• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perkembangan Wilayah

Pengembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Oleh karena itu, pengembangan suatu wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan pada wilayah bersangkutan. Untuk mengetahui perkembangan suatu wilayah, dapat dilakukan dengan menganalisa pencapaian hasil pembangunan melalui indikator-indikator kinerja dibidang ekonomi dan sosial serta bidang-bidang lain, dengan menggunakan berbagai metode analisis.

Aktivitas perekonomian pada suatu wilayah membentuk sistem kegiatan dimana masing-masing komponen sistem saling terkait. Perkembangan suatu sistem dapat dipahami dari semakin meningkatnya jumlah komponen sistem serta penyebaran (jangkauan spasial) komponen sistem tersebut. Kedua hal tersebut pada dasarnya bermakna peningkatan kuantitas komponen serta perluasan hubungan spasial dari komponen di dalam sistem maupun dengan di luar sistem. Artinya suatu sistem dikatakan berkembang jika jumlah dari komponen/aktivitas sistem tersebut bertambah atau aktivitas dari komponen sistem tersebar lebih luas (Saefulhakim 2004).

Perluasan jumlah komponen aktivitas ini dapat dianalisis dengan menghitung indeks diversifikasi dengan konsep entropi. Prinsip indeks entropi ini adalah semakin beragam aktivitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah, yang berarti bahwa wilayah tersebut semakin berkembang. Aktivitas suatu wilayah dapat dicerminkan dari perkembangan sektor-sektor perekonomian dalam PDRB. Semakin besar indeks entropinya maka dapat diperkirakan semakin berkembang dan proporsional komposisi antar sektor-sektor perekonomian, dan sebaliknya semakin kecil indeksnya maka dapat diperkirakan terdapat sektor perekonomian yang dominan di wilayah tersebut.

kabupaten disekitarnya dalam kurun waktu 1995– 2003 nampak pada Tabel. 8 di bawah.

Tabel 8 Indeks entropi sektor -sektor perekonomian Kabupaten Kebumen dan 5 (lima) kabupaten di sekitarnya tahun 1995– 2003

Tahun Kabupaten 1995 1996 1997 1998 1999 2001 2002 2003 Cilacap 0.57 0.57 0.55 0.55 0.55 0.56 0.55 0.54 Banyumas 0.81 0.81 0.83 0.82 0.83 0.84 0.84 0.84 Banjarnegara 0.73 0.73 0.73 0.71 0.74 0.76 0.76 0.76 Kebumen 0.72 0.73 0.75 0.77 0.77 0.76 0.76 0.76 Purworejo 0.78 0.79 0.79 0.77 0.78 0.79 0.79 0.80 Wonosobo 0.76 0.71 0.68 0.65 0.65 0.70 0.71 0.71 Maksimum 0.81 0.81 0.83 0.82 0.83 0.84 0.84 0.84 Minimum 0.57 0.57 0.55 0.55 0.55 0.56 0.55 0.54 Rata-Rata 0.73 0.72 0.72 0.71 0.72 0.73 0.74 0.74 Simpangan Baku 0.08 0.08 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 Sumber : Jawa tengah Dalam Angka tahun 1995 - 2003 ( data di olah)

Berdasarkan data-data pada Tabel 8 tersebut di atas, dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut :

a. Indeks entropi Kabupaten Kebumen yang berkisar antara 0.72– 0.77, yang berarti secara umum cukup tinggi dan masih diatas rata-rata nilai indeks. Hal ini menunjukkan, secara umum perkembangan proporsi keragaman sektor perekonomiaan di Kabupaten Kebumen cukup baik.

b. Kabupaten Cilacap ya ng mempunyai PDRB terbesar diantara 6 (enam) kabupaten tersebut, namun ternyata mempunyai indeks entropi yang paling kecil. Hal ini berarti bahwa di Kabupaten Cilacap terdapat sektor perekonomian yang dominan dan terbukti bahwa di Kabupaten Cilacap

46

sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan yang sangat dominan dengan kontribusi lebih dari 80% dari total PDRB kabupaten tersebut.. c. Secara umum perkembangan komposisi sektor -sektor perekonomian di 6

(enam) kabupaten tersebut tidak banyak mengalami perubahan, dan masing-masing wilayah mempunyai komposisi yang khas, namun secara umum masih didominasi sektor pertanian kecuali untuk Kabupaten Cilacap.

Khusus untuk Kabupaten Kebumen, indeks entropi sektor -sektor perekonomian untuk kurun waktu 1995 - 2003 nampak pada Tabel 9

Tabel 9 Indeks entropi sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kebumen tahun 1995– 2003

Sektor Jumlah

Tahun

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa

1995 0.16 0.06 0.08 0.01 0.05 0.13 0.05 0.06 0.13 0.72 1996 0.16 0.06 0.08 0.02 0.04 0.13 0.05 0.06 0.13 0.73 1997 0.16 0.07 0.09 0.02 0.04 0.13 0.05 0.06 0.13 0.75 1998 0.16 0.07 0.10 0.02 0.04 0.13 0.06 0.06 0.13 0.77 1999 0.16 0.07 0.10 0.02 0.04 0.13 0.06 0.07 0.13 0.77 2001 0.16 0.07 0.10 0.02 0.03 0.12 0.06 0.07 0.14 0.76 2002 0.16 0.07 0.10 0.02 0.04 0.12 0.06 0.07 0.13 0.76 2003 0.16 0.07 0.10 0.02 0.04 0.12 0.06 0.07 0.13 0.76 Maksimum 0.16 0.07 0.10 0.02 0.05 0.13 0.06 0.07 0.14 0.77 Minimum 0.16 0.06 0.08 0.01 0.03 0.12 0.05 0.06 0.13 0.72 Rata-Rata 0.16 0.07 0.09 0.02 0.04 0.13 0.06 0.06 0.13 0.75 Simpangan Baku 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.02 Sumber : Jawa tengah Dalam Angka tahun 1995 - 2003 ( data di olah)

Keterangan

Tani : Pertanian Dag : Perdagangan

Tmb : Pertambangan dan Pengalian Akt : Angkutan dan Komunikasi

Ind : Industri Pengolahan Keu : Lemb.Keu Persewaan dan Jasa perusahaan Ligas : Listrik, gas dan air minum Jasa : Jasa-jasa

Kons : Bangunan dan konstruksi

Sektor pertanian memberikan kontribusi indeks terbesar yakni sebesar 0.16 yang disusul sektor perdagangan dan sektor jasa dengan indeks 0.13–0.14. Sedangkan sektor -sektor lain relatif kecil. Perubahan angka indeks yang relatif stabil, yang mengindikasikan bahwa secara umum komposisi perkembangan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kebumen kurang mengalami banyak

indeks tersebut menunjukkan bahwa proporsi sektor-sektor perekonomian untuk kurun waktu tersebut cukup beragam dan tidak terdapat sektor perekonomian yang begitu mendominasi perekonomian daerah. Hal tersebut minimal dapat menggambarkan dua hal, pertama bahwa kebijakan pembangunan khususnya di bidang ekonomi oleh pemda belum memberikan prioritas guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian tertentu, kedua beragamnya aktivitas sektor-sektor perekoniomian memberikan peluang yang lebih luas bagi pemda untuk menentukan prioritas pengembangan suatu sektor perekonomian.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah, dimana aktivitas perekonomian Jawa Tengah tentunya berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian di Kabupaten Kebumen. Gambaran umum aktivitas perekoniomian Jawa Tengah untuk tahun 2003 dapat diketahui dari hasil analisa dengan metode Principal Components Analysis (PCA).

Hasil analisa PCA dengan data dasar PDRB perkapita tahun 2003 dengan variabel 9 (sembilan) sektor perekonomian, diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Berdasarkan scree plot pada Gambar 7 dan eigen value Tabel 10 diperoleh

hasil bahwa dari 9 (sembilan) variabel sektor perekonomian, dapat disederhananakan menjadi 2 (dua) variabel baru yakni faktor 1 dan faktor 2, dimana masing-masing bersifat ortogonal (tidak berkorelasi). Dengan 2 (dua) faktor tersebut, nilai eigen-nya adalah 81.059 yang berarti bahwa hasil tersebut telah mewakili lebih dari 81 % keragaman data. Hal ini berarti hasil tersebut cukup signifikan untuk dianalisa. Untuk faktor 1 dapat dikelompokkan sebagai variabel-variabel jasa dan faktor 2 merupakan variabel-variabel industri perdagangan (Indag).

Tabel 10 Eigenvalues. Extraction : principal components

Value Eigenvalue % Total Cumulative Eigen value Cumulative %

1 5.384353 59.82615 5.384353 59.82615

48

Gambar 7 Plot of eigenvalue.

2. Berdasarkan hasil factor loading sebagaimana nampak pada Tabel 11 di bawah, dapat dijelaskan bahwa untuk lingkup Provinsi Jawa Tengah, sektor listrik dan gas, sektor bangunan, angkutan, keuangan dan sektor jasa mempunyai korelasi yang kuat dan bersifat positif (saling mendukung). Hal ini menunjukkan aktivitas yang terjadi pada sektor-sektor perekonomian tersebut secara umum saling menguatkan.

Tabel 11 Factor loadings (varimax normalized) Extraction: Principal Components

Var Jasa Indag

Tani -0.794105 -0.070573 Tmb -0.484708 0.387003 Ind 0.103349 0.948005 Ligas 0.892175 0.297335 Kons 0.908890 0.048060 Dag 0.223246 0.947163 Akt 0.964731 0.066094 Keu 0.932282 0.261474 Jasa 0.912556 0.023650 Expl.Var 5.180736 2.114597 Prp.Totl 0.575637 0.234955 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Number of Eigenvalues 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 Value

3. Sedangkan untuk sektor pertanian mempunyai korelasi yang kuat dengan sektor listrik dan gas, kontruksi, angkutan, keuangan dan jasa tetapi korelasinya bersifat negatif/berlawanan arah, yang mengidikasikan bahwa perkembangan sektor pertanian dapat mengurangi persentase perkembangan 4 (empat) sektor lain atau perkembangan 4 (empat) sektor tersebut dapat mengurangi persentase perkembangan sektor pertanian. Hal ini juga mengindikasikan adanya perubahan struktur perekonomian dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

4. Sektor perdagangan dan industri mempunyai korelasi yang kuat, hal ini menunjukkan bahwa hasil-hasil industri mampu menaikkan di sektor perdagangan. Dengan demikian, aktivitas perdagangan mampu menyerap hasil-hasil kegiatan industri pengolahan yang ada. Namun, bahan baku industri pengolahan secara umum belum memanfaatkan hasil produksi pertanian yang ditunjukkan dengan lemahnya korelasi kedua sektor tersebut.

5. Perkembangan sektor-sektor perekonomian dapat pula di lihat dari komunalitas variabel data sebagaimana Tabel 12 di bawah.

Tabel 12 Communalities. Extraction: principal components

Variable Jasa Indag Multiple

Tani 0.630603 0.635584 0.639386 Tmb 0.234942 0.384713 0.450139 Ind 0.010681 0.909394 0.867064 Ligas 0.795977 0.884385 0.885855 Kons 0.826081 0.828391 0.864153 Dag 0.049839 0.946957 0.891815 Akt 0.930706 0.935074 0.964956 Keu 0.869149 0.937518 0.929418 Jasa 0.832759 0.833318 0.910932

Sektor pertanian di provinsi Jawa Tengah secara umum menyebar merata di seluruh wilayah, sedangkan untuk sektor pertambangan dengan nilai yang relatif

50

kecil (0.2– 0.3 ) pada faktor 1 (jasa) dan 2 (indag) berarti bahwa sektor tersebut hanya spesifik dan terkonsentrasi di suatu wilayah serta tidak bersifat menyebar di sebagian besar wilayah. Fenomena ini akan nampak jelas bila dilakukan analisis LQ.

Untuk sektor Industri dan Perdagangan bersifat umum di faktor 2 (Indag), namun spesifik di faktor 1 (jasa). Hal ini berarti proporsi kegiatan dari kedua sektor tersebut tidak menyebar secara merata. Bila diperhatikan dari data PDRB Provinsi Jawa Tengah, maka akan nampak jelas bahwa kegiatan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan bernilai cukup besar di beberapa kabupaten/ kota saja seperti Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kudus dan Kota Semarang dimana kontribusi sektor industri pengolahan untuk tahun 2003 mencapai 56.2% dan sektor perdagangan untuk tahun 2003 pada ketiga Kabupaten/Kota tersebut mencapai 50% dari total PDRB Jawa Tengah

Walaupun Kabupaten Cilacap berbatasan langsung dengan Kabupaten. Kebumen, namun nampaknya aktivitas perekonomian Kabupaten Kebumen masih jauh tertinggal dengan Kabupaten Cilacap. Hal ini menandakan bahwa aktivitas perekonomian yang besar di Kabupaten Cilacap belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan perekonomian di Kabupaten Kebumen.

Sejak tahun 2003, untuk lebih meningkatkan perkembangan perekonomian wilayah, telah dibentuk lembaga kerjasama antar daerah yang dikenal dengan BARLINGMASCAKEB yang terdiri dari Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen. Tujuan utama dari forum kerjasama tersebut adalah terbentuknya regional marketing guna terciptannya iklim investasi di setiap kabupaten di wilayah tersebut. Namun, saat ini bentuk kerjasamanya masih lebih banyak diarahkan pada pertukaran informasi mengenai aktivitas-aktivitas perekonomian terutama peluang-peluang yang mungkin dapat dikembangkan.

Kriteria Sektor Unggulan

Konsep pembangunan suatu daerah dikembangkan melalui berbagai disiplin ilmu seperti ekonomi, geografi, sosial dan politik. Pembangunan daerah pada umumnya mencakup berbagai dimensi pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan daerah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan suatu proses perbaikan tatanan sosial, ekonomi, hukum, politik, lingkungan, yang bermuara pada kesejahteraan rakyat (social welfare). Tujuan tersebut dapat dicapai apabila daerah mempunyai kondisi yang dinamis untuk menghadapi persaingan sehingga konsep pembangunan pada suatu daerah harus tetap mengacu pada kondisi daerah itu sendiri.

Sajalan dengan perkembangan kondisi masyarakat yang makin dinamis, maka saat ini makin berkembang konsep pengembangan wilayah dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Menurut Riyadi (2004) konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pembangunan sektoral, karena pengembangan wilayah sangat berorientasi pada issues (permasalahan) pokok wilayah secara saling terkait, sementara pembangunan sektoral sesuai dengan tugasnya, bertujuan untuk mengembangkan sektor tertentu, tanpa terlalu memperhatikan kaitannnya dengan sektor-sektor lainnya. Walaupun kedua konsep berbeda, namun dalam orientasi keduanya saling melengkapi, dalam arti bahwa pengembangan wilayah tidak mungkin terwujud tanpa adanya pembangunan sektoral. Sebaliknya, pembangunan sektoral tanpa berorientasi pada pengembangan wilayah akan berujung pada tidak optimalnya pembangunan sektor itu sendiri. Bahkan, hal ini bisa menciptakan konflik kepentingan antar sektor yang dapat bersifat kontra produktif dengan pengembangan wilayah. Dengan demikian, pengemba ngan wilayah seyogyanya menjadi acuan (referensi) bagi pembangunan sektoral dan sama sekali bukan agregat dari pembangunan sektor-sektor pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan daerah yang tertuang dalam Progra m Pembangunan Daerah (PROPEDA).

52

Salah satu aspek yang penting dalam perumusan kebijakan pembangunan adalah mengetahui sektor -sektor unggulan daerah. Sektor unggulan (leading sektor) merupakan sektor perekonomian yang diharapkan menjadi penghela/lokomotif perekonomian suatu wilayah. Dengan mengetahui dan mengoptimalkan sektor unggulan yang dimiliki daerah, maka diharapkan terdapat efek yang positif bagi kemajuan aktivitas perekonomian daerah. Untuk menentukan suatu sektor merupakan unggulan bagi suatu daerah dapat dilihat dari berbagai sisi. Dalam pembahasan, ini untuk menentukan sektor unggulan digunakan 4 (empat) kriteria yakni :

a. Kontribusi sektor perekonomian dalam PDRB; b. Pertumbuhan sektor -sektor dalam PDRB;

c. Tingkat penyerapan tenaga kerja pada sekt or-sektor PDRB; d. Sektor basis yang dianalisa dengan metode LQ.

Hasil nilai yang diperoleh dari masing-masing kriteria, diambil 4 (empat) sektor yang mempunyai nilai tinggi. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap masing-masing sektor yang layak menjadi sektor unggulan bagi Kabupaten Kebumen.

Berdasarkan data pada tabel 6 dan 7 sebelumnya, telah dapat diketahui kontribusi dan pertumbuhan masing-masing sektor -sektor perekonomian di Kabupaten Kebumen. Sedangkan berdasarkan aspek penyerapan tenaga kerja nampak pada Tabel 13 di bawah.

Tabel 13 Penyerapan tenaga kerja menurut sektor usaha tahun 2001– 2003

Tahun Sektor Jumlah Jumlah

Tani Ind Dag Jasa Lain Pekerja Angk Kerja % % % % % Jiwa % Jiwa 2001 40.76 22.35 20.61 8.82 7.46 608 308 100 643 166 2002 38.75 21.87 16.41 11.62 11.35 613 215 100 648 320 2003 50.40 15.93 14.00 8.18 11.49 613 846 100 649 632 Rata-rata 43.30 20.05 17.01 9.54 10.10 Sumber : Kebumen dalam angka tahun 2003, Profil pembangunan daerah Kab. Kebumen tahun 2003

Hasil perhitungan milai LQ dengan data dasar PDRB berdasarkan lapangan usaha (sektor) tahun 1994 -2003 tampak pada Tabel 14.

Tabel 14 LQ Kabupaten Kebumen atas dasar lapangan usaha PDRB tahun 1999-2003

Tahun Sektor

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa

1994 2.15 3.27 0.18 0.71 0.64 0.75 0.88 0.79 1.62 1995 2.11 3.47 0.21 0.82 0.63 0.75 0.90 0.79 1.68 1996 2.12 3.68 0.22 0.86 0.60 0.76 0.87 0.80 1.70 1997 2.09 3.96 0.26 0.93 0.57 0.78 0.89 0.78 1.72 1998 1.84 3.70 0.32 0.97 0.58 0.78 0.92 1.14 1.57 1999 1.81 3.64 0.31 0.95 0.55 0.77 0.84 1.27 1.72 2000 1.98 3.37 0.31 0.66 0.48 0.64 0.87 1.38 1.77 2001 1.84 4.66 0.33 0.78 0.53 0.64 0.93 1.19 1.65 2002 1.98 4.88 0.32 0.76 0.58 0.63 0.94 1.18 1.59 2003 1.99 4.99 0.31 0.78 0.59 0.63 0.94 1.17 1.61 Maksimun 2.15 4.99 0.33 0.97 0.64 0.78 0.94 1.38 1.77 Minimum 1.81 3.27 0.18 0.66 0.48 0.63 0.84 0.78 1.57 Rata-rata 1.99 3.96 0.28 0.82 0.58 0.71 0.90 1.05 1.66 Simpangan baku 0.13 0.64 0.05 0.11 0.05 0.07 0.03 0.23 0.06

Sumber : PDRB Kabupaten Kebumen tahun 2002 dan Jateng dalam angka 2003

Nilai-nilai yang terdapat pada tabel-tabel tersebut, telah memberikan sinyal bahwa Kabupaten Kebumen sebenarnya mempunyai beberapa sektor perekonomian yang potensial menjadi sektor unggulan daerah. Beberapa sektor perekonomian yang masuk sesuai kriteria sektor-sektor unggulan na mpak pada Tabel 15.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kriteria-kriteria di atas, terdapat beberapa sektor perekonomian yang masuk dalam dua atau lebih kriteria. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor jasa mempunyai tiga dari empat kriteria yang ditentukan, sedangkan sektor perdagangan dan pertambangan mempunyai dua kriteria. Dengan memperhatikan kriteria-kriteria di atas dan aspek pengembangan wilayah, maka sektor -sektor perekonomian yang merupakan sektor unggulan Kabupaten Kebumen adalah pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa-jasa. Beberapa pertimbangan lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah :

54

Tabel 15 Sektor perekonomian yang masuk kriteria sektor unggulan

No. Kriteria Nilai

1 Kontribusi PDRB tahun 1994 -2003

- Pertanian 40.97% dari PDRB

- Jasa 17.50% dari PDRB

- Perdagangan 16.20% dari PDRB

- Industri pengolahan 8.40% dari PDRB

2

Pertumbuhan sektor -sektor PDRB tahun 1994-2003

- Listrik dan gas 9.13%

- Industri 7.64%

- Pertambangan 5.20%

- Angkutan dan Komunikasi 5.10% 3 Penyerapan TK tahun 2001 -2003

- Pertanian 43.30% Pekerja

- Industri 20.05% Pekerja

- Perdagangan 17.01% Pekerja

- Jasa 9.54% Pekerja

4 Location Quotient tahun 1994-2003

- Pertambangan 3.96

- Pertanian 1.99

- Jasa 1.66

- Keuangan 1.05

Sumber : PDRB Kabupaten Kebumen (data diolah)

a. Kabupaten Kebumen mempunyai sumber daya yang besar untuk

mengembangkan sektor pertanian menjadi sektor unggulan, karena mempunyai 2 (dua) waduk yang cukup besar guna mengatasi masalah air. Kemampuan kedua waduk itu mampu mengairi areal persawahan seluas 38 000 Ha. Dengan suplai air tersebut akan banyak komoditi pertanian yang bisa dikembangkan. Kontribusi terbesar dari sektor pertanian diperoleh dari sub sektor tanaman bahan makanan khususnya padi, dengan persentase lebih dari 25%. Besarnya kontribusi tersebut bisa dimaklumi, mengingat lebih dari 31% lahan di Kabupaten Kebumen merupakan lahan sawah, baik yang beririgasi teknis maupun sawah tadah hujan. Jumlah produksi padi yang dihasilkan di Kabupaten Kebumen untuk kurun waktu 1999-2003 rata-rata sebanyak 377 715 Ton atau sekitar 4.5% dari total produksi Padi di Jawa Tengah. Potensi perikanan dan kelautan ya ng merupakan sub sektor pertanian juga cukup besar besar, walaupun sampai saat ini belum

cerah meliputi bidang usaha penangkapan ikan di laut, budidaya ikan di waduk dan di kolam rakyat, usaha pembenihan ikan/udang, jasa kelautan dan bioteknologi kelautan. Tantangan yang perlu dicermati adalah sektor pertanian mengalami perkembangan yang semakin menurun (pertumbuhan negatif) walaupun sektor ini merupakan sektor basis bagi Kabupaten Kebumen. Hal ini paling tidak menunjukkan 3 (tiga) hal pertama adanya perubahan dalam struktur perekonomian Kabupaten Kebumen dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, kedua kebijakan pembangunan di Kabupten Kebumen belum sepenuhnya memperhatikan sektor pertanian, ketiga bahwa nilai tambah yang dihasilkan dan sektor ini masih rendah sehingga walaupun produk-produk pertaniannya mampu menjangkau pasar non lokal atau keluar daerah, sehingga pengaruh terhadap PDRB tidak terlampau besar.

b. Sektor industri mempunyai daya tahan yang cukup tinggi terhadap gejolak perekonomian. Hal ini terbukti ada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998 dimana sebagian besar sektor -sektor perekonomian lainnnya mengalami deflasi, sektor industri pengolahan masih mampu tumbuh 1.8%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini cukup tangguh terhadap gejolak perekonomian. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah sektor ini bukan merupakan sektor basis bagi Kabupaten Kebumen, yang ditunjukkan oleh rendahnya nilai LQ yakni sebesar 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar hasil industri masih dikategorikan non basic industry atau industri lokal, yang berarti bahwa kegiatan industri masih terbatas untuk melayani pasar daerah setempat dan belum mampu menjangkau pasar yang lebih luas (regional). Upaya yang perlu dilakukan adalah memperluas jangkauan penyerapan hasil-hasil industri di Kabupaten Kebumen ke lingkup yang lebih luas dengan mendorong kegiatan industri menjadi basic industry.

Faktor lain yang juga penting diperhatikan dalam pengembangan sektor industri adalah bahwa kelompok industri yang terdapat di Kabupaten Kebumen terdiri dari 3 (tiga) kelompok yakni industri menengah (aset 201

56

juta– 1 milyar), industri kecil (aset 5 juta– 200 juta) dan industri rumah tangga (aset < 5 juta). Sedangkan berdasarkan data-data statistik sampai dengan tahun 2003 tidak ada yang masuk dalam kelompok industri besar (aset > 1 milyar). Sampai dengan tahun 2003, terdapat 36 355 buah industri dimana sebanyak 35 157 buah atau 96.7% merupakan industri rumah tangga (household industry) dengan kontribusi terhadap PDRB sekitar 36%. Industri ini terdapat hampir di tiap kecamatan. Industri menengah hanya ada sebanyak 13 buah dimana yang 10 buah terdapat di Kecamatan Gombong. Banyaknya jumlah industri pada masing-masing kelompok industri tahun 2003 tampak pada Tabel 16

Tabel 16 Banyaknya industri di Kabupaten Kebumen tahun 2003

Klasifikasi Industri Kelompok Industri

Besar Menengah Kecil Rumah Tangga Jumlah (buah)

Makanan, minuman dan tembakau 2 128 17 965 18 095

Tekstil, Pakaian jadi dan Kulit 101 3 271 3 372

Kayu dan Barang dari kayu 3 38 13 070 13 111

Kertas dan Barang dari kertas 1 10 55 66

Kimia dan Barang dari kimia,

batubara, karet dan plastik 1 20 23 44

Barang galian bukan logam kecuali

minyak bumi dan batubara 5 821 700 1 526

Logam dasar 11 21 32

Barang dari logam, mesin dan

peralatannnya 1 24 42 67

Industri pengolahan lainnya 32 10 42

Jumlah 0 13 1 185 35 157 36 355

Sumber : Kebumen dalam angka tahun 2003

c. Kontribusi sektor jasa-jasa sampai saat ini masih didominasi dari kegiatan pemerintahan dan hankam, yang berarti aktivitas di level pemerintahan masih sangat berperan pada sektor ini. Namun demikian, kontribusi sub

untuk ditingkatkan, mengingat Kabupaten Kebumen mempunyai beragam obyek pariwisata, baik alami maupun buatan dan telah masuk dalam peta tujuan wisata di Provinsi Jawa Tengah.

d. Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor perekonomian yang masuk kategori sektor tersier. Kegiatan perdagangan di Kabupaten Kebumen sebagian besar masih berupa perdagangan komoditi khususnya komoditi pertanian. Namun demikian, sektor perdagangan berpotensi untuk menjadi sektor unggulan di Kabupaten Kebumen, mengingat Kabupaten Kebumen mempunyai beragam komoditi pertanian yang dapat diperdagangkan. Sama halnya dengan sektor industri, maka sektor perdagangan bukan merupakan sektor basis bagi Kabupaten Kebumen, sehingga upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan jangkauan aktivitas perdagangan ke lingkup yang lebih luas.

Salah satu sektor perekonomian yang juga berpotensi sebagai sektor unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian. Hasil analisa LQ yang cukup tinggi (3.96) menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan merupakan sektor basis bagi Kabupaten Kebumen.

Bila dicermati lebih jauh, aktivitas sektor pertambangan tidak menyebar merata di Kabupaten Kebumen, tapi terdapat di beberapa kecamatan tertentu. Namun demikian, pada beberapa kecamatan-kecamatan tertentu, sektor pertambangan menjadi sektor basis dengan nilai LQ melebihi sektor pertanian, sebagaimana nampak pada tabel LQ pada Tabel 17. Sebagai contoh di Kecamatan Pejagoan yang mempunyai nilai LQ di atas 2 (dua). Kecamata n Pejagoan merupakan daerah pertambangan tanah liat guna produksi genteng yang terkenal dengan genteng Sokka.

Kabupaten Kebumen memang telah lama dikenal sebagai daerah pertambangan non minyak bumi. Berbagai aktivitas di bidang ini telah dimulai sejak la ma. Berbagai potensi pertambangan yang terdapat di Kabupaten Kebumen antara lain andesit, batu gamping, lempung/tanah liat, pasir batu (sirtu), Kaolin, Bentonit, Tras. Cadangan potensi tambang tersebut memang tidak semua layak untuk ditambang dengan berba gai pertimbangan. Bahan galian yang telah

58

diusahakan di Kebumen adalah Sirtu, Batu Gamping, andesit, tanah liat, tras dan kalsit. Bahan galian Kaolin pernah ditambang dan sekarang sudah berhenti karena cadangannya semakin menipis serta tidak ada permintaan. Sedangkan bentonit, tidak layak untuk ditambang mengingat cadangan tidak cukup potensial.

Tabel 17 Nilai LQ PDRB sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kebumen tahun 2002

TAHUN 2002 SEKTOR No NAMA KEC.

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa J mlh 1 Ayah 1.19 0.40 1.07 0.00 1.10 1.11 0.33 0.85 0.87 6.92 2 Buayan 1.15 2.60 0.70 0.00 0.67 0.80 0.55 0.83 0.77 8.08 3 Puring 1.41 0.00 0.26 0.00 1.42 1.04 0.98 0.93 0.74 6.77 4 Petanahan 1.25 0.00 1.30 0.00 0.35 1.01 0.56 0.66 0.89 6.01 5 Klirong 0.90 1.49 1.82 0.00 0.16 0.73 0.16 0.68 1.35 7.29 6 Buluspesantren 1.29 0.87 0.74 0.00 1.00 0.72 0.27 0.69 1.09 6.67 7 Ambal 1.39 0.00 1.13 0.00 1.40 0.87 0.18 0.95 0.67 6.59 8 Mirit 1.48 0.00 0.65 0.00 0.55 0.82 0.52 0.88 0.79 5.69 9 Prembun 1.03 0.33 0.28 0.00 0.92 1.02 1.45 1.67 1.24 7.93 10 Kutowinangun 0.71 0.93 0.32 0.00 0.89 1.40 1.19 1.43 1.58 8.46 11 Alian 1.10 3.12 0.17 0.00 1.01 0.99 0.59 0.69 0.85 8.53 12 Kebumen 0.53 0.32 0.79 4.60 0.43 1.55 2.18 1.67 1.28 13.36 13 Pejagoan 0.42 2.46 4.71 0.00 0.56 0.70 0.60 1.01 0.39 10.84 14 Sruweng 0.70 2.16 2.22 0.00 1.88 0.85 0.63 0.63 0.99 10.05 15 Adimulyo 1.41 1.04 0.24 0.00 0.50 0.48 0.89 1.03 1.04 6.63 16 Kuwarasan 1.21 0.09 0.31 0.00 1.55 1.15 0.73 1.07 1.06 7.17 17 Rowokele 0.92 3.08 1.14 0.00 0.22 0.93 0.64 0.66 0.90 8.49 18 Sempor 0.89 0.35 0.10 9.89 2.47 1.85 1.02 0.72 0.65 17.93 19 Gombong 0.55 0.03 1.06 0.11 2.53 0.99 2.97 1.36 1.53 11.11 20 Karangngayar 0.77 0.00 0.57 0.00 1.26 1.28 1.50 1.05 1.68 8.12 21 Karanggayam 1.69 0.65 0.27 0.00 1.08 0.39 0.30 0.98 0.67 6.02 22 Sadang 1.59 2.97 0.10 0.00 0.14 0.40 0.59 0.52 0.48 6.79 Rata-rata 1.07 1.04 0.91 0.66 1.00 0.96 0.86 0.95 0.98 8.43 Maksimum 1.69 3.12 4.71 9.89 2.53 1.85 2.97 1.67 1.68 17.93 Minimum 0.42 0.00 0.10 0.00 0.14 0.39 0.16 0.52 0.39 5.69 Simpangan Baku 0.36 1.15 1.02 2.28 0.67 0.35 0.68 0.32 0.35 2.85 Sumber : PDRB Kab. Kebumen tahun 2002 (diolah)

Ket : Kec. Bonorowo, Padureso, Poncowarno, dan Karangsambung belum tersedia datanya

Kegiatan pertambangan di Kebumen pada umumnya dilakukan secara sederhana dan belum terdapat industri besar di bidang pertambangan barang galian. Menurut data statistik pada tahun 2003 terdapat 1 526 industri yang bergerak di bidang barang galian bukan logam da n migas, dimana sekitar 53.8%

rumah tangga dan 0.3 % masuk klasifikasi industri skala menengah (aset perusahaan 201 juta –1 milyar rupiah).

Salah satu industri bahan galian yang banyak terdapat di Kabupaten Kebumen adalah industri genteng yang terkenal dengan genteng Sokka. Nama Sokka diambil dari sebuah nama tempat di Kecamatan Pejagoan, dimana di kecamatan tersebut banyak terdapat industri genteng yang pada umumnya merupakan industri rumah tangga dan kecil. Namun demikian, ada pula yang masuk kelas industri genteng yang masuk kategori menengah. Nama merk genteng umumnya merupakan nama pemilik pabrik, misalnya HM Sokka yang merupakan singkatan dari Haji Muflih. Menurut keterangan para pengrajin genteng, bahan baku tanah liat saat ini banyak diambil dari berbagai kecamatan di luar Kecamatan Pejagoan, seperti Petanahan, Sruweng, Mirit. Harga jual genteng

Dokumen terkait