• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Sistem Rujukan a. Definisi Konsep Sistem Rujukana.Definisi Konsep Sistem Rujukan

1.4 Manfaat Penelitian

2.1.4 Konsep Sistem Rujukan a. Definisi Konsep Sistem Rujukana.Definisi Konsep Sistem Rujukan

Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan di Indonesia, seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara verticaldalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya (Azwar, 1996).

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi (Syafrudin, 2009).

b. Macam Rujukan

Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni : 1) Rujukan Kesehatan

peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional (Azwar, 1996). Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional (Syafrudin, 2009).

2) Rujukan Medik

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan (Azwar, 1996). Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain:

1) Transfer of patient.

Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain–lain.

2) Transfer of specimen

Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

3) Transfer of knowledge /personal.

Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

c. Manfaat Rujukan

Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut :

1) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.

2) Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan(health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.

3) Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

d. Tata Laksana Rujukan

Menurut Syafrudin (2009), tatalaksana rujukan diantaranya adalah internal antar-petugas di satu rumah; antara puskesmas pembantu dan puskesmas; antara

masyarakat dan puskesmas; antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya; antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya; internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit; antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit.

e. Kegiatan Rujukan

Menurut Syafrudin (2009), kegiatan rujukan terbagi menjadi tiga macam yaitu rujukan pelayanan kebidanan, pelimpahan pengetahuan dan keterampilan, rujukan informasi medis:

1) Rujukan Pelayanan Kebidanan

Kegiatan ini antara lain berupa pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap; rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas; pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis; pengiriman bahan laboratorium; dan jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu diserta dengan keterangan yang lengkap (surat balasan).

2) Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan Kegiatan ini antara lain :

a) Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.

b) Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan dengan tingkat provinsi atau institusi pendidikan.

3) Rujukan Informasi Medis

Kegiatan ini antara lain berupa :

advisrehabilitas kepada unit yang mengirim.

b) Menjalin kerjasama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan prenatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka secara regional dan nasional.

f. Keuntungan Sistem Rujukan

Menurut Syafrudin (2009), keuntungan sistem rujukan adalah :

1) Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga.

2) Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing–masing.

3) Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli g. Persiapan Rujukan

Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit, seperti keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan (Syafrudin, 2009).

Jika ibu datang untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan (Syafrudin, 2009).

Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk penatalaksanaan kasus gawatdaruratObstetridan bayi baru lahir dan informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat

rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ke tempat rujukan. Persiapan dan informasi dalam rencana rujukan meliputi siapa yang menemani ibu dan bayi baru lahir, tempat rujukan yang sesuai, sarana tranfortasi yang harus tersedia, orang yang di tunjuk menjadi donor darah dan uang untuk asuhan medik, tranfortasi, obat dan bahan. Singkatan BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang) dapat di gunakan untuk mengingat hal penting dalam mempersiapkan rujukan (Dinkes, 2009)

h. Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera pada saat persalinan. Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera menurut buku Pedoman Asuhan Persalinan Normal (Dinkes, 2009):

1) Selama kala satu persalinan yaitu Riwayat bedah sesar, Perdarahan per

vaginam selain lendir bercampur darah (show), Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan), Ketuban pecah disertai dengan keluarnya

mekonium kental, Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit mekoniumdisertai tanda-tanda gawat janin, Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang 37 minggu), Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi temperatur > 38ºC, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban berbau, Tekanan darah lebih dari 160/110 dan/atau terdapat protein dalam urin (pre-eklampsia berat), Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda), DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin),

Primiparadalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5, Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang), Presentasi ganda (majemuk) (adanya bagian lain dari janin, misalnya: lengan atau tangan, bersama dengan presentasi belakang kepala), Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut), Tanda dan gejala syok meliputi nadi cepat, lemah (lebih dari 110x/menit), tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90mmhg), pucat, berkeringat atau kulit

lembab, dingin, nafas cepat (lebih dari 30x/menit), cemas, bingung, atau tidak sadar, produksi urin menurun (kurang dari 30ml/jam). Kemudian tanda dan gejala fase laten berkepanjangan yaitu pembukaan serviks

kurang dari 4 cm setelah 8 jam dan kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit), tanda dan gejala beluminpartuantara lain frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 20 detik dan tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 hingga 2 jam. Selanjutnya tanda dan gejalainpartu partuslama seperti perubahanserviksmengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf, pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam dan frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik

2) Selama kala dua persalinan antara lain tanda atau gejala syok yaitu nadi cepat, lemah (110x/menit atau lebih), tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90mmhg), pucat pasi, berkeringat atau kulit lembab, dingin, nafas cepat (lebih dari 30x/menit), cemas, bingung, atau tidak sadar dan produksi urin menurun (kurang dari 30ml/jam). Tanda gejala dehidrasi perubahan nadi (110x/menit atau lebih), urin pekat dan produksi urin sedikit (kurang dari 30cc/jam). Tanda dan gejala infeksi yaitu nadi cepat (110x/menit atau lebih), suhu lebih dari 38ºc, menggigil dan air ketuban atau cairan vagina yang berbau. Kemudian tanda atau gejala pre-eklamsia ringan seperti tekanan darah diastolik 90-110 mmHg dan Proteinuria hingga2+. Tanda atau gejala pre-eklamsia berat atau eklampsia seperti tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih, tekanan darah diastolig 90 mmHg atau lebih dengan kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan dan kejang (eklampsia). Tanda-tanda inersia uteri: kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang dari 40 detik. Tanda gawat janin seperti DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 x/menit, mulai waspada tanda awal gawat janin dan DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit. Kepala bayi tidak turun, tanda-tanda distosia bahu seperti kepala bayi tidak melakukan putar paksi luar, kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina (kepala ‘kura-kura’) dan

bahu bayi tidak dapat lahir. Kemudian tanda-tanda cairan ketuban bercampur mekonium: cairan ketuban berwarna hijau (mengandung mekonium), tanda-tanda tali pusat menumbung : tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam dan tanda-tanda lilitan tali pusat : tali pusat melilit leher. Kemudian kehamilan kembar tak terdeteksi.

3) Selama kala tiga dan kala empat persalinan yaitu tanda atau gejala retensio plasenta : adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat : tali pusat putus dan plasenta tidak lahir, tanda atau gejala bagian plasenta yang tertahan seperti bagian permukaan plasenta yang menempel pada ibu hilang, bagian selaput ketuban yang robek/hilang, perdarahan pasca persalinan, uterus berkontraksi, tanda atau gejala atonia uteri perdarahan pasca persalinan dan uterus lembek dan tidak berkontraksi, tanda atau gejala robekan vagina, perineum atau serviks : perdarahan pasca persalinan, plasenta lengkap dan uterus berkontraksi dan tanda atau gejala syok seperti nadi cepat, lemah (110x/menit atau lebih), tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90mmhg), pucat pasi, berkeringat atau kulit lembab, dingin, nafas cepat (lebih dari 30x/menit), cemas, bingung, atau tidak sadar, produksi urin menurun (kurang dari 30ml/jam). Tanda gejala dehidrasi seperti perubahan nadi (110x/menit atau lebih), urin pekat dan produksi urin sedikit (kurang dari 30cc/jam). Tanda dan gejala infeksi seperti nadi cepat (110x/menit atau lebih), suhu lebih dari 38ºc, menggigil dan air ketuban atau cairan vagina yang berbau. Tanda atau gejala pre-eklamsia ringan seperti tekanan darah diastolik 90-110 mmHg, proteinuria hingga positif 2. Tanda atau gejala pre-eklamsia berat atau eklampsia yaitu tekanan darah diastolik 110 mmhg atau lebih, tekanan darah diastolig 90 mmhg atau lebih dengan kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang (eklampsia). Tanda atau gejala kandung kemih penuh seperti bagian bawah uterus sulit

dipalpasi, tinggi fundus uteri di atas pusat danuterus terdorong/condong ke satu sisi.

Penentuan risiko kehamilan sangat penting dideteksi agar supaya dapat mengantisipasi risiko kehamilan yang membahayakan pasien. Tabel 2.4 menunjukkan penentuan risiko kehamilan menurut skor.

Tabel 2.2 Penentuan Resiko Kehamilan menurut Skor Dr Poedji Rochjati, SpOG Kel

fr No Masalah/faktor resiko

Skor Tribulan

1 2 3

Skor awal ibu hamil 2

I

1 Terlalu muda<16 th 4

2 Terlalu tua umur > 35 th 4

3 Terlalu lambat hamil>4th 4

4 Terlalu lama hamil >10th 4

5 Terlalu cepat hamil<2th 4

6 Grande multi 4

7 Terlalu tua >35th 4

8 Terlalu pendek <145cm 4

9 Pernah keguguran 4

10 Pernah melahirkan dengan

Tarikan 4

Ari dirogoh 4

Pernah infus/tranfusi 4

11 Bekas sectio 8

II

Penyakit ibu hamil 4

a. anemia b. malaria 4

c. TBC paru d. Payah jantung 4

e. diabetes f. PMS 4

12. Bengkak pada muka/tungkai tekanan darah

tinggi 4

III

13 Hamil kembar 2 atau lebih 4

14 H amil kembar air 4

15 Bayi mati dalam kandungan 4

16 kehamilani lebih bulan 8

17 Bayi letak sunsang 8

18 Bayi letaklintang 8

19 Perdarahan kehamilan ini 8

20 Preeklampsia berat 8

Jumlah skor

Kehamilan Kehamilan dengan resiko

Jml. Skor

Jml.

Skor Perawatan Rujukan Tempat Penolong

Rujukan Rdb Rtw Rtlt

2 Krr Bidan Tidak dirujuk Bidan

6-10 Krt Bidan dokter Polindes Puskesmas/RS Bidan dokter >12 Krst Dokter Rumah sakit Dokter

1. Sumber: Dinkes (2002)

Adapun hal-hal yang terbaik dalam melakukan rujukan dijelaskan sebagai berikut. 1) Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah rujukan antepartum (rujukan pada saat janin masih ada dalam kandungan ibu). Namun sayangnya tidak semua keadaan dapat terdiagnosis secara dini, sehingga rujukan dini dapat dilakukan. Apalagi jika terjadi kedaruratan pada ibu maupun janin dan kehamilan harus segera diterminasi serta memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap, maka kan timbul masalah baik pada ibu maupun bayi. 2) Perubahan keadaan dan penyakit pada bayi baru lahir demikian cepatnya,

untuk itu dibutuhkan tata laksana segera dan adekuat pada fasilitas yang lengkap dan terdekat (systemregionalisasi rujukan perinatal).

3) Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, yakinkan bahwa bayi akan mendapatkan keuntungan atau nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya.

4) Harus diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya sudah dikelola lebih dulu

5) Perlu melibatkan orang tua atau keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk dan jelaskan kenapa bayi harus merujuk

Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap gangguan napas sedang dan berat, apapun penyebabnya, Asfiksia yang tidak memberi respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10 menit pertama, Kasus bedah neonates, BBLR < 1,750 g, BBLR 1,750-2000 g dengan kejang, gangguan napas, gangguan pemberian minum, Bayi hipotermi berat,

Ikterusyang tidak memberikan respons denganfototerapi, Kemungkinan penyakit jantung bawaan, bayi ibudiabetes mellitusdenganhipoglikemi simtomatik, kejang yang tidak teratasi, tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat/ dengan komplikasi penyakit hemolisis, tersangka renjatan yang tidak memberi respons baik,

Hipoglikemiyang tidak dapat teratasi

Sistem rujukan dan transportasi antara lain:

1) Perhatikan regionalisasi rujukan perinatal dalam menentukan tujuan rujukan, sehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar

2) Puskesmas merupakan penyaring kasus resiko yang perlu dirujuk sesuai dengan besaran resiko, jarak dan faktor lainnya

3) Melengkapi syarat-syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan medis). Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel darah ibu. 4) Merujuk bayi dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan bayi dengan metode

kangguru dan ruangan dalam kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap bersih dan terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI.

5) Harus disertai dengan yang terampil melakukan resusitasi.

Data dasar yang harus diinformasikan antara lain identitas bayi dan tanggal lahir, identitas orang tua, riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan, obat yang dikonsumsi oleh ibu, nilai agar (tidak selalu harus diinformasikan, bila tidak tersedia waktu karena melakukan tindakan resusitasi aktif), masagestasi dan berat lahir, tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernapasan, warna kulit dan aktif/tidaknya bayi), tindakan/ prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan dan bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit, dan lain-lain)

Syarat untuk melakukan transportasi antara lain bayi dalam keadaan stabil, bayi harus dalam keadaan hangat, kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat, didampingi oleh tenaga kesehatan yang terampil melakukan tindakan resusitasi, minimal ventilasi, tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan dan bayi dalam keadaan stabil, bila jalan napas bebas dan ventilasi adekuat, kulit dan bibir kemerahan, frekuensi jantung 120-160 kali/menit, suhu

aksiler 36,5-37 °c (97,7-98,6 °f), masalah metabolic terkoreksi dan masalah spesifik penderita sudah dilakukan manajemen awal.

Peralatan dan obat yang diperlukan :

1) Idealnya bayi dirujuk dengan menggunakan incubator transport dan dipasang monitor. Berhubung alat tersebut sangat jarang tersedia di Puskesmas, maka perhatikan cara menghangatkan bayi

2) Peralatan dan obat-obatan minimal yang harus tersedia alat resusitasi

lengkap, termasuk laringoskopdan pipa endotrakeal, obat-obatan emergensi, selimut penghangat, alat untuk melakukan pemasangan jalur intra vena, oksigen dalam tabung

3) Alat resusitasi/ bantuan ventilasi : selama transportasi

4) Indikasi bantuan ventilasi bila ada salah satu keadaan sepertiBradikardi(FJ< 100x/menit),Sianosis sentraldengan oksigen 100% danApnea periodic.

Pemberian oksigen (terapi oksigen) antara lain:

1) Indikasi pemberian oksigen antara lain bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan di sekitar bibir) dan akral (warna kebiruan di kuku, tangan dan kaki) dan bayi dengan gangguan napas.

2) Pemberian oksigen membutuhkan pengawasan ( konsentrasi, kelembaban dan suhu)

3) Jumlah oksigen yang diberikan yaitu melalui kateter nasal 2-3 l/menit (konsentrasi 21%), melalui sungkup 4-5 l/menit (konsentrasi 40%) dan melaluihead box6-8 l/menit (konsentrasi >50%)

4) Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnyasianosissentral Keberhasilan oksigenasi selama transportasi dinilai dari perubahan perbaikan klinis, sebagai berikut perubahan warna kulit menjadi kemerahan, denyut jantung bertambah baik dan kadang-kadang bias mulai timbul napas spontan

Pengawasan suhu dan menjaga kehangatan bayi selama transportasi menjadi suatu keharusan suhu normal ketiak (aksila) 36,5–37,5 °C. Cara menghangatkan bayi yaitu membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain yang kering, hangat dan tebal, membungkus kepala bayi atau memakai topi/ tutup kepala, jangan meletakkan bayi ditepi jendela atau pintu kendaraan pengangkut dan kalau memungkinkan dapat pula dilakukan perawatan bayi melekat/ kontak kulit dengan kulit/kangaroo mother care. Persiapan umum sebelum tindakan pada kegawatdaruratanObstetridanNeonatal

Dalam melakukan persiapan sebelum tindakan pada kegawatdaruratan

sudah selalu tersedia. Bahkan uji fungsi dari masing-masing alat harus selalu dilakukan secara berkala sebelum dilakukan tindakan untuk mencegah kegagalan tindakan pertolongan. Semua instrumen yang dipergunakan juga harus berada dalam keadaan steril atau minimal disinfeksi tingkat tinggi dan disimpan sesuai dengan syarat dan ketentuan batas waktu jaminan sterilitas/DTT. Setelah digunakan, pada semua instrumen (bukan sekali pakai) harus dilakukan kembali tindakandekontaminasi, pencucian dan sterilisasi/ DTT (bila dipersyaratkan). Adapun persiapan-persiapan yang dilakukan antara lain:

a) Persiapan umum antara lain persetujuan tindakan medik, beritahukan pada ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, berikan dukungan emosional dan jaminan pelayanan, pelajari keadaan umum (kesadaran, tensi, nadi, nafas) untuk memastikan bahwa ditemukan keadaan yang merupakan indikasi dan syarat tindakan obstetric: atasi renjatan.

b) Persiapan tindakan antara lain persiapan pasien seperti tindakan pencegahan infeksi sederhana dan uji fungsi dan kelengkapan peralatan (medikamentosa, instrument, lembar catatan medik dan persetujuan tindakan,. Persiapan penolong operator dan asisten seperti perlindungan terhadap resiko penularan infeksi, instrumen/peralatan bantuan. Persiapan bayi seperti instrument (medikamentosadan peralatan) dan Lembar catatan medik

2.1.5 Sistem Regionalisasi a. Pengertian

Berdasarkan pedoman Depkes (2008), suatu sistem pembagian wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar dapat memberikan tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi menjamin agar sistem rujukan kesehatan berjalan secara optimal.

b. Langkah-langkah kebijakan regionalisasi Langkah-langkah kebijakan regionalisasi : 1) tentukan wilayah rujukan

2) persiapan sumber daya manusia (dokter, bidan, dan perawat) pada wilayah pelayanan primer-ada 4 Puskesmas PONED) dan rumah sakit

3) buatkan kebijakan (SK, perda) yang mendukung pelayanan regional dan dana dukungan.

4) Pembentukan organisasi tim PONED, rumah sakit (Dokter SpOG, dokter SpA, dokter umum UGD, bidan dan perawat) melalui SK direktur rumah sakit.

5) Pelatihan bagi SDM agar kompetensi sesuai standar prosedur.

6) Meningkatkan fungsi pengawasan oleh direktur rumah sakit dengan melibatkan tim peristi untuk melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan PONEK.