• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan RPJPMD sampai dengan Tahun 2007 .1 Peningkatan Kualitas SDM

Dalam dokumen LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG (Halaman 48-55)

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

VII.1 Evaluasi Pelaksanaan RPJPMD sampai dengan Tahun 2007 .1 Peningkatan Kualitas SDM

Upaya untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi perhatian utama pemerintah Kota Semarang. SDM merupakan subjek dan sekaligus objek pembangunan, kualitas SDM Kota Semarang mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang mencapai 72,4 pada tahun 2007, angka ini lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 72. IPM tersebut merupakan komposit dari indikator-indikator dalam bidang pendidikan dan kesehatan dalam mendukung pembangunan sumber daya manusia.

IPM bidang pendidikan dapat dilihat dari angka melek aksara penduduk usia 15 tahun keatas, gabungan partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dan pendapatan Bruto domestik per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity).

Peningkatan Kualitas SDM di bidang Pendidikan selama tahun 2007 dapat dilihat pada pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) yang masing masing terdiri dari : SD/MI sebesar 112,76 %, SMP/MTs 103,12 %, SMA/MA/SMK 100,76 %.

Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI sebesar 95,61 %, SMP/MTs 75,14 % dan SMA/MA/SMK 70,28 %. Namun demikian kita perlu agak prihatin dengan angka kelulusan siswa untuk SMP/Mts pada tahun 2006 sebesar 86,60%, SMA/MA sebesar 87,64 %. SMK yaitu 90, 70 %. Hal ini terjadi karena kriteria nilai kelulusan ujian nasional per mata pelajaran pada ujian nasional meningkat dari 4,26 menjadi 4,5. Di bidang pendidikan, IPM Pendidikan selama empat tahun terakhir (2003 s/d2006) mengalami peningkatan rata-rata 1,02 % per tahun. IPM bidang Kesehatan dapat terlihat pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang selama lima tahun terakhir menunjukkan perubahan yang positif pada indikator yang berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat, antara lain menurunnya Angka kematian bayi sebesar 150 kematian dari 22.346 Kelahiran Hidup atau sebesar 6,7 per 1.000 Kelahiran Hidup, menurunnya angka kematian ibu sebesar 10 kematian dari 22.346 Kelahiran Hidup atau 44,7 per 100.000 Kelahiran Hidup. Angka Harapan Hidup Kota Semarang diatas angka harapan hidup tingkat Nasional sebesar 65 tahun. Pada tahun 2003 angka harapan hidup 69,9 tahun dan pada tahun 2004 dan tahun 2005 naik menjadi 70 tahun, sedangkan pada tahun 2007 mampu dipertahankannya Usia Harapan Hidup mencapai usia 70 tahun. Meningkatnya pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah ditandai dengan kenaikan cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita dari 69,30 % pada tahun 2006 menjadi 63,70 % pada tahun 2007 serta kenaikan cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak prasekolah dari 57,4 % pada tahun 2006 dan 58,10 % pada tahun 2007. Hasil pemantauan status gizi tahun 2006 didapatkan prevalensi gizi kurang sebesar 14 % , prevalensi gizi buruk sebesar 1,73 %, sedangkan tahun 2007 didapatkan prevalensi gizi kurang sebesar 15,19 % dan prevalensi gizi buruk sebesar 1,68 %. Perubahan derajat kesehatan masyarakat antara lain didukung oleh tingkat ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta variabel primer lainnya seperti ketersediaan tenaga medis dan paramedis, manajemen, kualitas pelayanan, pendapatan dan kesadaran masyarakat serta aspek lain yang bersifat sebagai penunjang terhadap pembangunan kesehatan.

VII.1.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah menuju tata-kelola pemerintahan yang baik

Pelaksanaan Otonomi Daerah menuju tata-kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas pelayanan publik, kemandirian keuangan daerah, pengembangan profesionalisme aparatur serta didukung oleh infrastruktur kepemerintahan berbasis teknologi.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah diperlukan langkah-langkah yang secara bertahap semakin memantapkan peran institusi birokrasi pemerintah

agar mampu memberikan kontribusi dalam mendorong keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah khususnya dalam menggerakkan perekonomian daerah untuk meningkatkan kemandirian keuangan daerah, peningkatan kualitas pelayanan publik.

Beberapa pencapaian yang telah dilakukan dalam rangka fungsi Pemerintah Kota Semarang sebagai penyelenggara Pemerintahan dalam fungsinya untuk memberikan pelayanan publik kepada setiap warga masyarakatnya telah dibentuk Kantor pelayanan satu pintu yaitu Kantor Pelayanan Terpadu serta Pusat Penanganan Pengaduan Pelayanan Publik (P5). Disamping itu setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat telah memiliki standar Pelayanan Minimal, sehingga diharapkan masyarakat dapat terlayani secara cepat, mudah, murah, efisien serta efektif. Berkaitan dengan kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan publik dari hari ke hari tingkat pengaduan masyarakat yang dapat ditangani semakin banyak, disamping melalui P5 pengaduan masyarakat juga melalui media massa seperti Kolom piye jal dan suara warga. Banyaknya pengaduan yang masuk, sangat membantu Aparat Pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya semakin lebih profesional.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dilaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan instansi Pemerintahan Kota Semarang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang bertujuan meningkatkan pelayanan kinerja pemerintahan. Dari hasil pelaksanaan PP No. 41 Tahun 2007 maka akan terbentuk 12 Lembaga Teknis Daerah, 19 Dinas, 12 Bagian, 3 Assisten, 3 bagian Setwan dan 1 Lembaga lainnya (Pelaksana Narkotika). Berdasarkan Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia tanggal 6 September 2007 Nomor B/227.F/M.PAN/9/2007 perihal Persetujuan Prinsip Tambahan Formasi Calon PNSD Tahun 2007 Pemerintah Kota Semarang mendapat tambahan alokasi formasi sebanyak 998 orang dan untuk pengadaan/pengangkatan dari tenaga honorer yang memenuhi syarat ketentuan PP No.48 Tahun 2005 dan telah masuk dalam daftar Base BKN.

Dalam kemandirian keuangan daerah Kota Semarang, sampai dengan tahun 2007 telah dilaksanakan upaya-upaya peningkatan pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, penggalian sumber-sumber pendapatan daerah dan peningkatan manajemen keuangan daerah. Pemerintah Kota Semarang sampai dengan tahun 2007 apabila dilihat dari kemandirian keuangan daerah yakni penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dibanding dengan jumlah total penerimaan pendapatan daerah hanya mencapai rata-rata 22,60 %. Dimana peningkatan penerimaan asli daerah (PAD) Kota Semarang hanya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 7,98 % per tahun.

Dalam rangka peningkatan kualitas SDM Aparatur diselenggarakan pendidikan dan pelatihan yang merupakan proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS.Diklat menyentuh empat dimensi utama yaitu spiritual,intelektual,mental dan fisikal yang mengarah pada perubahan mutu terwujudnya sosok aparatur sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Berdasarkan analisis kebutuhan diklat tahun 2007 (AKD) seluruh SKPD Pemerintah Kota Semarang terdapat 235 jenis kebutuhan diklat antara lain diklat kepemimpinan,diklat teknis dan fungsional, diklat pra jabatan.

Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sangat penting untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas. Berbagai pendekatan perencanaan diutamakan melalui partisipasi aktif masyarakat dan keterlibatan stakeholders pembangunan untuk menjaring, menyerap dan mendapatkan aspirasi, sehingga tercipta rasa memiliki terhadap pembangunan yang dilaksanakan.

Mekanisme perencanaan partisipatif selalu dimulai dari tingkat yang paling bawah (RT, RW), Kelurahan, Kecamatan sampai pada tingkat Kota. Hasil musyawarah perencanaan pembangunan pada berbagai tingkatan tersebut dijadikan sebagai dasar penyusunan dokumen perencanaan Pembangunan RKPD, KUA, PPAS sampai pada penyusunan APBD. Pelaksanaan pembangunan dilakukan melalui tahapan proses perencanaan partispatif. Penyusunan perencanaan pembangunan yang menghasilkan dokumen RKPD, KUA, PPAS dan APBD telah memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan pembangunan dari pemerintah Pusat, Provinsi sesuai dengan target waktu yang tepat.

Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan penyusunan dokumen perencanaan telah dikembangkan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIMPERDA) sehingga diharapkan dapat mendukung transparansi perencanaan partisipatif yang on line dari tingkat Kelurahan, Kecamatan dan tingkat Kota. Untuk mendukung perencanaan pembangunan yang lebih strategis dan terarah juga telah dilakukan penyusunan dokumen-dokumen seperti Masterplan Transportasi, Masterplan Drainase, Masterplan Kesehatan, Masterplan Pendidikan, Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Data merupakan salah satu pendukung utama dalam perencanaan pembangunan. Sehingga statistik sebagai salah satu urusan bidang wajib berhubungan erat dengan pengelolaan dan penyajian data, memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis dalam mendukung perencanaan pembangunan. Informasi statistik juga menggambarkan perkembangan hasil-hasil pembangunan yang telah dilakukan. Wujud nyata pembangunan yang telah dilaksanakan adalah

penyusunan Semarang dalam angka setiap tahunnya, serta data yang mendukung dan sangat diperlukan seperti Profil Daerah.

Dalam rangka pengembangan komunikasi dan informasi dua arah antara Pemerintah dan masyarakat, Pemerintah Kota Semarang telah banyak menyelenggarakan dialog interaktif dengan masyarakat baik melalui media masaa maupun langsung tatap muka dengan masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan sarana prasarana informatika atau sistem informasi pembangunan Kota Semarang untuk mendukung komunikasi antara Pemerintah dan masyarakat serta peningkatan sarana prasarana kearsipan dalam bentuk website (www.semarang.go.id) informasi Arsip elektronik,website perpustakaan Kota Semarang, sistem informasi gakin, sistem informasi data siswa.

Arsip sebagai dokumen rahasia negara dan sebagai pertanggungjawaban nasional dibidang Pemerintahan perlu diamankan, dilestarikan dan dijaga keaslian informasinya. Keberadaan arsip memiliki peranan penting dalam mewujudkan tertib adminsitrasi, sehingga arsip sebagai dokumen berfungsi untuk kebutuhan pribadi, kelembagaan maupun mendukung riset ilmu pengetahuan.

Selama ini pengelolaan kearsipan bersifat manual dan hanya mengandalkan sarana prasarana yang terbatas sehingga sangat tidak memadai jika dipandang dari segi keamanan maupun standarisasi penata kelolaan arsip. Upaya yang telah dilakukan dalam kearsipan dengan melakukan pembuatan buku pedoman Kearsipan untuk semua unit kerja, mengadakan pameran arsip.

VII.1.3 Perwujudan tatanan kehidupan politik, sosial dan budaya yang demokratis

Kota Semarang terletak dikaki bukit gunung Ungaran, yang dialiri oleh beberapa sungai yang cukup besar seperti Kali Beringin, Kali Silandak, Kali Kreo, Kali Garang dan lain-lain. Sebagai daerah Hilir, posisi tersebut menyebabkan Semarang sebagai daerah limpahan debit air dari sungai yang melintas. Sehingga pada musim penghujan menimbulkan bencana banjir. Kondisi yang demikian diperparah dengan kontur wilayah Semarang yang berbukit-bukit dengan perbedaan ketinggian yang bervariasi, sehingga curah hujan yang terjadi di daerah hulu akan mempercepat aliran ke daerah hilir.

Potensi bencana di Kota Semarang juga dipengaruhi oleh tingginya sedimentasi, sistem drainase Kota, pergerakan tanah dan eksplotasi pembangunan kota yang tidak memperhatikan lingkungan.

Pemerintah Kota Semarang mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengayoman kepada setiap warga masyarakatnya. Untuk melaksanakan hal tersebut penanganan bencana merupakan kegiatan yang harus didukung oleh sumber daya manusia yang cekatan dan terampil, sarana prasarana yang memadai maupun langkah-langkah antisipasi pencegahan serta metigasinya sehingga resiko terjadinya korban jiwa serta kerugian dapat diminimalisir.

Sebagai Kota metropolitan penduduk Kota Semarang berjumlah 1.451.107 jiwa. Kenaikan pertumbuhan penduduk, dipengaruhi oleh tingkat kelahiran yang cukup tinggi dan migrasi penduduk dari daerah hinterland. Tingginya jumlah penduduk di Kota Semarang dengan kondisi ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya yang beragam, menyimpan potensi konflik, gangguan keamanan, ketentraman serta ketertiban.

Urusan bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri merupakan urusan bidang yang sangat kompleks, yang meliputi berbagai aspek strategis yang sangat berdampak luas terhadap stabilitas politik daerah dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta iklim investasi daerah. Konsekuensinya, menimbulkan beragam permasalahan yang berkaitan dengan dis-integrasi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, kerukunan hidup beragama, issu SARA serta gangguan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat menjadi bagian dari tantangan yang harus diselesaikan secara bijaksana sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.

Penciptaan iklim politik yang kondusif dan stabilitas politik daerah guna mendukung terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan daerah secara dinamis dipengaruhi oleh beberapa kondisi antara lain :

a. Pemberdayaan Institusi sosial Politik Kemasyarakatan

Melalui pemberdayaan institusi sosial politik kemasyarakatan yang ada di Kota Semarang, diharapkan terjadi hubungan kerjasama interaktif anatara Pemerintah dan institusi sosial politik kemasyarakatan sebagai pilar demokrasi sehingga memperluas basis dukungan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Perkembangan Ormas dan LSM di Semarang dari tahun ketahun semakin meningkat. Jumlah Ormas pada tahun 2007 tercatat 254 Ormas, sedang LSM 76 LSM. Sesuai dengan ketentuan dalam UU Partai Politik di Semarang pada tahun 2007 terdapat 15 Organisasi Politik yang masih aktif melaksanakan kegiatannya baik kegiatan sosial kemasyarakatan maupun politik tetapi hanya 8 Organisasi yang mempunyai keterwakilan di DPRD Kota Semarang.

b. Pemantapan Budaya Demokrasi.

Kota Semarang sebagai Kota Metropolitan mempunyai tingkat kemajemukan masyarakat yang cukup tinggi. Hal ini berpengaruh pada tingkat kepuasan pada kelompok masyarakat tertentu, yaitu masyarakat yang semakin kritis dalam menyikapi kebijakan pemerintah sehingga seringkali memunculkan tuntutan ketidakpuasan dalam bentuk unjuk rasa/demonstrasi. Pada tahun 2007 tingkat demonstrasi di Kota Semarang mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 182 kali unjuk rasa politik dan ekonomi menjadi 102 kali unjuk rasa politik dan ekonomi.Namun demikian situasi dan kondisi sosial politik Kota Semarang masih cukup kondusif karena unjuk rasa dilakukan dengan tertib dan tidak menimbulkan tindakan anarkhis dimasyarakat. Hal ini menunujukkkan adanya partisipasi demokrasi masyarakat yang berlandaskan etika dan moral.

c. Pemantapan Wawasan Kebangsaaan

Kemajemukan penduduk Kota Semarang berpotensi memunculkan konflik, keberagaman afiliasi politik melalui keberagaman Partai politik juga berpengaruh memunculkan konflik. Kota Semarang tidak dengan keberagaman suku, agama, ras dan golongan sampai dengan saat ini aman, tertib dan terkendali.

d. Gangguan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat

Faktor keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan/masyarakat di Kota Semarang cukup rentan, karena perkembangan serta kebutuhan tempat tinggal dan pekerjaan yang cukup tinggi menjadi pemicu orang untuk melakukan hal-hal yang melanggar hukum yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan lingkungan/masyarakat. Untuk mengatisipasi terjadinya gangguan tramtibmas, saat ini terdapat 3.567 poskamling aktif dari 4673 poskamling yang tersebar di 16 Kecamatan. Jumlah aparat /petugas satuan Linmas terdapat 6.104 orang.

VII.1.4 Peningkatan kinerja pertumbuhan ekonomi kota secara terpadu dan sinergis

Dalam kerangka ekonomi makro Kota Semarang, kebijakan keuangan daerah akan tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas. Perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari sektor primer ke sektor sekunder atau tersier menunjukkan tanda-tanda perubahan daerah yang sedang berkembang, hal ini didukung juga bahwa Kota Semarang sebagai ibukota propinsi yang hampir

semua wilayahnya menjadi pusat kegiatan ekonomi. Lahan pertanian sudah semakin sempit dan beralih fungsi dari fungsi pertanian ke penggunaan usaha lainnya seperti perdagangan, permukiman, hotel, areal industri, dan jasa lainnya

Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang berdasarkan harga konstan 1993 sebesar 4,69 %. Demikian pula halnya dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan 2000, sebesar Rp 18.745.934 (13,71). Adapun sumbangan terbesar PDRB berasal dari sektor Industri sebesar 26,97 %. Berturut-turut sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 30,29 %, sektor bangunan sebesar 15,21 % dan sektor Jasa sebesar 12,18 %. Peningkatan laju pertumbuhan PDRB juga diikuti dengan kenaikan pendapatan perkapita dimana perkembangan pendapatan perkapita menunjukkan pertumbuhan yang positif. Berdasarkan harga berlaku PDRB sebesar Rp. 21.746.332,64,-. Perkembangan moneter di Kota Semarang selama tahun 2007 sangat terkait erat dengan perkembangan moneter Nasional yang diwarnai oleh menurunnya trend laju inflasi, menurunnya suku bunga dan menguatnya nilai tukar rupiah. Kestabilan ekonomi makro jangka pendek tersebut juga memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan ekonomi moneter di Kota Semarang. Inflasi di Kota Semarang pada tahun 2007 meningkat menjadi 6,57 % lebih tinggi bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,08 % hal ini didorong oleh kenaikan harga komoditi makanan dan minuman jadi.

Perekonomian Kota Semarang disumbang oleh beberapa lapangan usaha antara lain pertanian dimana produksi tanaman pangan pada tahun 2006 meningkat rata-rata 3,3 % per tahun, yaitu produksi padi naik sebesar 7,87% dari 25.625 ton pada tahun 2006 menjadi 32.560 ton pada tahun 2007. Untuk tanaman buah-buahan khususnya pada komoditas yang menjadi unggulan Kota Semarang yaitu mangga, durian dan rambutan terjadi kenaikan produksi rata-rata 38 %. Produksi tanaman empon-empon naik sebesar 182,62 % per tahun yaitu dari 2.218 ton pada tahun 2006 menjadi 2.565 ton pada tahun 2007. Anggrek sebagai komoditas pertanian unggulan Kota Semarang sudah mulai berkembang, namun produksinya masih fluktuatif. Pada tahun 2006 produksinya naik sebesar 2,26 % dari 1.037.395 tangkai menjadi 1.060.840 tangkai. Pada tahun 2007 turun menjadi 1.013.919 tangkai.

Di sektor peternakan, populasi ternak pada tahun 2007 rata-rata mengalami kenaikan. Khusus ayam buras terjadi penurunan populasi sebesar 2,4 %. Hal ini berkenaan dengan adanya kasus flu burung yang umumnya menyerang unggas yang tidak dikandangkan, dalam hal ini ayam buras biasanya dipelihara pada skala rumah tangga dan diliarkan sehingga pemeliharaan kesehatannya kurang optimal.

Tahun 2007 produksi hasil peternakan yaitu daging unggas, daging non unggas dan telur naik/turun masing-masing sebesar 11,08%, 0,29 %, 3,29 %. Produksi susu turun sebesar 5,06 %. Penurunan ini merupakan implikasi dari menurunnya populasi sapi perah akibat beralihnya peternak ke usaha sapi potong.

Produksi sektor perkebunan pada tahun 2007 mengalami kenaikan 3,25 %. Musim kemarau yang panjang justru berdampak bagus untuk tanaman perkebunan.

Di bidang konservasi lahan, jumlah lahan kritis yang tertangani menurun sebesar 19 % dari 2.416 ha pada tahun 2006 menjadi 1.271 ha pada tahun 2007. Sampai dengan akhir tahun 2007 masih ada 4.644 ha lahan kritis di Kota Semarang yang masih harus ditangani.

Kondisi perindustrian Kota Semarang pada tahun 2007 menunjukkan adanya perubahan yang positif bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah industri dari 2.792 unit usaha pada tahun 2006 dan menjadi 3.091 unit usaha atau terjadi peningkatan sebesar 11,0 %, yang terdiri dari industri besar 117 unit usaha, industri kecil dan menengah sejumlah 617 unit usaha kecil formal serta industri non formal berjumlah 1.034 usaha. Sedangkan untuk jumlah sentra industri dan kawasan industri tidak mengalami peningkatan. Jumlah sentra industri pada tahun 2007 ada 1.175 sentra dan jumlah kawasan industri tetap pada 9 lokasi kawasan industri.

Kondisi perdagangan dan jasa di Kota Semarang, juga menunjukan peningkatan. Beberapa sarana perdagangan modern yang mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas pada tahun 2007, diantaranya yaitu:

a. Pasar modern (Mall, Swalayan, Supermarket, dll) berjumlah 84 buah pada tahun 2006 menjadi 133 buah pada tahun 2007 atau meningkat 58 %’ b. Sentra Perdagangan/Ruko/Rukan berjumlah 145 lokasi terdiri dari 1.980 unit

toko.

Dengan menjamurnya mini market, supermarket dan hypermarket berdampak pada lesunya transaksi penjual dan pembeli di pasar-pasar tradisional. Disisi lain kondisi pasar –pasar tradisional saat ini cukup memprihatinkan baik kondisi bangunan, kondisi lingkungan dan prasarana yang lain. Penurunan kualitas Pasar tradisional di Kota Semarang ditunjukkan dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, sampai dengan tahun 2007 dari sebanyak 44 pasar tradisional 44 % kondisi bangunannya sudah rusak.

Kondisi Kepariwisataan Kota Semarang dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung menunjukkan tahun 2007 sejumlah 1.386.310 orang atau meningkat sebesar 17,3 %. Sedangkan tingkat hunian hotel tahun 2007 sebesar 2,42 atau meningkat sebesar 0,02 %

Pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peranan koperasi sebagai sokoguru perekonomian dan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah terbukti lebih mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi.

Kondisi Penanaman Modal, Pemberdayaan BUMD dan Optimalisasi Aset sampai dengan tahun 2007 antara lain :

a. Nilai Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2007 nilai investasi sebesar US $ 13.576.813,32 dan Rp. 122.792.546.744,- atau meningkat cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya sebesar US $ 990.000 dan Rp. 122.375.000.000,-.

b. Nilai Penanaman Modal Dalam Negeri pada tahun 2007 sebesar Rp. 783.569.627.000,- atau meningkat .signifikan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 127.918.427.678,-.

c. Perolehan laba (rugi) BUMD tahun 2007 sebesar Rp. 24.517.501.620,-atau meningkat 39,42 % dibanding tahun sebelumnya.

d. Nilai aset Pemerintah Kota Semarang ,- pada tahun 2007 Rp. 4.384.143.056.705,- atau meningkat sebesar 4,34 % dari tahun sebelumnya. e. Meningkatnya kontribusi aset yang dikerjasamakan pada tahun 2007 sebesar

Rp. 1.240.000.000,- atau meningkat 8,26 % dari tahun sebelumnya.

VII.1.5 Peningkatan perlindungan sosial

Keberdayaan perempuan ditinjau dari Gender Development Indeks (GDI) dan Gender Empowering Measuring (GEM) belum menggembirakan. Berdasarkan pada angka GDI untuk usia harapan hidup perempuan sebesar 69,5 tahun, laki-laki- sebesar 70 tahun, untuk melek huruf perempuan sebesar 5,65 %, laki-laki sebesar 1,75%. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja perempuan sebesar 46,94%, laki-laki sebesar 71,53%. Sedangkan GEM, berdasarkan keterwakilan perempuan diparlemen sebesar 13,3% dari 45 anggota DPRD Kota Semarang, partisipasi perempuan dalam bidang pemerintahan masih relatif lebih kecil dibanding laki-laki, yaitu 29,15% untuk perempuan dan 70,85% untuk laki-laki dari jumlah PNS 7.155 orang.

Pembangunan kepemudaan dalam rangka melindungi, memberdayakan dan mengembangkan potensi pemuda diselenggarakan sesuai dengan karakteristik Kota Semarang. Pengembangan kapasitas kelembagaan pemuda dalam rangka partisipasi pemuda dibidang pembangunan dapat dilihat dari kuantitas kelembagaan/organisasi pemuda di kota Semarang. Pada tahun 2007 jumlah organisasi kelembagaan pemuda sebanyak 33 organisasi, secara kuantitas jumlah organisasi tersebut sudah cukup jumlahnya, tetapi secara kualitas organisasi pemuda berlum dapat berperan secara optimal dalam mengembangkan kapasitasnya untuk pembangunan .Namun demikian semangat kepeloporan pemuda dalam proses pembangunan yang nampak dalam kemandiriaan organisasi kepemudaan, diharapkan dapat mengurnagi maraknya perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan narkoba pada generasi muda, perilaku seksual yang menyimpang pada remaja serta tintak kriminal yang dilakukan pemuda.

Tingkat kesadaran dan budaya hidup sehat masyarakat Kota Semarang saat ini semakin meningkat. Kesadaran akan budaya hidup sehat ini semakin didukung oleh Pemerintah melalui penyelenggaraan even-event olahraga pada setiap peringatan Hari ulang Tahun Lembaga/Instansi Pemerintah, pemberian nilai lebih bagi peserta didik yang mempunyai prestasi dibidang olahraga sehingga peserta didik mempunyai kesempatan lebih besar untuk masuk sekolah yang diminatinya, fasilitasi pemerintah pada cabang-cabang olahraga untuk merangsang prestasi olahraga. Fasilitas lapangan olahraga di Kota Semarang untuk mendukung budaya hidup sehat yaitu 10 lapangan bola volley, 75 lapangan sepakbola, 3 lapangan tennis, 1 lapangan bulutangkis, 1 lapangan atletik, 3 Gedung Olah Raga, sedang organisasi yang mengurusi olahraga terdapat 8

Dalam dokumen LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG (Halaman 48-55)