• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

4. Fabel Aesop

serta pesan moral yang ditulis oleh Aesop.

5. Siswa Kelas III SD adalah siswa yang berada pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang berusia 8-9 tahun yang memiliki kemampuan kognitif pada tahap operasional konkret.

10 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Banyak pengertian motivasi yang dikemukakan oleh para ahli, motivasi dipandang sebagai usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok tertentu bergerak melakukan sesuatu yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya. Pendapat mengenai motivasi disampaikan oleh Dimyati (2006: 80) bahwa motivasi adalah dorongan mental dalam diri seseorang yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Kompri (2015: 4) juga menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Kedua pendapat tersebut sama-sama menyebutkan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri manusia yang mana merupakan motivasi intrinsik. Sumadi Suryabrata (dalam Kompri, 2015: 6) mengatakan pendapatnya mengenai motivasi intrinsik, yaitu motif yang sudah ada dalam diri individu dan dapat berfungsi tanpa harus adanya dorongan dari luar. Dorongan dari dalam diri inilah yang menjadikan seorang individu mempunyai alasan untuk melakukan sebuah usaha atau perbuatan. Setiap siswa yang belajar tentunya diharapnya memiliki motivasi intrinsik, karena ini menunjukkan bahwa siswa memiliki kesadaran untuk belajar secara bersungguh-sungguh.

Motivasi juga bisa didapatkan melalui lingkungan sekitar, atau disebut juga motivasi ekstrinsik. Perbedaan dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik berada pada sumber motivasinya, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Aunurrahman (2012: 116) bahwa motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Sebagai contoh, seorang siswa akan lebih giat belajar jika ia diberitahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian. Contoh lain, Ani sebelumnya malas untuk membaca buku, tetapi ia menjadi senang membaca karena buku ensiklopedi yang ada di perpustakaan karena menarik dan penuh gambar berwarna. Seorang guru biasanya juga memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan semangat belajar siswa (Djamarah, 2011: 158).

Dorongan dari dalam (kekuatan mental) dan pengaruh dari luar akan berpengaruh pada kemajuan individu tersebut (Dimyati, 2006: 84). Motivasi intrinsik dan ekstrinsik sama pentingnya bagi perkembangan individu. Motivasi intrinsik yang sudah ada dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik, yaitu saat seorang siswa memiliki semangat belajar karena ia merasa bahwa ilmu merupakan sesuatu yang ia butuhkan dan ia menjadi lebih semangat belajar ketika orang tuanya memberi dukungan dan semangat. Demikian juga, motivasi ekstrinsik dapat memunculkan kesadaran dari dalam diri sehingga berubah menjadi motivasi intrinsik. Dimyati (dalam Aunurrahman, 2012: 117) mengatakan proses perubahan motivasi pada seseorang ini disebut transformasi motif.

Orang yang termotivasi akan menunjukkan ketertarikan dan kegigihan dalam melakukan suatu kegiatan. Orang yang termotivasi akan menunjukkan perubahan sikap menjadi lebih berminat, lebih bersemangat, lebih mempunyai tujuan, dan lebih giat dalam melakukan sesuatu. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Santrock (dalam Kompri 2015: 3) bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, serta kegigihan perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama pada diri seseorang. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya. b. Pengertian Belajar

Setelah mengetahu pengertian motivasi, akan dibahas terlebih dahulu pengertian dari belajar sebelum membahas mengenai motivasi belajar. Menurut Gagne (dalam Kompri, 2015: 220) belajar merupakan kegiatan kompleks yang distimulasi oleh lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh seseorang, sehingga menghasilkan suatu kapabilitas. Pendapat lain disampaikan oleh Abdilah (dalam Aunurahman, 2012: 35) yang menyebutkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Sedangkan Dimyati (2006: 36) mengatakan bahwa belajar adalah perilaku kompleks dalam waktu lama yang dialami oleh orang yang sedang belajar. Ketiga pendapat tersebut menyebutkan bahwa belajar haruslah dalam bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan secara nyata oleh seorang individu. Belajar juga harus melalui proses yang membutuhkan waktu dan kontinuitas, entah itu berupa pengalaman, latihan, mengamati, dan mendengarkan pun termasuk bagian dari belajar. Semua usaha yang dilakukan ini akan membentuk perubahan positif pada individu yang menghasilkan suatu peningkatan kemampuan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Pendapat lain tentang belajar juga dikemukakan oleh Gredler (dalam Dimyati, 2006: 11) mengatakan bahwa belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari luar. Selain harus berupa usaha nyata, memerlukan proses, menghasilkan perubahan, dan mencapai tujuan, belajar juga merupakan bentuk interaksi dengan lingkungan sekitar. Seorang individu sudah memiliki konsep belajar yang sederhana, kemudian ia belajar dengan melihat, mengamati, dan mengolah data yang ada di lingkungan dan membentuk suatu pemahaman baru (Keraf, 2013: 58-62). Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan individu untuk menghasilkan kemampuan serta mencapai tujuan melalui pengalaman dan latihan yang didukung oleh lingkungan.

c. Pengertian Motivasi Belajar

Pengertian motivasi yang sudah peneliti simpulkan di atas adalah dorongan yang menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya. Sedangkan belajar adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan individu untuk menghasilkan kemampuan melalui pengalaman dan latihan yang didukung oleh lingkungan. Pendapat mengenai pengertian motivasi belajar disampaikan oleh Djamarah (2011: 200) yang mengatakan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Siswa belajar dapat didorong oleh kesadaran dari dalam diri sendiri. Kesadaran tersebut dapat berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi belajar adalah kekuatan mental dalam diri seseorang yang mendorong terjadinya belajar (Dimyati, 2006: 80). Ada pula yang menambahkan bahwa dorongan tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2011: 75). Berdasarkan berbagai pendapat para ahli serta dari pengertian motivasi dan belajar yang sudah penulis simpulkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar agar mencapai tujuan yang dikehendaki.

d. Pentingnya Motivasi Belajar

Motivasi dalam belajar sangat penting dan memiliki banyak fungsi bagi siswa dan bagi guru selama proses belajar. Peneliti menggabungkan dua pendapat mengenai fungsi motivasi yang dikemukakan oleh Djamarah (2011: 156-158) dan Hamalik (dalam Kompri, 2015: 5). Kedua pendapat ini sama-sama memiliki tiga poin yang sama secara garis besar, sehingga peneliti menggunakan semua poin sebagai landasan mengenai fungsi motivasi belajar pada penelitian ini. Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam tiga fungsi. Fungsi yang pertama adalah motivasi sebagai pendorong perbuatan. Mulanya seorang siswa tidak memiliki keinginan belajar, tetapi kemudian rasa ingin tahunya muncul karena ada hal yang ingin ia ketahui. Rasa ingin tahu tersebut mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Motivasi ini berfungsi sebagai pendorong sehingga mempengaruhi sikap belajar seorang siswa. Maka penting bagi seorang guru untuk memberikan apresepsi dan motivasi di awal pembelajaran agar mendorong rasa ingin tahu para siswa.

Fungsi motivasi yang kedua adalah motivasi sebagai penggerak perbuatan. Maksudnya adalah besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. Dorongan psikologis dalam diri anak yang sangat kuat akan

mempengaruhi gerakan psikomotornya. Sebagai contoh seorang siswa mempunyai tugas rumah yang harus diselesaikan. Karena siswa tersebut ingin mendapatkan nilai yang maksimal, maka ia mengerjakan dengan segenap jiwa raga dan tugas pun selesai dengan lebih cepat dibandingkan siswa yang tidak termotivasi. Fungsi motivasi yang ketiga adalah motivasi sebagai pengarah perbuatan. Siswa yang memiliki motivasi dapat menyeleksi mana hal yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan terlebih dahulu. Sebagai contoh siswa yang ingin memperbaiki nilai mata pelajara IPA akan berusaha belajar dengan dengan giat dan penuh konsentrasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga ia akan menghindari hal-hal yang mengganggu pikirannya.

Selain kedua pendapat tersebut, Dimyati (2006: 85) juga menjabarkan lima hal mengenai pentingnya motivasi belajar bagi siswa sebagai berikut: (1) Menyadarkan posisi seorang siswa dalam awal belajar, proses dan hasil akhir. Sebagai contoh seorang siswa pada mulanya belajar suatu bab dan temannya mendapatkan nilai lebih baik pada saat evaluasi, siswa tersebut sadar akan kedudukannya (dalam arti pemahaman belajar) dan ia terdorong untuk membaca ulang bab yang sudah dibacanya tadi. (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. Sebagai contoh ketika siswa melihat usaha belajar seorang teman memadai, maka ia akan berusaha setekun temannya yang berusaha dan berhasil. (3) Mengarahkan kegiatan belajar. Setelah diketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius dan malah sering bersenda gurau dengan teman, ia akan mengubah perilaku belajarnya. (4) Membesarkan semangat belajar. Sebagai contoh siswa tertarik akan suatu materi dan penyampaian guru, maka ia akan berusaha memperhatikan. (5) Menyadarkan

tentang adanya perjalanan belajar. Jika siswa telah sadar bahwa belajar, bermain, bekerja dan istirahat haruslah bergerak berkesinambungan, maka ia tahu apa yang harus dilakukannya agar berhasil.

Lima hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi yang bersumber dari kesadaran siswa memberikan kontribusi besar dalam berhasilnya usaha belajar. Selain penting bagi siswa, motivasi belajar juga penting bagi guru. Pentingnya motivasi belajar bagi guru adalah sebagai berikut. (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa sampai berhasil dan mempertahankan semangat siswa dapat membantu proses pembelajaran di dalam kelas. (2) Guru dapat menggunakan macam-macam staregi dalam belajar jika ia sudah mengetahui berbagai macam motivasi belajar yang dimiliki siswanya. (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih perannya di dalam kelas, seperti penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat dan pemberi hadiah yang sudah disesuaikan dengan perilaku siswa di kelasnya. (4) Memberi peluang guru untuk membuat rekayasa pedagogis. Tantangan profesional guru terletak pada mengubah siswa yang tidak termotivasi menjadi semangat belajar.

Pendapat Dimyati ini sebenarnya juga tersirat tiga fungsi yang telah disebutkan sebelumnya, perbedannya ada pada dua poin tambahan yaitu menambah semangat belajar dan menginfomasikan kekuatan belajar. Dari ketiga pendapat di atas, semakin diketahui bahwa motivasi dalam pembelajaran tidak hanya memiliki fungsi bagi siswa tetapi juga memiliki manfaat bagi guru. Sehingga diharapkan agar selalu ada motivasi belajar dalam setiap pembelajaran.

e. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi belajar sangat penting bagi siswa karena dapat mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan selama ia belajar. Guru dapat melakukan sesuatu untuk memotivasi siswa dalam belajar, yaitu dengan memahami beberapa aspek yang sesuai dengan dorongan psikologis dalam diri siswa. Aspek yang dapat membantu guru untuk merencanakan kegiatan pembelajaran ini disebut prinsip-prinsip motivasi belajar. Dengan memahami prinsip motivasi belajar, diharapkan guru dapat memunculkan motivasi belajar dalam pembelajaran yang sudah direncanakannya.

Hamalik (2006: 156-161) menguraikan prinsip motivasi belajar dalam sembilan poin, sedangkan Fathurohman dan Suntikno (dalam Aunurrahman, 2012: 217) menyatakan sepuluh hal yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, kemudian Aunurrahman (2012: 117-118) menyebutkan secara singkat sepuluh prinsip motivasi belajar. Peneliti menggabungkan beberapa poin yang memiliki garis besar sama dari tiga pendapat ini dan peneliti memilih serta menyesuaikan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti. Prinsip-prinsip motivasi belajar yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Motivasi akan bertambah jika pelajaran dirasa bermakna dan merupakan suatu kebutuhan bagi siswa. Guru dapat mengaitkan materi dengan pengalaman masa lalu siswa, konteks sehari-hari, minat siswa, serta manfaatnya dimasa yang akan datang. (2) Penguatan dari guru, orang tua, dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi belajar. (3) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan apa saja kegiatan yang akan dilakukan dapat membuat siswa lebih termotivasi. (4) Siswa lebih senang dengan hal-hal baru, sehingga guru dapat menggunakan berbagai

macam metode belajar, berbagai macam media dan kegiatan-kegiatan baru yang menarik bagi mereka. (5) Siswa lebih senang jika ia ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, guru bisa menerapkan diskusi, simulasi dan praktek. (6) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. (7) Guru dapat mengapresiasi keberhasilan siswa dan meyakinkan siswa yang belum berhasil bahwa mereka akan mampu mencapai pemahaman atau prestasi dengan lebih giat berusaha. f. Indikator Motivasi Belajar

Agar mengetahui apakah seseorang sudah termotivasi tentunya akan ada ciri-ciri yang menandakan ada tidaknya motivasi dalam diri seseorang. Uno (2009: 21) berpendapat bahwa ada sembilan indikator motivasi belajar yang dapat menunjukkan ciri-ciri orang yang termotivasi dalam belajar. Sedangkan pendapat yang lain dari Kompri (2015: 247) yang mengemukakan ada delapan indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini. peneliti menggunakan empat indikator motivasi belajar menurut teori Uno (2009: 21) dan dua indikator dari Kompri (2015: 247). Peneliti memilih untuk menggabungkan dua pendapat ini karena indikator yang ada pada Uno dapat diperkuat dengan indikator yang dikemukakan oleh Kompri. Peneliti memilih indikator yang paling spesifik dan tidak menggunakan indikator-indikator dari kedua pendapat yang memiliki arti yang kurang lebih sama. Berikut adalah indikator yang digunakan dalam penelitian ini: (1) siswa memiliki keinginan untuk belajar, (2) siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) siswa memiliki semangat selama pembelajaran, (4) siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, (5) adanya penghargaan dalam pembelajaran, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan beberapa simpulan sebelumnya, dapat diketahui bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar agar mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi belajar ini berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan pengarah perbuatan siswa selama pembelajaran. Agar motivasi dapat muncul, guru perlu mempertimbangkan prinsp-prinsip motivasi selama pembelajaran dan mengukur tingkat motivasi siswa dengan indikator motivasi.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Dimyati, Woordworth, dan Djamarah merumuskan pengertian hasil belajar yang hampir serupa. Dimyati (2005: 3) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar. Kemudian menurut Woordworth (dalam Majid, 2014: 28) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan aktual yang dapat diukur sebagai hasil dari proses belajar. Pendapat serupa juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu (Djamarah, 2011: 175). Dari ketiga pendapat diketahui bahwa untuk mendapatkan hasil belajar, diperlukan suatu proses dan tindakan. Seorang yang mulanya belum tahu dan belum mampu akan melalui proses belajar sehingga ia akan menjadi tahu dan menjadi mampu. Ada perubahan kemampuan yang diharapkan muncul atau meningkat setelah berjalannya proses belajar mengajar dan memenuhi tujuan pembelajaran yang diinginkan. Perubahan ini bisa berupa peningkatan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Hamalik (2006: 155) yang menyebutkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh dua ahli yaitu Howard Kingsley dan Bloom (dalam Angkowo, 2007: 52-57). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah peningkatan kemampuan yang merupakan hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan oleh seseorang.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Nasution (dalam Djamarah, 2011: 175) mengatakan bahwa belajar bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Maksudnya disini adalah belajar merupakan proses yang menghasilkan suatu hasil belajar, di mana ada banyak hal yang akan mempengaruhi bagaimana kualitas dari hasil belajar yang didapatkan seseorang. Nasution menyebutkan ada lima hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu raw input, learning, teaching process, environmental input, dan instrumental input. Raw input yang merupakan bahan atau materi belajar akan melalui proses belajar mengajar. Selama proses belajar mengajar ini akan ada dukungan instrumental seperti kurikulum, sarana, dan lain sebagainya untuk mendukung proses beajar siswa. Selama proses belajar siswa juga tidak bisa lepas dari interaksinya dengan lingkungan, baik itu lingkungan sekolah, tempat tinggal, atau lingkungan alam sekitar. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana nantinya hasil belajar siswa tersebut.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djamarah (2011: 177-205) dan Munadi (2010: 24-35) yang mengatakan bahwa ada dua faktor besar yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Kedua pendapat ini hampir sama secara garis besar, sehingga peneliti menggabungkan dan

mengambil bagian yang dapat saling memperkuat kedua pendapat ini. Faktor dari dalam terdiri atas faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis berupa kondisi fisik siswa dan kesehatan panca indera siswa. Kondisi yang sehat akan membuat siswa lebih fokus dan mudah untuk berkonsentrasi sehingga pelajaran dapat diterima dengan maksimal. Faktor psikologis dipengaruhi oleh ketertarikan atau perhatian, bakat, kecerdasan, motivasi dan daya nalar. Sebagai contoh ada seorang siswa yang memiliki ketertarikan di bidang matematika, dengan dorongan psikologis ia akan lebih giat berlatih dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Contoh selanjutnya adalah kecerdasan atau biasa disebut intelegensi juga berpengaruh dalam menentukan hasil belajar siswa. Meski tidak menjadi ukuran mutlak tetapi beberapa penelitian sudah mengungkapkan bahwa ada hubungan erat antara IQ dengan hasil belajar siswa di sekolah (Nasution dalam Djamarah, 2011: 194).

Selain faktor dari dalam, faktor dari luar pun dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor dari luar terdiri atas faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi lingkungan alam di sekitar siswa serta lingkungan sosial budaya. Lingkungan sekolah yang baik tentu dapat membantu siswa untuk lebih nyaman dan fokus dalam belajar, seperti banyak pohon sehingga menyejukkan, jauh dari kebisingan, dan asap polusi udara. Faktor instrumental terdiri dari kuikulum, program, sarana dan fasiltas, serta guru sebagai tenaga pengajar. Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan hasil belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Clark (dalam Angkowo, 2007: 50) yang mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar.

Berdasarkan beberapa simpulan sebelumnya, dapat diketahui bahwa hasil belajar adalah peningkatan kemampuan yang merupakan hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan oleh seseorang di mana pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa tersebut dan faktor dari lingkungan.

3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA

Ada banyak mata pelajaran yang ajarkan di Sekolah Dasar. IPA yang merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris Natural Science yang artinya ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2011: 3). Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang dalam terapannya menjadi sangat penting karena mempelajari peristiwa alam yang ada di sekitar kita.

Pendapat lain mengenai pengertian IPA juga dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2011: 3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis. Artinya, pengetahuan tersebut tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, saling berkaitan, dan saling berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nash (dalam Samatowa, 2011: 2) yang menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash menambahkan bahwa IPA mengamati dunia secara analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan

fenomena lain sehingga membentuk prespektif baru dari objek yang diamati. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari peristiwa alam yang terjadi secara sistematis dan saling berkaitan.

b. Pembelajaran IPA untuk Sekolah Dasar

Semua peristiwa alam di sekitar kita memiliki cakupan yang sangat luas, mulai dari jaringan sel makhluk hidup sampai gejala alam yang terjadi di ruang angkasa. Untuk dapat mempelajari semua hal tersebut tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan dibutuhkan kemampuan dasar untuk mempelajari materi-materi ilmu tersebut. Sehingga dalam mempelajari IPA, sebaiknya materi disesuaikan dengan faktor psikis dan fisik seseorang. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kondisi psikis dan fisik sangat mempengaruhi hasil belajar (Djamarah, 2011: 190-203). Sebagai contoh, materi persilangan gen yang cukup rumit hanya dapat dipelajari oleh anak yang sudah memasuki tahap operasional formal dan harus memiliki pengetahuan awal yang akan mendukungnya dalam mempelajari materi tersebut. Sehingga diketahui bahwa IPA SD adalah materi dan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang khusus ditujukan untuk siswa Sekolah Dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Samatowa (2011: 5) bahwa keterampilan proses IPA untuk SD harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa.

IPA bukan sekedar sesuatu yang dihafalkan, tetapi juga memerlukan kegiatan atau kerja dilakukan oleh siswa misalnya melalui beberapa percobaan (Samatowa, 2011: 3). Sehigga dalam pelaksaan pembelajaran IPA siswa harus ikut

Dokumen terkait