• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian ... 5 2 Bagan alir perencanaan pembangunan ... 19 3 Bagan alir penyusunan rencana pembangunan daerah ... 20 4 Struktur hirarkhi AHP ... 28 5 Kerangka analisis penelitian ... 30 6 Pertumbuhan PDRB Kebumen dan Jawa Tengah tahun 1994-2003 ... 40 7 Plot of eigenvalue ... 48 8 IPM Kabupaten Kebumen tahun 1996 -2003 ... 65 9 Struktur dan hasil analisis AHP ... 66 10 Skema kebijakan sektor unggulan ... 75 11 Mekanisme perumusan kebijakan pembangunan daer ah ... 76 12 Mekanisme penyusunan dan penetapan APBD ... 79

1. Beberapa potensi komoditi sektor pertanian Kabupaten Kebumen ... 85 2. Hasil analisis aplikasi expert choice 2000 ... 86

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perhatian terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembangunan terus berkembang sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan pembangunan, memberikan pelajaran yang penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengkaji lebih mendalam perencanaan pembangunan yang tepat untuk dilaksanakan pada suatu wilayah. Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dala m proses perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, dalam menyusun strategi kebijakan pembangunan harus dilandasi dengan pemahaman yang baik terhadap kondisi wilayah.

Struktur pemerintahan negara kita, dibagi atas Pemerintahan Pusat dan Daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang (UU) nomor 22 tahun 1999 juncto UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Pemerinta h Daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota mempunyai peran yang penting dalam proses perencanaan pembangunan. Sesuai UU nomor 25 tahun 2004 tersebut, maka perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dituangkan dalam rencana pembangunan jangka panjang, menengah dan tahunan, dimana dalam pelaksanannnya dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) pada masing-masing daerah.

Dalam melakukan fungsinya, pemerintah daerah akan dihadapkan pada pengambilan-pengambilan keputusan yang dilaksanakan dalam kerangka kebijakan publik, termasuk dalam melakukan kebijakan di bidang pembangunan.

Salah satu aspek yang penting dilakukan dalam kebijakan publik adalah merumuskan masalah dan program pemecahan yang akan dilaksanakan. Terdapat 4 tahap/fase yang penting dilakukan yaitu 1) pencarian masalah (problem search), 2) pendefinisian masalah (problem definition), 3) spesifikasi masalah (problem specification), dan 4) pengenalan masalah (problem sensing) (Dunn 2003). Dengan mengetahui masalah-masalah yang dihadapi, maka kebijakan yang

kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Oleh karena itu, kegiatan studi kebija kan dalam pelaksanaan pembangunan khususnya yang dilakukan oleh Pemda menjadi unsur yang penting sebagai bagian dari proses pembelajaran (learning processs) dalam pelaksanaan pembangunan.

Perumusan Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk merumuskan kebijakan pembangunan dan memanfaatkan sumber-sumber potensi daerah secara lebih mandiri. Namun demikian, kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh daerah tentunya harus berpedoman pada

grand design kebijakan pembangunan nasional. Hal ini secara eksplisit telah dirumuskan dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 3 bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah

Menurut Sukirno (1982) strategi pembangunan untuk suatu daerah ada empat aspek yaitu 1) strategi makro 2) strategi sektoral 3) strategi wilayah, dan 4) strategi pemilihan proyek-proyek. Salah unsur yang penting dalam kebijakan pembangunan daerah adalah merumuskan strategi perencanaan ekonomi daerah. Menurut Mangiri (2000) perencanaan ekonomi daerah bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Misi umumnya adalah pendapatan perkapita daerah dan pemerataannya. Untuk mewujudkan misi dan tujuan tersebut diperlukan strategi dengan melihat berbagai potensi sumber daya yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial dan budaya yang tersedia di suatu daerah. Beberapa strategi dimaksud adalah :

1. Strategi dari sudut sumber daya, yang terdiri dari :

a. basis input, surplus sumber daya manusia (surplus labor), b. basis Input, sumber daya alam (hasil alam),

3

c. strategi basis sumber daya modal dan manajemen, d. sumber daya lainnnya,

e. lokasi dan wilayah strategis. 2. Strategi menurut komoditi unggulan; 3. Strategi dari sudut efisiensi;

4. Strategi dari sudut Institusi dan aktor ekonomi.

Pemahaman yang mendalam terhadap karakteritik dan potensi yang dimiliki suatu daerah, khususnya sektor-sektor unggulan yang ada, merupakan hal yang penting dalam merumuskan strategi pembangunan yang akan di keluarkan, dengan harapan agar competitive advantage tersebut dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kemajuan suatu daerah.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, dimana mempunyai beragam potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, yang berpeluang menjadi sektor unggulan daerah. Namun demikian, dengan keragaman potensi yang dimiliki tersebut, sampai tahun 2003 Kabupten Kebumen masih masuk dalam sepuluh besar terbawah kabupaten-kabupaten di Jawa Tengah berdasarkan ukuran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Oleh karena itu, pemda Kabupaten Kebumen perlu merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih tepat, khususnya dengan lebih mengoptimalkan peran sektor-sektor unggula n yang dimiliki, agar dapat meningkatkan kemajuan dan perkembangan wilayah.

Memperhatikan beberapa hal di atas, maka beberapa permasalahan yang perlu dikaji adalah :

a. Apa sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Kebumen ?

b. Apakah kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh pemda Kabupaten Kebumen telah memperhatikan sektor unggulan yang dimilikinya ?

c. Bagaimana kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan oleh pemda ?

Kerangka Pemikiran

Perencanaan pembangunan merupakan tahapan yang sangat penting dalam suatu proses pembangunan. Menurut Conyers & Hills dalam Arsyad (1999)

keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Arsyad (1999) ada 4 elemen dasar perencanaan yaitu (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan alat pengalokasian

sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan (4) perencanaan untuk masa depan. Agar suatu bentuk perencanaan

pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu disusun suatu strategi yang tepat yang dituangkan dalam kebijakan pembangunan.

Kebijakan pembangunan, khususnya di bid ang ekonomi, menurut Arsyad (1999) dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu (1) strategi pengembangan fisik/lokalitas (locality or physical development strategy), (2) strategi pengembangan dunia usaha (bussiness development strategy), (3) strategi pengembangan sumber daya manusia (human resources development strategy), dan (4) strategi pengembangan masyarakat (community-based development strategy).

Karakteristik potensi yang terdapat pada suatu daerah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kebijakan pembangunan suatu daerah. Dengan mengetahui potensi daerah yang secara tercermin dalam sektor unggulan yang dimiliki, maka kebijakan yang ditempuh dan implementasi yang diperoleh dapat sesuai yang diharapkan.

Salah satu sarana untuk mengetahui potensi-potensi tersebut adalah dengan menganalisa data-data statistik daerah dan memperhatikan hasil-hasil studi potensi.

Berdasarkan hasil pengolahan data -data tersebut, maka dapat diketahui kinerja perekonomian daerah dan kebijakan pembangunan yang tepat untuk dilaksanakan. Adapun kerangka pemikiran penelitian yang akan dilakukan dalam penyusunan tesis ini, sebagaimana nampak pada Gambar 1 di bawah.

5

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Hipotesis Penelitian

Perumusan kebijakan pembangunan yang tepat merupakan salah satu aspek yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Salah satu pendekatan yang perlu dilakukan adalah memberikan perhatian yang memadai terhadap pengembangan sektor-sektor perekonomian yang merupakan

Potensi Wilayah /Daerah:

SDA, SDM, SD Buatan, SD lain Pemerintah Daerah DPRD Kebijakan Pembangunan

Usulan strategi dasar Kebijakan Pembangunan bagi Kabupaten Kebumen Wilayah / Daerah Kabupaten Kebumen Perkembangan sektor-sektor perekonomian Sektor-s ektor Unggulan Masyarakat Isu sentral Kebijakan Pembangunan Metode Analisis Data

patut diduga bahwa pada dasarnya Kabupaten Kebumen mempunyai sektor -sektor perekonomian yang merupakan unggulan daerah. Namun, melihat pencapaian hasil pembangunan yang dilaksanakan, ada dugaan bahwa kebijakan pembangunan yang dilaksanakan belum sepenuhnya memperhatikan sektor -sektor unggulan tersebut. Berdasarkan latar be lakang, kerangka pemikiran, dan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Kabupaten Kebumen mempunyai sektor unggulan yang mempunyai peran yang penting dalam pengembangan wilayah yakni Pertanian, Perdagangan, Industri Pengolahan dan Jasa;

2. Kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen belum sepenuhnya memperhatikan sektor unggulan yang dimiliki daerah tersebut.

Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini adalah untuk mengkaji :

a. Sektor perekonomian daerah yang potensial menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan kemampuan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki Kabupaten Kebumen;

b. Kesesuaian strategi pembangunan yang dijalankan Pemda Kabupaten Kebumen;

c. Strategi kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan di Kabupaten Kebumen.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada beberapa aspek yaitu :

7

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pemda tentang strategi pembangunan yang perlu dijalankan;

b. Sebagai bahan pembelajaran (learning process) dan evaluasi dalam proses perumusan kebijakan pembangunan;

Perumusan Kebijakan Publik

Kebijakan atau policy dalam The Little Oxford Dictionary diberikan definisi sebagai arah tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah, partai dan sebagainya (course of action adopted by government, party, etc). Suatu kebijakan dikeluarkan karena berbagai pertimbangan antara lain adanya masalah, kebutuhan atau adanya aspirasi tertentu. Perumusan suatu kebijakan dihasilkan dari analisis yang mendalam terhadap berbagai alternatif sehingga diperoleh alternatif terbaik.

Mencermati pendapat dari Graycar, maka Keban (2004) menyatakan bahwa kebijakan dapat dilihat sebagai konsep filosofis, sebagai suatu produk, dan sebagai suatu proses. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan merupakan serangkaian prinsip atau kondisi yang diinginkan. Sebagai suatu produk, kebijakan dipandang sebagai suatu kumpulan atau rekomendasi, dan sebagai suatu proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya.

Terkait dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah termasuk yang dilakukan oleh pemda, maka Dunn (2003) menyatakan bahwa dalam kebijakan publik atau public policy terkandung pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Selanjutnya menurut Dunn (2003) dalam merumuskan suatu kebijakan perlu dilandasi dengan argumen-argumen, mengapa suatu kebijakan dikeluarkan. Argumen-argumen kebijakan (policy argument) yang merupakan sarana untuk melakukan perdebatan mengenai isu-isu kebijakan publik, mempunyai enam unsur yaitu 1) informasi yang relevan dengan kebijakan (policy-relevant information), 2) tuntutan kebijakan (policy claim), 3) jaminan atau pembenaran (warrant), 4) dukungan

(backing), 5) bantahan (rebuttall), dan 6) kesimpulan (qualifier).

Selanjutnya menurut Dunn (2003), secara garis besar, proses yang terjadi dalam pengambilan kebijakan terdiri dari 6 tahapan yaitu 1) identifikasi masalah

9

(identification of problems), 2) penyusunan agenda (agenda setting), 3) pengusulan formula kebijakan (formulation policies proposal), 4) pengesahan kebijakan (legitimating policies), 5) pelaksanaan kebijakan (implementing policies), dan 6) evaluasi kebijakan (evaluating policies).

Keban (2004) berpendapat bahwa suatu kebijakan yang tidak mampu memecahkan masalah dianggap sebagai kebijakan berkapasitas rendah. Kebijakan yang berkapasitas rendah ini, perlu ditingkatkan kemampuannya melalui mekanisme yang lebih rasional dengan data dan informasi yang lengkap dan terpercaya, serta melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan, agar masyarakat dapat mengontrol secara langsung.

Selanjutnya menurut Keban (2004), kualitas suatu kebijakan dapat diketahui melalui beberapa parameter penting seperti proses, isi, dan konteks atau suasana dimana kebijakan itu dihasilkan atau dirumuskan. Oleh karena itu, analisis kebijakan dan proses kebijakan menjadi unsur yang penting dilakukan.

Menurut Dunn (2003) analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tenta ng dan didalam proses kebijakan. Proses analisis kebijakan mempunyai lima tahap yang saling bergantung yang secara bersama sama membentuk siklus aktivitas intelektual yang kompleks dan tidak linear. Aktivitas-aktivitas tersebut berurutan sesuai waktunya da n melekat dalam konteks kebijakan yang bersifat kompleks, tidak linear dan pada dasarnya bersifat politis.

Pengertian Pembangunan dan Pergeseran Paradigma Pembangunan Istilah ’pembangunan’ atau development sudah sangat lazim didengar. Menurut Siagian (1983) pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan. Sedangkan Rustiadi et al. (2004) berpendapat ba hwa secara filosofis suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan, untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling

pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, pananganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.

Dalam pelaksanannya, menurut Arsyad (1999) proses pembangunnan dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu 1) menetapkan tujuan, 2) mengukur ketersediaan sumber-sumber daya yang langka, 3) memilih berbagai cara untuk mencapai tujuan, dan 4) memilih kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.

Sejalan dengan berkembangnya dinamika masyarakat, maka konsep pembangunan telah mengalami pergeseran paradigma pembangunan dari yang berpusat pada produksi (produce centre development) ke pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centre development). Menurut Guy Gran dalam Korten dan Sjahrir (1988) paradigma ini memberi peran kepada individu bukan sebagai subyek, melainkan sebagai aktor yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannnya. Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Salah satu syarat agar proses pembangunan tersebut berjalan dengan lancar, adalah dilakukannnya desentralisasi yang cukup besar dalam proses pembuatan keputusan, yang tidak sekedar delegasi wewenang formal yang sederhana. Salah satu tantangan yang penting bagi pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah mengubah orientasi birokrasi pembangunan dari pemerintah agar menjadi organisasi-organisasi yang menghargai dan memperkuat kerakyatan, keanggotaan mereka, serta para warga negara yang harus dilayaninya.

Desentralisasi Pe nyelenggaraan Pemerintahan

Sejalan dengan diberlakukannya UU nomor 22 tahun 1999 juncto UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU nomor 25 tahun 1999 juncto UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka telah terjadi desentralisasi yang cukup

11

signifikan dalam kegiatan pemerintahan yang selama ini dikendalikan oleh pemerintah pusat. Menurut Hidayat (2004), desentralisasi dapat dilihat dari perspektif politik dan perspektif administrasi. Berdasarkan perspektif politik desentralisasi merupakan devolusi kekuasaan (devolution of power) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan berdasarkan perspektif administrasi, desentralisasi adalah penyerahan wewenang untuk mengambil keputusan, perencanaan, dan pengaturan fungsi publik dari pemerintah pusat atau pemerintah yang lebih tinggi, kepada pemerintah dan organisasi non pemerintah yang berada pada level yang lebih rendah.

Menurut Smith (1985) tujuan desentralisasi dapat dilihat dari kepentingan pemerintah pusat dan dari sisi kepentingan pemerintah daerah. Berdasarkan sisi kepentingan pemerintah pusat, desentralisasi mempunyai tiga tujuan utama yaitu 1) pendidikan politik (political education), 2) latihan kepemimpinan (provide training in political education), dan 3) menciptakan stabilitas politik (political stability). Sedangkan dari sisi kepentingan pemerintah daerah, desentralisasi mempunyai tiga tujuan yaitu 1) terciptanya keberimbangan secara politik (political equality), 2) meningkatkan tanggung jawab pemerintah daerah (local accountability), 3) meningkatkan kepekaan pemerintah daerah terhadap wilayahnya (local responsivness). Dengan demikian, sebenarnya desentralisasi mempunyai makna yang mendalam dalam hubungan antara pemerintah pusat dan daerah serta terkait dengan berbagai aspek antara lain politik, ekonomi, sosial. Sukirno (1992) berpendapat, terdapat beberapa pertimbangan dilakukannnya desentralisasi, antara lain a) pemerintah daerah lebih mengetahui daerahnya, b) bila ada masalah pemerintah daerah lebih tahu sehingga lebih cepat penyelesaiannya, c) jumlah masalah yang dihadapi pemerintah daerah lebih sedikit daripada masalah nasional sehingga lebih cepat penyelesaiannya.

Dalam kontek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, pemerintah pusat telah melakukan desentralisasi berbagai bidang/urusan yang sebelumnya di kendalikan oleh pemerintah pusat. Namun demikian, terdapat bidang/urusan yang masih merupakan kewenangan pemerintah pusat, sebagaimana ditentukan dalam UU nomor 22 tahun 1999 pasal 7 juncto UU nomor 32 tahun 2004 pasal 10 yakni politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

dilakukan dengan asas dekonsentrasi.

Konsep Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun suatu organisasi. Untuk memahami kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan, sangat bervariasi tergantung dari kompleksitas masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Secara sederhana konsep perencanaan menurut Tarigan (2004) adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya secara lebih lengkap Tarigan (2004 ) memberi kan pengertian bahwa perencanaan berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat di kontrol (noncontrolable) namun relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan menurut Friedman dalam Tarigan (2004) perencanaan pada asasnya berkisar pada dua hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembangunan daerah adalah aspek ekonomi. Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan pe mbangunan ekonomi pada suatu daerah perlu dilakukan perencanaan yang matang. Arsyad (1999) berpendapat terdapat tiga implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah yaitu 1) perlunya pemahaman tentang hubungan antara daerah

13

dengan lingkungannya (horisontal dan vertikal) dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, 2) perlu memahami bahwa sesuatu yang tampaknya baik secara nasional (makro) belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional, dan 3) tersedianya perangkat kelembagaan untuk pembangunan daerah seperti administrasi dan proses pengambilan keputusan. Perencaanaan yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan.

Mengutip pendapat dari Blakely, maka Arsyad (1999) menyatakan bahwa

dalam perencanaan pembangunan ekonomi terdapat enam tahap yaitu 1) pengumpulan dan analisis data, 2) pemilihan strategi pembangunan daerah,

3) pemilihan proyek-proyek pembangunan, 4) pembuata n rencana tindakan, 5) penentuan rincian proyek, dan 6) persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi.

Sedangkan menurut Jhingan (2000) perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk menggambarkan faktor -faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi seperti perubahan dalam teknik produksi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga dimana perubahan tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Sejalan dengan terjadinya pergeseran paradigma dalam pembangunan ekonomi, maka ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi juga mengalami pergeseran, tidak hanya dari aspek pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau kenaikan pendapatan per kapita penduduknya namun lebih jauh lagi ke arah perkembangan masyarakat. Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang, yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses dimana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama.

Sejalan dengan perkembangan dan dinamika masyarakat, maka konsep perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan pendekatan wilayah. Menurut Rustiadi et al. (2004) wilayah didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik (tertentu) dimana komponen-komponen wilayah tersebut (sub wilayah) satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan siste mnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Suatu wilayah terkait dengan beragam aspek, sehingga definisi baku mengenai wilayah belum ada kesepakatan diantara para ahli. Sebagaimana dikemukakan oleh Alkadri (2002) bahwa sebagian ahli mendefinisikan wilayah dengan merujuk pada tipe-tipe wilayah, ada pula yang mengacu pada fungsinya, dan ada pula yang berdasarkan korelasi yang kuat diantara unsur -unsur (fisik dan non fisik) pembentuk suatu wilayah. Sehingga, pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, namun juga aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan. Berdasarkan fungsinya wilayah dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu wilayah homogen, wilayah nodal, dan wilayah perencanaan.

Strategi pengembangan suatu wilayah sangat ditentukan oleh karakteristik dan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh karena itu, sebelum melakukan perumusan kebijakan yang dilaksanakan perlu mengetahui tipe/jenis wilayahnya. Menurut Tukiyat (2002) secara umum terdapat lima tipe wilayah dalam suatu negara :

1. Wilayah yang telah maju;

2. Wilayah netral, yang dicirikan dengan adanya tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi;

3. Wilayah sedang, yang dicirikan adanya pola distribusi pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif baik;

4. Wilayah yang kurang berkembang atau kurang maju, yang dicirikan adanya tingkat pertumbuhan yang jauh di bawah tingkat pertumbuhan

15

nasional dan tidak ada tanda -tanda untuk dapat mengejar pertumbuhan dan pengembangan;

5. Wilayah tidak berkembang.

Dengan mengetahui ciri suatu wilayah, maka dapat dirumuskan kebijakan yang tepat dilakukan dalam pengembangan wilayah.

Pada era otonomi daerah saat ini, maka salah satu konsep pengembangan

Dokumen terkait