• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun 2013 dan Realisasi RPJMD

1196 Gambar 2.5 Distribusi HIV/AIDS Sulawesi Utara Tahun

D. Sumber Daya Manusia

D.2. Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Telepon, Telepon Seluler dan Internet

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun 2013 dan Realisasi RPJMD

Tahun 2013 adalah momentum untuk merefleksikan pelaksanaan pembangunan daerah ditengah perjalanan pemerintahan yang mendasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sulawesi Utara 2011-2015. Evaluasi capaian pembangunan per tahun menjadi kewajiban bagi pemerintah daerah untuk memonitoring dan mengendalikan kearah sesuai RPJMD yang disusun. Pentingnya monitoring bertujuan untuk mensinkronkan seluruh rencana pembangunan baik horizontal antar SKPD Provinsi melalui Renstra dan Renja-nya, demikian juga secara vertikal bagi RKPD kabupaten dan kota.

Pada sisi lain evaluasi juga dimaksudkan untuk memperhatikan realisasi pencapaian berdasarkan indikator yang disusun dan disepakati. Secara khusus paruh pertama RPJMD Sulawesi Utara adalah untuk memperhatikan capaian penuh tahun 2011 dan 2012, dimana pada awal 2013 telah genap paruh pertama RPJMD.

Sinkronisasi pembangunan juga diperlukan untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan dengan RPJM Nasional serta dengan berbagai strategi yang tertuang dalam RPJP Nasional dan MP3EI. Berkaitan dengan sinkronisasi ini maka prioritas pembangunan yang tertuang

dalam RKPD Provinsi dan Kabupaten Kota, harus mampu dikaitkan dengan prioritas pembangunan nasional. Disamping itu,Sulawesi Utara mengakhiri paruh pertama RPJMD 2011-2015, harus menyesuaikan dengan Master Plan ASEAN Connectivity. Master Plan tersebut memberikan makna penting bagi percepatan pembangunan ekonomi Sulawesi Utara setelah Pelabuhan Bitung menjadi jalur laut penting dari dan ke Negara ASEAN lainnya. Jika dikaitkan dengan MP3EI maka kebijakan tersebut sangat bersinergi dalam memantapkan Sulawesi Utara sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia bagian Utara.

Provinsi Sulawesi Utara semakin memiliki makna dalam NKRI dengan eksistensinya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi juga didukung dengan fakta kesejahteraan ekonomi yang relatif lebih baik dibanding provinsi tetangga. Walaupun memiliki luas geografis terkecil, namun PDRB/kapita relatif masih lebih tinggi yakni sekitar 18,28 juta Rupiah/tahun 2011; sedangkan Gorontalo hanya sekitar 8,80 juta Rupiah/tahun, Provinsi Maluku sekitar 6,24 juta Rupiah/tahun, dan Provinsi Sulawesi Tengah sekitar 16,35 juta Rupiah/tahun. PDRB/Kapita menjadi ukuran kapasitas kemampuan rata-rata masyarakat yang merupakan ukuran inti dari tingkat kesejahteraan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara sejak 2008 sampai dengan 2012 mengalami perkembangan yang menggembirakan yakni di atas 7 %; dan khususnya pada 2012 mengalami pertumbuhan hampir 8 %. Pertumbuhan sepanjang lima tahun terakhir ini lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut diprediksi akan terus meningkat di waktu mendatang, mengingat berbagai infrastruktur dalam kategori mega sedang dipersiapkan untuk dibangun. Investasi sebagai faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi akan terjadi spill over, dimana akan semakin membesar di masa mendatang, dengan asumsi jika

perekonomian global akan membaik dan tingkat perkembangan perekonomian nasional dapat terus dipertahankan.

Tabel 2.44. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara 2008-2013 (%) Triwulan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Q1 6,96 7,45 6,75 7,07 7,46 Q2 7,19 8,31 6,80 6,77 7,42 Q3 7,88 2,63 7,04 7,24 8,21 Q4 8,06 7,96 7,70 8,30 8,37 Pertumbuh an Ekonomi 7,52 7,84 7,07 7,39 7,86

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2013

Kinerja perekonomian Sulawesi Utara yang baik tersebut didukung oleh kinerja perbankan yang terus menunjukkan perkembangan signifikan. Tabel 2.45 memperlihatkan beberapa indikator utama perbankan yang terus berkembang dan terpelihara dengan baik. Kinerja perbankan memperlihatkan perkembangan yang baik sebagaimana tercermin dari meningkatnya fungsi intermediasi perbankan serta terjaga resiko kredit. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas system perbankan seperti aspek resiko kredit, resiko likuiditas, resiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5 %.

Tabel 2.45. Perkembangan Indikator Perbankan di Sulawesi Utara 2011-2013 N o Komponen 2011 2012 2013 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4

1 Total Aset (triliun Rupiah) 18,2 4 19,4 7 20,4 6 21,2 4 22,1 1 25,0 5 28,8 4 25,1 2 Tumbuh Y.O.Y (%) 23,4 0 22,3 3 22,3 2 21,1 6 21,2 2 23,5 5 21,4 0 18,2 5 2 DPK (milyar Rupiah) 11,8 0 12,6 0 13,3 0 14,1 4 14,5 8 15,3 7 15.5 5 16.0 9 Tumbuh Y.O.Y (%) 18,5 3 18,8 3 19,6 6 23,7 1 23,5 8 21,9 5 16,9 5 13,8 1 3 KreditOutstan ding (milyar Rupiah) 13,4 0 14,4 0 15,1 1 15,9 0 16,1 8 17,5 1 18.4 4 19,4 2 Tumbuh Y.O.Y (%) 23,2 8 23,8 3 24,6 5 23,1 4 20,7 5 21,4 5 22,1 0 22,1 9 4 LDR (%) 113, 56 114, 30 113, 60 112, 43 110, 96 113, 92 118, 60 120, 71 5 NPLs (%) 3,74 3,64 3,46 2,66 2,66 2,61 2,57 1,99

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 2013

Kinerja tersebut didukung dengan keberadaan kantor bank yakni terdiri dari 25 bank umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 bank perkreditan rakyat (BPR). Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 250 kantor, bank umum syariah 13 kantor, dan BPR memiliki 48 kantor.

Dalam MP3EI memberikan makna penting bagi Provinsi Sulawesi Utara untuk berperan aktif dalam menggerakkan koridor Sulawesi yang berorientasi pada pengembangan sektor pertanian termasuk agroindustri. Sektor pertanian dalam arti luas meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Tanaman pangan Sulawesi Utara berpotensi untuk pengembangan padi dan poalawija serta hortikultura. Pada sub-sektor perkebunan masih berpeluang untuk mengembangkan komoditi kelapa, pala, cengkeh dan lainnya. Bagi sub-sektor peternakan masih berpeluang untuk pengembangan ternak unggas dan ternak besar seperti Sapi, Babi, dan lainnya. Adapun sub-sektor perikanan masih sangat berpotensi untuk perikanan darat (kolam, sungai, danau) dan perikanan laut

(tangkap dan budidaya); sedangkan sub-sektor kehutanan masih berpotensi untuk hutan tanaman industry dan pengembangan suaka alam serta pemantapan fungsi hutan lainnya.

Potensi pengembangan sektor pertanian tersebut sangat didukung oleh sumberdaya alam terutama air dan kesuburan tanah. Sumberdaya air yang mendukung pertanian tercermin pada keberadaan sungai, danau, air tanah; secara khusus untuk luas pantai dan laut menopang potensi pengembangan ikan dan hasil laut lainnya. Struktur tanah yang subur tidak terlepas dari kondisi tanah pertanian yang di-supply berkelanjutan oleh vulkanic gunung berapi.

Berkaitan dengan potensi pengembangan sektor pertanian tersebut, maka telah dimaknai pengembangan usaha hilirnya yakni agroindustri yang salah satu implementasinya terjabar pada upaya menciptakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Merah Bitung. Sampai saat ini KEK telah memasuki tahap akhir kajian yang diharapkan dapat ditetapkan dalam waktu dekat. Keseriusan pemerintah daerah tampak dari upaya menghubungkan pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan KEK tersebut, seperti: pembangunan jalan Tol Manado-Bitung, upaya mengembangkan pelabuhan internasional Bitung, persiapan pembangunan bendungan, Infrastruktur penunjang lain seperti listrik, air baku, komunikasi, TPA, jalan penghubung ke daerah kabupaten/kota lainnya, terus diupayakan melalui koordinasi dengan pihak terkait baik antar institusi pemerintah (daerah dan nasional) serta badan usaha milik Negara dan daerah, serta lainnya yang terkait.

Pentingnya evaluasi pelaksanaan paruh pertama RPJMD Provinsi Sulawesi Utara menjadi penting mengingat dokumen ini juga menjadi panduan penting bagi RPJMD Kabupaten dan Kota. Sesuai dengan ketentuan Permendagri nomor 54 tahun 2010 bahwa provinsi harus memberikan pemantauan terhadap RKPD Kabupaten dan Kota supaya tidak bertentangan dengan RPJMD Provinsi. Pada evaluasi paruh

pertama ini, maka perlu diamati perkembangan capaian dari setiap indikator yang ditetapkan. Indikator-indikator dalam RPJMD tersebut pada prinsipnya adalah agregasi dari Indikator-indikator RPJMD Kabupaten dan Kota; yang seterusnya menjadi masukan penting dalam menghitung indikator RPJMN.

Tahun 2013 juga secara nasional menjadi tahun politik yang akan memberikan pengaruh terhadap kebijakan di tingkat nasional dan sekaligus memberikan dampak bagi daerah. Tahun politik tersebut berdampak di daerah karena implikasinyaakan nyata di daerah; disamping itu di daerah Sulawesi Utara juga akan mengalami tambahan kondisi pada dinamika politik sebagai konsekuensi dari sekitar 5 Kabupaten dan Kota yang akan melaksanakan Pilkada.

Perencanaan yang diikuti dengan penganggaran harus disikapi secara kritis dalam setiap proses agar bebas dari kepentingan- kepentingan politik; dimana salah satu faktor penting adalah memantapkan arah dan kebijakan serta strategi pembangunan kepada RPJMN untuk nasional dan RPJMD untuk daerah. Dengan demikian RPJMD Sulawesi Utara menjadi salah satu dokumen pokok dalam patokan dari setiap menyerapaspirasi yang terus berkembang, serta dalam melakukan keputusan bagi program dan kegiatan yang diikuti dengan penganggaran.

Adapun maksud dan tujuan evaluasi paruh pertama RPJMD Sulawesi Utara 2011-2015 adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengamati perkembangan realisasi program dan kegiatan berdasarkan agenda sesuai Visi dan Misi RPJMD

2. Untuk mengamati besarnya capaian indikator RPJMD berdasarkan target tahun 2011 dan 2012.

Adapun manfaat melakukan evakuasi adalah :

1. Untuk memberikan masukan bagi upaya pencapaian target akhir RPJMD

2. Untuk memberikan masukan terhadap revisi RPJMD dalam rangka rasionalisasi target

2.2.1. Evaluasi Umum Berdasarkan Agenda Pembangunan Daerah

Dalam kepemimpinan dari Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2010-2015 telah merumuskan Visi Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara adalah “MENUJU SULAWESI UTARA YANG BERBUDAYA, BERDAYA SAING, DAN SEJAHTERA”. Melalui visi ini diharapkan seluruh stakeholder boleh bekerjasama mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimilikinya untuk meningkatkan dan mewujudkan seluruh masyarakat Sulawesi Utara lebih sejahtera.

Visi tersebut memiliki 3 (tiga) kalimat kunci yang sekaligus menjadi agenda lima tahun kepemimpinan daerah dalam mewujudkan Rakyat Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing, dan Sejahtera. Agenda pertama, “Rakyat Sulawesi Utara yang Berbudaya” adalah terwujudnya masyarakat yang tetap memegang teguh kearifan lokal dengan prinsip Sitou Timou Tumou Tou yang tercermin dalam budaya mapalus, mapaluse, dan moposat. Masyarakat Sulawesi Utara memiliki karakter yang mampu menerima dan mengadopsi budaya modern yang konstruktif, agamais, berkeadilan serta berkepribadian/berjatidiri yang dinamis, kreatif, inovatif, disiplin, berdaya tahan, dan mampu ikut mewarnai proses globalisasi. Agenda kedua,“Rakyat Sulawesi Utara yang Berdaya Saing” adalah terwujudnya seluruh masyarakat yang sehat, cerdas untuk menjadi unggul di segala bidang, serta mampu berperan dalam pembangunan nasional maupun internasional. Agenda ketiga, “Rakyat Sulawesi Utara yang Sejahtera” adalah merupakan refleksi dari berkurangnya masyarakat miskin, meningkatnya pendapatan, dan daya beli masyarakat, terpenuhinya sarana dan prasarana dasar pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

1. Agenda pertama “Rakyat Sulawesi Utara yang Berbudaya”