• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecamatan Beji

FAKTOR ESTETIKA

b u FAKTOR ESTETIKA 1 Kering – Basah X X 2. Ramai – Tenang X 3. Padat – Renggang X 4. Bising – Sunyi X 5. Macet – Lancar X X X 6. Gaduh – Sepi X 7. Terasa Sesak–Segar X 8. Tidak Teratur-Teratur X 9. Semrawut-Tertib X 10. Tidak Terpelihara – terpelihara X 11. Kumuh – Tertata X 12. Suram – Jelas X

Walaupun penilaian estetika pada lanskap hutan kota dan perumahan menengah tidak teratur menunjukkan penilaian yang berbeda, namun masih memiliki kecenderungan kualitas estetika yang sama. Hasil tersebut menunjukkan penilaian kualitas estetik dapat dilakukan melalui slide, namun penilaian kualitas ekologis akan lebih tepat dilakukan di lapang. Walaupun tidak terdapat korelasi antara kualitas ekologis hasil pengukuran di lapangan dengan kualitas estetika melalui metode SBE, namun dari penilaian melalui

metode SD di lapang terdapat kecenderungan bahwa kualitas ekologis yang baik memiliki kualitas estetika yang baik pula, begitu juga sebaliknya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penilaian kualitas ekologis suatu lanskap di lapang dapat mewakili kualitas ekologis sebenarnya, namun untuk mengetahui nilai/kadar dari parameter kualitas ekologi perlu dilakukan pengukuran langsung di lapangan.

Kajian kualitas estetika harus ditinjau dari sense manusia yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman dan peraba (Porteous, 1977). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas estetik yang tinggi akan diikuti oleh kualitas ekologis yang baik pula. Korelasi antara kualitas estetik dan kualitas ekologis menunjukkan derajat korelasi yang beragam yang dapat dilihat dari nilai korelasi Pearson yang beragam pula (Lampiran 11).

Penilaian Persepsi Kualitas Estetik dan Ekologis di Ruangan

Pada lanskap hutan kota pada faktor ekologi cenderung dinilai positif oleh responden seperti basah, tenang, renggang, sunyi, lancar, sepi, dan terasa segar oleh responden. Hal ini mungkin dikarenakan adanya elemen air pada hutan kota tersebut dimana pergerakan airnya tenang dan lanskap sekitar tampak asri dengan mendukung penelitian Meliawati (2003), yang menyatakan bahwa responden menyukai lanskap dengan nuansa alami yang didominasi vegetasi dan air seperti danau. Lanskap yang memiliki pola keindahan tinggi lainnya yaitu kawasan komersial margonda pada faktor ekologi memiliki kriteria yang cenderung negatif seperti kering, ramai, padat, bising, macet, gaduh, dan terasa sesak. Pada faktor estetika responden cenderung menilai positif pada kawasan Margonda ini yaitu memiliki kesan teratur, tertib, terpelihara, tertata, dan tampak jelas. Responden menilai daerah kawasan Margonda ini memiliki keindahan yang tinggi dikarenakan pada kawasan ini bangunan dan pertokoan yang tampak pada lanskap masih terawat, vegetasi yang teratur rapi dan kesan ruang yang membentuk koridor memiliki pola keindahan yang tinggi, hal ini mendukung penelitian Primayunita (2002), yang menyatakan bahwa lanskap yang terlihat sangat tertata dan teratur dengan ruang yang membentuk koridor memiliki pola keindahan tinggi. Namun, dikarenakan padatnya lalu lintas yang melalui kawasan tersebut, bangunan toko

biasanya berdempetan dan memiliki badan trotoar yang sempit, sedangkan trotoar tersebut banyak dipergunakan oleh pedagang kaki lima untuk berjualan mempersempit ruang gerak para pengguna baik pejalan kaki dan kendaraan sehingga menimbulkan kesan ramai, padat, bising, gaduh dan sesak. Selain itu kurangnya pemanfaatan jembatan penyeberangan yang ada disana oleh para pejalan kaki banyak menyebabkan kemacetan bagi pengguna kendaraan karena pejalan kaki tersebut menyeberang di sembarang tempat.

Pemukiman mewah menengah cenderung dinilai positif pada faktor ekologi yaitu dinilai tenang, sunyi, lancar, sepi dan terasa segar, begitu pula dengan faktor estetika cenderung dinilai positif seperti tertib, terpelihara, tertata, dan tampak jelas. Hal ini dikarenakan lanskap pemukiman tersebut secara umum berupa perumahan yang kondisinya masih cukup teratur dan tertata. Dalam pemukiman terdapat akses atau jalan yang cukup lebar dengan ukuran rumah sedang hingga besar. Walaupun sempit rumah masih memiliki halaman dengan vegetasi yang cukup rindang sehingga menimbulkan suasana segar secara visual.

Namun, pada salah satu lanskap pemukiman terdapat penilaian negatif pada beberapa skala penilaian dalam faktor ekologi yaitu lanskap pemukiman A. Responden cenderung menilai pemukiman A kering dan padat, hal ini mungkin dikarenakan pada lanskap tersebut vegetasi yang ada cenderung sedikit dibandingkan pada lanskap perumahan yang lainnya pada kelompok keindahan yang sama, sehingga menimbulkan kesan panas, kering dan gersang. Selain itu perumahan pada lanskap tersebut tampak saling berhimpitan, kurangnya halaman rumah sehingga rumah langsung berhubungan dengan jalan utama. Lanskap pemukiman pada kelompok keindahan rendah juga cenderung dinilai responden negatif pada skala penilaian yang ada pada faktor ekologi ramai, bising, gaduh, dan terasa sesak. Hal ini ditimbulkan karena pada wilayah pemukiman tersebut masih tergolong perkampungan dimana masyarakat senang berkumpul-kumpul dengan tetangga ataupun anak-anak bermain bersama di jalan kampung yang telah ada, Suasana tersebut jarang ditemukan pada pemukiman mewah. Lanskap pemukiman dinilai responden cenderung renggang karena vegetasi yang ada disana terutama pepohonannya kurang beragam. Lanskap pemukiman yang memiliki keindahan rendah merupakan pemukiman yang sangat padat bangunan dan letaknya

sangat berdempetan. Vegetasi tampak renggang dan mengesankan kurang teduh dan kering.

Pada faktor estetik responden cenderung menilai negatif untuk lanskap pemukiman keindahan rendah seperti tidak teratur, semrawut, kumuh. Hal ini dapat terlihat pada lanskap pemukiman A dimana bangunan rumah yang ada tampak tidak teratur, sangat berhimpitan dan tampak kumuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Meliawati (2002) yang menyatakan bahwa pemukiman kumuh merupakan pemukiman tidak terencana yang ditandai dengan bangunan semi permanen yang tampak tidak kokoh, ukuran rumah kecil, bentuk rumah tidak teratur, jarak antar rumah berdempetan, tidak adanya halaman rumah, serta kurangnya pepohonan. Namun, responden juga menilai positif pada skala penilaian terpelihara dan jelas. Walaupun bangunan rumahnya tampak kumuh namun pada gambar terlihat memiliki lingkungan yang bersih dan terpelihara dengan baik.

Pada lanskap kebun tanaman hias memiliki skala penilaian pada faktor ekologi yang cenderung positif seperti terkesan basah, tenang, sunyi, lancar, sepi, dan terasa segar namun dikatakan juga bahwa lanskap ini terkesan padat. Hal ini mungkin dikarenakan rimbunnya pepohonan dan vegetasi yang ada pada lanskap tersebut seperti yang diungkapkan oleh Siregar (2004) bahwa kehadiran vegetasi justru dapat mengurangi keindahan karena vegetasi yang terlalu rimbun dan masif dapat menutupi bentukan arsitektur bangunan yang sudah indah. Selain itu karena lanskap ini merupakan lanskap kebun dimana jalur jalan yang ada belum mengalami perkerasan dan suasana disana tampak alami sehingga menimbulkan kesan segar, tenang, sunyi dan lancar. Sedangkan pada skala penilaian faktor estetika, lanskap kebun tanaman hias ini cenderung dinilai negatif oleh responden yaitu terkesan tidak teratur, semrawut, tidak terpelihara, kumuh, dan suram. Hal ini dikarenakan jalur jalan yang tidak teratur seperti yang telah diungkapkan oleh Primayunita (2002) yang menyatakan bahwa jalur utilitas yang tidak teratur terlihat sangat mengganggu dapat menurunkan kualitas estetika.

Penilaian Persepsi Kualitas Estetika dan Ekologis di Lapangan

Dalam penelitian ini, dilakukan penilaian kualitas estetika dan ekologi bersamaan secara visual dan dianalisis dengan menggunakan analisis faktor untuk mengetahui

kriteria-kriteria mana saja yang termasuk ke dalam kelompok estetika dan ekologi. Seluruh faktor pada tapak dianalisa dengan menggunakan metode principal components

dan dirotasi dengan metode varimax. Rotasi terhenti pada saat eigenvalue telah lebih dari 1 dan hampir seluruh variance telah diekstrasi. (Gunawan dan Yoshida, 1994).

Dari faktor analisis pada penelitian sebelumnya, diperoleh untuk faktor pertama, kriteria-kriteria dominan yang dapat dikelompokkan didalamnya ialah basah-kering, tenang-ramai, renggang-padat, sunyi-bising, lancar-macet, sepi-gaduh, terasa segar-terasa sesak memiliki loading factor yang lebih dari 0,7 dilihat dari total lanskapnya. Kriteria-kriteria tersebut dapat diidentifikasi sebagai faktor ekologi. Basah kering dan renggang padat, diidentifikasikan pula sebagai faktor tactility, tenang ramai, sepi gaduh, dan sunyi bising sebagai faktor sound, lancar macet dan terasa segar terasa sesak sebagai faktor smell.

Faktor kedua, dimana kriteria-kriteria yang dominan didalamnya adalah teratur-tidak teratur, tertib-semerawut, terpelihara-teratur-tidak terpelihara, tertata-kumuh, dan jelas-suram memiliki loading factor yang lebih dari 0,7 dilihat dari total lanskapnya. Kriteria-kriteria tersebut dapat diidentifikasi sebagai faktor estetika. Dimana juga diidentifikasikan sebagai vision.

Persepsi responden terhadap tiap lanskap yang ditampilkan, dilihat melalui kecenderungan responden menilai lanskap dilihat dari kualitas estetik secara visual dan kualitas ekologi dengan metode penilaian secara visual juga. Tiap kriteria yang diperoleh baik dari faktor ekologi dan faktor estetika dikorelasikan dengan nilai mean (rataan) dari masing-masing lanskap yang diperoleh dengan analisis t-student yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil tersebut diplotkan berdasarkan kelompok penilaian pendugaan keindahan tiap lanskap baik tinggi, sedang dan rendah.

Sama seperti pada penilaian sebelumnya, pada penilaian di lokasi dapat dilihat lanskap hutan kota pada faktor ekologi cenderung dinilai positif oleh responden seperti basah, tenang, renggang, sunyi, lancar, sepi, dan terasa segar oleh responden. Hal ini mungkin dikarenakan adanya elemen air pada hutan kota tersebut dimana pergerakan airnya tenang dan lanskap sekitar tampak asri dengan pepohonan teratur sehingga menimbulkan suasana tenang, sunyi, sepi dan terasa segar. Pada faktor estetika lanskap hutan kota cenderung dinilai positif juga seperti teratur, tertib, terpelihara, tertata dan

jelas. Hal tersebut merupakan alasan mengapa lanskap hutan kota dinilai lanskap yang memiliki keindahan tinggi. Pernyataan ini mendukung penelitian Meliawati (2003), yang menyatakan bahwa responden menyukai lanskap dengan nuansa alami yang didominasi vegetasi dan air seperti danau. Untuk lanskap yang memiliki pola keindahan tinggi lainnya yaitu pemukiman mewah padat sama pula dengan penelitian sebelumnya yaitu cenderung dinilai positif pada faktor ekologi yaitu dinilai tenang, sunyi, lancar, sepi dan terasa segar, sedangkan pada faktor estetikanya juga cenderung dinilai positif seperti tertib, terpelihara, tertata, dan tampak jelas. Hal ini dikarenakan pada lanskap pemukiman tersebut merupakan lanskap pemukiman yang secara umum berupa perumahan yang kondisinya masih cukup teratur dan tertata. Di dalam pemukiman ini masih terdapat akses atau jalan yang cukup lebar. Ukuran rumahnya sedang hingga besar, masih memiliki halaman walaupun sempit dan masih ditemui vegetasi yang cukup rindang sehingga menimbulkan suasana segar secara visual.

Sama seperti penilaian sebelumnya pada lanskap kebun tanaman hias memiliki skala penilaian pada faktor ekologi yang cenderung positif seperti terkesan basah, tenang, sunyi, lancar, sepi, dan terasa segar namun dikatakan juga bahwa lanskap ini terkesan padat. Hal ini mungkin dikarenakan rimbunnya pepohonan dan vegetasi yang ada pada lanskap tersebut seperti yang diungkapkan oleh Siregar (2004) bahwa kehadiran vegetasi dapat mengurangi keindahan karena vegetasi terlalu rimbun dan masif. Vegetasi dominan menutupi bentukan arsitektur bangunan yang sudah indah. Selain itu karena lanskap ini merupakan lanskap kebun dimana jalur jalan yang ada belum mengalami perkerasan dan suasana disana tampak alami sehingga menimbulkan kesan segar, tenang, sunyi dan lancar. Namun bila pada penilaian faktor estetika sebelumnya, lanskap kebun tanaman hias ini cenderung dinilai negatif oleh responden yaitu terkesan tidak teratur, semrawut, tidak terpelihara, kumuh, dan suram. Hal ini dikarenakan jalur jalan pada gambar yang terlihat tidak teratur seperti yang telah diungkapkan oleh Primayunita (2002) yang menyatakan bahwa jalur utilitas yang tidak teratur terlihat sangat mengganggu dapat menurunkan kualitas estetika. Pada penilian di lokasi karena dilihat dari titik yang berbeda maka pada skala penilaian faktor estetika, lanskap kebun tanaman hias ini cenderung dinilai positif oleh responden yaitu teratur dan terpelihara.

Pada lanskap pemukiman di kelompok keindahan rendah ini sama seperti penelitian sebelumnya responden cenderung menilai negatif pada skala penilaian yang ada pada faktor ekologi seperti tampak kering, ramai, bising, gaduh, dan terasa sesak. Hal ini ditimbulkan karena pada wilayah pemukiman tersebut masih tergolong perkampungan dimana masyarakat senang berkumpul-kumpul dengan tetangga ataupun anak-anak bermain bersama di jalan kampung yang telah ada, dimana suasana seperti ini jarang ditemukan untuk pemukiman kompleks atau elit. Namun, lanskap dinilai responden cenderung renggang karena vegetasi yang ada disana kurang beragam terutama pepohonannya. Lanskap pemukiman yang memiliki keindahan rendah merupakan pemukiman yang sangat padat bangunan dan letaknya sangat berdempetan dengan vegetasi yang sangat sedikit menimbulkan suasana kurang teduh dan kering serta tampak renggang vegetasinya.

Pada faktor estetik responden cenderung menilai negatif untuk lanskap pemukiman ini seperti tidak teratur, semrawut, kumuh. Hal ini dapat terlihat pada lanskap pemukiman A dimana bangunan rumah yang ada tampak tidak teratur, sangat berhimpitan dan tampak kumuh, sehingga mendukung penelitian Meliawati (2002) yang menyatakan bahwa pemukiman kumuh merupakan pemukiman tidak terencana yang ditandai dengan bangunan semi permanen yang tampak tidak kokoh, ukuran rumah kecil, bentuk rumah tidak teratur, jarak antar rumah berdempetan, tidak adanya halaman rumah, serta kurangnya pepohonan. Namun, responden juga menilai positif pada skala penilaian terpelihara dan jelas. Walaupun bangunan rumahnya tampak kumuh namun pada gambar terlihat memiliki lingkungan yang bersih dan terpelihara dengan baik.

Namun, pada beberapa lanskap pemukiman diatas juga ada yang menilai negatif pada beberapa skala penilaian dalam faktor ekologi seperti untuk pemukiman padat a responden cenderung menilai kering dan padat, hal ini mungkin dikarenakan pada lanskap tersebut tampak vegetasi yang ada cenderung sedikit dibandingkan pada lanskap perumahan yang lainnya pada kelompok keindahan yang sama, sehingga menimbulkan kesan panas, kering dan gersang selain itu perumahan pada lanskap tersebut tampak saling berhimpitan, kurangnya halaman rumah yang ada dimana perumahan tersebut langsung berhubungan dengan jalan utama sehingga menimbulkan kesan padat.

Tidak seperti penilaian sebelumnya, kawasan komersial margonda pada faktor ekologi memiliki kriteria yang cenderung negatif seperti kering, ramai, padat, bising, macet, gaduh, dan terasa sesak. Sedangkan pada faktor estetikanya responden menilai negatif pada kawasan Margonda ini yaitu tidak teratur dan serawut, namun memiliki kesan terpelihara, tertata, dan tampak jelas. Responden menilai daerah kawasan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penelitian ruangan Penelitian lapangan

Gambar 21. Kualitas Estetika Ekologis Lanskap Kebun Tanaman Hias Margonda

Margonda ini memiliki kualitas estetika yang tinggi dikarenakan pada kawasan ini bangunan dan pertokoan yang tampak pada lanskap masih terawat, vegetasi yang teratur rapi dan kesan ruang yang membentuk koridor memiliki pola keindahan yang tinggi, hal ini mendukung penelitian Primayunita (2002), yang menyatakan bahwa lanskap yang

Basah Ramai Lancar Gaduh Bising Sunyi Renggang Kering Tenang Padat Sepi Terasa Segar

Tidak Terpelihara Terpelihara

Semrawut Tertib Teratur Tidak Teratur Terasa Sesak Tertata Jelas Suram Kumuh Macet ** NS

NS = perbedaan angka 2 grafik tidak signifikan

terlihat sangat tertata dan teratur dengan ruang yang membentuk koridor memiliki kualitas estetika tinggi. Namun, dikarenakan padatnya lalu lintas yang melalui kawasan tersebut, bangunan toko biasanya berdempetan dan memiliki badan trotoar yang sempit, sedangkan trotoar tersebut banyak dipergunakan oleh pedagang kaki lima untuk berjualan mempersempit ruang gerak para pengguna baik pejalan kaki dan kendaraan sehingga menimbulkan kesan ramai, padat, bising, gaduh dan sesak. Selain itu kurangnya pemanfaatan jembatan penyeberangan yang ada disana oleh para pejalan kaki banyak menyebabkan kemacetan bagi pengguna kendaraan karena pejalan kaki tersebut menyeberang di sembarang tempat.

Sedangkan untuk penilaian lanskap danau sama seperti penilaian sebelumnya yaitu pada faktor estetik lanskap danau ada beberapa skala penilaian yang cenderung dinilai negatif oleh responden seperti tidak teratur, tidak terpelihara dan tampak kumuh. Hal ini mungkin dikarenakan adanya pendangkalan danau, vegetasi yang kurang tertata dan tidak terpelihara dengan baik dan adanya buangan sampah pada danau tersebut sehingga tampak kotor yang dapat menurunkan penilaian keindahan pada lanskap tersebut (Laila, 2003). Kondisi yang alami pada kawasan ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan, namun juga perlu dijaga dan ditetapkan bagian yang akan dikonservasi agar terjaga kelestariannya sebagaimana diungkapkan oleh Meliawati (2003).

Penelitian di ruangan pada lanskap kebun tanaman hias gambar 21 menunjukkan kualitas ekologis yang baik namun seperti juga penelitian di lapangan menunjukkan ketidakteraturan dan tidak terpelihara. Adapun untuk kualitas ekologis hasil penelitian di lapangan menunjukkan hasil yang kurang baik, karena kebun ini berada di tepi jalan Margonda maka penelitian di lapangan lebih dapat merasakan ramai, gaduh, bising, macet, terasa sesak serta terasa kering dan padat. Karenanya maka terdapat perbedaan nilai yang signifikan pada kualitas ekologis hasil penilaian di lapangan dan di ruangan. Sedangkan pada kualitas estetika tidak menunjukkan hasil yang berbeda antara penilaian di lapangan dan di ruangan.

Kualitas estetika hasil penilaian di ruangan dan di lapangan lanskap pemukiman mewah di Margonda gambar 22 menunjukkan hasil sama yaitu kualitas yang baik. Namun kualitas ekologis penelitian di ruangan terutama kering dan padat menunjukkan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penelitian ruangan Penelitian Lapangan NS = perbedaan angka 2 grafik tidak signifikan

** = perbedaan angka 2 grafik signifikan pada taraf uji 0,05 %

Gambar 22. Kualitas Estetika Ekologis Lanskap Pemukiman Mewah Teratur Pesona Kayangan Margonda (B)

hasil yang kurang baik sedangkan penelitian di lapangan menunjukkan kualitas ekologis yang baik. Karenanya terdapat perbedaan yang nyata antara penilaian kualitas ekologis di ruangan dan di lapangan. Penilaian lapangan lebih memungkinkan responden merasakan kualitas estetika dan ekologis yang baik karena pemukiman Pesona Kayangan Margonda merupakan pemukiman teratur mewah dengan jumlah vegetasi yang cukup di lingkungan masing-masing rumah.

Basah Renggang Ramai Padat Kering Sunyi Sepi Tenang Terasa Sesak Macet Bising Gaduh Tidak Teratur Tertib Teratur Terasa Segar Lancar Kumuh Tidak Terpelihara Semrawut Tertata Terpelihara Suram Jelas ** NS

Kualitas estetika hasil penilaian di ruangan dan di lapangan gambar 23 mendapatkan nilai yang sama yaitu kualitas yang baik. Namun kualitas ekologis

hasil penilaian lapangan menunjukkan kualitas yang baik sedangkan penilaian di ruangan menunjukkan kualitas yang rendah. Karenanya terdapat perbedaan yang nyata antara hasil penilaian kualitas ekologis di ruangan dan di lapangan. Hal ini disebabkan penilaian lanskap kawasan komersial di Margonda dilakukan pada saat tidak macet, di lokasi dengan penghijauan yang baik. Responden penilai di lapangan merupakan responden yang sangat mengenal dan sering mengunjungi lokasi kawasan tersebut sehingga karena membandingkan dengan saat Margonda macet pada lokasi yang tidak

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penelitian ruangan Penelitian lapangan NS = perbedaan angka 2 grafik tidak signifikan

** = perbedaan angka 2 grafik signifikan pada taraf uji 0,05 %

Gambar 23. Kualitas Estetika Ekologis Lanskap Kawasan Komersial Margonda Tenang Renggang Basah Gaduh Ramai Padat Kering Semrawut Tidak teratur Terasa Sesak Macet Bising Teratur Terasa Segar Lancar Sunyi Sepi Kumuh Tidak Terpelihara Tertib Tertata Terpelihara Suram Jelas NS **

ada vegetasi lokasi yang dinilai merupakan lokasi yang terbaik di jalur Margonda baik dari persepsi estetika maupun persepsi ekologis, Namun pada penilaian SBE di lapangan menunjukkan kualitas estetika yang rendah, karena penilai membandingkan dengan ketujuh lanskap lain.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penelitian ruangan Penelitian lapangan

NS = perbedaan angka 2 grafik tidak signifikan

** = perbedaan angka 2 grafik signifikan pada taraf uji 0,05 %

Gambar 24. Kualitas Estetika Ekologis Lanskap Pemukiman Menengah Tidak Teratur D (Kukusan)

Nilai ekologis dan estetika yang diperoleh lanskap pemukiman padat menengah di daerah Kukusan pada penilaian di ruangan seperti terlihat pada gambar 24 menunjukkan

Basah Renggang Macet Bising Gaduh Ramai Padat Kering Tenang Suram Kumuh Tidak terpelihara Semrawut Tidak teratur Terasa Sesak Teratur Terasa Segar Lancar Sunyi Sepi Tertata Terpelihara Tertib Jelas ** NS

kualitas yang baik. Begitu pula hasil penilaian di lapangan menunjukkan nilai estetika dan ekologis yang baik. Namun terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil penilaian kualitas estetika ruangan dan lapangan.

Pada grafik Gambar 25 lanskap hutan kota dengan danau depan rektorat UI menunjukkan hasil kualitas estetika dan ekologis yang baik dari penilaian ruangan. Hasil pada penilaian lapangan menunjukkan kecenderungan yang sama dengan hasil penilaian ruangan. Namun hasil penilaian kualitas estetika ruangan dan lapangan menunjukkan perbedaan yang signifikan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penelitian ruangan Penelitian lapangan

NS = perbedaan angka 2 grafik tidak signifikan

** = perbedaan angka 2 grafik signifikan pada taraf uji 0,05 %

Gambar 25. Kualitas Estetika Ekologi Lanskap Hutan Kota UI Renggang Basah Kering Tenang Tidak teratur Terasa Sesak Macet Bising Gaduh Ramai Padat Lancar Sunyi Sepi Suram Kumuh Tidak terpelihara Semrawut Terpelihara Tertib Teratur Terasa Segar Jelas Tertata NS **

Pada Gambar 26 lanskap danau Pladen baik penilaian lapangan maupun ruangan menunjukkan hasil yang sama yaitu kualitas ekologis yang tinggi dan kualitas estetika yang cenderung rendah. Penilaian ruangan dan lapangan tidak menunjukkan perbedaan hasil yang nyata.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penelitian ruangan Penelitian lapangan NS = perbedaan angka 2 grafik tidak signifikan

** = perbedaan angka 2 grafik signifikan pada taraf uji 0,05 %

Dokumen terkait