BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Uraian Hasil Metode Gabungan AHP dan TOPSIS
Dalam penyelesaian permasalahan dengan metode AHP dan TOPSIS ada beberapa langkah-langkah pemecahannya, yaitu :
A. Menentukan jenis-jenis kriteria dan alternatif.
Pada penelitian ini penulis mengambil studi kasus penerima beasiswa PPA dan BBM di Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, sehingga dalam penguraian ini diberikan empat alternatif mahasiswa untuk diseleksi. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kriteria Utama:
C1 = Jumlah IPK tertinggi C2 = Semester
C3 = Prestasi yang diraih
C4 = Jumlah Penghasilan Orang Tua Kriteria Lokal:
C5 = Keadaan Keluarga
C6 = Penerima Beasiswa Pemerintah C7 = Kriteria Usia
C9 = Tanggungan Orang Tua C10 = Kuliah Bersaudara C11 = Jalur Masuk C12 = Jenjang Mahasiswa
C1 sampai C4 merupakan kriteria utama untuk penyeleksian penerima beasiswa PPA dan BBM, namun memiliki bobot yang berbeda, sementara C5 hingga C12 merupakan kriteria lokal atau kriteria pendukung, dimana bobot yang dimiliki sama ketika digunakan untuk pemilihan beasiswa PPA dan BBM. Pada beasiswa PPA, urutan prioritas kriteria dimulai dari C1, C2, C3, C4, C5, C6,C7, C8, C9, C10, C11, kemudian C12. Sementara pada beasiswa BBM urutan prioritas kriteria dimulai dari C4, C3, C1, C2, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11, dan yang terakhir adalah C12.
Pada saat melakukan proses perhitungan, data-data kriteria akan dikonversi dalam bentuk angka yang lebih praktis sehingga akan lebih mudah untuk melakukan perhitungan. Data konversi diperoleh dari hasil diskusi dengan Biro Bagian Kemahasiswaan dan telah disahkan oleh Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan sebagaimana terlampir pada Lampiran 2. Hasil konversi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Konversi Kriteria Penerima Beasiswa PPA dan BBM
Simbol Nama Data Data Awal Data Konversi
C1 IPK PPA < 3.00 0 3.00 - 3.50 3 3.51 - 4.00 5 BBM < 2.50 0 2.50 – 3.25 3 3.25 – 4.00 5
C2 Semester PPA 2 1 4 3 6 5 BBM 6 1 8 5 C3 Prestasi Sedikit 1 Sedang 3 Banyak 5 C4 Jumlah Penghasilan > 8.000.000 1 > 2.000.000 - <= 8.000.000 3 <= 2.000.000 5 C5 Keadaan Keluarga Kaya 1 Sejahtera 3 Miskin 5
C6 Penerima Beasiswa Pemerintah Penerima 0
Bukan Penerima 5
C7 Kriteria Usia
>= 23 tahun 0
16 - 22 tahun 5
C8 Status Orang Tua
Lengkap 1
Yatim / Piatu 3
Yatim Piatu 5
C9 Tanggungan Orang Tua
1 – 2 anak 1 3 – 4 anak 3 >= 5 anak 5 C10 Kuliah Bersaudara Tidak Bersaudara 1 Bersaudara 5 C11 Jalur Masuk Non Reguler 0 Reguler 5 C12 Jenjang Mahasiswa D3 1 S1 5 Keterangan Angka:
0 = Tidak Ada/ Tidak Dihitung 1 = Sangat Rendah
2 = Rendah 3 = Cukup 4 = Tinggi 5 = Sangat Tinggi
Pada uraian penelitian ini menggunakan empat alternatif mahasiswa yang diseleksi untuk penerima beasiswa PPA. Data empat mahasiswa tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Alternatif Mahasiswa
Kriteria Alternatif
A1 A2 A3 A4
IPK 3.57 3.58 3.52 3.04
SMT 2 4 6 6
Prestasi Sedikit Sedikit Sedang Banyak
Jumlah Penghasilan
Orang Tua 950.000 2.000.000 3.500.000 950.000 Keadaan Keluarga Miskin Sejahtera Kaya Sejahtera Penerima Beasiswa Pemerintah Bukan Penerima Bukan Penerima Bukan Penerima Bukan Penerima Usia 19 21 20 21
Status Orang Tua Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap Tanggungan
Orang Tua 2 2 3 3
Kuliah Bersaudara Tidak Bersaudara Tidak Bersaudara Tidak Bersaudara Tidak Bersaudara Jalur Masuk Reguler Reguler Reguler Reguler
Jenjang Pendidikan S1 S1 S1 S1 Keterangan: A1 = Mahasiswa 1 A2 = Mahasiswa 2 A3 = Mahasiswa 3 A4 = Mahasiswa 4
Setelah didapatkan data alternatif, selanjutnya adalah mengkonversikan data tersebut ke dalam bentuk angka yang telah disusun sebelumnya. Data konversi telah di konsultasikan kepada pihak yang berwenang melakukan
penyeleksian penerima beasiswa PPA dan BBM di Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, dalam hal ini yakni kepada Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo.
Hasil konversi data pada Tabel 4.2 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data Alternatif Mahasiswa Setelah Dikonversi
Kriteria Alternatif A1 A2 A3 A4 IPK 5 5 5 3 SMT 1 3 5 5 Prestasi 1 1 3 5 Jumlah Penghasilan Orang Tua 5 5 3 5 Keadaan Keluarga 5 3 1 3 Penerima Beasiswa Pemerintah 5 5 5 5 Usia 5 5 5 5
Status Orang Tua 1 1 1 1
Tanggungan
Orang Tua 1 1 3 3
Kuliah Bersaudara 1 1 1 1
Jalur Masuk 5 5 5 5
Jenjang Pendidikan 5 5 5 5
B. Melakukan Proses Perhitungan AHP
Proses perhitungan AHP dilakukan untuk mendapatkan nilai bobot prioritas dari kriteria-kriteria yang ada pada penyeleksian penerima beasiswa, dalam hal ini yang akan diuraikan adalah beasiswa PPA. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukaan dalam melakukan proses perhitungan AHP: a. Menghitung bobot kriteria penyeleksian penerima beasiswa, dengan cara
1) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 12
2) Elemen matriks segitiga atas sebagai input. Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria
3) Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah, mempunyai rumus a[j,i] =
[ , ]
Untuk i ≠ j
4) Kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Matriks Nilai Perbandingan Kriteria Penyeleksian Penerima Beasiswa untuk PPA
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C1 1 3 3 3 5 5 5 7 7 7 9 9 C2 0.333333333 1 3 3 3 5 5 5 7 7 7 9 C3 0.333333333 0.333333 1 3 3 3 5 5 5 7 7 7 C4 0.333333333 0.333333 0.333333 1 3 3 3 5 5 5 7 7 C5 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 3 3 3 5 5 5 7 C6 0.2 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 3 3 3 5 5 5 C7 0.2 0.2 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 3 3 3 5 5 Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C1 1 3 3 3 5 5 5 7 7 7 9 9 C2 1 3 3 3 5 5 5 7 7 7 9 C3 1 3 3 3 5 5 5 7 7 7 C4 1 3 3 3 5 5 5 7 7 C5 1 3 3 3 5 5 5 7 C6 1 3 3 3 5 5 5 C7 1 3 3 3 5 5 C8 1 3 3 3 5 C9 1 3 3 3 C10 1 3 3 C11 1 3 C12 1 Jumlah
C8 0.142857143 0.2 0.2 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 3 3 3 5 C9 0.142857143 0.142857 0.2 0.2 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 3 3 3 C10 0.142857143 0.142857 0.142857 0.2 0.2 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 3 3 C11 0.111111111 0.142857 0.142857 0.142857 0.2 0.2 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 3 C12 0.111111111 0.111111 0.142857 0.142857 0.142857 0.2 0.2 0.2 0.333333 0.333333 0.333333 1 Jumlah 3.250793651 6.139683 9.028571 11.88571 16.74286 21.6 26.4 33.2 40 46.66667 55.33333 64
5) Setelah mendapatkan mendapatkan nilai jumlah dari matriks perbandingan berpasangan, maka selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks pada Tabel 4.5 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Matriks Nilai Kriteria Seleksi Penerima Beasiswa untuk PPA
Nilai 0.307617188 pada baris C1 kolom C1 Tabel 4.6, diperoleh dari nilai pada baris C1 kolom C1 Tabel 4.5 dibagi dengan jumlah baris C1. Begitu pula dengan nilai 0.488625 pada baris C2 kolom C1 Tabel 4.6, diperoleh dari nilai pada baris C2 kolom C1 Tabel 4.5 dibagi dengan jumlah baris C2, dan demikian seterusnya. Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C1 0.307617188 0.488625 0.332278 0.252404 0.298635 0.231481 0.189394 0.210843 0.175 0.15 0.162651 0.140625 C2 0.102539063 0.162875 0.332278 0.252404 0.179181 0.231481 0.189394 0.150602 0.175 0.15 0.126506 0.140625 C3 0.102539063 0.054292 0.110759 0.252404 0.179181 0.138889 0.189394 0.150602 0.125 0.15 0.126506 0.109375 C4 0.102539063 0.054292 0.03692 0.084135 0.179181 0.138889 0.113636 0.150602 0.125 0.107143 0.126506 0.109375 C5 0.061523438 0.054292 0.03692 0.028045 0.059727 0.138889 0.113636 0.090361 0.125 0.107143 0.090361 0.109375 C6 0.061523438 0.032575 0.03692 0.028045 0.019909 0.046296 0.113636 0.090361 0.075 0.107143 0.090361 0.078125 C7 0.061523438 0.032575 0.022152 0.028045 0.019909 0.015432 0.037879 0.090361 0.075 0.064286 0.090361 0.078125 C8 0.043945313 0.032575 0.022152 0.016827 0.019909 0.015432 0.012626 0.03012 0.075 0.064286 0.054217 0.078125 C9 0.043945313 0.023268 0.022152 0.016827 0.011945 0.015432 0.012626 0.01004 0.025 0.064286 0.054217 0.046875 C10 0.043945313 0.023268 0.015823 0.016827 0.011945 0.009259 0.012626 0.01004 0.008333 0.021429 0.054217 0.046875 C11 0.034179688 0.023268 0.015823 0.012019 0.011945 0.009259 0.007576 0.01004 0.008333 0.007143 0.018072 0.046875 C12 0.034179688 0.018097 0.015823 0.012019 0.008532 0.009259 0.007576 0.006024 0.008333 0.007143 0.006024 0.015625
6) Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata atau nilai prioritas kriteria. Hasilnya pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Nilai Bobot Prioritas Kriteria Penyeleksian Penerima Beasiswa untuk PPA
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 Jumlah Bobot Prioritas C1 0.307617188 0.488625 0.332278 0.252404 0.298635 0.231481 0.189394 0.210843 0.175 0.15 0.162651 0.140625 2.939553 0.244962778 C2 0.102539063 0.162875 0.332278 0.252404 0.179181 0.231481 0.189394 0.150602 0.175 0.15 0.126506 0.140625 2.192886 0.1827405 C3 0.102539063 0.054292 0.110759 0.252404 0.179181 0.138889 0.189394 0.150602 0.125 0.15 0.126506 0.109375 1.688941 0.140745098 C4 0.102539063 0.054292 0.03692 0.084135 0.179181 0.138889 0.113636 0.150602 0.125 0.107143 0.126506 0.109375 1.328218 0.110684797 C5 0.061523438 0.054292 0.03692 0.028045 0.059727 0.138889 0.113636 0.090361 0.125 0.107143 0.090361 0.109375 1.015273 0.084606061 C6 0.061523438 0.032575 0.03692 0.028045 0.019909 0.046296 0.113636 0.090361 0.075 0.107143 0.090361 0.078125 0.779896 0.064991293 C7 0.061523438 0.032575 0.022152 0.028045 0.019909 0.015432 0.037879 0.090361 0.075 0.064286 0.090361 0.078125 0.615649 0.051304055 C8 0.043945313 0.032575 0.022152 0.016827 0.019909 0.015432 0.012626 0.03012 0.075 0.064286 0.054217 0.078125 0.465215 0.038767877 C9 0.043945313 0.023268 0.022152 0.016827 0.011945 0.015432 0.012626 0.01004 0.025 0.064286 0.054217 0.046875 0.346613 0.028884456 C10 0.043945313 0.023268 0.015823 0.016827 0.011945 0.009259 0.012626 0.01004 0.008333 0.021429 0.054217 0.046875 0.274588 0.022882309 C11 0.034179688 0.023268 0.015823 0.012019 0.011945 0.009259 0.007576 0.01004 0.008333 0.007143 0.018072 0.046875 0.204534 0.017044466 C12 0.034179688 0.018097 0.015823 0.012019 0.008532 0.009259 0.007576 0.006024 0.008333 0.007143 0.006024 0.015625 0.148636 0.012386311
Nilai 2.939553 pada kolom Jumlah baris pertama Tabel 4.7, diperoleh dari hasil penjumlahan 0.307617188 + 0.488625 + 0.332278 + 0.252404 +
0.298635 + 0.231481 + 0.189394 + 0.210843 + 0.175 + 0.15 + 0.162651 + 0.140625, dan demikian nilai seterusnya. Sementara Bobot Prioritas diperoleh
dari Jumlah/n, n merupakan jumlah kriteria yang dimiliki, dalam hal ini n yang dimiliki adalah 12. Contohnya 0.244962778 pada baris pertama kolom Bobot Prioritas diperoleh dari 2.939553/12, dan seterusnya.
Kriteria C1 atau jumlah IPK tertinggi merupakan kriteria paling penting dalam uraian studi kasus ini, karena memiliki nilai prioritas paling tinggi dibandingkan kriteria-kriteria lainnya.
b. Mengukur nilai konsistensi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur nilai konsistensi ialah: 1) Membuat matriks penjumlahan tiap baris.
Pada matriks penjumlahan tiap baris, proses yang dilakukan yakni mengalikan tiap elemen pada matriks nilai perbandingan kriteria Tabel 4.5 dengan bobot prioritas masing-masing nilai kriteria seperti yang tertera pada Tabel 4.7. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.
2) Menjumlahkan tiap baris.
Setelah mengalikan tiap elemen dengan bobot prioritas, proses yang dilakukan berikutnya yakni menjumlahkan tiap baris dari matriks yang dihasilkan dari perkalian tiap elemen tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Matriks Penjumlahan Tiap Baris Seleksi Penerima Beasiswa untuk PPA
Nilai 0.244962778 pada baris C1 kolom C1 Tabel 4.8 diperoleh dari nilai pada baris C1 kolom C1 Tabel 4.5 dikali dengan nilai bobot prioritas pada baris pertama kolom bobot prioritas Tabel 4.7. Demikian juga tiap elemen pada kolom C2 pada Tabel 4.5 dikalikan dengan nilai bobot prioritas C2 yang ada pada Tabel 4.7, dan seterusnya. Setelah itu hasil dari tiap baris
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 Jumlah C1 0.244962778 0.548222 0.422235 0.332054 0.42303 0.324956 0.25652 0.271375 0.202191 0.160176 0.1534 0.111477 3.4506 C2 0.081654259 0.182741 0.422235 0.332054 0.253818 0.324956 0.25652 0.193839 0.202191 0.160176 0.119311 0.111477 2.640974 C3 0.081654259 0.060914 0.140745 0.332054 0.253818 0.194974 0.25652 0.193839 0.144422 0.160176 0.119311 0.086704 2.025133 C4 0.081654259 0.060914 0.046915 0.110685 0.253818 0.194974 0.153912 0.193839 0.144422 0.114412 0.119311 0.086704 1.56156 C5 0.015070952 0.060914 0.046915 0.036895 0.084606 0.194974 0.153912 0.116304 0.144422 0.114412 0.085222 0.086704 1.14035 C6 0.015070952 0.036548 0.046915 0.036895 0.028202 0.064991 0.153912 0.116304 0.086653 0.114412 0.085222 0.061932 0.847057 C7 0.015070952 0.036548 0.028149 0.036895 0.028202 0.021664 0.051304 0.116304 0.086653 0.068647 0.085222 0.061932 0.636591 C8 0.034994683 0.036548 0.028149 0.022137 0.028202 0.021664 0.017101 0.038768 0.086653 0.068647 0.051133 0.061932 0.495929 C9 0.034994683 0.026106 0.028149 0.022137 0.016921 0.021664 0.017101 0.012923 0.028884 0.068647 0.051133 0.037159 0.365819 C10 0.034994683 0.026106 0.020106 0.022137 0.016921 0.012998 0.017101 0.012923 0.009628 0.022882 0.051133 0.037159 0.28409 C11 0.027218086 0.026106 0.020106 0.015812 0.016921 0.012998 0.010261 0.012923 0.009628 0.007627 0.017044 0.037159 0.213804 C12 0.027218086 0.020305 0.020106 0.015812 0.012087 0.012998 0.010261 0.007754 0.009628 0.007627 0.005681 0.012386 0.161864
dijumlahkan, sehingga diperoleh jumlah dari matriks penjumlahan tiap baris untuk kriteria seleksi penerima beasiswa PPA.
3) Menghitung Rasio Konsistensi
Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai bobot kriteria layak digunakan, dilihat dari nilai rasio konsistensi (CR) <= 0,1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka nilai bobot kriteria dinyatakan tidak layak sehingga matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti terlihat dalam Tabel 4.9
Tabel 4.9 Perhitungan Rasio Konsistensi
Kriteria Jumlah Penjumlahan Tiap Baris Bobot Prioritas Hasil C1 3.450600489 0.2449628 3.695563 C2 2.640974163 0.1827405 2.823715 C3 2.025132848 0.1407451 2.165878 C4 1.561560461 0.1106848 1.672245 C5 1.140350483 0.0846061 1.224957 C6 0.847056923 0.0649913 0.912048 C7 0.636590654 0.0513041 0.687895 C8 0.495929022 0.0387679 0.534697 C9 0.365819115 0.0288845 0.394704 C10 0.28409011 0.0228823 0.306972 C11 0.213804324 0.0170445 0.230849 C12 0.161863756 0.0123863 0.17425 Jumlah 14.82377
Kolom Jumlah Penjumlahan Tiap Baris diperoleh dari jumlah pada matriks penjumlahan tiap baris seperti yang tertera pada Tabel 4.8. Sementara kolom bobot prioritas diperoleh dari nilai bobot prioritas seperti yang tertera pada Tabel 4.7. Kolom Hasil diperoleh dari penjumlahan kolom Jumlah
Penjumlahan Tiap Baris dan Bobot Prioritas pada Tabel 4.9, contohnya nilai 3.695563 pada baris pertama kolom Hasil diperoleh dari hasil penjumlahan
3.450600489 + 0.2449628, dan seterusnya. Setelah itu seluruh nilai pada
kolom Hasil dijumlahkan sehingga didapatkan nilai jumlah 14.82377.
Setelah didapatkan nilai jumlah, maka proses yang dilakukan selanjutnya yakni menghitung λmaks. λmaks didapatkan dari pembagian nilai jumlah Tabel 4.9 dengan n atau jumlah kriteria, dalam studi kasus ini n=12. Sehingga dapat dihitung nilai λmaks pada studi kasus ini: λmaks =
14.82377 : 12 = 1.235314.
4) Menghitung Indeks Konsistensi/Consistency Index (CI) CI = ( maks – n) / (n-1)
= (1.235314– 12) / (12 – 1) = -10.764686 / 11
= -0.978607785
5) Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) CR = CI / IR
= -0.978607785/ 1.48
= -0.661221477 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
Nilai IR (Index Random) diambil dari aturan tabel indeks random yang telah ditentukan sesuai dengan ukuran matriks elemen yang ada, dimana aturan nilai IR telah ditampilkan pada Tabel 2.2.
Setelah mendapatkan nilai bobot prioritas dan diuji kelayakan nilai bobot tersebut melalui nilai CR, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan TOPSIS sehingga akan didapatkan peringkat dari alternatif yang ada.
C. Melakukan Proses Perhitungan TOPSIS
Perhitungan TOPSIS dilakukan untuk menyeleksi alternatif manakah yang diutamakan atau yang terbaik untuk dipilih, sehingga melalui perhitungan TOPSIS akan didapatkan peringkat dari alternatif yang diseleksi. Berikut ini langkah-langkah penyelesaian perhitungan TOPSIS:
a. Membuat Normalisasi Matriks Keputusan (Matriks R)
Normalisasi matriks keputusan diproses dari matriks pada data alternatif mahasiswa yang telah dikonversi. Normalisasi Matriks R disusun dengan rumus:
=
Untuk mempermudah perhitungan, maka yang dilakukan terlebih dahulu ialah
mengkuadaratkan setiap elemen-elemen kemudian menjumlahkan kolom
setiap kriteria yang sudah dikuadratkan. Setelah dijumlahkan, nilai tersebut diakarkan. Jumlah dan hasil akar pada Tabel 4.3 dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Jumlah Hasil Kuadrat Tiap Elemen Kriteria pada Data Alternatif
Kriteria Alternatif
A1 A2 A3 A4 Jumlah Hasil Akar
IPK 5 5 5 3 84 9.1651514
SMT 1 3 5 5 60 7.7459667
Jumlah Penghasilan Orang Tua 5 5 3 5 84 9.1651514 Keadaan Keluarga 5 3 1 3 44 6.6332496 Penerima Beasiswa Pemerintah 5 5 5 5 100 10 Usia 5 5 5 5 100 10 Status Orang Tua 1 1 1 1 4 2 Tanggungan Orang Tua 1 1 3 3 20 4.472136 Kuliah Bersaudara 1 1 1 1 4 2 Jalur Masuk 5 5 5 5 100 10 Jenjang Pendidikan 5 5 5 5 100 10
Nilai 84 pada kolom Jumlah baris pertama diperoleh dari penjumlahan + + + = 84. Setelah mendapatkan nilai jumlah-nya, nilai
tersebut diakarkan sehingga didapatkan nilai 9.1651514 sebagai hasil akar dari 84, dan demikian seterusnya. Kemudian setelah mendapatkan nilai hasil akar, tiap elemen dibagi dengan hasil akar masing-masing kriteria.
Hasil dari Normalisasi Matriks R pada studi kasus penyeleksian penerima beasiswa PPA dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Normalisasi Matriks Keputusan (Matriks R) Seleksi Penerima Beasiswa PPA
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12
A1 0.54554473 0.129099 0.166667 0.545545 0.753778 0.5 0.5 0.5 0.223607 0.5 0.5 0.5 A2 0.54554473 0.387298 0.166667 0.545545 0.452267 0.5 0.5 0.5 0.223607 0.5 0.5 0.5 A3 0.54554473 0.645497 0.5 0.327327 0.150756 0.5 0.5 0.5 0.67082 0.5 0.5 0.5 A4 0.32732684 0.645497 0.833333 0.545545 0.452267 0.5 0.5 0.5 0.67082 0.5 0.5 0.5
Nilai 0.54554473 pada kolom C1 baris A1 diperoleh dari 5 / 9.1651514 dari Tabel 4.10, begitu pula dengan nilai 0.129099 pada kolom C2 baris A1 diperoleh dari 1 / 7.7459667, dan seterusnya.
b. Membuat Matriks Normalisasi Pembobotan
Langkah yang dilakukan pada tahap ini ialah mengalikan setiap elemen matriks yang sudah ternormalisasi (Matriks R) dengan nilai bobot prioritas. Pada metode penggabungan AHP dan TOPSIS, nilai bobot prioritas yang digunakan pada perhitungan TOPSIS ialah nilai bobot prioritas yang telah dihasilkan sebelumnya dari perhitungan AHP. Hasil dari Matriks Normalisasi Pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Matriks Normalisasi Pembobotan Seleksi Penerimaan Beasiswa PPA
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12
A1 0.13363815 0.023592 0.023458 0.060384 0.063774 0.032496 0.025652 0.019384 0.006459 0.011441 0.008522 0.006193 A2 0.13363815 0.070775 0.023458 0.060384 0.038265 0.032496 0.025652 0.019384 0.006459 0.011441 0.008522 0.006193 A3 0.13363815 0.117958 0.070373 0.03623 0.012755 0.032496 0.025652 0.019384 0.019376 0.011441 0.008522 0.006193 A4 0.08018289 0.117958 0.117288 0.060384 0.038265 0.032496 0.025652 0.019384 0.019376 0.011441 0.008522 0.006193
Nilai 0.13363815 diperoleh dari hasil perkalian 0.54554473 (baris A1, kolom C1, Tabel 4.11) dan 0.244962778 (baris pertama, kolom bobot prioritas, Tabel 4.7), dan seterusnya.
c. Menentukan Solusi Ideal Positif ( ) dan Solusi Ideal Negatif ( )
Karena data alternatif telah dikonversi dalam bentuk angka, maka terbentuk
range nilai rendah hingga nilai tinggi. Sehingga penentuan Solusi ideal positif
dan Solusi ideal negatif lebih mudah dikerjakan. Solusi ideal positif mengambil nilai maksimal dari Matriks Normalisasi Pembobotan yang ada pada Tabel 4.12, sementara solusi ideal negatif mengambil nilai minimalnya. Hasil solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat dilihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif
Kriteria Solusi Ideal Positif Solusi Ideal Negatif
C1 0.13363815 0.08018289 C2 0.117958 0.023592 C3 0.117288 0.023458 C4 0.060384 0.03623 C5 0.063774 0.012755 C6 0.032496 0.032496 C7 0.025652 0.025652 C8 0.019384 0.019384 C9 0.019376 0.006459 C10 0.011441 0.011441 C11 0.008522 0.008522 C12 0.006193 0.006193
d. Menghitung Separation Measure ( )
Perhitungan Separation Measure dilakukan terhadap solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perhitungan ini merupakan pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal positif dan solusi ideal negatif.
Hal yang terlebih dahulu dilakukan ialah mengurangi setiap elemen kriteria pada satu alternatif dengan solusi ideal positif/negatif masing-masing kriteria, setelah itu hasil dari pengurangan masing-masing elemen dikuadratkan. Setelah itu elemen-elemen yang telah dikuadratkan akan dijumlahkan, kemudian hasil tersebut diakarkan.
Hasil separation measure untuk solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Separation Measure Positif dan Negatif Max Min A1 0.13370129 0.07774206 A2 0.10884834 0.07948502 A3 0.0733988 0.11887152 A4 0.05923014 0.13823952
Penjabaran perhitungan Separation Measure dapat dilihat dari contoh penjabaran Separation Measure untuk solusi ideal positif pada A1:
1. (0.13363815 − 0.13363815) + (0.023592 − 0.117958) + (0.023458 − 0.117288) + (0.060384 − 0.060384) + (0.063774 − 0.063774) + (0.032496 − 0.032496) + (0.025652 − 0.025652) + (0.019384 − 0.019384) + (0.006459 − 0.019376) + (0.011441 − 0.011441) + (0.008522 − 0.008522) + (0.006193 − 0.006193) = 0.017876034
Nilai pertama (0.13363815) merupakan nilai dari kolom C1 baris A1 pada
Tabel 4.12 Matriks Normalisasi Pembobotan, sementara nilai yang
dikurangi (0.13363815) merupakan nilai solusi ideal positif untuk kriteria pertama (C1).
2. √0.017876034 = 0.13363815
Sehingga didapatkanlah Max untuk alternatif pertama (A1).
Langkah untuk menentukan solusi ideal negatif juga sama dengan langkah untuk menentukan solusi ideal positif, berikut penjabaran pada Separation
1. (0.13363815 − 0.08018289) + (0.023592 − 0.023592) + (0.023458 − 0.023458) + (0.060384 − 0.03623) + (0.063774 − 0.012755) + (0.032496 − 0.032496) + (0.025652 − 0.025652) + (0.019384 − 0.019384) + (0.006459 − 0.006459) + (0.011441 − 0.011441) + (0.008522 − 0.008522) + (0.006193 − 0.006193) = 0.00604383
Nilai pertama (0.07774206) merupakan nilai dari kolom C1 baris A1 pada
Tabel 4.12 Matriks Normalisasi Pembobotan, sementara nilai yang
dikurangi (0.13363815) merupakan nilai solusi ideal positif untuk kriteria pertama (C1).
3. √0.00604383 = 0.07774206
Sehingga didapatkanlah Min untuk alternatif pertama (A1).
e. Menghitung kedekatan relative dengan ideal positif ( )
Rumus untuk menghitung kedekatan relative dengan ideal positif ialah
=
A1 = . . . = 0.36767324 A2 = . . . = 0.42204431 A3 = . . . = 0.61825206A4 = .
. . = 0.7000545
f. Mengurutkan Pilihan
Hasil dari ( ) diurut berdasarkan urutan descending sehingga bisa dilihat alternatif mana yang lebih baik. Berikut urutan alternatif penerima beasiswa PPA menggunakan metode gabungan AHP dan TOPSIS:
1. Mahasiswa 4 = 0.7000545 2. Mahasiswa 3 = 0.61825206 3. Mahasiswa 2 = 0.42204431 4. Mahasiswa 1 = 0.36767324
4.1.2 Uraian Hasil Metode TOPSIS
Kriteria dan alternatif yang digunakan pada uraian hasil metode TOPSIS ini, sama dengan kriteria dan alternatif yang digunakan pada uraian hasil metode gabungan AHP-TOPSIS. Sehingga data alternatif yang digunakan pada uraian ini menggunakan data pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3. Berikut ini langkah penguraian hasil metode TOPSIS pada studi kasus penerima beasiswa PPA: a. Membuat Normalisasi Matriks Keputusan (Matriks R)
Karena data yang digunakan sama dengan hasil penguraian sebelumnya, maka normalisasi matriks keputusan pada uraian ini menggunakan matriks yang sama dengan uraian hasil metode AHP-TOPSIS, yakni pada Tabel 4.11.
b. Membuat Matriks Normalisasi Pembobotan
Tahap ini yang membedakan antara metode gabungan AHP dan TOPSIS, dengan metode TOPSIS. Pada metode AHP-TOPSIS nilai bobot yang digunakan adalah nilai bobot yang didapatkan dari hasil perhitungan AHP, sementara metode TOPSIS menggunakan bobot yang ditentukan langsung oleh pembuat keputusan tanpa dibuat perbandingan sebelumnya. Tabel 4.15 menunjukan nilai bobot yang digunakan pada uraian hasil metode TOPSIS studi kasus penerima beasiswa PPA.
Tabel 4.15 Bobot Kriteria Penerima Beasiswa PPA
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12
Bobot 5 5 4 4 4 3 3 2 2 1 1 1
Keterangan Angka pada Bobot:
1 = Sangat Rendah 2 = Rendah 3 = Cukup Rendah 4 = Tinggi
5 = Sangat Tinggi
Setelah menentukan bobot, selanjutnya adalah membuat matriks normalisasi pembobotan. Hasil matriks normalisasi pembobotan menggunakan metode TOPSIS dapat dilihat pada Tabel 4.16
Tabel 4.16 Matriks Normalisasi Pembobotan Seleksi Penerima Beasiswa PPA
Menggunakan Metode TOPSIS
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12
A1 2.72772363 0.645497 0.666667 2.182179 3.015113 1.5 1.5 1 0.447214 0.5 0.5 0.5
A2 2.72772363 1.936492 0.666667 2.182179 1.809068 1.5 1.5 1 0.447214 0.5 0.5 0.5
A3 2.72772363 3.227486 2 1.309307 0.603023 1.5 1.5 1 1.341641 0.5 0.5 0.5
A4 1.63663418 3.227486 3.333333 2.182179 1.809068 1.5 1.5 1 1.341641 0.5 0.5 0.5
c. Menentukan Solusi Ideal Positif ( ) dan Solusi Ideal Negatif ( )
Hasil dari solusi ideal positif dan solusi ideal negatif menggunakan metode TOPSIS untuk seleksi penerima beasiswa PPA dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif Menggunakan Metode
TOPSIS
Kriteria Solusi Ideal Positif Solusi Ideal Negatif
C1 2.72772363 1.63663418 C2 3.227486 0.645497 C3 3.333333 0.666667 C4 2.182179 1.309307 C5 3.015113 0.603023 C6 1.5 1.5 C7 1.5 1.5 C8 1 1 C9 1.341641 0.447214 C10 0.5 0.5 C11 0.5 0.5 C12 0.5 0.5
d. Menghitung Separation Measure ( )
Hasil dari perhitungan Separation Measure menggunakan metode TOPSIS dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Separation Measure Positif dan Negatif
Menggunakan Metode TOPSIS
Max Min
A1 3.81808562 2.78757292 A2 3.32149413 2.25246378 A3 2.89099712 3.23031278 A4 1.62635225 4.09807613
e. Menghitung kedekatan relative dengan ideal positif ( )
Berikut hasil perhitungan ( ) menggunakan metode TOPSIS terhadap empat
alternatif mahasiswa untuk seleksi penerima beasiswa PPA:
A1 = . . . = 0.42199773 A2 = . . . = 0.40410491 A3 = . . . = 0.52771594 A4 = . . . = 0.71589264 f. Mengurutkan Pilihan
Hasil dari ( ) diurut berdasarkan urutan descending sehingga bisa dilihat alternatif mana yang lebih baik. Berikut urutan alternatif penerima beasiswa PPA menggunakan metode TOPSIS:
2. Mahasiswa 4 = 0. 71589264 3. Mahasiswa 3 = 0. 52771594 4. Mahasiswa 1 = 0. 42199773 5. Mahasiswa 2 = 0. 40410491
4.1.3 Skema Rancangan Metode Gabungan AHP dan TOPSIS dengan Metode TOPSIS
Berdasarkan data yang ada yaitu data internal dan data eksternal serta data ektraksi maka gambaran sistem pendukung keputusan penyeleksian penerima beasiswa PPA dan BBM adalah sebagai berikut.
1. Rancangan Sistem Pendukung Keputusan
Berdasarkan data yang ada yaitu data internal serta data eksternal maka gambaran sistem keputusan untuk penerima beasiswa PPA dan BBM digambarkan pada Gambar 4.1
/
Gambar 4.1 Skema Rancangan Sistem Pendukung Keputusan Penerima
Beasiswa PPA dan BBM Data Eksternal
Syarat Penerima Beasiswa dari DIKTI
Data Internal
Data calon penerima.
Data Kriteria Penerima Beasiswa PPA dan BBM E K S T R A K S I Basis Data SPK Basis Model SPK Sistem Manajemen Basis Data Sistem Manajemen Basis Model 1. Model AHP-TOPSIS 2. Model TOPSIS
Dialog Layar Terminal
- Dialog Penentuan prioritas kriteria
- Dialog proses seleksi - Dialog Proses perankingan - Tampilan hasil perankingan
penerima beasiswa PPA dan BBM
Data digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian: yaitu data internal, data eksternal dan data ekstraksi.
a. Data Internal
Data internal merupakan data yang berasal dari dalam organisasi. Data internal diperoleh sistem proses transaksi perusahaan atau organisasi, dalam hal ini adalah lembaga. Pada sisetm pendukung keputusan ini yang dikategorikan sebagai data internal adalah:
Data calon penerima beasiswa PPA dan BBM di Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo.
Data kriteria penerima beasiswa PPA dan BBM di Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo.
b. Data Eksternal
Data eksternal diperoleh dari luar organisasi atau instansi namun tetap memiliki pengaruh dalam menciptakan sistem pendukung keputusan yang akan dibangun. Pada sistem pendukung keputusan ini yang dikategorikan sebagai data eksternal adalah data syarat atau kriteria penerima beasiswa PPA dan BBM dari DIKTI.
c. Data Ekstraksi
Data ekstraksi merupakan penggabungan dari data internal dan data eksternal. Proses data ekstaksi akan menghasilkan database sistem pendukung keputusan. Data ekstraksi meliputi: import file, meringkas dan menyaring data yang menghasilkan laporan dari data yang ada di database. Proses ekstraksi dikelola dalam DBMS (Database Management System).
d. Pemodelan Fungsional
Model fungsional menggambarkan bagaimana input diproses oleh sistem menjadi output yang diharapkan oleh pengguna. Model fungsional memuat beberapa aliran data atau data flow diagram (DFD) yang memperlihatkan aliran data dari luar sistem yang kemudian diproses oleh sistem dan akhirnya menghasilkan output yang berguna.
Model fungsional sistem pendukung keputusan penentuan penerima beasiswa PPA dan BBM digambarkan dengan :
1) Rancangan Dialog 2) Diagram konteks
3) Diagram level 0, Level 1 4) Diagram ERD
2. Rancangan Dialog Sistem
Rancangan dialog dari sistem pendukung keputusan bertujuan untuk memudahkan terjadinya interaksi antara pengguna dengan sistem, dimana rancangan dialognya menggunakan gaya menu yang digambarkan dengan struktur pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Struktur Dialog Menu
3. Diagram Konteks
Diagram Konteks untuk sistem pendukung keputusan perbandingan metode AHP-TOPSIS dengan metode TOPSIS dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Pilih Metode Proses Perhitungan Perbandingan Metode AHP-TOPSIS Input Nilai Skala Perbandingan Bobot AHP-TOPSIS
Input Kriteria Pilih Metode Perbandingan Input Kriteria Menu Utama Pilih Jenis Beasiswa Beasiswa PPA Data Mahasiswa Input Data Mahasiswa Ekstrak Data Mahasiswa Beasiswa BBM
Metode TOPSIS Metode
AHP-TOPSIS Metode TOPSIS Input Nilai Bobot TOPSIS Proses Perhitungan Proses Perhitungan Input Nilai Skala Perbandingan Bobot AHP-TOPSIS Input Nilai Bobot TOPSIS Proses Perhitungan
Gambar 4.3 Diagram Konteks
4. Diagram Alir Data Level 0
Pada Gambar 4.4 menunjukkan Diagram Alir Data Level 0 yang terdiri dari dua proses, yakni proses penginputan data dan proses metode.
5. Diagram Alir Data Level 1 Proses 1
Diagram Data Alir Level 1 Proses 1 ditunjukkan pada Gambar 4.5, dimana proses yang diuraikan pada diagram ini yakni proses penginputan data yang terdiri dari input data mahasiswa (data mahasiswa di ekstrak), input nilai perbandingan yang digunakan untuk menentukan bobot pada metode AHP-TOPSIS, baik dalam menyeleksi penerima beasiswa PPA maupun beasiswa BBM, kemudian input nilai bobot pada metode TOPSIS untuk penyeleksian penerima beasiswa PPA dan beasiswa BBM.
Gambar 4.5 Diagram Alir Data Level 1 Proses 1
6. Diagram Alir Data Level 1 Proses 2
Gambar 4.6 menunjukkan Diagram Alir Data Level 1 Proses 2, dimana proses yang dijelaskan merupakan proses metode AHP-TOPSIS dan metode TOPSIS untuk penyeleksian penerima beasiswa PPA dan beasiswa BBM.
Gambar 4.6 Diagram Alir Data Level 1 Proses 2
7. Desain Database a) Struktur Database
Struktur tabel basis data Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa PPA dan BBM Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo seperti pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Rancangan Tabel Mahasiswa
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 primary key
2 NIM Int 9 NIM mahasiswa calon
penerima beasiswa
3 Nama Varchar 50 Nama mahasiswa calon
penerima beasiswa
4 JenisKelamin Varchar 10 Jenis kelamin calon penerima beasiswa
5 Jurusan Varchar 20 Jurusan mahasiswa calon penerima beasiswa
6 ProgramStudi Varchar 50 Program studi mahasiswa calon penerima beasiswa
7 IPK Varchar 4 - IPK mahasiswa calon
penerima beasiswa - Nama kriteria
8 Semester Varchar 1 -Semester mahasiswa calon penerima beasiswa
-Nama kriteria
9 Prestasi Varchar 10 -Prestasi mahasiswa calon penerima beasiswa
-Nama kriteria
10 JumlahPenghasilan Varchar 15 -Jumlah penghasilan orang tua mahasiswa calon penerima beasiswa
-Nama kriteria
11 KeadaanKeluarga Varchar 10 -Keadaan keluarga mahasiswa calon penerima beasiswa
-Nama kriteria
12 PenerimaBeaPemerintah Varchar 14 -Mahasiswa calon penerima beasiswa merupakan mahasiswa penerima beasiswa pemerintah atau tidak
-Nama kriteria
13 Usia Varchar 2 -Usia mahasiswa calon
penerima beasiswa -Nama kriteria
14 StatusOrtu Varchar 12 -Status orang tua
mahasiswa calon penerima beasiswa
-Nama kriteria
15 TanggunganOrtu Varchar 2 -Tanggungan orang tua mahasiswa calon penerima beasiswa
-Nama kriteria
penerima beasiswa memiliki saudara kandung yang kuliah atau tidak -Nama kriteria
17 JalurMasuk Varchar 11 -Jalur masuk mahasiswa calon penerima beasiswa -Nama kriteria
18 JenjangMahasiswa Varchar 2 -Jenjang mahasiswa calon penerima beasiswa
-Nama kriteria
Pada tabel diatas digambarkan rancangan struktur tabel mahasiswa, dimana di dalam tabel mahasiswa dimasukkan field kriteria sehingga mahasiswa telah memiliki data nilai kriteria untuk diseleksi dan diproses sehingga didapatkan hasil akhir penyeleksian mahasiswa.
Tabel 4.20 Rancangan Struktur Tabel Bobot AHP-TOPSIS PPA
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 bobot1 Varchar 30 Nilai bobot kriteria IPK
3 bobot2 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
Semester
4 bobot3 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
Prestasi
5 bobot4 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
JumlahPenghasilan
6 bobot5 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
KeadaanKeluarga
7 bobot6 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
PenerimaBeaPemerintah 8 bobot7 Varchar 30 Nilai bobot kriteria Usia
9 bobot8 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
StatusOrtu
10 bobot9 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
TanggunganOrtu
11 bobot10 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
12 bobot11 Varchar 30 Nilai bobot kriteria JalurMasuk
13 bobot12 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
JenjangMahasiswa
Pada Tabel 4.20 digambarkan rancangan struktur tabel bobot AHP-TOPSIS, dimana terdapat 12 field untuk menyimpan 12 bobot dari 12 kriteria yang diinput. Untuk proses update menggunakan 1 id sehingga hanya id itulah yang dilakukan proses update jika user ingin meng-update nilai bobot.
Tabel 4.21 Rancangan Struktur Tabel Bobot TOPSIS PPA
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 kriteria Varchar 30 Nama kriteria
3 nilai Varchar 2 Nilai bobot
Tabel diatas menggambarkan struktur tabel bobot TOPSIS PPA. Struktur tabel TOPSIS lebih sederhana karena bobot yang diinput oleh user pada penentuan bobot TOPSIS, diinput langsung secara manual. Sementara bobot pada AHP-TOPSIS disimpan setelah melalui proses matriks AHP, sehingga struktur tabel AHP-TOPSIS memiliki field-field tersendiri.
Tabel 4.22 Rancangan Struktur Tabel Bobot AHP-TOPSIS BBM
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 bobot1 Varchar 30 Nilai bobot kriteria IPK
3 bobot2 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
Semester
4 bobot3 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
5 bobot4 Varchar 30 Nilai bobot kriteria JumlahPenghasilan
6 bobot5 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
KeadaanKeluarga
7 bobot6 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
PenerimaBeaPemerintah 8 bobot7 Varchar 30 Nilai bobot kriteria Usia
9 bobot8 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
StatusOrtu
10 bobot9 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
TanggunganOrtu
11 bobot10 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
KuliahBersaudara
12 bobot11 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
JalurMasuk
13 bobot12 Varchar 30 Nilai bobot kriteria
JenjangMahasiswa
Tabel diatas menggambarkan rancangan struktur tabel bobot AHP-TOPSIS BBM. Struktur tabel bobot AHP-TOPSIS BBM sama dengan struktur tabel bobot AHP-TOPSIS PPA. Tabel bobot untuk beasiswa PPA dan beasiswa BBM dibuat berbeda karena nilai bobot beasiswa PPA berbeda dengan nilai bobot yang dimiliki beasiswa BBM.
Tabel 4.23 Rancangan Struktur Tabel Bobot TOPSIS BBM
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 kriteria Varchar 30 Nama kriteria
3 Nilai Varchar 2 Nilai bobot
Tabel diatas menggambarkan rancangan struktur tabel bobot TOPSIS BBM. Seperti halnya struktur tabel bobot AHP-TOPSIS untuk beasiswa PPA dan BBM, struktur tabel bobot TOPSIS BBM juga memiliki struktur tabel yang sama dengan struktur tabel TOPSIS PPA.
Tabel 4.24 Rancangan Struktur Tabel Kriteria PPA
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 nama_kriteria Varchar 30 Nama kriteria
3 isi1 Varchar 20 Range pertama
4 isi2 Varchar 20 Range kedua
5 Nilai Varchar 2 Nilai konversi
Tabel diatas menggambarkan rancangan struktur tabel kriteria PPA. Tabel ini digunakan untuk menyimpan nilai konversi beserta range dari masing-masing kriteria, dengan tujuan untuk melakukan konversasi pada data mahasiswa yang telah lolos seleksi agar mudah dihitung nilai akhirnya. Tabel ini digunakan untuk menyeleksi mahasiswa calon penerima beasiswa PPA, baik menggunakan metode AHP-TOPSIS maupun metode TOPSIS.
Tabel 4.25 Rancangan Struktur Tabel Kriteria BBM
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 nama_kriteria Varchar 30 Nama kriteria
3 isi1 Varchar 20 Range pertama
4 isi2 Varchar 20 Range kedua
5 Nilai Varchar 2 Nilai konversi
Tabel diatas menunjukkan rancangan struktur tabel kriteria BBM. Struktur tabel kriteria BBM memiliki struktur yang sama dengan tabel kriteria PPA. Tabel kriteria BBM digunakan untuk konversasi data mahasiswa calon penerima beasiswa BBM menggunakan metode AHP-TOPSIS atau metode TOPSIS.
Tabel 4.26 Rancangan Struktur Tabel Filter PPA
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 kriteria Varchar 30 Nama kriteria
3 isi1 Varchar 25 Range pertama
4 isi2 Varchar 25 Range kedua
5 isi3 Varchar 25 Range ketiga
6 isi4 Varchar 25 Range keempat
Tabel diatas menunjukkan rancangan struktur tabel filter PPA, dimana tabel ini berfungsi untuk menyimpan data penyaringan atau penyeleksian data mahasiswa calon penerima beasiswa PPA. Kriteria yang disaring meliputi kriteria IPK, Semester, Usia, Penerima Beasiswa Pemerintah, dan Jalur Masuk.
Tabel 4.27 Rancangan Struktur Tabel Filter BBM
No Field Tipe
Data
Panjang Keterangan
1 id Int 11 Primary key
2 kriteria Varchar 30 Nama kriteria
3 isi1 Varchar 25 Range pertama
4 isi2 Varchar 25 Range kedua
5 isi3 Varchar 25 Range ketiga
6 isi4 Varchar 25 Range keempat
Tabel diatas menunjukkan rancangan struktur tabel filter BBM. Tabel ini memiliki struktur yang sama dengan tabel filter PPA, dimana tabel ini berfungsi untuk menyimpan data penyaringan atau penyeleksian data mahasiswa calon penerima beasiswa BBM. Kriteria yang disaring meliputi kriteria IPK, Semester, Usia, Penerima Beasiswa Pemerintah, dan Jalur Masuk.
b) ERD (Entity Relationship Diagram)
Entity Relationship Diagram (ERD) menggambarkan struktur dan keterkaitan
tabel-tabel data yang menyusun database secara detail. ERD merupakan representasi data sebagai entitas, atribut, dan relasi (Marimin, 2006). ERD dari database sistem pendukung keputusan seleksi penerima beasiswa PPA dan BBM dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Entity Relationship Diagram Sistem Pendukung Keputusan Seleksi
Berikut merupakan penjelasan dari entity relationship pada Gambar 4.7: a. Hubungan antar tabel Bobot AHP-TOPSIS PPA dengan tabel Mahasiswa
adalah one to many karena 1 bobot yang disimpan dapat digunakan untuk melakukan perhitungan nilai akhir pada banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
b. Hubungan antar tabel Bobot TOPSIS PPA dengan tabel Mahasiswa adalah
one to many karena 1 bobot yang disimpan dapat digunakan untuk
melakukan perhitungan nilai akhir pada banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
c. Hubungan antar tabel Bobot AHP-TOPSIS BBM dengan tabel Mahasiswa adalah one to many karena 1 bobot yang disimpan dapat digunakan untuk melakukan perhitungan nilai akhir pada banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
d. Hubungan antar tabel Bobot TOPSIS BBM dengan tabel Mahasiswa adalah one to many karena 1 bobot yang disimpan dapat digunakan untuk melakukan perhitungan nilai akhir pada banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
e. Hubungan antar tabel Kriteria PPA dengan tabel Mahasiswa adalah one to
many karena 1 nilai kriteria penerima beasiswa PPA yang disimpan dapat
digunakan untuk memberikan nilai konversi terhadap banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
f. Hubungan antar tabel Kriteria BBM dengan tabel Mahasiswa adalah one
dapat digunakan untuk memberikan nilai konversi terhadap banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
g. Hubungan antar tabel Filter PPA dengan tabel Mahasiswa adalah one to
many karena 1 data filter untuk penerima beasiswa PPA yang disimpan
dapat digunakan untuk memberika nilai konversi terhadap banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
h. Hubungan antar tabel Filter BBM dengan tabel Mahasiswa adalah one to
many karena 1 data filter untuk penerima beasiswa BBM yang disimpan
dapat digunakan untuk memberika nilai konversi terhadap banyak mahasiswa yang terdaftar dalam database.
8. Rancangan Antarmuka Sistem (Interface)
Berikut ini merupakan gambaran atau rancangan dari sistem yang dibuat: a. Rancangan Tampilan Login User
Sebelum masuk ke dalam sistem, user harus melakukan login terlebih dahulu. Sehingga hanya user yang dapat mengakses sistem. Tampilan rancangan login
user dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Rancangan Antarmuka Login User
UNG
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Login Admin
Username : Password :
b. Rancangan Tampilan Beranda User
Halaman ini merupakan halaman beranda user. Halaman ini dapat diakses setelah melakukan login terhadap sistem, sehingga setelah melakukan login,
user langsung memasuki halaman beranda user. Rancangan tampilan beranda user dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Rancangan Tampilan Beranda User
c. Rancangan Tampilan Data Mahasiswa
Halaman ini menampilkan data mahasiswa yang terdaftar dalam sistem. Data mahasiswa dapat diinput manual dan juga dapat diekstrak. Tampilan dari data mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 4.10.
BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA
DAN BBM METODE AHP-TOPSIS DAN METODE TOPSIS Logout
HOME
Gambar 4.10 Rancangan Tampilan Data Mahasiswa
d. Rancangan Tampilan Input Data Mahasiswa
Selain diekstrak, data mahasiswa juga dapat diinput secara manual. Tampilan input data mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 4.11.
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout Ekstrak Data Mhs Cari Mhs + Tambah Data Choose Ekstrak --- --- --- Empty Data
No NIM Nama Mhs IPK Semester Jml Pnghsilan Prestasi Keadaan Keluarga Beasiswa Pemeri…
BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
Gambar 4.11 Rancangan Tampilan Input Data Mahasiswa
e. Rancangan Tampilan Bobot TOPSIS
Halaman ini menampilkan nilai bobot TOPSIS yang disimpan di dalam database, sehingga user tidak perlu menginput nilai bobot ketika melakukan proses perhitungan berulang kali. Jika user ingin mengubah nilai bobot TOPSIS, maka nilai per kriteria dapat diubah dengan meng-klik ‘Update
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE AHP-TOPSIS DAN METODE TOPSIS Logout
Tambah Data Mahasiswa
Nama : NIM : Jenis Kelamin : Jurusan : Prodi : IPK : Semester : Jurusan : Program Studi : Keadaan Keluarga : Penerima Beasiswa Pemerintah :
Usia :
Status Orang Tua : Tanggungan Orang Tua : Kuliah Bersaudara : Jalur Masuk : Jenjang Mahasiswa : Save Reset BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
Bobot’. Halaman ini dapat diakses ketika meng-klik link ‘Penentuan Bobot’ untuk TOPSIS, baik dalam penyeleksian penerima beasiswa PPA maupun beasiswa BBM. Rancangan tampilan bobot TOPSIS dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Rancangan Tampilan Bobot TOPSIS
f. Rancangan Tampilan Bobot AHP-TOPSIS
Halaman ini menampilkan nilai bobot AHP-TOPSIS yang tersimpan dalam database. Jika user ingin mengubah nilai bobot AHP-TOPSIS, maka user dapat meng-klik link ‘Update Bobot’, sehingga user dapat menginput kembali nilai perbandingan untuk menentukan nilai bobot metode AHP-TOPSIS, baik BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
Bobot TOPSIS
untuk penentuan penerima beasiswa PPA maupun beasiswa BBM. Rancangan tampilan bobot AHP-TOPSIS dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Rancangan Tampilan Bobot AHP-TOPSIS
g. Rancangan Tampilan Matriks Perbandingan Berpasangan
Halaman ini dapat diakses setelah user meng-klik link ‘Update Bobot’. Pada halaman ini user dapat melakukan penginputan nilai perbandingan yang nantinya akan diproses sehingga menghasilkan nilai bobot untuk metode AHP-TOPSIS, seperti pada Gambar 4.14.
BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
Bobot AHP-TOPSIS O Update Bobot
Gambar 4.14 Rancangan Tampilan Matriks Perbandingan Berpasangan
h. Rancangan Tampilan Matriks Nilai Kriteria
Setelah mengisi nilai pada matriks perbandingan berpasangan, user meng-klik ‘Berikutnya’ untuk melanjutkan proses, sehingga muncul nilai-nilai pada matriks nilai kriteria. Tampilan dari rancangan matriks nilai kriteria dapat dilihat pada Gambar 4.15.
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE TOPSIS
Logout
Matriks Perbandingan Berpasangan
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C1 1 C2 1 C3 1 C4 1 C5 1 C6 1 C7 1 C8 1 C9 1 C10 1 C11 1 C12 1 Next Reset BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
Gambar 4.15 Rancangan Tampilan Matriks Nilai Kriteria
i. Rancangan Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris
Matriks penjumlahan tiap baris merupakan proses lanjutan setelah matriks nilai kriteria, sehingga halaman ini dapat diakses ketika user meng-klik ‘Berikutnya’ setelah melihat nilai matriks nilai kriteria. Tampilannya dapat dilihat pada Gambar 4.16.
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
Matriks Nilai Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 Next BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG Back
Gambar 4.16 Rancangan Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris
j. Rancangan Tampilan Perhitungan Rasio Konsistensi
Setelah melihat nilai pada matriks penjumlahan tiap baris, klik ‘Berikutnya’ untuk melihat hasil dari perhitungan ratio konsistensi kriteria pada Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Penerima Beasiswa PPA dan BBM. Hasil perhitungan inilah yang akan menentukan apakah nilai bobot dari nilai perbandingan yang diinput oleh user konsisten atau tidak. Jika nilai tersebut konsisten, maka user bisa langsung menyimpan bobot. Rancangan tampilan perhitungan rasio konsistensi dapat dilihat pada Gambar 4.17.
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
Matriks Penjumlahan Tiap Baris
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG Next Back
Gambar 4.17 Rancangan Tampilan Perhitungan Rasio Konsistensi
k. Rancangan Tampilan Proses Perhitungan
Pada Gambar 4.18 menunjukkan rancangan dari tampilan proses perhitungan.
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
Perhitungan Rasio Konsistensi
Jumlah Perbaris Prioritas Hasil C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 Jumlah Jumlah Kriteria : ʎmaks : CI : IR : CR : Back Save BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
Gambar 4.18 Rancangan Tampilan Proses Perhitungan Bag. 1
PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
Data Mahasiswa
Konversasi
Normalisasi Matrisk R
Normalisasi Pembobotan
Solusi Ideal Positif
Solusi Ideal Negatif
No NIM Nama C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 No NIM Nama C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 No NIM Nama C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 No NIM Nama C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 No NIM Nama C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 No NIM Nama C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
Gambar 4.19 Rancangan Tampilan Proses Perhitungan Bag. 2
Halaman ini dapat diakses setelah meng-klik link ‘Proses Perhitungan’, kemudian akan ditampilkan rincian perhitungan seleksi penerima beasiswa, dari data mahasiswa, hasil konversi data mahasiswa, normalisasi matriks R, normalisasi pembobotan, solusi ideal positif dan negatif, nilai separation
measure, hingga hasil akhir yang menunjukkan rangking terbesar hingga
terendah perhitungan AHP-TOPSIS atau TOPSIS.
l. Rancangan Tampilan Perbandingan
Halaman ini menampilkan hasil akhir dari kedua metode, rancangan tampilan perbandingan ditunjukkan pada Gambar 4.20.
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout … (sambungan) Separation Measure Hasil Akhir BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
No NIM Nama Si Min Si Max
Gambar 4.20 Rancangan Tampilan Perbandingan
m. Rancangan Tampilan Kriteria
Halaman ini berfungsi untuk menampilkan range dan nilai konversi untuk kriteria penerima beasiswa, baik untuk beasiswa PPA maupun beasiswa BBM. Selain itu juga terdapat fungsi untuk mengubah range atau nilai konversi dengan meng-klik icon edit, dan juga dapat menghapus range dan nilai konversi dengan meng-klik icon hapus. Rancangan tampillan kriteria dapat dilihat pada Gambar 4.21.
BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
AHP TOPSIS TOPSIS
Gambar 4.21 Rancangan Tampilan Kriteria
n. Rancangan Tampilan Filter
Halaman ini dapat diakses setelah meng-klik link filter pada menu kriteria. Halaman ini menampilkan filter atau ketentuan dan range yang menjadi penentu untuk menyeleksi data mahasiswa calon penerima beasiswa PPA atau BBM. Kriteria yang disaring mencakup kriteria IPK, Semester, Jumlah Penghasilan Orang Tua, Usia, Penerima Beasiswa Pemerintah, dan Jalur Masuk. Gambar 4.22 menampilkan rancangan tampilan menu kriteria.
Tambah Kriteria Range 1 Range 2 Nilai BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout O Filter Save IPK Prestasi Semester
Jumlah Penghasilan Orang Tua
Gambar 4.22 Rancangan Tampilan Filter
o. Rancangan Tampilan Edit Filter
Halaman ini bisa diakses setelah meng-klik “Edit Filter” di halaman Filter. Menu ini berfungsi untuk mengubah atau meng-edit ketentuan seleksi penerima beasiswa PPA atau BBM meliputi kriteria IPK, Semester, Jumlah Penghasilan Orang Tua, Usia, Penerima Beasiswa Pemerintah, dan Jalur Masuk. Rancangan tampilan edit filter dapat dilihat pada Gambar 4.23
. BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout O Edit Filter Kriteria Syarat IPK Semester Usia
Penerima Beasiswa Pemerintah Jalur Masuk
Gambar 4.23 Rancangan Tampilan Edit Filter
4.2 Pembahasan
4.2.1 Implementasi Sistem
a. Halaman Login
Sebelum masuk ke dalam sistem, user harus melakukan login terlebih dahulu. Tampilan login admin dapat dilihat pada Gambar 4.24.
Kriteria Syarat IPK - Semester 2 4 6 8 Usia -
Penerima Beasiswa Pemerintah Penerima Bukan Penerima BERANDA DATA MAHASISWA PPA >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA BBM >AHP-TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >Perbandingan >TOPSIS >Penentuan Bobot >Proses Perhitungan >PERBANDINGAN >KRITERIA Pengaturan User UNG
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PENERIMA BEASISWA PPA DAN BBM METODE
AHP-TOPSIS DAN METODE AHP-TOPSIS
Logout
Jumlah Penghasilan Orang Tua - -
Jalur Masuk Reguler Non Reguler
Update Back Kriteria Syarat IPK - Semester 2 4 6 8 Usia -
Penerima Beasiswa Pemerintah Penerima Bukan Penerima
Jumlah Penghasilan Orang Tua - -
Gambar 4.24 Tampilan Login Admin
b. Beranda Admin
Ketika user selesai melakukan login, maka user akan memasuki halaman beranda admin. Tampilan beranda user dapat dilihat pada Gambar 4.25.