• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor dalam Kemampuan Resiliensi

Dalam dokumen IMAM BONJOL PADANG 1438 H 2017 M (Halaman 39-45)

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Tinjauan Resiliensi

5. Faktor-faktor dalam Kemampuan Resiliensi

Regulasi emosi merupakan kemampuan untuk tetap tenang bila mengalami tekanan.Orang-orang yang resilien menggunakan seperangkat keterampilan yang sudah matang yang membantu mereka mengontrol emosi, perhatian dan perilakunya.Regulasi diri penting untuk membangun hubungan yang akrab, kesuksesan di tempat kerja dan mempertahankan kesehatan fisik.

b. Impulse control

Merupakan orang yang mampu mengontrol dorongannya, menunda pemuasan kebutuhannya, akan lebih sukses secara sosial dan akademis. Orang yang kurang mampu mengontrol dorongan berarti

memiliki id yang besar dan super ego yang kurang.Pola khasnya adalah

merasa bergairah ketika mendapatkan pekerjaan baru, melibatkan diri sepenuhnya, namun tiba-tiba kehilangan minat dan meninggalkan pekerjaannya.

55

xlii

Regulasi emosi dan impulse control berhubungan erat. Kuatnya kemampuan seseorang dalam mengontrol dorongan menunjukkan kecenderungan seseorang untuk memiliki kemampuan tinggi dalam regulasi emosi. Orang yang mampu mengontrol dorongan dengan baik secara signifikan akan lebih sukses secara social maupun akademis.

c. Optimisme

Orang yang memiliki resiliensi adalah orang yang

optimis.Mereka yakin bahwa kondisi dapat berubah menjadi lebih baik. Mereka memiliki harapan ke masa depan dan yakin bahwa mereka dapat mengatur bagian-bagian dari kehidupan mereka. Orang yang optimis memiliki kesehatan yang baik. Memiliki kemungkinan yang kecil untuk mengalami depresi , berprestasi lebih di sekolah, lebih produktif dalam pekerjaan dan berprestasi di berbagai bidang.

Optimisme menyiratkan bahwa seseorang memiliki keyakinan

akan kemampuannya mengatasi adversity, yang mungkin muncul di masa

depan.

d. Causal analisys

Causal analisys menunjukkan bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab masalahnya secara akurat. Jika seseorang mampu mengidentifikasi penyebab masalah secara akurat, maka ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama terus menerus.

xliii

Empati menunjukkan bagaimana seseorang mampu membaca sinyal-sinyal dari orang lain mengenai kondisi psikologis dan emosional mereka, melalui isyarat non verbal, untuk kemudian menentukan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Empati sangat berperan dalam hubungan social dimana seseorang ingin dimengerti dan dihargai. Seseorang yang rendah empatinya, walaupun memiliki tujuan yang baik, akan cenderung mengulangi pola perilaku yang tidak resilien.

f. Self Efficacy

Self Efficacy menggambarkan perasaan seseorang tentang seberapa efektifnya ia berfungsi di dunia ini. Hal itu menggambarkan keyakinan bahwa kita dapat memecahkan masalah, kita dapat mengalami dan memiliki keberuntungan dan kemampuan untuk sukses. Mereka yang tidak yakin tentang kemampuannya akan mudah tersesat.

g. Reaching out

Resiliensi bukan sekedar kemampuan mencapai aspek positif dalam hidup. Resiliensi merupakan sumber daya untuk mampu keluar

dari kondisi sulit (reaching out) merupakan kemampuan seseorang untuk

bisa keluar dari zona aman yang dimilikinya. Individu-individu yang

memiliki kemampuan reaching out tidak menetapkan batas yang kaku

terhadap kemampuan-kemampuan yang mereka miliki.Mereka tidak terperangkap dalam suatu rutinitas, mereka memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal baru dan mereka mampu untuk menjalin

xliv

hubungan dengan orang-orang baru dalam lingkungan kehidupan mereka.56

Di dalam sumber lain penulis menemukan faktor-faktor lain dalam kemampuan untuk resilien, yaitu:

1) Trust (kepercayaan)

Trust merupakan factor resiliensi yang berhubungan dengan bagaimana lingkungan mengembangkan rasa percaya diri siswa. Perasaan percaya ini akan sangat menentukan seberapa jauh siswa memiliki kepercayaan terhadap orang lain mengenai hidupnya, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaannya, serta kepercayaan terhadap diri sendiri, terhadap kemampuan, tindakan dan masa depannya.

Kepercayaan akan menjadi sumber pertama bagi pembentukan resiliensi pada siswa. Oleh karena itu, bila siswa diasuh dan dididik dengan perasaan penuh kasih sayang dan kemudian mampu mengembangkan relasi yang berlandaskan kepercayaan (I HAVE), maka akan tumbuh pemahaman darinya bahwa ia dicintai dan dipercaya (I AM). Kondisi demikian pada gilirannya akan menjadi dasar bagi siswa ketika ia berkomunikasi dengan lingkungan

sekitarnya secara bebas (I CAN).57

2) Autonomy (Otonomi) 56 Ibid, h, 24 57 Desmita, Op.Cit h. 206

xlv

Autonomy yaitu faktor resiliensi yang berkaitan dengan seberapa jauh siswa menyadari bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar sebagai kesatuan diri pribadi. Pemahaman bahwa dirinya juga merupakan sosok mandiri yang terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar, akan membentuk kekuatan-kekuatan tertentu pada siswa. Kekuatan tersebut akan sangat menentukan tindakan siswa ketika menghadapi masalah.

Oleh sebab itu, apabila siswa berada di lingkungan yang memberikan kesempatan padanya untuk menumbuhkan otonomi dirinya (I HAVE), maka ia akan memiliki pemahaman bahwa dirinya adalah seorang yang mandiri, independen (I AM). Kondisi demikian pada gilirannya akan menjadi dasar bagi dirinya untuk mampu memecahkan masalah dengan kekuatan dsirinya sendiri (I CAN). 3) Initiative (inisiatif)

Initiative merupakan faktor ketiga pembentukan resiliensi yang berperan dalam penumbuhan minat siswa melakukan sesuatu yang baru.Inisiatif juga berperan dalam mempengaruhi siswa mengikuti berbagai macam aktivitas atau menjadi bagian dari suatu kelompok. Dengan inisiatif siswa menghadapi kenyataan bahwa dunia adalah lingkungan dari berbagai macam aktivitas, di mana ia dapat mengambil bagian untuk berperan aktif dari setiap aktivitas yang ada.

Ketika siswa berada pada lingkungan yang memberikan kesempatan mengikuti aktivitas (I HAVE), maka siswa akan memiliki

xlvi

sikap optimis serta bertanggung jawab (I AM). Kondisi ini pada giliranya juga akanmenumbuhkan perasaan mampu siswa untuk

mengemukakan ide-ide kreatif, menjadi pemimpin (I CAN).58

4) Industry

Industry merupakan faktor resiliensi yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas rumah, sekolah dan sosialisasi. Melalui penguasaan keterampilan-keterampilan tersebut, siswa akan mampu mencapai prestasi, baik di rumah, sekolah, maupun di lingkungan social. Dengan prestasi tersebut, akan menentukan penerimaan siswa di lingkungannya.

Bila siswa berada di lingkungan yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan social (I HAVE), maka siswa akan mengembangkan perasaan bangga terhadap prestasi-prestasi yang telah dan akan dicapainya (I AM). Kondisi demikian pada gilirannya akan menumbuhkan perasaan mampu serta berupaya untuk memecahkan setiap persoalan atau mencapai prestasi sesuai dengan kebutuhannya (I CAN).

5) Identity (Identitas)

Identitas merupakan faktor resiliensi yang berkaitan dengan pengembangan pemahaman siswa akan dirinya sendiri, baik kondisi

58

xlvii

fisik maupun psikologisnya. Identitas membantu siswa

mendefenisikan dirinya dan mempengaruhi self image-nya.Identitas

ini diperkuat melalui hubungan dengan faktor-faktor resiliensi lainnya.59

Apabila siswa memiliki lingkungan yang memberikan umpan balik berdasarkan kasih sayang, penghargaan atas prestasi dan kemampuan yang dimilikinya ( I HAVE), maka siswa akan menerima keadaan diri dan orang lain (I AM). Kondisi demikian pada gilirannya akan menumbuhkan perasaan mampu untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengatur diri, serta menjadi dasar untuk menerima kritikan dari orang lain (I CAN).

Kelima faktor (kepercayaan, otonomi, inisiatif, industry, dan identitas) tersebut merupakan landasan utama bagi pengembangan resiliensi siswa, terutama dalam menghadapi situasi yang penuh stress.60

Dalam dokumen IMAM BONJOL PADANG 1438 H 2017 M (Halaman 39-45)

Dokumen terkait