• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : Bab ini membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi

TINJAUAN UMUM TENTANG CAROK DI MADURA

D. Carok Menurut Para Ahli 1. Menurut Huub de Jonge 34

3. Pertimbangan Hakim

Hakim sebelum menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana sebagaimana yang tertuang dalam putusan Nomor 242/Pid.B/2014/PN.Spg dan 14/Pid.B/2015/PN.Spg tentang perkara carok telah melihat dari beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut berpedoman kepada pasal-pasal yang

41

akan diterapkan. Ketika unsur dari pasal tersebut terpenuhi maka hakim akan menjatuhkan putusan. Ada dua dakwaan yang akan dipertimbangkan oleh hakim. Pertama dakwaan Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) KUHP, Kedua dakwaan Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) KUHP.

Hakim mempertimbangkan terhadap terpenuhinya unsur-unsur dalam kedua dakwaan tersebut diatas. pertimbangan tersebut diantaranya:

a. Barang siapa;

Yang yang dimaksud barang siapa adalah subyek hukum yang didakwa melakukan tindak pidana dan diajukan sebagai terdakwa. Oleh Karena yang dimaksud dengan barangsiapa adalah pelaku tindak pidana maka untuk membuktikannya terlebih dahulu haruslah dibuktikan unsur- unsur lainnya, maka barulah majelis hakim akan membuktikan apakah terdakwa sebagai pelaku pidana sebagaimana didakwakan penuntut umum atau tidak.

b. Dengan sengaja;

Menimbang, bahwa oleh karena unsur dengan sengaja ini terletak diawal unsur perbuatan dalam rumusan delik dimaksud, sehingga karenanya unsur dengan sengaja tersebut meliputi atau mempengaruhi unsur perbuatan yang ada dibelakangnya dari rumusan delik tersebut, oleh karenanya Majelis Hakim akan mempertimbangkan pembuktian unsur perbuatannya terlebih dahulu, setelah itu barulah unsur dengan sengaja akan dipertimbangkan, apakah perbuatan yang terbukti itu dilakukan dengan sengaja atau tidak.

Hakim menimbang bahwa tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain yang dimaksud dalam pasal 340 KUHP merupakan opzettelijk delict atau suatu tindak pidana yang harus dilakukan dengan sengaja. Menurut memori penjelasan KUHP, yang dimaksud dengan kesengajaan adalah menghendaki dan menginsyafi terjadinya suatu tindakan berserta akibatknya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja, harus menghendaki serta mengisyafi tindakan tersebut dan/atau akibatnya.

42

tersebut dilakukan karena pada awalnya korban SM telah membacok/melukai bagian leher terdakwa dan membuat terdakwa merasa sakit hati dan berniat membalas membacok, melukai korban SM, sehingga pada saaat korban SM akan melukai terdakwa, kemudian terdakwa langsung menangkisnya dengan tongkat kayu sehingga celurit yang dipegang korban SM langsung jatuh dan terdakwa mengambil celurit tersebut dan menyabetkan kepada korban sebanyak dua kali dan akhirnya korban terjatuh.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim berpendapat telah adanya kehendak pada dari terdakwa untuk membacok/melukai korban SM agar korban SM mengalami luka yang sama dengan terdakwa dan berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan bahwa terdakwa membacok/melukai korban SM tersebut pada saat posisi korban SM dalam posisi tertelungkup, posisi korban SM tersebut jelas bukanlah merupakan posisi yang mendesak bagi terdakwa melainkan merupakan posisi yang sangat menguntungan bagi terdakwa sehingga dengan mudahnya terdakwa membacok/melukai leher korban SM sebanyak 2 (dua) kali, hal mana menurut majelis hakim sudah jelas merupakan suatu petunjuk bahwa telah adanya kehendak dari terdakwa untuk melukai korban SM. Dengan demikian maka unsur dengan sengaja telah terpenuhi.

c. Dengan rencana terlebih dahulu;

Hakim juga mempertimbangkan unsur direncanakan terlebih dahulu. Unsur dengan direncanakan terlebih dahulu ini terletak diawal unsur perbuatan dalam rumusan delik dimaksud, sehingga karenanya unsur dengan direncanakan terlebih dahulu tersebut meliputi atau mempengaruhi unsur perbuatan yang ada dibelakangnya dari rumusan delik tersebut, oleh karenanya majelis hakim akan mempertimbanhkan pembuktian unsur perbuatannya terlebih dahulu, setelah itu barulah unsur dengan direncanakan terlebih dahulu akan dipertimbangkan, apakah perbuatan yang terbukti itu dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu atau tidak.

43

dahulu adalah diperlukan suatu jangka waktu singkat ataupun panjang untuk mempertimbangkan secara tenang dan mempertimbangkan kembali secara tenang pula, pelaku harus dapat menyakinkan dirinya akan arti dan akibat dari perbuatannya dalam suatu suasana yang memungkinkan kembali untuk memikirkan rencananya.

Berdasarkan fakta-fakta di persidangan, maka majelis hakim berpendapat perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa terhadap korban SM tersebut dilakukan terdakwa secara spontan karena terdakwa ingin membalaskan sakit hati terdakwa karena telah melukai leher terdakwa. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa secara spontan tersebut tujuannya bukan untuk menghilangkan nyawa korban SM, melainkan terdakwa hanya berniat membalas membacok/melukai korban SM, sehingga mejelis hakim berpendapat bahwa perbuatan terdakwa yang membacok/melukai korban SM tersebut tidaklah direncanakan terlebih dahulu oleh terdakwa sehingga majelis hakim sependapat dengan pledoi dari penasihat hukum terdakwa.

Dengan pertimbangan diatas maka unsur direncanakan terlebih dahulu tidak terbukti secara sah dan meyakinkan serta tidak terpenuhi dalam perbuatan terdakwa. Karena unsur direncanakan tidka terbukti, maka terdakwa tidak terbukti secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam pasal 340 KUHO jo Pasal 55 ayat (1) KUHP. Karena unsur tersebut tidak terpenuhi maka terdakwa terbebas dari dakwaan Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) KUHP. Selanjutnya hakim membuktikan dakwaan Pasal 338 KUHP.

d. Menghilangkan nyawa orang lain;

Hakim menimbang bahwa yang dimaksud dengan pembunuhan adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain. Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan dihubungkan dengan keterangan terdakwa, kemudian didapat fakta-fakta hukum yang terjadi seperti diuraikan diatas, dan juga pengamatan majelis hakim selama persidangan ini maka majelis hakim berkesimpulan perbuatan terdakwa tergolong menghilangkan nyawa orang lain.

44

Baik berdasarkan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan hasil pemeriksaan visum et repertum No.187/VER/434.102.100.10/2014 atas nama korban SM, yang dikeluarkan oleh dr. Sunarko pada tanggal 18 Agustus 2014, yang menyimpulkan bahwa hasil pemeriksaan luar jenazah didapatkan beberapa luka terbuka pada leher, punggung dan tangan akibat persentuhan dengan benda tajam.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut majelis hakim berpendapat luka terbuka pada leher, punggung dan tangan korban SM adalah akibat perbuatan terdakwa yang telah membacok korban SM, yang mana akibat dari perbutan terdakwa tersebut korban SM meninggal dunia. Dalam putusan 14/Pid.B/2015/PN.Spg terdakwa adalah MG terhadap korban MH. Berdasarkan pertimbangan hakim diatas maka unsur menghilangkan nyawa orang lain telah terpenuhi dalam perbuatan terdakwa.

e. Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih.

Bahwa untuk dapat dikatakan suatu delik/tindak pidana dilakukan secara bersama-sama maka haruslah dipenuhi syarat-syarat berupa pelaku terdiri dari dua orang atau lebih dan adanya kerjasama secara sadar dan langsung dari masing-masing pelaku tersebut.

Bahwa yang dimaksud dengan kerjasama secara sadar adalah setiap pelaku peserta saling mengetahui dan menyadari tindakan dari para pelaku peserta lainnya. Bahwa yang dimaksud dengan “Kerjasama Secara Langsung” adalah perwujudan dari tindak pidana itu adalah secara langsung sebagai akibat dari tindakan dari para pelaku peserta itu, dan bukan dengan cara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 56 KUHP.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan dihubungkan dengan keterangan terdakwa dan juga pengamatan majelis hakim selama berjalannya persidangan ini sebagaimana telah diuraikan dalam pembuktian unsur delik sebelumnya maka diperoleh fakta bahwa perbuatan

Dokumen terkait