluarga dan tanggungan orang tua menempati prioritas kriteria kelima dan kesembilan. Sementara itu urutan ke-8 hingga ke-16 pada beasiswa BBM metode TOPSIS dan metode AHP-TOPSIS memiliki peringkat dan nama yang sama.

Setelah dilakukan analisis dari hasil pengujian 25 mahasiswa, dimana 14 mahasiswa berhasil diseleksi untuk beasiswa PPA dan 16 mahasiswa berhasil diseleksi untuk beasiswa BBM, dihitung nilai akurasi dari masing-masing metode AHP-TOPSIS dan TOPSIS terhadap penerima beasiswa PPA dan BBM menggunakan rumus akurasi umum. Hasil analisis data yang benar dan salah untuk beasiswa PPA dapat dilihat pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28 Hasil Analisis Data yang Benar dan Salah Beasiswa PPA

Metode AHP-TOPSIS Metode TOPSIS

Nama Hasil Akhir Ket Nama Hasil Akhir Ket

MUHAMAD FAHRUL REZA

NAUE

0.544815229 √ BRIAN DAMITI 0.637481555 × BRIAN DAMITI 0.523441011 √ MUH. RIFNANJAR 0.576969516 × MUH. RIFNANJAR 0.496040054 √ ZAINAL DUNGGIO 0.539244844 × ZAINAL DUNGGIO 0.488040505 √ MARYAM M

BADOE 0.539244844 × MARYAM M BADOE 0.488040505 MUHAMAD FAHRUL REZA NAUE 0.40206502 × NOVA PUSPITA KASIM 0.316964953 NOVA PUSPITA KASIM 0.398492601 RUDI WIYONO 0.300828456 √ RUDI WIYONO 0.335573136 √ ARISTY YACUB

ESSING 0.300828456

ARISTY YACUB

ESSING 0.335573136 FAJRIN ISMAIL 0.300828456 √ FAJRIN ISMAIL 0.335573136 √

ERWIN KURNIAWAN 0.300828456 ERWIN KURNIAWAN 0.335573136

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 76-81)

Dokumen terkait