BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA
A. Posisi Kasus
3. Fakta Hukum
Sesuai dengan Sistem Pembuktian yang diatur dalam KUHAP tercantum dalam Pasal 183 yang rumusannya adalah sebagai berikut : “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar –
benar terjadi dan bahwa terdakwa yang bersalah melakukannya”.45
Hal ini mengisyaratkan bahwa KUHAP juga menganut prinsip Batas Maksimum Pembuktian yang mengatur batas tentang keharusan yang dipenuhi dalam membuktikan kesalahan terdakwa, yaitu minimum dua alat bukti yang sah agar supaya hakim dalam memberikan putusannya terhadap terdakwa sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.
45
Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, bahwa yang termasuk alat bukti yang sah adalah :
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa;
Didalam putusan ini terdapat beberapa alat bukti yang sah yang dijadikan landasan bagi hakim didalam membuat suatu putusan. Adapun Alat Bukti yang termuat dalam putusan ini antara lain:
a. Keterangan Saksi
Pengertian saksi yaitu seseorang yang mempunyai informasi tangan pertama mengenai suatu kejahatan atau kejadian dramatis melalui indera mereka (penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan) dan dapat menolong memastikan pertimbangan-pertimbangan penting dalam suatu kejahatan atau
kejadian.46
Menurut Pasal 1 angka 26 KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
46
Sedangkan pengertian kesaksian menurut R. Soesilo adalah suatu keterangan di muka hakim dengan sumpah, tentang hal-hal mengenai kejadian
tertentu, yang ia dengar, lihat dan alami sendiri.47
Yang dimaksud keterangan saksi menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP adalah “salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
Terhadap Terdakwa Binahati Benedictus Baeha, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan beberapa saksi yang telah memberikan kesaksiannya di dalam persidangan, diantaranya :
1) Saksi Budi Atmadi Adiputro, menerangkan :
a) Pada tahun 2007 saksi sebagai Plt. Sekretaris Utama Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB).
b) Saksi bekerja dan bertugas di Bakornas sampai dengan bulan Maret 2008.
c) Setahu saksi Bakornas adalah lembaga khusus yang dibentuk Pemerintah
melalui PP Nomor : 83 tahun 2005, pusat penanggulangan bencana diwakili Bakornas, di Provinsi diwakili Gubernur selaku Ketua Satkorlak, di Kabupaten diwakili Bupati selaku Ketua Satlak.
d) Setahu saksi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan dana bantuan
untuk di Pusat Kalakhar Bakornas, di Provinsi adalah Gubernur dan di kabupaten adalah Bupati.
47
R. Soesilo, Hukum Acara Pidana (Prosedur Penyelesaian Perka ra Pidana Menurut KUHAP Bagi Penegak Hukum). Politeia. Bogor. 1982.Hal. 113
e) Setahu saksi di Bakornas pada tanggal 30 Januari 2007, yang dihadiri NAD, Wakil Bupati Nias, BRR Aceh-Nias, Perwakilan Kementrian Keuangan Dirjen Anggaran dan Dirjen Perbendaharaan, Perwakilan Kementerian Kesra serta Bakornas dengan hasil rapat dana tersebut dibagi dua sesuai peruntukkanya, Prov. NAD mendapatkan dana sebesar Rp. 47 Milyar lebih dan untuk Kabupaten Nias ditetapkan besaran penggunaan dana sebesar Rp. 9,4 Milyar lebih, kemudian dituangkan dalam surat Bupati Nias kepada Bakornas, dan selanjutnya pada tanggal 2 Februari 2007 Gubernur NAD dan Bupati Nias mengajukan proposal usulan, dan permohonan Bupati Nias tersebut langsung diproses menjadi Nota Kesepahaman (MoU).
f) Setahu saksi pada tanggal 7 Februari 2007 ditanda tangani Nota
Kesepahaman (MoU) antara Kalakhar Bakornas dengan Gubernur NAD dan Bupati Nias yang ditindaklanjuti dengan Berita Acara Serah Terima, dan pada tanggal 9 Februari 2007 seluruh dana ditransfer ke rekening satuan pelaksana penanggulangan bencana untuk Kabupaten Nias.
g) Setahu saksi sesuai mekanisme Bakornas dana bantuan tersebut tidak
harus masuk ke APBD, pertanggungjawaban langsung kepada Satlak dan yang berhak menerima adalah masyarakat yang terkena bencana khususnya Aceh dan Nias.
h) Saksi tidak tahu mengenai PPK dan SOP serta bagaimana pengelolaan
Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan mekanisme Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana setempat.
i) Saksi tidak ada memberitahukan dengan resmi dan secara formil kepada
Pemkab Nias mengenai PPK, SOP dan bagaimana pelaksanaannya karena semuanya sudah diatur dalam berita acara tanggal 7 Februari 2007.
j) Setahu saksi tidak pernah ada Laporan Pertanggungjawaban dari Pemkab
Nias.
k) Sekitar bulan maret 2008, saksi menerima pemberitahuan dari Pimpinan
Bakornas Kepala Pelaksana Harian, bahwa saksi menerima kedatangan salah seorang Staf dari Bupati Nias bernama Yuli’aro Gea dan memberikan uang terima kasih sebesar Rp. 150 juta.
l) Dana tersebut saksi teruskan kepada Kalakhar sebesar Rp. 50 juta,
Fatkhul Hadi sebesar Rp. 10 juta, Tatang Chaidar sebesar Rp. 10 juta, Maria Sidang Doki sebesar Rp. 10 juta, sisanya kepada Suyoso dan Fitria, sedangkan saksi menerima Rp. 50 juta.
m)Saksi tidak tahu apakah ada sisa dana yang dikembalikan kepada Negara
melalui Bakornas.
n) Saksi mengembalikan dana yang diterimanya tersebut kepada Negara
pada bulan Januari 2011 melalui KPK dengan Berita Acara Lengkap. 2) Saksi Yuli’aro Gea, menerangkan :
a) Pada tahun 2007 saksi menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan
(Kabag Keuangan) Pemkab Nias sejak tahun 2003 sampai dengan bulan April 2010 dan Terdakwa sebagai Bupati Nias.
b) Setahu saksi sekitar akhir tahun 2006, Bupati Nias in casu Terdakwa menyuruh saksi ke Jakarta menanyakan dana pada Kantor Menko Kesra yang sudah didengar informasinya oleh Terdakwa,saksi berjumpa dengan Sdr. Budi Andono yang mengatakan dana Dipa ada hanya satu NAD dan Nias, namun belum tahu berapa jumlahnya, yang tahu Bakornas.
c) Saksi dan Terdakwa membuat proposal untuk Nias dengan meminta
tolong Sdr. Budi Andono di kantornya, dengan berpedoman pada usulan dari Aceh, setelah surat proposal tersebut ditanda tangani Terdakwa, selanjutnya saksi dan Terdakwa serahkan ke Bakornas.
d) Setahu saksi Pemkab. Nias mengajukan permohonan dana ke Bakornas
dan Menko Kesra, sebanyak 5 (lima) kali dengan melampirkan proposal penggunaan dana, 4 (empat) kali ditanda tangani Bupati Nias dan 1 (satu) yang terakhir ditanda tangani Wakil Bupati Nias (Temazaro Harefa).
e) Setahu saksi pada tanggal 2 Februari 2007, Terdakwa memimpin sidang
di ruang kerja Bupati, yang dihadiri Saksi, Wakil Bupati Nias, Sekda, Kadis Pertanian, Kadis Kelautan, Ketua Tim Penggerak PKK, dan terakhir disusul oleh Sdr. Baziduhu Ziliwu.
f) Setahu saksi dalam rapat tersebut Bupati menyampaikan Kab. Nias
mendapatkan dana sebesar Rp. 9.480.000.000.- peruntukkan dana adalah untuk bencana alam dan pengelolaannya hanya selama 3 (tiga) bulan, oleh karena sifatnya mendesak, oleh Bupati Nias in casu Terdakwa menunjuk Kepala bagian Umum sebagai Pelaksana dan dana tersebut
dipindahkan kerekening Bagian Umum dan pada saat rapat tersebut tidak ada Notulen rapat.
g) Setahu saksi Bupati Nias in casu Terdakwa memberitahukan hasil –hasil
pertemuan kepada Baziduhu Ziliwu bahwa dana bantuan akan diterima dari Bakornas supaya segera dilakukan penjajakan dan yang menjadi pelaksana Sdr. Baziduhu Ziliwu.
h) Setahu saksi dana tersebut diterima Pemkab Nias dan disimpan dalam
rekening Satkorlak, didalam pengelolaannya dipindahkan kerekening Baziduhu Ziliwu atas perintah Bupati Nias secara bertahap dengan menggunakan cek.
i) Mengenai cara pembeliannya saksi tidak mengetahui, namun berdasarkan
laporan Baziduhu Ziliwu saksi tahu pengadaan barang-barang tidak melalui rekanan tapi langsung dilakukan pembelian di toko.
j) Setahu saksi pembelian mesin kemasan dodol, tata rias, seragam sekolah
SD dilakukan oleh Ibu Lenny Binahati yang saksi ketahui berdasarkan laporan.
k) Saksi ada menyerahkan uang secara langsung kepada Mulyana Santosa
atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa yang dibawa oleh Samadaya Ziliwu pada tanggal 29 Oktober di Bandara sebesar Rp. 1 Milyar yang saksi ketahui dari Ziliwu.
l) Setahu saksi penggunaan dana bantuan Bakornas digunakan untuk
menutupi kas bon pada pos belanja Kepala Daerah sebesar Rp. 1.157.500.000.- Atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa, menutupi
kas bon Sekda Pemkab Nias sebesar Rp. 66.000.000.- , diberikan kepada Bupati Nias in casu Terdakwa sebesar Rp. 500.000.000.- (lima ratus juta rupiah), dan diserahkan kepada Temazaro Harefa sebesar Rp. 200.000.000, yang saksi ketahui berdasarkan laporan Baziduhu Ziliwu.
m)Menurut saksi atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa, saksi
membawa uang sebesar Rp. 250.000.000. berdasarkan catatan dari Bupati Nias yang sudah adabesarnya nominal uang yang akan diberikan dengan tambahan 2 (dua) orang nama yang merupakan tulisan tangan Bupati Nias dengan nilai masing-masing yang sudah ditentukan Bupati Nias yaitu Sdr. Simatupang Jabatan Bawasda Tebing Tinggi sebesar Rp. 25 juta, Sdr. Budi Atmadi Plt. Sestama Bakornas sebesar Rp. 150 juta, Sdr. Budi Andono Pegawai Menko Kesra sebesar Rp. 25 juta, Sdr. Razali Pegawai Menko Kesra sebesar Rp. 25 juta, Sdr. Untung Sudarto Kapolres Nias sebesar Rp. 25 juta yang saksi serahkan kepada Sekda Pemkab Nias untuk diberikan kepada Untung Sudarto.
n) Saksi tidak ada menerima bagian dari dana bantuan Bakornas, Baziduhu
Ziliwu memberikan uang sebesar Rp. 25 juta kepada saksi merupakan hutang di kas bendahara yang dipergunakan untuk ongkos barang Kajari baru, selanjutnya saksi bayarkan kas bon di kas daerah.
o) Setahu saksi Sdr. Baziduhu Ziliwu melapor kepada Bupati Nias
p) Saksi mengetahui adanya Surat Perintah Tugas dari Bupati Nias tentang Pengadaan Barang yang diketuai oleh Bualasokhi Harefa, Sekretaris Yasman Halawa, dan Bendahara Elizama Mendrofa.
q) Setahu saksi panitia tidak melaksanakan tugasnya selaku panitia
pengadaan.
r) Setahu saksi setiap kegiatan yang dilakukan Baziduhu Ziliwu hanya
memberitahu dan memberikan selembar kertas. 3) Saksi Baziduhu Ziliwu, menerangkan :
a) Saksi menjabat sebagai Plt. Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan
Pemkab Nias sejak tanggal 30 September 2005 sampai dengan 20 Mei 2007, berdasarkan Surat Penunjukan dari Bupati Nias.
b) Pada tanggal 2 Februari 2007, saksi menerima penugasan lain dari Bupati
Nias in casuTerdakwa melalui rapat, tidak ada surat penugasan hanya secara lisan dalam keputusan rapat, penugasan yang diberikan untuk melakukan penjajakan barang.
c) Setahu saksi Kabag. Keuangan memberikan penjelasan kepada saksi
tentang maksud rapat dan selanjutnya Bupati Nias in casu Terdakwa menunjuk saksi sebagai pelaksana pengadaan barang-barang sekaligus dana bantuan pemberdayaan masyarakat dari Bakornas dipindahkan kerekening pribadi saksi.
d) Saksi tidak diikut sertakan sebagai panitia pengadaan berdasarkan Surat
e) Saksi ada memindahkan dana bantuan ke rekening pribadi saksi sebanyak 3 (tiga) kali melalui cek yang saksi tidak ingat tanggal dan berapa besarnya.
f) Atas permintaan Bupati Nias in casu Terdakwa saksi memberikan uang
sebesar Rp. 500 juta kepada Bupati Nias in casu Terdakwa.
g) Setahu saksi Bupati Nias in casu Terdakwa mengembalikan uang
pinjaman sebesar 500 juta setelah ada pemeriksaan KPK sekitar Bulan Juli Tahun 2008.
h) Setahu saksi uang sebesar Rp. 500 juta tersebut diambil kembali atas
perintah Bupati Nias in casu Terdakwa dan ditambah dengan dana yang dihimpun dari mana-mana ada yang sifatnya pinjaman sebesar Rp. 500 juta hingga total jumlah dana sebesar Rp. 1 Milyar, dan dana tersebut dikirim melalui Pak Yuli’aro Gea untuk diserahkan kepada Mulyana Sentosa (mengaku staf KPK) di Bandara Soekarno Hatta, dan uang tersebut dijemput dan diterima oleh Mulyana Sentosa.
i) Setahu saksi setelah dana tersebut dipindahkan ke rekening pribadi saksi,
selanjutnya saksi pergunakan untuk belanja, sisanya sebesar Rp. 3 Milyar 760 juta-an dan dana sebesar Rp. 155 juta dikembalikan ke pusat.
j) Setahu saksi yang memesan dan membeli secara langsung mesin
kemasan dodol, durian dan kuini adalah Ibu Lenny Binahati (Ibu Ketua Tim Penggerak PKK).
k) Saksi tidak mau mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan
tetapi setelah adanya 2 (dua) surat dari Bakornas perihal
pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan pemberdayaan
masyarakat Kab. Nias, selanjutnya saksi membuat kwitansi
pertanggungjawaban pada bulan Desember 2008, dan kwitansi tersebut ditanda tangani oleh Victor Silitonga.
l) Saksi yang melakukan pembelian mesin jahit, mesin jahit pinggir dan
mesin jahit bordir pada Toko Panca Jaya (Kwan Tjing Ho), pembelian meja pingpong robot dari Anil Kumar, pembelian bola volley dan net, melakukan pembayaran atas pembelian tata rias, pembelian paket seragam SD dari UD. Navisy, pembelian Hand-Tractor dari UD. Iron Kubota, pembelian mesin 5,5 PK dan perlengkapannya, Cool Box, Jaring ¼ inci, rawai dasar dari Djamil Karim, yang semuanya dibelanjakan di Medan.
m)Saksi ada menyerahkan uang kepada Temazaro Harefa sebesar Rp.
200.000.000.- (dua ratus juta rupiah).
n) Saksi ada mengambil uang sebesar Rp. 250.000.000.- dari Bendahara
Pembantu dan menyerahkannya kepada Yuli’aro Gea untuk dibagi- bagikan sesuai dengan catatan dari Bupati Nias dan selanjutnya Yuli’aro Gea berangkat ke Jakarta, dan saksi tidak tahu dibagikan kepada siapa uang tersebut.
o) Saksi ada diberitahu Yuli’aro Gea uang yang saksi berikan tinggal Rp. 25 juta untuk Pak Sudarto yang akan diberikan melalui kepada Sekda Pemkab Nias.
p) Saksi ada memberikan uang kepada Herman Harefa sebesar Rp. 37 juta atas perintah didepan Sekda dengan Kabag. Keuangan, kepada Ramli Victor Silitonga sebesar Rp. 20 juta, kepada Sosa Hulu sebesar Rp. 20 juta, kepada Rony Simon sebesar Rp. 50 juta.
q) Atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa, saksi ada memberikan uang
honor perkara kepada Sehati Halawa sebesar Rp. 100 juta, kepada para Ketua Fraksi atau Komisi di DPRD Nias sebesar Rp. 205 juta, kepada Ketua DPRD Nias Marselinus Ingati Nazara sebesar Rp. 160 juta.
r) Saksi ada memberikan uang kepada Kabag Keuangan sebesar Rp. 25 juta
yang digunakan untuk bayar kas bon di bagian keuangan perintah Plt Sekda Terdahulu guna keperluan pengangkutan barang-barang Kejari baru dari Nias, dan bon tersebut diberikan kepaa saksi.
s) Saksi tidak ada mendapatkan dana bantuan.
t) Saksi ada melapor kepada Bupati Nias berapa sisa uang, berapa belanjaan,
berapa uang yang harus dikembalikan dan berapa uang yang terpakai diluar dari pembelian barang-barang yaitu sekitar Rp. 2,6 Milyar.
u) Pada bulan Desember 2008, setelah Ibu Sri dan Pak Bambang datang ke
Nias, Saksi membuat Laporan Pertanggung Jawaban seolah-olah dari nilai tersebut telah digunakan seluruhnya untuk membeli barang-barang dan disetorkan ke Kas Negara sebesar Rp. 155 juta.
v) Saksi tahu ada panitia pengadaan yang dibentuk berdasarkan surat
perintah, dengan Ketua Panitia Bualasokhi Hulu, karena saksi belum ada surat penugasan saksi tidak berani memerintahkan panitia untuk bekerja.
w)Ketua panitia yang dibentuk menanyakan kepada saksi tentang pelaksanaan pekerjaan, saksi katakan bahwa PPK-nya dari pusat dan yang mengadakan pusat.
4) Saksi Temazaro Harefa, menerangkan :
a) Saksi menjabat sebagai Wakil Bupati Nias sejak tanggal 15 Mei 2006
sampai dengan 19 Mei 2011.
b) Pada tanggal 30 Januari 2007, saksi bersama dengan Kabag
KeuanganYuli’aro Gea menghadiri rapat di Kantor Bakornas, dan mendengarkan penjelasan dari Sekretaris Bakornas bahwa Nias mendapat bantuan sebesar Rp. 9.480.000.000, selanjutnya saksi bersama dengan Yuli’aro Gea kembali ke Nias tanggal 31 Januari 2007, kemudian saksi memberitahu atau melapor kepada Bapak Bupati yang pada waktu itu adalah Bapak Binahati B. Baeha.
c) Pada tanggal 2 Februari 2007, saksi diundang melalui ajudan untuk
berkumpul diruangan rapat Bupati untuk mendengar tentang bantuan Menko Kesra yang telah diusulkan dan sesuai dengan hasil dari keputusan rapat di Bakornas Pemkab Nias mendapat dana bantuan sebesar Rp. 9.480.000.000,-.
d) Setahu saksi rapat pada tanggal 2 Februari 2007 dipimpin langsung oleh
Bupati Nias, Bupati memberikan pengarahan dan Keputusan Bupati yang melaksanakan kegiatan pengadaan adalah Kabag Umum yaitu Baziduhu Ziliwu, dan Baziduhu Ziliwu tidak ada komentar atas keputusan Bupati,
selanjutnya saksi tidak tahu apakah keputusan Bupati tersebut ada dituangkan dalam bentuk tertulis.
e) Setahu saksi dalam rapat tersebut saksi tidak ada mendengar dana yang
ada di Satlak dipindahkan kerekening Baziduhu Ziliwu, dan pada saat rapat saksi ada menyarankan supaya dilaksanakan sesuai dengan Keppres No. 80 tahun 2003, akan tetapi saran saksi tidak ditanggapi oleh Bupati dan Baziduhu Ziliwu.
f) Setahu saksi ada 3 Proposal yang diajukan ke Pusat, 2 (dua) proposal
ditanda tangani Bupati dan 1 (satu) proposal saksi yang
menandatanganinya, yaitu proposal dengan Nomor : 900 / 0685 / Keu tanggal 2 Februari 2007 perihal pengiriman nomor rekening.
g) Saksi tidak lagi terlibat di dalam pelaksanannya dan saksi tidak tahu
kapan dana bantuan dari Bakornas masuk ke rekening “Bencana Alam
dan Tsunami”, apa mekanisme yang dilaksanakan saksi tidak tahu, karena saksi sibuk untuk melaksanakan kegiatan lain terutama yang menyangkut di lapangan.
h) Saksi selaku Wakil Bupati tidak memiliki peranan dalam pengelolaan
dana pemberdayaan masyarakat, saksi hanya sekedar mengikuti rapat dan menanda tangani proposal.
i) Saksi tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab terhadap dana
bantuan tersebut.
k) Saksi tidak tahu kapan Baziduhu Ziliwu melaksanakan pengadaan barang dan jasa.
l) Saksi tahu barang-barang tersebut sudah disalurkan ke masyarakat, tapi
berapa banyaknya saksi tidak tahu dan saksi tidak mempunyai data mengenai hal itu.
m)Saksi tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 200 juta dari dana
bantuan tersebut.
n) Saksi tidak tahu pengelolaan dana bantuan pemberdayaan masyarakat
telah dipertanggung jawabkan.
o) Saksi menyatakan mengetahui dan membenarkan dokumen barang bukti
yang diajukan Penuntut Umum dihadapan Mejelis berupa : 1 (satu) lembar asli Surat dari Bupati Nias Nomor : 900 / 0685 / Keu tanggal 2 Februari 2007 yang ditanda tangani oleh Wakil Bupati Nias Sdr. Temazaro Harefa dan 1 (satu) lembar copy lampiran Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Nias Pasca Tsunami tanggal 26 Desember 2004 tertanggal 2 Februari 2007.
5) Saksi Ir. Terip Karo – Karo, MS, menerangkan :
a) Saksi adalah Dosen di Universitas Sumatera Utara (USU), pemilik usaha
Teknologi Tepat Guna (TTG).
b) Menurut saksi, Ibu Lenny Binahati istri Bupati Nias pada waktu itu yang
memesan/membeli mesin kemasan dodol sebanyak 6 (enam) unit secara langsung tidak memakai aturan lelang mesin kemasan dengan harga yang telah disepakati Rp. 50 juta per unit diluar ongkos expedisi.
c) Saksi menerima pembayaran mesin kemasan dari Ibu lenny sebesar Rp. 295 juta dan saksi memberikan pelatihan Ke Nias dengan biaya Pelatihan lain dan ditanggung oleh Ibu Lenny, tidak ada perjanjian atau kontrak dengan Ibu Lenny.
d) Saksi tidak kenal dengan Baziduhu Ziliwu, tidak kenal dengan Victor,
tidak ada CV. Surya Perkasa.
6) Saksi Bualasokhi Hulu, SE. Menerangkan :
a) Saksi menjabat sebagai Kasubbag Perpustakaan Bagian Humas tahun
2006 – 2007 dan sekarang menjabat Kasubbag Aset dan Perlengkapan.
b) Berdasarkan Surat Perintah Tugas dari Bupati Nias Nomor
050/1327/2007, tanggal 28 Februari 2007 saksi merupakan Ketua Panitia Pengadaan, tapi panitia pengadaan tidak pernah bekerja dengan alasan dari Baziduhu Ziliwu “tunggu dulu, proses turunnya dana tersebut”.
c) Saksi tahu ada barang-barang yang masuk ke Kabupaten Nias yaitu alat-
alat penangkapan ikan dengan memakai logo “ Bantuan Menko Kesra” dan barang-barang tersebut diterima Dinas Perikanan dan Kelautan dengan membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) yang diserahkan kepada saksi selanjutnya saksi serahkan kepada Yasman Halawa, dan setelah saksi serahkan, saksi tidak tahu lagi perkembangannya, dan pengadaan barang-barang menggunakan dana pemberdayaan masyarakat.
d) Saksi tidak tahu siapa yang melakukan kegiatan pengadaan barang-
barang tersebut, pada minggu ke-3 (tiga) saksi meminta penjelasan kepada Baziduhu Ziliwu tentang pekerjaan panitia pengadaan, yang
dijawab oleh Baziduhu Ziliwu bahwa “pelaksanaan pengadaan barang-
barang dilaksanakan oleh Bakornas”.
e) Pada bulan Oktober 2008, Tim KPK datang ke Pemkab Nias, memeriksa
tentang pengelolaan dana bantuan pemberdayaan masyarakat, dan pada saat itu baru saksi mengetahui bahwa Baziduhu Ziliwu sebagai pelaksana pengadaan barang-barang.
f) Selanjutnya setelah Tim KPK datang ke Kantor Bupati Nias, saksi
bersama dengan Yasman Halawa menjumpai Bupati Nias in casu Terdakwa, dan pada saat itu Bupati Nias in casu Terdakwa meminta kepada saksi untuk menyerahkan Surat Perintah Tugas saksi selaku Panitia Pengadaan.
g) Pada tanggal 13 Oktober 2008, saksi membuat Surat Pernyataan yang
isinya menyatakan bahwa panitia pengadaan tidak pernah melaksanakan pekerjaan pengadaan, dan surat pernyataan tersebut dibuat atas suruhan dari Tim KPK.
h) Saksi tidak pernah menerima honor atau gaji ataupun upah terkait
sebagai panitia pengadaan.
7) Saksi Elizama Mendrofa, menerangkan:
a) Saksi sebagai Staf Bagian Keuangan Setda Kab. Nias sejak tahun 2001.
b) Saksi tahu ada dana bantuan pemberdayaan, dan dana tersebut masuk ke
c) Berdasarkan Surat Perintah Tugas dari Bupati Nias Nomor : 050/1327/2007 saksi diangkat sebagai Bendahara Panitia Pengadaan yang diketuai oleh Bualasokhi Hulu.
d) Saksi tidak tahu tugas dan wewenang Bendahara Panitia, saksi tidak
pernah / tidak ada melaksanakan tugas pekerjaan sebagai Bendahara Panitia, karena belum ada petunjuk dari Ketua Panitia.
e) Saksi tidak tahu siapa yang melaksanakan pekerjaan yang menggunakan
dana pemberdayaan masyarakat dan pada bulan April 2007, saksi baru mengetahui yang melaksanakan pekerjaan adalah Baziduhu Ziliwu selaku Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Setda Kab. Nias.
f) Saksi tidak tahu ada pengembalian dana sebesar Rp. 155 juta ke
Bakornas.
g) Pada tanggal 12 April 2007, Bupati Nias in casu Terdakwa
memerintahkan saksi dan Yuli’aro Gea berangkat ke Jakarta dengan