• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Mulyasa (2008), pelaksanaan kurikulum adalah suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum dalam aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Ada beberapa aktivitas dalam proses ini yang berpengaruh pada hasil.

a.Strategi Instruksional

Dalam memberikan perhatian guru melakukan variasi berdasarkan kegiatan dan masalah yang dihadapi anak. Misalnya dalam bermain atau penanaman konsep, perhatian diberikan secara umum dan sama pada semua anak. Namun untuk masalah akademik terutama berhitung dan bahasa, sosial emosional dan karakter, guru memberikan perhatian secara individual. Begitupun dalam organisasi kelas guru juga mendasarkan variasinya pada jenis kegiatan. Di dalam kelas guru banyak menggunakan perintah untuk membuat anak mendengarkan apa yang disampaikan. Ada guru yang

mendorong dan memotivasi anak, misalnya

menggunakan inisiatif atau ide anak dan memuji anak saat berhasil melakukan tugas. Namun ada juga guru yang tidak melakukan itu.

Dalam penciptaan iklim belajar pun demikian juga, guru banyak menggunakan perintah. Namun perintah yang disampaikan bersifat persuasif. Selain itu guru juga menggunakan system reward and punishment, dimana istilah punishment diganti dengan konsekuensi. Reward

diberikan dalam bentuk pujian, sticker atau stamp, sedangkan konsekuensi dengan pemberian sticker sad face. Penciptaan iklim belajar lain adalah dengan peranan teman atau partner dalam satu tim.

Dilihat dari apa yang dilakukan para guru di TK Bethany School pada saat pembelajaran maka bisa dikatakan guru menanamkan konsep dengan tetap memperhatikan kenyamanan belajar anak. Hal tersebut seperti dalam beberapa model pengajaran untuk Taman Kanak-kanak yang ditulis Sujiono (2009). Misalnya model kelas berpusat pada anak, model beyond center and circle time (BCCT), dan model bermain kreatif berbasis kecerdasan jamak. Model-model tersebut mempunyai prinsip-prinsip yang mengutamakan kebutuhan anak yang sesuai juga dengan Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu bahwa prinsip pembelajaran PAUD berpusat pada anak. Prinsip-prinsip itu antara lain: pertama, pengelolaan kelas yang bebas dan memperhatikan kebutuhan anak. Kedua, menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal penting. Ketiga, peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator. Keempat adanya pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain. Kelima dalam bermain, anak diberi kebebasan untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan suatu bentuk kreatifitas yang unik. Keenam, guru juga tetap mengelola kelas dengan demokrasi, saling menghargai, kepedulian dan kehangatan.

Dengan demikian bisa dikatakan dengan pembelajaran berpusat pada anak maka peran guru sebagai fasilitator dan motivator sangat penting. Sebagai

fasilitator guru menyediakan dan mengusahakan strategi instruksional untuk kenyamanan dan keberhasilan belajar anak bukan semata-mata untuk menanamkan suatu konsep pada anak. Guru bebas melakukan berbagai strategi seperti memberi pijakan belajar atau menciptakan kondisi kelas sehingga anak belajar beradaptasi dengan pemberian aturan-aturan tertentu. Tetapi dalam penciptaan itu harus mempertimbangkan kebutuhan anak pada usia TK. Sebagai motivator guru memberikan berbagai bentuk dorongan kepada anak

untuk bisa berkembang dalam kemampuan,

pengetahuan maupun kepribadian. Sehingga baik apabila di TK Bethany School guru-guru telah mempunyai strategi instruksional yang berpusat pada kebutuhan anak seperti ditunjukkan oleh data. Namun, masih diperlukan perubahan pada beberapa guru yang belum bisa memenuhi tugasnya sebagai motivator yang baik bagi anak. Mereka bisa lebih lagi meningkatkan perhatian kepada anak, memberikan pujian untuk hasil kerja anak, mendengarkan pendapat mereka, maupun melakukan pendekatan pribadi kepada anak.

b.Metode Pengajaran

Guru TK Bethany School telah menggunakan variasi metode pengajaran dalam proses belajar mengajar di kelas untuk berbagai perkembangan yang akan dicapai. Penggunaan metode-metode pengajaran ini sangat penting karena menurut hasil penelitian Hiryanto, dkk (2011) metode pembelajaran adalah salah satu ragi

belajar yang berfungsi memotivasi dan menggairahkan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Syaodih (2008) juga mengutip dua pendapat pertama dari Krin Villien seorang konsultan pendidikan anak usia dini dari Bank Dunia yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran TK di Indonesia lebih bersifat akademik dimana anak lebih banyak duduk di bangku seperti sekolah dasar. Sedangkan kutipan ahli kedua yaitu Froebel yang mengungkapkan bahwa jika orang dewasa mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa penggunaaan metode-metode pengajaran tersebut memang sangat penting dalam proses pelaksanaan kurikulum yang telah disusun. Proses belajar yang didukung oleh metode yang benar dan sesuai dunia anak akan mendukung anak belajar mengembangkan kemampuannya dengan baik. Apalagi untuk anak TK yang masih sulit untuk serius dan fokus dalam waktu lama. Adanya variasi dan penyesuaian metode penyampaian pengajaran untuk setiap kegiatan, tidak hanya akan membuat anak-anak berpindah tempat dari kursinya tetapi kegiatan pembelajaran baik yang bersifat akademik maupun non- akademik akan terasa lebih menyenangkan dan tidak membebani anak. Mereka akan termotivasi dan bergairah sehingga mampu membuat diri mereka berkonsentrasi dan belajar memahami apa yang disampaikan guru. Selain itu, dengan adanya penggabungan beberapa metode, bisa saling mendukung tahap-tahap perkembangan anak. Artinya tidak hanya

melulu satu metode bisa membantu anak hanya mengembangkan satu kemampuan.

Misalnya yang dilakukan di TK Bethany dalam belajar bahasa di kelas TK A yang ditulis sebelumnya. Menurut Morrison (2012) murid TK berada dalam masa perkembangan kecerdasan dan bahasa yang sangat pesat. Mereka memiliki kapasitas besar untuk belajar kata-kata baru. Kemudian menurut Piaget (dalam Puteh dan Ali, 2011) juga mengatakan bahwa pada peringkat praoperasional (umur 2-7 tahun) kemahiran bahasa anak-anak berkembang dengan cepat dan dapat diasah melalui berbagai aktivitas. Jadi akan sangat bagus bagi anak jika dalam belajar sebuah tingkat perkembangan, ada variasi metode yang menghasilkan variasi kegiatan seperti yang telah dilakukan tersebut.

c.Media Pembelajaran dan Alat Permainan Edukatif (APE)

Media yang dimiliki TK Bethany telah cukup lengkap. Guru-guru juga berusaha menyesuaikan penggunaan media dan APE sesuai dengan kegiatan, sehingga akan membantu anak dalam memahami apa yang disampaikan. Tetapi masih ada kesulitan dan hambatan yang dihadapi termasuk juga dalam pemanfaatan APE. Misalnya adanya kerusakan tiba-tiba, penerapan media atau APE yang tidak sesuai rencana, waktu persiapan yang kurang, ketrampilan beberapa guru yang kurang, dan ketersediaan bahan pembuatan APE.

Suyanto (2005) mengatakan bahwa usia dini juga disebut usia emas dimana dalam usia ini, anak sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat baik fisik maupun mental. Dikatakan juga dalam UU No. 23 Tahun 2003 bahwa pendidikan usia dini yang diterima anak adalah rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tersebut agar siap untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Berkaitan pula dengan fungsi pendidikan PAUD, terutama fungsi perkembangan maka pengelolaan dan pemilihan media dan APE yang tepat bagi anak sangatlah penting.

Sehingga bisa dikatakan bahwa dengan media yang lengkap seharusnya bisa mendukung proses belajar dengan baik. Pemanfaatan media dan APE yang tepat bisa menjadi penghantar yang baik bagi anak untuk menerima rangsangan perkembangan yang diberikan guru. Dengan media dan APE, apa yang sudah direncanakan dalam kurikulum bisa diberikan ke anak atau peserta didik dengan lebih menarik. Hal itu bisa mendukung anak memahami secara visual pengetahuan- pengetahuan yang diberikan sehingga membantu mengembangkan potensi-potensi mereka untuk bekal persiapan perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.

Mengingat peran media pembelajaran dan APE tersebut, sudah sangat tepat apabila guru di TK Bethany School berusaha memilih dan memanfaatkan media dan APE yang sesuai dengan jenis pembelajaran. Namun, akan lebih baik guru juga lebih matang dan efektif dalam penggunaan waktu persiapan. Misalnya bukan hanya persiapan media maupun pembuatan APE yang

diusahakan jauh-jauh hari sudah dilakukan oleh semua guru namun juga ada juga pemeriksaan kembali. Jadi tidak ada APE asal jadi yang penting bisa dipakai menyampaikan konsep ke anak. Selain itu bisa juga diberikan pelatihan kepada guru dalam pembuatan APE, sehingga adanya kemampuan yang merata, bukan cuma beberapa guru yang bisa memberikan APE bagus dan menarik kepada anak. Dengan begitu diharapkan masalah bisa dihindari atau apabila muncul masalah, maka dalam mengantisipasi solusi bukan dengan ide seadanya atau yang akan merugikan anak.

d.Interaksi dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)

Di TK Bethany School, interaksi antar anak baik dalam kelompok besar maupun kecil di dalam kelas telah terjalin dengan baik. Namun interaksi antara guru dan anak tidak sebaik itu. Guru berinteraksi dengan anak paling efektif hanya saat belajar individual. Di luar itu guru hanya sesekali berinteraksi dengan semua anak, meskipun itu interaksi nonverbal.

Interaksi anak sangat penting apabila dihubungkan dengan perkembangan sosial emosional. Dikatakan Morrison (2012) bahwa anak TK berada dalam tahap kerja keras melawan rasa rendah diri. Mereka belajar mengatur emosi dan interaksi sosial mereka. Secara sosial mereka mengembangkan kemampuan dan keinginan untuk bekerja sama dengan orang lain. Namun mereka juga juga membenci kekalahan dan tidak siap mengkoordinasikan permainan yang bersifat

kompetitif. Karena itu terkadang mereka akan terlibat konflik saat berinteraksi satu sama lain.

Selain itu menurut Sutarmanto (2012), guru harus mampu memahami peserta didik dengan baik pada saat merencanakan dan menerapkan kurikulum. Pengenalan terhadap peserta didik dalam interaksi belajar mengajar merupakan faktor mendasar dan penting agar guru memahami dan menghargai keunikan cara belajar, kebutuhan perkembangan, minat, kemampuan serta karakteristik mereka dan pada akhirnya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan

Dari beberapa keterangan di atas, maka interaksi antara guru dan anak juga penting dalam pendidikan TK. Sehingga diharapkan interaksi tersebut bukan hanya terjadi saat penyampaian materi tetapi sepanjang hari dimana anak masih berada dalam jam belajar. Guru harus bisa berperan sebagai guru, orang dewasa bahkan sahabat anak pada saat berinteraksi. Sehingga mendukung pemahaman guru akan perkembangan anak didiknya dan juga dalam berbagai peran tersebut mampu mendukung anak-anak pada saat mereka membutuhkan bantuan untuk memecahkan konflik-konflik emosi dan sosial yang sering terjadi pada anak TK.

Apabila dilihat dari interaksi antar anak, maka interaksi yang telah terjadi dengan baik di TK Bethany School ini hendaknya juga didukung oleh peran guru. Guru bukan hanya sesekali memperhatikan tetapi lebih sering terlibat dalam interaksi tersebut. Sehingga bukan hanya membantu pada saat ada konflik antar anak tetapi bisa mengikuti dan lebih mengenal perkembangan anak dalam sosial, emosional dan perkembangan bahasa

mereka atau perkembangan lain. Karena dengan mengenal anak, guru akan memahami anak dan

membantu guru sendiri dalam menerapkan

pembelajaran efektif bagi anak. Misalnya ikut beraktivitas dan bermain dengan anak, memanfaatkan waktu jeda untuk mengobrol dengan anak, dan sebagainya. Karena menurut Catron dan Allen, interaksi yang baik dengan orang dewasa atau sesama anak-anak juga bisa mengembangkan kemampuan berbahasa anak seperti memperluas kosakata, mengembangkan daya

penerimaan serta pengekspresian kemampuan

berbahasa mereka (dalam Sujiono, 2009).

Dalam melaksanakan kurikulumnya, meskipun peran guru di TK ini masih mendominasi, guru telah berusaha melibatkan semua anak dalam setiap kegiatan. Ada beberapa anak yang tidak bisa aktif dalam proses belajar mengajar karena tidak percaya diri ataupun mempunyai sedikit kesulitan dalam memahami konsep. Mengatasi hal tersebut, sebagian besar guru memberikan motivasi dengan memberikan pujian atau lebih banyak kesempatan dalam setiap kegiatan. Seiring dengan prinsip model pembelajaran beyond center and circle time (BCCT) diantaranya pertama, dalam proses belajar mengajar memberikan dukungan penuh kepada anak untuk aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri. Kedua, peran pendidik atau guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator.

Dengan demikian maka anak yang tidak percaya diri ataupun kesulitan dalam proses belajar merasa dipahami dan diperhatikan. Hal tersebut sangat penting bagi anak karena bisa mendukungnya untuk

mengembangkan kepercayaan diri. Ketekunan guru dalam mengusahakan dan mendampingi anak dalam kesulitan belajar juga akan membawa pengaruh yang baik bagi anak. Sehingga apa yang sudah dilakukan oleh sebagian besar guru-guru di TK ini bisa dipertahankan sehingga mereka bisa terus menjadi motivator yang baik bagi anak. Sedangkan guru-guru yang belum menjalankan fungsinya sebagai motivator yang baik, bisa belajar dari guru lain dan menerapkan dalam pengajarannya.

e.Ketepatan dan Kesesuaian dengan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum TK Bethany School, terkadang guru tidak tepat dan sesuai karena beberapa hal. Pertama, situasi kelas yang tidak mendukung iklim belajar, media atau APE yang tidak sesuai dengan rancangan, persiapan acara sekolah, dan acara-acara seperti seminar, lomba, ataupun hari libur yang tidak direncanakan sebelumnya.

Pelaksanaan kurikulum sebagai proses ini direalisasikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip dan tuntutan kurikulum yang telah dikembangkan sebelumnya bagi suatu jenjang pendidikan atau sekolah-sekolah tertentu (Suryosubroto, 2004). Tetapi dalam pelaksanaannya tersebut belum tentu bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Padahal fungsi dari perencanaan pengalaman belajar tersebut untuk mendukung pencapaian kompetensi yang harus dimiliki anak.

Sehingga ketidaksesuaian pelaksanaan dengan perencanaan akan mengganggu pencapaian tujuan berupa kompetensi-kompetensi perkembangan anak. Untuk hal-hal yang bisa di perkirakan sebelumnya, seharusnya bisa dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum di TK ini. Misalnya acara-acara sekolah yang sudah rutin dilakukan sehingga dalam persiapannya tidak harus mengurangi atau mengganggu terlaksananya kurikulum atau malah sudah memasukkan kegiatan- kegiatan tersebut ke dalam kurikulum. Sedangkan untuk hambatan kondisi kelas, guru bisa belajar dari pengalaman-pengalaman bagaimana mengorganisasikan kelas sehingga bisa menciptakan iklim belajar dengan lebih efektif. Begitupun dengan media atau APE, bisa melakukan persiapan lebih baik lagi sehingga ada waktu untuk kembali melakukan pengecekan sebelum dipakai pada pembelajaran.

f. Penilaian Hasil Belajar

Standar penyelenggaraan PAUD harus mengikuti acuan minimal dari Permendiknas No.58 Tahun 2009. Sekolah boleh saja mengembangkan sesuai kondisi dan kemampuan sekolah namun tetap mengacu pada standar-standar pada peraturan ini termasuk standar penilaian. Begitupun dalam melaksanakan penilaian hasil belajar anak. Dari berbagai data tentang alat, ruang lingkup dan jenis penilaian yang dilakukan TK Bethany School telah bisa dikatakan mengacu pada standar yang ditetapkan. Alat penilaian yang digunakan di TK Bethany School ini meliputi pengamatan atau observasi,

penugasan, unjuk kerja dan pencatatan anekdot. Lingkup penilaiannya mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan dalam acuan minimal dengan dikembangkan dalam kategori yang berbeda dalam pelaporannya ke orang tua. Penilaian sendiri dilakukan dalam bentuk deskripsi dan angka 0 sampai 5 dengan kategori tertentu untuk tiap angka.

Demikian juga dalam hal pengelolaan hasil, dalam Permendiknas No.58 Tahun 2009 disebutkan: (a) pendidik membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang tersedia; (b) pendidik menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan anak secara tertulis kepada orang tua secara berkala, minimal sekali dalam satu semester; (c) Laporan perkembangan anak disampaikan ke orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua dirumah. Para guru di TK Bethany juga telah melakukan penilaian secara harian kemudian dihitung dan disusun dalam bulanan dan dalam satu semester. Hasilnya dilaporkan ke orang tua tiap akhir semester disertai saran-saran yang berhubungan dengan hasil tersebut.

Oleh karena itu penilaian dan pengelolaan hasil belajar ini bisa dimanfaatkan oleh guru maupun orang tua untuk melihat perkembangan-perkembangan anak yang telah tercapai maupun belum. Pihak TK juga bisa menggunakannya untuk melihat kembali hasil pelaksanaan kurikulum mereka. Guru dan kepala sekolah bisa mencari tahu hal-hal yang mendukung keberhasilan maupun penyebab ketidaktercapaian tujuan yang telah direncanakan.

Dari berbagai penjelasan diatas, maka aspek proses yang merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum ini bisa dikatakan telah terlaksana dengan berbagai variasi didalamnya yang ditujukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di TK Bethany School. Namun juga ditemukan beberapa hambatan yang membuat proses-proses dalam implementasi kurikulum ini tidak berjalan seperti seharusnya. Seperti dalam strategi instruksional dimana beberapa guru belum menjadi motivator yang baik bagi anak; dalam pemanfaatan APE, ada beberapa guru yang belum memiliki kemampuan yang baik untuk menyiapkan APE; dalam interaksi dengan anak, ada sebagian kecil guru yang belum mengembangkan interaksi yang baik dengan anak; beberapa guru terkadang mengalami kesulitan dalam organisasi kelas, perencanaan kegiatan mendadak dan persiapan media dan APE sehingga kurikulum tidak berjalan sesuai rencana.

Dokumen terkait