• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kota Depok

Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981 ditetapkan menjadi Kota Administratif (Kotif) meliputi tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Sukmajaya. Kemudian seiring dengan timbulnya aspirasi masyarakat yang direpresentasikan oleh Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Kab. Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor:135/SK.DPRD/03/1994 tentang Persetujuan atas Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tentang Persetujuan atas Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok maka dibentuklah Kotamadya Depok.

Berdasarkan Undang-Undang No. 15 tahun 1999 dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat pada tanggal 27 April 1999 dibentuklah Kota Depok dengan luas wilayah 20.029 ha, meliputi :

1. Kecamatan Cimanggis, dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Cimanggis terdiri dari 13 Kelurahan dengan luas wilayah 5077ha.

2. Kecamatan Sawangan, dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Sawangan terdiri dari 14 Kelurahan dengan luas wilayah 4.673ha. 3. Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan berkedudukan di

Kelurahan Depok terdiri dari 11 Kelurahan dengan luas wilayah 2.671 ha. 4. Kecamatan Limo, dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan

5. Kecamatan Beji, dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Beji terdiri dari 6 Kelurahan dengan luas wilayah 1.614 ha.

Kota Depok dengan posisi wilayah yang strategis karena berbatasan langsung dengan Ibu Kota Negara Republik Indonesia (DKI Jakarta) harus mampu memerankan fungsinya sebagai daerah penyangga dan penyeimbang DKI Jakarta, kondisi ini secara langsung dan tak langsung telah mengakibatkan terjadinya perkembangan yang sangat pesat dalam pertumbuhan penduduk dan peningkatan perekonomian di Kota Depok.

Gambar 6. Peta Wilayah Kota Depok

Potensi pengembangan wilayah Kota Depok telah menarik minat calon investor untuk menanamkan investasinya dalam bentuk kegiatan ekonomi / pembangunan di segala bidang. Namun demikian sangat dipahami bahwa dalam proses realisasi pembangunan tersebut akan memberikan dampak positif dan dampak negative bagi lingkungan hidup di sekitarnya.

Dampak-dampak penting akibat kegiatan-kegiatan pembangunan di seluruh bidang kehidupan dan relative masih lemahnya penegakan hukum (law enforcement) telah menyebabkan pemanfaatan sumber daya alam oleh pelaku pembangunan yang sulit dikendalikan, menurunnya tingkat ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki serta meningkatnya pencemaran dan degradasi lingkungan hidup di Kota Depok.

Bertambahnya jumlah penduduk kota sebagai akibat dari pertumbuhan pembangunan yang pesat menyebabkan kebutuhan penduduk untuk meningkatkan standar kesejahteraan hidupnya semakin bertambah secara kuantitas dan kualitas. Hal di atas mendorong terjadinya eksploitasi penduduk terhadap lingkungan semakin besar yang pada akhirnya kegiatan tersebut secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan perubahan terhadap lingkungan alam dan organisme yang hidup bersamanya (Status Lingkungan Hidup Daerah/SLHD Kota Depok Tahun 2002).

Menurut data dari Dinas Kependudukan Kota Depok, jumlah penduduk kota Depok sampai dengan Desember 2003 sebesar 977.095 jiwa yang tersebar di 6 Kecamatan., sedangkan menurut BPS Kota Depok jumlah penduduk tahun 2003 adalah sebesar 1.335.734. Menurut RTRW Kota Depok 2010 Kecamatan Beji merupakan kecamatan yang paling pesat pertumbuhan penduduknya yakni 4,26 % hal ini banyak dipengaruhi keberadaan Kampus Universitas Indonesia dan Universitas Gunadarma. Arah perkembangan daerah terbangun di Kota Depok adalah berpusat dari Jalan Margonda Raya yang kemudian menyebar ke arah sekitarnya. (KDLES WJEMP 2004).

Kota Depok sesuai dengan kondisi dan potensi wilayahnya serta kebutuhan pada masa-masa mendatang, pengembangan wilayahnya direncanakan ke arah sektor pemukiman, sektor jasa, sektor perdagangan dan sektor pendidikan. Untuk itu aspek perencanaan, aspek pelaksanaan, aspek pengawasan, dan pengendalian pengelolaan lingkungan hidup perlu mendapat perhatian, agar pembangunan yang berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, dapat terwujud.

kebijakan pembangunan wilayah tersebut, sektor lingkungan hidup memegang fungsi dan peranan yang sangat penting dan menentukan bagi terselenggaranya pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan pada masa kini dan masa-masa mendatang yang efektif dan efisien.

Visi Kota Depok adalah “Depok Kota Pendidikan, Permukiman, Perdagangan dan Jasa, Yang Religius dan Berwawasan Lingkungan”.

Misi Kota Depok adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan, permukiman, perdagangan dan jasa, dan sarana prasarana perkotaan

3. Meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. 4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan kota.

5. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Kondisi Fisik Alami

Secara geografis Kota Depok terletak pada posisi 106o43’BT-106o43’BT dan 6o18’30’’ LS-6o27’30’’LS, secara relatif terletak sebelah utara berbatasan dengan DKI Jakarta, selatan dengan Kabupaten Bogor, timur dengan Kabupaten Bekasi dan barat dengan Kabupaten Tangerang.

Wilayah Depok termasuk daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim muson, secara umum musim kemarau terjadi antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret.

Berdasarkan data klimatologi Kabupaten Bogor, Stasiun Klimatologi Klas I Dermaga, Stasiun Pemeriksaan Pondok Betung, tahun 1998, kondisi iklim di Kota

Suhu udara rata-rata : 24,3 (min) – 33 o C (maks) Kelembaban udara rata-rata : 82 %

Secara umum topografi di wilayah Depok di bagian Utara merupakan dataran rendah dengan elevasi antara 40 – 80 m meliputi kelurahan-kelurahan di bagian tengah dan utara, termasuk kelurahan di Kecamatan Beji.

Sedangkan kemiringan lereng antara 2-8 % (lereng datar) tersebar di bagian utara melintang barat ke timur, termasuk wilayah Kecamatan Beji. Wilayah ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai daerah terbangun yang intensif., karena kemiringan tersebut memiliki daya dukung konstruksi yang baik. (KD LES WJEMP 2004).

Sehubungan dengan kondisi fisik tersebut dari Peta Rupa Bumi Digital Indonesia edisi tahun 1999 diperoleh gambaran kecenderungan perkembangan daerah terbangun ke arah selatan relatif lebih lambat dibanding dengan ke arah Utara – Timur. Perkembangan daerah terbangun di bagian pusat perkotaan (Kecamatan Beji), selain karena keadaan fisik alami yang menunjang juga karena berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta.

Pelaksanaan Program Kerja

Pelaksanaan Program Kerja selama kurun waktu tahun 2003 dan 2004 telah dilakukan secara terus menerus, terintegrasi dan berkelanjutan, artinya dilaksanakan secara simultan dengan tidak berdasarkan urutan – urutan prioritas, mengingat kondisi Wilayah Kota Depok merupakan wilayah penyangga dan Pengimbang yang harus berperan dan berfungsi serta memberikan perlindungan yang optimal dari ancaman degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan hidup kota.

Kemudian dalam pelaksanaan program-program kerja tersebut dilaksanakan secara sinergis dan terkoordinasi dengan program-program pada sektor diluar sektor lingkungan yang memberikan kontribusi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap perbaikan lingkungan kota. Faktor koordinasi diantara masing

masing sector memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam pencapaian visi dan misi Kota Depok.

Wilayah Kota Depok merupakan wilayah penyangga dan pegimbang DKI Jakarta dan untuk meringankan tekanan perkembangan penduduk, diarahkan untuk pemukiman dan penyebaran kesempatan kerja secara lebih merata seperti sebagai kota perdagangan, jasa dan di beberapa wilayah seperti bagian selatan dikembangkan pertanian secara intensif (hemat lahan), serta kota pendidikan.

Letak geografis yang strategis dan memiliki potensi-potensi penduduk dan berdirinya beberapa lembaga perguruan tinggi, merupakan pendukung terhadap upaya-upaya pembinaan dan pengembangan fungsi lingkungan hidup, dengan asumsi masyarakat perkotaan memiliki tingkat pendidikan memadai, lebih mudah untuk diajak memikirkan dan memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup. kondisi tersebut sangat positif, apabila dilakukan pendekatan sosiologis yang tepat dan diarahkan melalui mekanisme dialogis yang terbuka dengan mengedepankan bahwa setiap permasalahan merupakan masalah bersama.

Sementara itu tantangan masalah pengelolaan Lingkungan Hidup ternyata masih sangat kompleks dan luas serta merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dan kelangsungan pembangunan.

Kegiatan perdagangan dan jasa merupakan kegiatan tersier yang sifat pemanfaatan lahannya intensif dan efisien. Terdapat beberapa lokasi yang berkembang di antaranya adalah Jalan Margonda Raya di Kecamatan Beji. Sedangkan lahan untuk kegiatan pendidikan yang terluas adalah Universitas Indonesia dan Universitas Gunadharma yang berlokasi di Kecamatan Beji. Selama tahun 2000-2004 kawasan terbangun di Bagian Wilayah Kota (BWK) Beji bertambah seluas 82 ha (4,68%) atau bertambah 16 ha (0,94%) per tahun. Perubahan tersebut merupakan terkecil kedua setelah Cinere dari duabelas BWK yang ada di kota Depok, perubahan tersebut terutama terjadi di Jalan raya Margonda, Nusantara dan Arif Rahman Hakim.

(Sumber : Pemerintah Daerah Kota Depok, 2001) METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember 2005. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :

Dokumen terkait