• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pencapaian Bauran Energi Primer Daerah Indikator Kinerja

Sekjen DEN Target Kinerja

Sekjen DEN Realisasi

Percepatan bauran energi yang berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam rangka kemandirian dan ketahanan energi daerah. Peningkatan peran EBT dalam bauran energi akan menjadi prioritas dalam pengembangan energi ke depan sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dengan tetap memperhatikan tingkat keekonomian. Dalam rangka mengidentifikasi permasalahan atau faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat tercapainya tujuan suatu kebijakan atau program pengelolaan energi di daerah/ tingkat Provinsi, maka DEN melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RUED khususnya pencapaian bauran energi daerah tahun 2019 dan 2020 oleh Pemerintah Daerah sebagai bentuk evaluasi terhadap kondisi keenergian di daerah sehingga dapat disusun rekomendasi dalam rangka percepatan pencapaian pelaksanaan RUED dan RUEN yang optimal pada 21 Provinsi.

Pencapaian target penyediaan energi primer daerah pada tahun 2019 dan 2020 akan menjadi gambaran pengelolaan energi pada sisi

penyediaan sekaligus pemanfaatan energi untuk pemenuhan kebutuhan daerah yang diharapkan dapat mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi, mengingat bahwa energi menjadi salah satu kunci yang mempengaruhi laju perekonomian nasional.

Tabel Target Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi Daerah 21 Provinsi Tahun 2025

No Provinsi

*) Tidak tercantum dalam Perda RUED

**) Total Energi Fosil

Sumber: Perda RUED 21 Provinsi

Dari hasil pengawasan pencapaian sasaran RUED khususnya bauran energi daerah pada 21 Provinsi, Pemerintah Daerah dalam hal ini telah menyampaikan laporan realisasi penyediaan energi primer dan bauran

energi daerah untuk tahun 2019 dan 2020 kepada Anggota DEN. Menjadi catatan bahwa laporan tersebut bersifat sementara mengingat belum dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian data energi yang digunakan Pemerintah Daerah untuk menghitung realisasi penyediaan energi primer dan bauran energi daerah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah bahwa hingga saat ini seluruh Provinsi masih terkendala dalam mengidentifikasi data penyediaan dan pemanfaatan energi untuk menghitung realisasi capaian bauran energi daerah, hal tersebut menjadi catatan bersama untuk mengevaluasi mekanisme pengumpulan data energi agar dapat terintegrasi antara Pusat dan Daerah. Laporan Realisasi Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi Daerah Tahun 2019 dan 2020 oleh Pemerintah Daerah 21 Provinsi, sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel Realisasi Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi Daerah 21 Provinsi Tahun 2019 Berdasarkan Laporan Sementara Pemerintah Daerah (Belum Verifikasi)

No Provinsi

No Provinsi

Tahun 2019 Penyediaan

Energi Primer

Bauran Energi Primer EBT Minyak

Bumi Batubara Gas Bumi

MTOE % % % %

14 Jawa Timur N/A 7,24 40,05 31,60 21,11

15 Bali 0,95 1,92 67,01 31,00 0,07

16 Nusa Tenggara Barat 1,59 9,18 N/A N/A N/A 17 Nusa Tenggara

Timur N/A N/A N/A N/A N/A

18 Gorontalo 0,26 17,47 82,53 N/A N/A

19 Sulawesi Tengah N/A N/A N/A N/A N/A

20 Sulawesi Tenggara N/A 3,00 N/A N/A N/A 21 Sulawesi Barat N/A 21,00 46,00 33,00 0,00

N/A: Laporan data tidak tersedia

Sumber: Pemerintah Daerah 21 Provinsi (Dinas ESDM Provinsi)

Tabel Realisasi Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi Daerah 21 Provinsi Tahun 2020 Berdasarkan Laporan Sementara Pemerintah Daerah (Belum Verifikasi)

No Provinsi

N/A: Laporan data tidak tersedia

Sumber: Pemerintah Daerah 21 Provinsi (Dinas ESDM Provinsi)

Sebagai upaya untuk mengatasi keterbatasan daerah dalam mengakses data energi, Sekretaraiat Jenderal DEN melakukan koordinasi dengan Pusdatin dan Unit Teknis di lingkungan KESDM untuk mengidentifikasi data penyediaan dan pemanfaatan energi di setiap Provinsi. Permasalahan utama yang menghambat proses perhitungan realisasi penyediaan energi primer dan bauran energi daerah adalah ketersediaan data sampai

tingkat Provinsi belum baik termasuk data captive power (pemakaian sendiri), selain itu juga kendala kewenangan daerah dan ketersediaan anggaran Pemerintah Daerah bidang energi.

Pengawasan DEN terhadap pencapaian pelaksanaan Bauran Energi Daerah bertujuan untuk mendukung pencapaian EBT paling sedikit 23% EBT pada tahun 2025. Evaluasi terhadap pencapaian bauran energi daerah dilakukan untuk mengukur keberhasilan sebuah kebijakan atau program antara lain dengan melihat kondisi keenergian daerah saat ini, identifikasi permasalahan atau faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat tercapainya tujuan suatu kebijakan atau program dan tindak lanjut dalam upaya pencapaian target kebijakan.

Beberapa upaya yang telah dilakukan Direktorat Aneka Energi Ditjen EBTKE untuk mendorong peran daerah lebih besar dalam pengembangan EBT diantaranya:

1. Menteri ESDM telah mengirimkan surat kepada Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan untuk mengusulkan kembali Dana Alokasi Khusus dengan fokus PLTM dan PLTS, yang diharapkan dapat dimulai tahun 2023. Selain itu untuk pengembangan energi di daerah 3T, Program LTSHE akan digantikan dan dilanjutkan dengan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL)/ Tabung listrik yang berkapasitas 500 watt

2. KESDM sedang memfinalkan RPermen PLTS Atap. Regulasi tersebut bisa menjadi tools bagi Pemerintah Daerah untuk mendorong pengembangan EBT dari PLTS Atap

3. KESDM telah mengidentifikasi panas bumi untuk dikembangkan serta mendorong pelaksanaan program Government Drilling sebagai penyediaan energi, dan mengharapkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah.

4. KESDM sedang menyiapkan regulasi sebagai turunan RPerpres EBT bahwa untuk pembangkit EBT sampai dengan 5 MW harus dikembangkan oleh Pemerintah Daerah atau BUMD.

Hasil evaluasi dalam pencapaian Bauran Energi Daerah tahun 2019 dan 2020 adalah sebagai berikut:

A. Pendanaan:

a) Keterbatasan sumber daya, mencakup: anggaran (baik Pemerintah maupun swasta), sumber daya manusia (baik kualitas maupun kuantitas) serta infrastruktur energi dan pendukung khususnya di daerah terpencil, terluar dan tertinggal (3T).

b) Belum adanya dukungan subsidi dan anggaran dari Pemerintah untuk merealisasikan target bauran energi daerah. Pada tahun 2021, sebagian dana untuk pengembangan EBT dialihkan/refocusing untuk kegiatan lainnya.

c) Pemerintah Kabupaten/Kota khususnya di Provinsi NTT yang memiliki anggaran untuk revitalisasi/pembangunan EBT terkendala kewenangan, mengingat hanya Pemerintah Provinsi yang dapat mengalokasikan anggaran untuk energi. Jika hanya mengandalkan anggaran dari Pemerintah Provinsi maka akan menghambat percepatan peningkatan bauran EBT di Provinsi.

d) Pengembangan EBT di daerah belum optimal, yang disebabkan investasi yang cukup tinggi untuk teknologi EBT serta investasi untuk pendanaan EBT masih terbatas baik dari APBN maupun pendanaan swasta.

Usulan rekomendasi terkait pendanaan:

1. KESDM dan Pemerintah Daerah agar merancang skema insentif fiskal atau non fiskal untuk mendukung implementasi program dan kegiatan RUED.

2. Kementerian ESDM agar memberlakukan mandatori pendanaan dari Pemerintah Pusat untuk Daerah dalam pengembangan EBT (dengan mengaktifkan kembali Dana Alokasi Khusus).

3. Kementerian PPN/Bappenas agar memberikan pendampingan kepada Pemerintah Daerah terkait dengan skema pendanaan/pembiayaan pengembangan dan pengelolaan sumber EBT setempat, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri.

4. Pemerintah Daerah agar mengalokasikan anggaran untuk memperkuat kapasitas organisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota yang akan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan energi.

B. Regulasi:

1. Diperlukan regulasi kewenangan Daerah/Provinsi dalam pengembangan dan pengelolaan ET secara jelas yang memungkinkan partisipasi Daerah untuk melakukan upaya pemanfaatan potensi daerah sebagai kearifan lokal terutama di sektor tenaga listrik ‘skala kecil’.

2. Pengembangan dan pengelolaan ET di daerah masih mengalami hambatan terkait sinkronisasi kebijakan dengan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).

3. Belum adanya dukungan regulasi harga pembelian ET yang dapat mengimbangi atau setidaknya mendekati harga energi yang bersumber dari energi fosil.

Usulan rekomendasi terkait regulasi:

1. Kementerian ESDM agar mempercepat penyelesaian Perpres tentang Harga EBT khususnya sinkronisasi antara Kementerian Keuangan dan

KESDM terkait biaya penggantian dalam RUPTL melalui mekanisme persidangan (Sidang Anggota dan/atau Sidang Paripurna).

2. Kementerian Dalam Negeri agar mendorong percepatan penyelesaian R-Perpres tentang penambahan kewenangan di bidang ET untuk Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Dokumen terkait