• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : Bab ini membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi

TINJAUAN UMUM TENTANG CAROK DI MADURA

D. Carok Menurut Para Ahli 1. Menurut Huub de Jonge 34

2. Fakta-Fakta di Persidangan

Dalam kematian MH terdapat beberapa fakta yang menguatkan putusan hakim terhadap J. J yang dalam putusan ini sebagai terdakwa telah berhasil membacok MH dengan menggunakan clurit sebanyak dua kali mengenai punggung dan kepalanya. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter yang tertuang dalam Visum Et Repertum No. 188/VER/434.102.100.10/2014 tanggal 18 Agustus 2014 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. H. Sukarno. Berikut ini adalah hasil dari visum et repertum tersebut. Pertama, pada bagian atas dan belakang kepala MH terdapat bercak darah. Terdapat luka terbuka pada dahi diatas mata kiri yang panjangnya tiga sentimeter dengan tepi luka rata dan di kepala bagian belakang terdapat luka dengan ukuran tiga belas sentimeter. Sudut luka pada keduanya adalah lancip.

Kedua, pada bahu bagian kanan terdapat luka dengan panjang tujuh sentimeter, luka tersebut memiliki sudut lancip. Ketiga, pada bagian punggung terdapat luka terbuka pada dua bagian (mendatar sepanjang sembilan belas sentimeter dan diagonal dengan panjang enam belas sentimeter) luka tersebut sampai rongga dada dan rongga perut. Kelima, pada lengan kanan atas terdapat luka dengan panjang dua sentimeter dan pada kaki kiri terdapat luka dengan sudut lancip. Sudut lancip pada setiap luka di tubuh MH diakibatkan oleh benturan senjata tajam (clurit).

Selain dari hasil visum et repertum diatas, beberapa keterangan lain juga disampaikan oleh saksi. Pertama, saksi MM, dalam keterangannya ia menerangkan bahwa pada hari kejadian ia ditelepon oleh istrinya bernama MN59. Saat itu ia masih tidur di rumah, semetara istrinya menjaga toko di pinggir jalan di desa tempat carok tersebut berlangsung.

37

Dalam perbincangan tersebut istrinya memberitahukan bahwa SM dan BK berboncengan mengendarai sepeda motor. Keduanya hendak mengunjungi J dan ND menuju Pasar Tamberu. Mendengar kabar tersebut ia segera menyusul dengan sepeda motor. Ketika sampai di Pasar Tamberu ia bertemu dengan SM, BK dan MH. Namun ia tidak menemukan J dan ND.

Hingga kemudian mereka berempat balik pulang dengan melewati jalan Desa Sokobanah Tengah. Ditengah perjalanan dari arah timur mereka berempat bertemu ND dan IB. IB dalam hal ini membawa clurit. Ketika itu juga ND dan IB. IB bertarung dengan SM. Saat ketiganya bertarung, dari arah lain datang BS, J, yang langsung menyerang MH. MH terus diserang sampai ketengah sawah hingga disabet clurit milik J.

Dalam kondisi tersebut MH dan SM meninggal dunia. Sedangkan BK dan saksi lari ke arah utara. Mereka menghindari serangan musuh baik dalam bentuk sabetan clurit maupun lemparan batu. Pada saat carok ini berlangsung MH dan SM masing-masing membawa clurit. Namun sampai dimintai keterangnnya, clurit tersebut belum ditemukan.

Kedua, saksi dari HP, dalam keterangnnya ia berada dilokasi saat terjadi perkelahian. Ia melihat banyak kerumunan orang yang sedang bertengkar adu mulut. Yang laki-laki membawa clurit dengan posisi diacung- acungkan keatas tanpa sarung pengaman. Yang perempuan memegang batu dan kayu balok. Dalam kondisi tersebut ia merasa kaget dan ketakutan. Kemudian segera pulang ke rumah dengan maksud untuk menghindar. Dalam keterangannya tersebut terdapat kurang lebih 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan yang terlibat.

Ketika MH dan SM terbunuh, saksi tidak berada dilokasi kejadian. Ia mendengar dari pembicaraan orang-orang. Dalam keterangan ini juga diketahui bahwa J (tersangka) pada saat itu memegang clurit, begitu juga SM. Namun saksi tidak mengetahui dengan jelas apakah MH juga membawa clurit atau tidak. Dari keterangan lain disampaikan bahwa saksi tidak mengetahui asal mula permasalahan SM dan MH.

38

di rumah BN di Dusun Lenteyan Desa Sokobanah Tengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang. Di rumah tersebut saksi mulanya membantu keluarga BN pada acara takziyah atas meninggalnya orang tua dari BN. Kemudian ia dipanggil oleh AN yang berusia lima belas tahun dan mengabarkan bahwa dirumah saksi telah terjadi carok.

Kabar tersebut membuat saksi kaget dan segera bergegas ke rumah bersama anak perempuannya dengan maksud ingin mengetahui keadaan yang terjadi. Ketika sudah hampir sampai, saksi melihat dari kejauhan banyak orang yang berkerumunan sambil memegang clurit yang diacung-acungkan keatas tanpa tutup. Seketika saksi tidak berani mendekat dan pergi menghindar ke rumah ML yang beralamat di Dusun Lenteyan Desa Sokobanah Tengah, Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang.

Berselang beberapa waktu, pada malam harinya saksi dijemput oleh adik kandungnya (ST) untuk pulang kerumah orang tuanya di Dusun Arongan Desa Sokabanah Laok, Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang. Sampai saat saksi diperiksa, ia tidak berani untuk pulang kerumah mertuanya.

Dari beberapa penjelasan ditemukan bahwa, saksi memiliki suami bernama S, mertua laki-laki bernama J (dalam beberapa penjelesan penulis menggabungkan mereka menjadi JS) dan mertua perempuan bernama MR. Selain J, Saksi tidak mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan SM dan MH.

Dari berita yang beredar saksi menjelaskan bahwa suami saksi yang bernama S dicari-cari oleh SM dan MH, karena orang desa mengatakan bahwa suaminya mempunyai hubungan gelap dengan istri BK yang bernama BS. Sedangkan BK adalah ponakan sepupu dari SM. Meskipun demikian saksi tidak mengetahui dengan jelas perselingkuhan ini, saksi percaya bahwa itu hanyalah tuduhan orang-orang. Bahkan sejak kejadian tersebut saksi tidak mengetahui keberadaan suaminya sampai ia dimintai keterangan.

Keempat, saksi MG. MG ini adalah saudara dari J (Terdakwa). MG dijadikan terdakwa dalam perkara putusan yang terpisah. Dalam keterangannya, kejadian ini bermula saat dirinya bekerja menggulung daun

39

tembakau di rumah SM termasuk Dusun Lenteyan Desa Sokobanah Tengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Madura. Tiba-tiba ada orang yang berteriak bahwa rumah J telah didatangi oleh SM. Mendengar hal tersebut saksi langsung bergegas menuju rumah J.

Ketika ia tiba dirumah J, ia melihat MH sudah dalam keadaan jatuh tertelungkup ditengah sawah. Kemudian dari arah timur ia diserang oleh SM yang saat itu membawa clurit. Sebetan clurit tersebut mengenai leher dan kepala saksi bagian belakang. Ketika SM mencoba melakukan serangan selanjutnya, saksi yang pada saat itu membawa pentungan kayu langsung memukul tangan SM hingga clurit-nya jatuh. Peluang tersebut langsung merubah keadaan. Ia langsung mengambil clurit yang jatuh dan membacokkan kearah leher SM. Ia melakukan bacokan sebanyak dua kali hingga SM terjatuh. Setelah SM terjatuh, Saksi melihat ke arah J yang berjarak sepuluh meter. J berdiri dengan memegang clurit didekat tubuh MH yang saat itu dalam keadaan tertelungkup ke tanah. Dalam lanjutan keterangnnya, menurut cerita orang-orang, tiga kali MH dan kawan-kawan datang mencari S anaknya J (terdakwa). Tujuannya untuk menantang carok.

Dalam keterangan beberapa saksi diatas terdakwa dalam tanggapannya menyatakan tidak keberatan dan membenarkannya. Dari semua saksi yang memberikan keterangan penyebab utama dari pembunuhan tersebut adalah perselingkuhan meskipun keterangan saksi tersebut hanya didapat dari cerita orang lain.

Selain dari hasil visum et repertum dan keterangan dari saksi. Beberapa fakta lain dapat kita lihat dari barang bukti yang berhasil dikumpulkan. Barang bukti tersebut adalah sebagai berikut: Sebilah clurit panjang lebih kurang 51 sentimeter bergagang kayu yang dibungkus lilitan benang terdapat bercak merah yang diduga darah.

Satu buah pentungan kayu panjang lebih kurang 61 sentimeter warna hijau terdapat bercak merah yang diduga darah. Tiga bongkahan batu gunung masing-masing terdapat bercak merah yang diduga darah. Lima buah sarung pengaman clurit terbuat dari kulit. Satu pasang sandal merek Ando warna

40

cokelat. Satu pasang sandal merek Kontes warna hitam. Satu pasang sandal merek Carvil warna cokelat. Satu pasang sandal merek New Era warna biru. Sepatu warna putih terdapat bercak merah yang diduga darah.

Satu unit sepeda motor Yamaha Jupiter MX warna hitam dengan nomor polisi B 6831 UHC. Satu unit sepada motor Yamaha Vega R warna silver dengan nomor polisi S4448 YD. Satu unit sepeda motor Jupiter Z warna merah silver dengan nomor polisi M 5562 AZ. Satu unit sepeda motor Supra Fit warna hitam nopol M 5245 AF. Satu buah celana jean warna hitam merek Louis XIII. Satu buah celana dalam abu-abu. Satu buah ikat pinggang warna cokelat merek Levis (kulit) terdapat bercak merah yang diduga darah. Satu buah kaos lengan pendek warna biru merek Pag terdapat bercak darah. Satu jaket warna cokelat mereka Phandon terdapat bercak darah.

Satu buah topi warna hitam bertuliskan Kehet terdapat bercak merah yang diduga darah. Satu potong jaket kain warna dongker terdapat bercak merah yang diduga darah. Satu kaos warna biru terdapat bercak merah yang diduga darah. Satu potong rompi warna hitam terdapat bercak merah yang diduga darah. Satu potong celana kain warna merah terdapat bercak merah yang diduga darah. Satu potong celana dalam merek Bontex warna biru terdapat bercak merah yang diduga darah. Satu pasang sepatu warna hitam merek New Era terdapat bercak merah yang diduga darah.

Semua alat bukti pada perkara J (242/Pid.B/2014/PN.Spg) yang ditetapkan sebagai tersangka juga berlaku untuk pembuktian pada perkara MG (14/Pid.B/2015/PN.S.pg). Karena tempat dan waktu kejadian keduanya saling bersamaan serta keterangan saksi yang saling bersesuaian antara yang satu dengan yang lainnya.

Dokumen terkait