• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Berdasarkan Regionalisasi Tempat Rujukan Wilayah Jember SelatanRegionalisasi Tempat Rujukan Wilayah Jember Selatan

4.2 Hasil Penelitian

4.3.6 Evaluasi Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Berdasarkan Regionalisasi Tempat Rujukan Wilayah Jember SelatanRegionalisasi Tempat Rujukan Wilayah Jember Selatan

Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan yang di tetapkan oleh pemerintah daerah.

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.

Evaluasi merupakan cara yang sistematis untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta untuk meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan menyeleksi secara seksama alternatif-alternatif tindakan yang akan datang Evaluasi rujukan harus dijalankan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan tindakan-tindakan yang telah lewat atau sekedar mencari kekurangan semata. Evaluasi sebagai sistem dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan.

Model regionalisasi sistem rujukan di Jember Selatan dilakukan untuk memberikan pelayanan Jampersal secara cepat dan tepat. Kebijakan ini menetapkan alur rujukan pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan membagi wilayah pelayanan menjadi 3 wilayah regionalisasi dimana setiap wilayah regionalisasi ditetapkan satu rumah sakit sebagai pusat rujukan.

Latar belakang dibentuknya sistem ini karena tidak efektifnya pelayanan rujukan selama ini. RS PONEK yang menjadi rumah sakit rujukan akhir justru menjadi terminal pertama kasus-kasus JAMPERSAL dari seluruh kabupaten Jember sehingga sering kali terjadi penumpukan pasien pada satu RS PONEK. Kondisi ini menjadi tidak efisien terutama dalam pelayanan kesehatan maternal

dan neonatal. Padahal bila sistem ini berjalan efektif, beberapa kasus tersebut sebenarnya bisa ditangani pada unit pelayanan kesehatan dibawahnya.

Sejalan dengan program pelayanan kesehatan gratis pemerintah, rumah sakit yang ditetapkan sebagai pusat rujukan regionalisasi telah menjalankan perannya namun belum optimal sehingga pasien masih mendapatkan pelayanan dengan waktu yang lama, jarak tempuh yang jauh. Tujuan dibentuknya Regionalisasi sistem rujukan adalah mengembangkan jenjang sistem rujukan rumah sakit di Provinsi dan Kabupaten/Kota, meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit, meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan rujukan sampai ke daerah terpencil dan daerah miskin dan mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit.

Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan pelayanan berjenjang yang dimulai dari Puskemas, kemudian RS kelas C, selanjutnya RS kelas B dan akhirnya ke RS kelas A. Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat

jalan dan rawat inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat rujukan. RS kelas C dapat melakukan rujukan ke RS kelas B antar atau lintas kabupaten/kota yang dilakukan atas pertimbangan atau kesepakatan antara rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien.

Selama ini pelaksanaan regionalisasi sistem rujukan di daerah Jember Selatan belum terlaksanan secara optimal. Hal ini dapat diperhatikan dari beberapa aspek antara lain:

Sistem regionalisasi di Kabupaten Jember dibentuk dengan berdasarkan beberapa aspek perundangan antara lain :

a. UU RI NO.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 30 (2) : Tingkatan Pelayanan Kesehatan

b. UU RI NO.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, psl 24 : Klasifikasi RS c. Kepmenkes NO. 374/MENKES/SK/V/2009 tentang SKN

d. Kepmenkes NO.922/MENKES/SK/X/2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintah

e. Peraturanmenkes NO. 340/MENKES/PER/2010 tentang Klasifikasi RS Selama ini dalam sistem rujukan berjenjang masih banyak ketidakpatuhan dan masalah yang terjadi dalam sistem rujukan. Hal ini dapat menyebabkan beberapa permasalahan antara lain deteksi dini faktor resiko belum dilaksanakan dengan baik, pemilihan tempat rujukan yang tidak rasional, seringnya terjadi keterlambatan dalam merujuk sehingga menyebabkan penderita meninggal sebelum mendapat penanganan dan tindakan pra rujukan sering diabaikan. Oleh karena itu Dalam pelaksanaan sistem regionalisasi dapat berjalan dengan baik apabila ada perencanaan ketenagaan SDM dan sarana di tempat rujukan.

Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting terutama rumah sakit sebagai pelayanan masyarakat. Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misinya. Karenanya harus dipastikan sumber daya ini dikelola dengan sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal. Maka diperlukanlah sebuah pengelolaan secara sistematis dan terencana agar tujuan yang diinginkan dimasa sekarang dan masa depan bisa tercapai yang

sering disebut sebagai manajemen sumber daya manusia. Tujuan manajemen sumberdaya manusia adalah mengelola atau mengembangkan kompetensi personil agar mampu merealisasikan misi organisasi dalam rangka mewujudkan visi.

Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan utama bagi masyarakat yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan baik untuk pengobatan maupun untuk pemulihan kesehatannya. Sebagai pusat rujukan kesehatan utama, rumah sakit dituntut mampu memberikan pelayanan yang komprehensif bagi setiap pasiennya. Pelayanan kesehatan yang komprehensif adalah berbagai bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin sesuai kebutuhan pasien. SDM di rumah sakit menjadi hal penting yang mendukung berkembangnya rumah sakit dan menjadi tolak ukur penting dalam penilaian pengembangan mutu pelayanan di Rumah Sakit.

Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesialistik dalam hal SDM, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Sering rumah sakit dikatakan sebagai organisasi yang padat modal, padat sumber daya manusia, padat tehnologi dan ilmu pengetahuan serta padat regulasi. Padat modal karena rumah sakit memerlukan investasi yang tinggi untuk memenuhi persyaratan yang ada. Padatnya sumber daya manusia didalam rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah karyawan yang banyak. Padat tehnologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit terdapat peralatan-peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai disiplin ilmu yang berkembang dengan cepat. Padat regulasi karena banyak regulasi/peraturan-peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat-syarat pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.

Hasil evaluasi pelaksanaan rujukan berjenjang menunjukkan bahwa sistem regionalisasi menghasilkan adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian pelaksanaan rujukan berjenjang berdasarkan sistem regionalisasi. Hal ini bisa diimplementasikan dengan optimal apabila sistem rujukan tersebut apabila sistem dapat dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatanmaternaldanneonatalyang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka bearada dan berasal dari golongan ekonomi

manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. Sistem rujukan yang suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masayarakat, baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan jumlah pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Kelas C Balung dibandingkan sebelum diterapkannya sistem regionalisasi rujukan di Jember Bagian Selatan.

91

Berdasarkanhasil penelitian maka dapatdisimpulkan hal-hal sebagai berikut. Sistem rujukan berjenjang berdasarkan sistem regionalisasi tempat rujukan wilayah Jember selatan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal pada program Jampersal di Puskesmas Kencong berkaitan dengan beberapa faktor antara lain:

a. Identifikasi karakteristik bidan yang meliputi umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan dan ketersediaan SDM tim PONED Puskesmas Kencong, ketersediaan SDM di Rumah Sakit tempat rujukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pelaksana ini rata umurnya sudah 35 th sampai 54 th, masa kerjanya rata-rata diatas 10 th sehingga mempunyai pengalaman yang cukup, pendidikan pelaksana rujukan rata-rata D3 kebidanan,D3 keperawatan dan S1 kedokteran, pengetahuan tentang pemahaman rujukan berjenjang berdasarkan regionalisasi rujukan telah dipahami dan ketersediaan SDM tim PONED Puskesmas Kencong adalah 1 bidan,1 perawat,dan 1 dokter, ketersediaan SDM di Rumah Sakit tempat rujukan untuk di RSUD Balung ada tetapi untuk kesiagaan dokter spesialis kandungan dan anak masih kurang di banding di RSU PONEK dimana SDM cukup dan terlihat kesiagaannya

b. Metode rujukan disesuikan dengan jenis klasifikasi kasus rujukan yang berdasarkan skor Poedji Rochjati yang bersifat elektif maupun emergency c. Waktu dan jarak tempuh yang diperlukan untuk merujuk ke rumah sakit tipe

C Balung lebih cepat dibandingkan dengan rumah sakit PONEK. Waktu dan jarak tempuh untuk rujukan ke RSUD Balung lebih dekat 30 menit, hanya saja birokrasinya lebih lama dibanding RSUD PONEK.Untuk jarak tempuh ke RSUD PONEK lebih jauh dan lebih dari 1 jam tapi birokrasinya mudah.

d. Proses pengambilan keputusan tempat rujukan didasari keinginan pelaksana rujukan dan keluarga pasien dan mempertimbangkan kegawatdaruratan kasus yang di tangani.

e. Proses pelaksanaan dalam rujukan didasarkan pada SOP dan Baksoku sehingga proses pelaksanaan rujukan berjalan aman tanpa mengakibatkan risiko kematian maternal maupun neonatal..

f. Hasil evaluasi pelaksanakan rujukan berjenjang berdasarkan sistem regionalisasi tempat rujukan wilayah Jember selatan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal pada program Jampersal di Puskesmas Kencong sudah sesuai dan ada keberhasilan yang ditunjukkan dengan jumlah pasien yang dirujuk di rumah sakit Balung sudah terjadi peningkatan dibanding sebelum diterapkannya sistem regionalisasi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

a. Pengetahuan SDM di Puskesmas PONED perlu ditingkatkan dengan sebuah pelatihan selain tim PONED untuk penanganan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Peningkatan fasilitas di Puskesmas PONED dan penyediaan SDM terutama dr spesialis kebidanan dan anak untuk melakukan konsultasi sebagai wujud pemantauan dari RS PONEK.

b. Penyesuaian SDM di rumah sakit tempat rujukan terutama rumah sakit kelas Clebih ditingkatkan supaya SDM rumah sakit tersedia siaga dalam melayani masyarakat terutama penyediaan doket spesialis kebidanan dan anak.

c. Upaya penerapan bagi pelaksanaan rujukan terutama di Puskesmas PONED Kencong untuk lebih menerapkan rujukan berjenjang berdasarkan sistem Regionalisasi.

Arikunto, Suharsini, 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteam : Sebuah Penantar. Jakarta : EGC.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press

Crawford, S. 2000. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI

Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstertri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan. Tanpa tahun. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan Dan Dukun. Jakarta : Departemen Kesehatan

Dinas Kesehatan. 2010.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2009. Surabaya : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Dinas Kesehatan. 2011.Profil Kesehatan Kabupaten Jember 2010. Jember : Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

Dinas Kesehatan. 2011.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2010. Surabaya : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Dinas Kesehatan. 2012.Profil Kesehatan Kabupaten Jember 2011. Jember : Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

Djunaidi Lababa. 2008. Evaluasi Program : Sebuah Pengantar. Tersedia dalam http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html Diunduh 10 Maret 2011.Tague-Sutclife (1996

Echols, John M. dan Hasan Shadily. 2000.Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Endang, Achadi. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rajagrafindo. Persada

Gibson, Ivancevich, dan Donnelly.1997. Organisasi (Perilaku, Struktur, dan Proses) edisi 8 Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.

---.1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Kementerian Kesehatan. 2006.Pedoman Pengembangan Pelayanan Obstetri Neonatal emergency Dasar (PONED). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. 2008.Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. 2011.Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2004. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Mantra, Ida Bagoes. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mantra, Ida Bagoes. 2006. Demografi Umum Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Moleong. J. 2004.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku.

Kedokteran EGC: 220-234

Nazir, Moch..2003,Metode Penelitian, Salemba Empat,Jakarta,

Notoadmodjo, Soekidjo, 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar),Rineka Cipta, Jakarta

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Ilmu dan Seni). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007b. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan.

Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. Prayitno, 2001. Manula (Manusia Lanjut Usia) Jakarta : Inti Idayu Press

Romdoni. 2011. Tinggi, Angka Kematian Ibu Melahirkan di Jember. [Serial On line].

http://jurnalbesuki.com/index.php?option=com_content&task=view&id=95 44&Itemid=48. Disitasi tanggal 17 April 2012.

Sedarmayanti dan Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung : CV Mandar Maju.

Siagian, Sondang. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Supriyanto, S. 2003. Hand OutPerencanaan Strategik. Surabaya: Universitas Airlangga

Sutriyanto, Eko. 2012. Gizi Buruk Saat Hamil Pengaruhi Tumbuh Kembang Janin. [Serial On line]. http://www.tribunnews.com/2012/01/18/gizi-buruk-saat-hamil-pengaruhi-tumbuh-kembang-janin. Disitasi tanggal 17 April 2012.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana.

Syafruddin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan, TransInfomedia Jakarta

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UNFPA. 2003. Maternal mortality update 2002, a focus on emergency obstetric

care.New York, UNFPA.

UNFPA. 2004. SAFE Research Study and Impacts. Maternal mortality update 2004, delivery into good hands.New York, UNFPA.

SEARO.

Yunanda, Maulidia, 2009. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 36-59 Bulan.Jakarta: Rineka Cipta

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Alamat:

Menyatakan persetujuan saya untuk membantu dengan manjadi subjek dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Yuli Karya lestari NIM : 102110101162

Judul : Evaluasi Sistem Rujukan Berjenjang Kasus Kegawatdaruratan Kebidanan dan Neonatal Pada Program Jampersal Di Puskesmas PONED Kencong Tahun 2012

Prosedur penelitian ini tidak menimbulkan resiko atau dampak apapun terhadap saya dan profesi saya serta kedinasan. Saya telah diberi penjelasan mengenai hal tersebut di atas dan saya diberikan kesempatan menanyakan hal-hal yang belum jelas dan telah diberikan jawaban dengan jelas dan benar.

Dengan ini saya menyatakan secara sukarela dan tanpa tekanan untuk ikut sebagai subjek dalam penelitian ini.

Jember, ..., 2012 Informan

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW) UNTUK INFORMAN KUNCI

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN BERJENJANG KASUS

KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN DAN NEONATAL PADA

PROGRAM JAMPERSAL DI PUSKESMAS KENCONG TAHUN 2012

I. Jadwal Wawancara

a. Tanggal / Hari : ………

b. Waktu mulai : ………

c. Waktu selesai : ………

II. Identitas Informan a. Nama : ………

b. Jenis Kelamin : ………

c. Usia : ………

d. Pendidikan : ………

e....Jabatan /pangkat : ………

rujukan ?

3. Apakah sudah pernah dilakukan evaluasi dari pelaksanaan sistem regionalisasi rujukan?

4. Apakah dari evaluasi pelaksanaan sistem regionalisasi sudah ada pelaksanaan tindak lanjutnya?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW) UNTUK INFORMAN UTAMA

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN BERJENJANG KASUS

KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN DAN NEONATAL PADA

PROGRAM JAMPERSAL DI PUSKESMAS KENCONG TAHUN 2012

I. Jadwal Wawancara

a. Tanggal / Hari : ………

b. Waktu mulai : ………

c. Waktu selesai : ………

II. Identitas Informan Bidan/Dokter/Perawat a. Kode : ……… b. Usia : ……… c. Pendidikan : ……… d. Masa Kerja : ……… e. Pelatihan : ……… f. Keterangan : ………

JL. KALIMANTAN 37 Kampus Tegal boto TELP (0331) 337878 E-mail : pskm_unej_2002@yahoo.com jember (68121)

2. Berapa lama bekerja, dihitung sejak SK pengangkatan?

3. Apa pendidikan informan berdasarkan Ijazah terakhir yang dimiliki? 4. Bagaimana pengetahuan Informan tentang sistem rujukan berdasarkan

sistem regionalisasi yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan?

5. Apakah tim PONED yang meliputi (Dokter, Bidan dan Perawat) yang mendapatkan sertifikat pelatihan PONED siaga dalam menangani kegawatdaruratan kebidanan?

6. Apakah di RS tempat rujukan ada kesiagaan Dokter Spesialis Kebidanan dan Dokter Spesialis Anak?

7. Siapa saja yang mengambil keputusan dalam merujuk dan menentukan RS tempat rujukan?

B. Metode (klasifikasi jenis kasus rujukan)

1. Apakah Informan mengetahui tentang klasifikasi jenis kasus kegawatdaruratan kebidanan yang perlu dilakukan tindakan rujukan? 2. Apakah informan bisa membedakan jenis kasus kegawatdaruratan yang

bersifat emergency atau elektif ?

3. Apakah ada perbedaan dalam menentukan Rumah Sakit tempat rujukan antara kasus kebidanan dan neonatal ?