BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2. Faktor-Faktor Ketidakberdayaan
5.2.2. Faktor-faktor Eksternal
Dalam penelitian ini hipotesis awal ada 10 variabel yang menjadi faktor eksternal yang berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Nilai mean score masing-masing faktor eksternal dapat dilihat pada Gambar 30 dibawah ini:
Gambar 25. Histogram Mean Score Masing-masing Faktor Eksternal
Terlihat dari histogram di atas, bahwa seluruh faktor-faktor eksternal mempunyai mean score sangat rendah, bahkan beberapa faktor mempunyai mean score sangat-sangat rendah, yakni dibawah angka 1. Hal ini dapat dikatakan bahwa faktor-faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat, artinya berbagai fungsi-fungsi pemerintahan belum berjalan sebagaimana mestinya.
5.2.2.1. Rendahnya Dukungan Peraturan Perundangan
Untuk melindungi suatu kawasan perlindungan, pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan beberapa payung hukum diantaranya melalui Undang-Undang nomor 5 tahun 1990, Keputusan Presiden nomor 32 tahun 1990 serta Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 1998. Pada payung hukum tersebut dijelaskan bahwa pembentukan suatu kawasan perlindungan di Indonesia dapat berupa sebuah taman nasional. Taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ciri khas dan berfungsi sebagai pelindung ekosistem yang akan dapat menyangga sistem kehidupan. Taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang ditujukan untuk rekreasi, pendidikan dan penelitian. Namun tujuan
pembentukan kawasan belum dapat sepenuhnya diterapkan diberbagai kawasan Taman Nasional. Demikian juga berbagai perangkat peraturan perundang- undangan yang sudah dibuat dan diundangkan, namun implementasi dilapangan belum dilaksanakan.
Tabel 42. Skor Indikator Faktor Dukungan Peraturan Perundangan
Kode Indikator Nilai
S13 Penerapan amanat Undang-Undang Dasar 45, pasal 33 0.915
S11
Penerapan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan 1.032
S5
Penerapan Undang-Undang No 5 /1990 tentang Konservasi SDA
Hayati dan Ekosistemnya 1.061
S14
Penerapan Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup 1.116
S3 Penerapan terhadap larangan membakar hutan dan sanksinya 1.106
S1
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah 1.134
S12 Pemahaman terhadap peruntukan kawasan TNKS 1.023 S4 Penerapan terhadap larangan penebangan hutan secara liar 1.089
S7
Pemahaman terhadap UU / Peraturan tentang Kawasan
konservasi 0.817
S2
Pelaksanaan Peraturan tentang Pemberdayaan Masyarakat
dikawasan hutan 1.051
S10
Pemahaman terhadap sanksi jika menduduki hutan
lindung/kawasan konservasi 1.106
S8
Sosialisasi tentang Batas Desa dan Batas TNKS kepada
masyarakat 1.012
S9
Penetapan dan Penegasan serta pematokan fisik batas Desa dan
TNKS 1.079
S6
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan 1.045
Skor rata-rata 1.042
Nilai mean score pada Tabel 42 sebesar 1,042 menunjukan rendahnya dukungan peraturan perundang-undangan terhadap pengembangan kawasan konservasi termasuk masyarakat yang ada di dalamnya. Selain itu juga, pemahaman terhadap berbagai aturan perundang-undangan masih sangat rendah, hal ini dapat di lihat dari rendahnya pengetahuan masyarakat tentang adanya undang-undang konservasi, adanya larangan membakar hutan, adanya UU kehutanan, larangan eksploitasi hutan dan adanya sanksi jika melanggar. Sehingga menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS.
Rendahnya pemahaman masyarakat yang menempati wilayah Taman Nasional terhadap birokrasi dan peraturan yang ada merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sering terjadinya masalah di dalam Taman Nasional. Masalah yang sering timbul antara lain perusakan hutan yang digunakan untuk lahan
pertanian dan peternakan, penebangan hutaan secara liar bahkan sampai melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian baru. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang adanya undang- undang konservasi, adanya larangan membakar hutan, dan adanya UU kehutanan.
5.2.1.2. Rendahnya Keberpihakan Pemerintah
Pemerintah merupakan wakil dari masyarakat yang bertugas untuk mengayomi serta mendukung masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan. Dalam penelitian ini keberpihakan dari suatu pemerintah adalah salah satu hal terpenting bagi masyarakat dalam menyusun pembangunan di dalam masyarakat TNKS. Nilai mean score sebesar 1,294 pada Tabel 43 menunjukkan bahwa keberpihakan dari pemerintahan masih sangat rendah. Dengan demikian akan berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan.
Tabel 43. Skor Indikator Faktor Keberpihakan Pemerintah
Kode Indikator Nilai
P21 Peningkatan Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
1.213
P9 Porsi kegiatan pembangunan di kawasan 1.214 P6 Dampak kebijakan pemerintah terhadap masyarakat 1.193 P13 Fasilitasi pemberdayaan masyarakat pada kawasan SDA
strategis
1.162 P17 Perbaikan lingkungan pemukiman keluarga miskin. 1.121 P16 Pengembangan prasarana perdesaan berbasis
masyarakat.
1.471
P1 Bantuan pemerintah terhadap adanya bencana 1.504 P12 Fasilitasi pemberdayaan sosial ekonomi 1.463 P18 Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana dasar
pemukiman
0.845
P3 Kemudahan mendapatkan pelayanan birokrasi 1.106 P19 Fasilitasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga 1.174 P8 Bantuan sosial kesejahteraan yang didapatkan 1.701 P20 Memperkuat jaringan pelayanan kesehatan dasar 1.653 P2 Kondisi sarana perhubungan tiga tahun terakhir 1.144 P10 Pemberian jaminan sosial (Askeskin, Pendidikan, KTP,
Sertifikat,dll)
2.103
P4 Penyediaan sarana prasarana pelayanan sosial 1.153 P14 Perlindungan hak-hak adat atau ulayat dalam
pengelolaan SDA
1.016
P11 Fasilitasi masyarakat dalam pendayagunaan SDA 1.342 P15 Fasilitasi Pemerintah Daerah dalam mendorong peran
masyarakat
1.015
Skor rata-rata 1.294
Rendahnya Keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat miskin dapat dilihat dari rendahnya tingkat penyediaan sarana prasarana pelayanan sosial,
bantuan sosial, pemberdayaan sosial ekonomi, pemberian jaminan ekonomi dan sosial dan peningkatan kualitas manajemen kelembagaan sosial masyarakat.
5.2.1.3. Rendahnya Dukungan Politik dan pengalaman dalam politik
Nilai mean score sebesar 1,059 pada Tabel 44 menunjukkan dukungan dan pengalaman politik masyarakat TNKS masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari sangat terbatasnya masyarakat yang ikut serta dalam organisasi politik serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi politik seperti kampanye. Dukungan politik ini sangat diperlukan dalam proses pemberdayaan dan pengalaman politik yang dimiliki masyarakat akan sangat berpengaruh baik dalam proses pemberdayaan masyarakat.
Tabel 44. Skor Indikator Dukungan Politik dan Pengalaman Politik Masyarakat
Kode Indikator Score
M5 Keikutsertaan dalam pemilu, pilkada, pemilihan kades 2.709 M6 Intervensi pihak-pihak tertentu terhadap pilihan dalam pemilu 1.025
M19 Penguatan dan peningkatan kinerja DPD 1.205 M18 Peran politik dalam penataan Keuangan dan Asset Desa 1.017 M14 Kontribusi politik dalam pemberdayaan masyarakat 1.052 M13 Fasilitasi Politik dalam menunjang Kemandirian masyarakat 1.108
M3 Keikutsertaan dalam kampaye-kampaye 0.758
M16 Fasilitasi parpol dalam Pemberdayaan Pemerintahan Desa 1.019
M11 Kesempatan menjadi pengurus dalam organisasi politik 0.596
M9 Minat terhadap organisasi politik 0.681
M12 Frekwensi legislatif datang ke kawasan/desa 1.086 M15
Peran Parpol dalam mendorong pengelolaan SDA secara
bijaksana 0.541
M10 Pengaruh keikutsertaan dalam rapat-rapat organisasi 1.095 M7 Keikutsertaan dalam negosiasi untuk memutuskan sesuatu 1.185
M17 Fasilitasi pengembangan sumber-sumber keuangan desa 1.245
M4 Pendapat sering di dengar 0.836
M2 Akses terhadap Organisasi politik 1.024
M1 Peluang untuk terlibat dalam organisasi politik di desa dan di luar desa
1.081
M8 Keikutsertaan dalam rapat-rapat desa 0.853
Skor rata-rata 1.059
Rendahnya keterlibatan Politik anggota masyarakat dapat dilihat dari berbagai aktifitas politik dan daya tawar masyarakat yang masih sangat rendah,. Rendahnya posisi tawar masyarakat karena mereka tidak terlibat dalam berbagai kegiatan seperti dalam kampaye, organisasi politik di desa dan di luar desa serta ketidakikutsertaan masyarakat dalam negosiasi untuk memutuskan sesuatu kebijakan. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan masyarakat di kawasan TNKS yang berkaitan dengan keikutsertaan mereka dalam kegiatan kampanye dan
peluang mereka terlibat dalam organisasi politik di dalam dan di luar desa masih sangat rendah, serta keikutsertaan mereka dalam negosiasi untuk memutuskan sesuatu tergolong masih kurang. Demikian juga dukungan secara politik yang dilakukan oleh perwakilan masyarakat, belum dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan atau proses pemberdayaan masyarakat, karena masih sangat rendah.
5.2.1.4. Rendahnya Dukungan Lembaga Keuangan
Tabel 45 menggambarkan hampir semua indikator mempunyai score yang sangat rendah, yaitu sebesar 0,669 pada. Hal ini menunjukan hampir tidak adanya bantuan keuangan dari lembaga keuangan baik swasta maupun Pemerintah, seperti akses perbankan yang tidak ada, kepercayaan terhadap lembaga keuangan yang sangat rendah, kurangnya bantuan dana dari pemerintah, kurangnya sarana prasarana produksi, kurangnya akses terhadap bantuan pemerintah dan jarang sekali masyarakat TNKS terpilih sebagai sasaran dalam program-program pemerintah. Oleh karena itu kurangnya bantuan keuangan dari lembaga keuangan atau pemerintah yang menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS.
Masyarakat juga mempunyai akses yang terbatas untuk memulai dan mengembangkan koperasi dan usaha, mikro, dan kecil (KUMK). Permasalahan yang dihadapi antara lain adalah sulitnya mengakses modal dengan suku bunga rendah, hambatan untuk memperoleh izin usaha, kurangnya perlindungan dari kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi.
Ketersediaan modal dengan tingkat suku bunga pasar masih sulit diakses oleh pengusaha kecil dan mikro, apalagi oleh masyarakat miskin. Permasalahan lainnya adalah tidak adanya lembaga resmi yang dapat memberi modal dengan persyaratan yang dapat dipenuhi oleh kapasitas masyarakat. Masyarakat juga menghadapi masalah lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan hasil produksi. Usaha koperasi juga sering menghadapi kesulitan untuk menjadi badan hukum karena persyaratan yang sangat rumit, seperti batas modal, anggota, dan kegiatan usaha.
Tabel 45 Skor Indikator dari Faktor Dukungan Lembaga Keuangan
Kode Indikator Score
N10 Fasilitasi pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Perdesaan 0.701
N9
Penguatan jaringan kemitraan antara lembaga keuangan mikro
dengan perbankan. 0.592
N11
Fasilitasi pengembangan kemandirian masyarakat dalam
pengelolaan keuangan 0.821
N7 Ketersediaan lembaga keuangan di desa 1.026 N8 Bimbingan Administrasi di lembaga keuangan desa 0.361
N12
Peningkatan dan pengembangan kemampuan pengelola
keuangan desa 0.552
N4 Kredit-kredit yang disalurkan ke masyarakat 1.106 N14 Kecocokan Jenis kredit atau pinjaman yang diberikan dengan
usaha
0.779
N2 Manfaat adanya lembaga keuangan di desa bagi kehidupan 0.811
N6 Bunga pinjaman yang diberikan 0.345
N13
Akses modal usaha pengembangan kegiatan ekonomi mikro dan
usaha kecil 0.672
N1 Akses terhadap lembaga keuangan 0.839
N5 Kepercayaan perbankan/lembaga keuangan lainnya kepada masyarakat
0.478
N3 Akses masyarakat terhadap perbankan/lembaga keuangan lain 0.285
Skor rata-rata 0.669
Lembaga keuangan merupakan salah satu kunci perekonomian suatu masyarakat. Suatu lembaga keuangan/perbankan dapat berkembang juga karena masyarakat. Jika antara masyarakat dan perbankan saling mendukung maka akan sangat membantu tumbuhnya perekonomian di Masyarakat TNKS. Beberapa bentuk dukungan kelembagaan perbankan yang di terapakan pada masyarakat antara lain investasi pada lembaga perbankan yang mampu mengembangkan modal masyarakat menjadi lebih bermanfaat, kemudahan akses administrasi terhadap perbankan, adanya kepercayaan dari pihak perbankan untuk meminjamkan sejumlah modal kepada masyarakat TNKS.
Kurangnya lembaga perekonomian yang dapat mendukung usaha masyarakat berpengaruh terhadap sulitnya masyarakat dalam mendapatkan bantuan modal usaha. Peran lembaga perekonomian sangat diperlukan untuk membantu masyarakat menciptakan peluang usaha yang dapat memajukan taraf kesejahteraan.
5.2.1.5. Rendahnya Ketersediaan Pelatihan – pelatihan
Nilai mean score sebesar 1,047 pada Tabel 46 menunjukan bahwa hampir tidak adanya pelatihan-pelatihan dari luar untuk masyarakat TNKS. Hal ini
ditunjukan dengan hampir tidak ada masyarakat yang ikut serta dalam penyuluhan, rendahnya penguasaan terhadap ilmu dan teknologi pertanian, serta masyarakat jarang terpilih sebagai sasaran dalam program-program pelatihan. Sedikitnya pelatihan-pelatihan dari luar untuk masyarakat TNKS menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Skor Indikator dari Faktor Pelatihan- pelatihan dari Luar dapat dilihat pada Tabel 46.
Tabel 46. Skor Indikator dari Faktor Ketersediaan Pelatihan
Kode Indikator Nilai
O5 Penyuluhan tentang larangan perambahan hutan TNKS 1.268 O2 Frekuensi diikutsertakan dalam penyuluhan-penyuluhan 1.013 O8 Terpilih sebagai sasaran dalam program pelatihan-pelatihan 1.134
O9 Pemahaman terhadap materi pelatihan 1.209
O15 Identifikasi terhadap bentuk, jenis dan jenjang pelatihan pemberdayaan
1.142
O4 Penyuluhan tentang agroforestry 1.062
O17 Pengembangan dan fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa 1.182
O11 Peningkatan keterampilan dalam pendayagunaan teknologi tepat guna.
1.023
O1 Jenis pelatihan yang ditawarkan 1.319
O10 Akses terhadap lokasi pelatihan 1.321
O3 Penguasaan terhadap ilmu dan teknologi pertanian 1.207 O16 Identifikasi kebutuhan pelatihan masyarakat Desa 1.132
O14 Bimbingan Teknis pengembangan desa 1.213
O12 Fasilitasi kerjasama pendayagunaan TTG bersama instansi terkait dan kalangan LSM
1.162
O13 Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat 1.046 O19 Koordinasi Penyusunan Program Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa. 0.834
O18 Fasilitasi Pendataan, Pengolahan dan Pendayagunaan Profil Desa 1.203
O7 Manfaat dari pertemuan dengan PPL dan mengikuti pelatihan- pelatihan/penyuluhan
1.386
O20 Pengembangan Pelatihan Tingkat Daerah 1.062
O6 Frekwensi pertemuan dengan Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
1.014
Skor rata-rata 1.147
Masyarakat masih sangat terbatas dalam mengikuti berbagai kegiatan penyuluhan-penyuluhan, sehingga penguasaan terhadap ilmu dan teknologi pertanian, serta masyarakat jarang terpilih sebagai sasaran dalam program-program pelatihan masih sangat rendah. Sedikitnya pelatihan-pelatihan dari luar untuk masyarakat TNKS mampu mengurangi ketidakberdayaan masyarakat TNKS.
Disamping pendidikan formal, bagi masyarakat diperlukan juga peningkatan keterampilan bagi masyarakat disekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) melalui kursus-kursus keterampilan baik dibidang pertanian kaitannya dengan
meningkatkan ekonomi pertanian secara luas ataupun keterampilan berbagai keahliannya untuk dapat mendukung dan berpartisipasi didalam berbagai program pembangunan daerah. Dengan meningkatnya keterampilan masyarakat berarti meningkat pula produktifitas sumberdaya manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
5.2.1.6. Rendahnya Jaminan Ekonomi
Jaminan ekonomi merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung lancarnya pembangunan pada masyarakat. Nilai Mean Score sebesar 0,592 pada Tabel 47 menunjukkan hampir tidak adanya jaminan ekonomi yang di berikan kepada masyarakat TNKS. Hal ini perlu ada perhatian khusus dari pemerintah, pemerintah daerah dan juga pihak swasta maupun masyarakat TNKS sendiri.
Kurangnya lembaga perekonomian yang dapat mendukung usaha masyarakat berpengaruh terhadap sulitnya masyarakat dalam mendapatkan bantuan modal usaha. Peran lembaga perekonomian sangat diperlukan untuk membantu masyarakat menciptakan peluang usaha yang dapat memajukan taraf kesejahteraan. Kondisi ini sejalan dengan beberapa kajian bahwa salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat lemah adalah dalam hal akses untuk memperoleh modal. Kenyataan yang terjadi, kepada masyarakat lemah dan pengusaha kecil, perlakukan atas ketiga hal tersebut juga diskriminatif. Dan atas perlakuan yang tidak adil itu, masyarakat tidak memiliki kekuatan tawar menawar dengan pihak lembaga kuangan.
Tabel 47. Skor Indikator dari Faktor Jaminan Ekonomi
Kode Indikator Score
T11 Bantuan pendampingan kepada keluarga / kelompok masyarakat
0.521
T7 Bantuan pemerintah dalam hal pelatihan keterampilan usaha 0.501 T10 Bantuan prasarana dan sarana pengembangan usaha keluarga
miskin.
0.621
T12 Peningkatan keterampilan usaha ekonomi produktif masyarakat miskin
0.562
T1 Bantuan keuangan dari Pemerintah dan manfaatnya 0.686 T6 Jaminan pembelian dari hasil pertanian 0.792 T16 Fasilitasi Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Pasar Desa 1.108 T9 Bantuan modal usaha bagi keluarga miskin 0.362 T13 Identifikasi potensi dan sumber daya keluarga masyarakat
miskin
0.525
T20 Peningkatan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan Lumbung Desa
T17 Peningkatan keterampilan pengelola kelompok Usaha
Ekonomi Produktif 0.531
T19 Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Masyarakat.
0.625
T2 Jaminan kesalahan dari kebijakan yang diambil 0.247 T18 Pemberdayaan masyarakat dalam memperkuat cadangan
pangan
0.832
T15 Fasilitasi peluang pemasaran bagi hasil usaha 0.521 T14 Pengembangan partisipasi dan keswadayaan masyarakat
miskin
0.584
T5 Peningkatan ketersediaan pangan wilayah berbasis pangan lokal
0.592
T8 Peran swasta dalam hal peningkatan keterampilan SDM 0.563
T3 Manfaat kredit bagi usaha 0.684
T4 Kredit-kredit yang disalurkan kepada keluarga dan warga desa 0.389
Skor rata-rata 0.592
Penanganan kendala modal, kendala distribusi, dan kendala tanah tidak seluruhnya dapat dilakukan melalui pendekatan ekonomi semata. Karena banyak dimensi-dimensi politik yang harus ditangani. Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa pemberdayaan politik dan kebijakan politik.
Selain itu akses terhadap pasar dapat memberikan pertumbuhan perekonomian. Adanya pertumbuhan perekonomian bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat TNKS menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan petani sangat dipengaruhi oleh aspek penguasaan tanah dan kemampuan memobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah pertanian. Masalah utama yang dihadapi masyarakat adalah terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam TNKS, baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penunjang kehidupan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk miskin juga terjadi dengan menyempitnya kepemilikan lahan dan hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat sebagai akibat pembatasan akses terhadap SDA TNKS terutama kayu hutan.
Kurangnya lapangan pekerjaan serta banyaknya masyarakat yang bekerja pada lapangan kerja yang kurang produktif berakibat pada rendahnya pendapatan sehingga mereka tergolong miskin. Masyarakat juga mempunyai akses yang terbatas untuk memulai dan mengembangkan koperasi dan usaha, mikro, dan kecil (KUMK). Permasalahan yang dihadapi antara lain adalah sulitnya mengakses
modal dengan tingkat suku bunga pasar oleh pengusaha kecil dan mikro, hambatan untuk memperoleh izin usaha, kurangnya perlindungan dari kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi.. Permasalahan lainnya adalah tidak adanya lembaga resmi yang dapat memberi modal dengan persyaratan yang dapat dipenuhi oleh kapasitas masyarakat. Masyarakat juga menghadapi masalah lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan hilangnya aset usaha akibat peraturan.
5.2.1.7. Implementasi Kebijakan dan kesesuaian dengan Kebutuhan Masyarakat (Distorsi kebijakan)
Nilai mean score sebesar 1,104 pada Tabel 48 menunjukan bahwa kurang sesuainya program-program atau kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan kondisi kebutuhan masyarakat TNKS. Sehingga menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Ada beberapa bentuk implementasi kebijakan dan keterkaitannya dengan kebetuhan lokal bantuan sarana prasarana produksi, kesesuaian antara kebutuhan dengan yang diprogramkan dari atas, tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat desa, dll. Jika beberapa bentuk implementasi itu bisa di terapkan dengan baik maka masyarakat TNKS masih memiliki peluang untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.
Tabel 48. Skor Indikator dari Faktor Implementasi Kebijakan dan Kesesuaiannya dengan Kebutuhan Masyarakat
Kode Indikator Nilai
P1 Kesesuaian program yang diberikan oleh Pemerintah & Pemda 1.243 P2 Manfaat kebijakan terhadap pemberdayaan masyarakat 1.123 P9 Kesesuaian bentuk bentang alam kawasan TNKS dengan
keinginan warga
1.091
P3 Pemahaman masyarakat terhadap kebijakan 1.091 P5 Kesesuaian antara kebutuhan dengan yang diprogramkan 1.052 P8 Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam membangun Desa. 1.125 P12 Kesesuaian teknologi tepat guna dengan kebutuhan
masyarakat
1.224 P4 kesenjangan antara kebijakan dan pelaksanaan; 0.623 P10 Peran serta masyarakat dalam penentuan kebijakan 1.107
P6 Benturan kebijaksanaan antara Pemerintah, Pemda dan Masyarakat
1.402
P7 Bantuan sarana prasarana produksi 1.072
P11 Kesesuaian pola Keswadayaan dan Kemandirian masyarakat 1.155 P13 Ketidak adilan yang didapatkan dalam menuntut hak-hak 1.033 P14 Hilangnya hak kepemilikan dan penguasaan lahan masyarakat
lokal
1.119
5.2.1.8. Rendahnya Akses terhadap Informasi
Informasi merupakan suatu sarana penting untuk membuka wawasan dan pengetahuan tentang berbagai hal. Informasi merupakan kebutuhan wajib untuk jaman sekarang, berkat informasi kita bisa tahu dan mengerti apa yang sebaiknya di lakukan jika suatu masalah terjadi. Nilai mean score sebesar 1,314 pada Tabel 49 menunjukan masih rendahnya akses masyarakat TNKS dalam menjangkau berbagai informasi dari luar wilayah TNKS, sehingga berpengaruh terhadap ketidakberdayaan bagi masyarakat TNKS.
Salah satu bentuk manfaat dengan adanya kemudahan akses informasi untuk masyarakat TNKS adalah adanya ajakan dari wilayah untuk bekerja dan berkembang, fasilitas bagi masyarakat setempat untuk berkembang lebih baik dari luar, akses masyarakat setempat terhadap sistem sosial di luar desa, kesempatan masyarakat setempat untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan, dan kemudahan masyarakat setempat dalam menjangkau fasilitas-fasilitas sosial diluar wilayah.
Tabel 49. Skor Indikator Faktor Akses Informasi
Kode Indikator Score
Q8 Informasi Kesempatan masyarakat setempat untuk mengikuti diklat
1.692
Q1 Hambatan dari lingkungan di luar wilayah desa 1.201 Q14 Data dan informasi tentang masyarakat di dalam dan sekitar
hutan
1.192
Q12 Pengembangan system informasi Pemberdayaan Masyarakat 0.953 Q4 Hambatan masyarakat luar desa terhadap keinginan
masyarakat
0.737
Q7 Akses terhadap sistem sosial di luar desa 1.628
Q9 Akses terhadap bantuan pemerintah 1.651
Q3 Sarana dan prasarana perhubungan untuk menuju wilayah lain
1.458
Q13 Kesulitan dalam menjangkau fasilitas-fasilitas sosial diluar wilayah
1.443
Q11 Fasilitasi pelayanan informasi dan penyediaan perangkat TTG
1.414
Q10 Pengembangan informasi pasar bagi pemasaran produk 1.396 Q5 Fasilitas untuk berkembang lebih baik dari luar 1.289 Q6 Peluang atau ajakan dari wilayah lain untuk bekerja 1.245 Q2 Keadilan yang didapatkan dalam menuntu hak-haknya 1.092
5.2.1.9. Pola Perencanaan Pembangunan
Pembangunan merupakan faktor kunci menjadi masyarakat yang maju. Pembangunan perlu di lakukan dalam berbagai bidang. Setiap pembangunan memiliki skala prioritas untuk bidangnya.
Tabel 50. Skor Indikator Faktor Pola Perencanaan Pembangunan
Kode Indikator Score
R12 Peran Pemerintah Daerah dalam pembangunan kawasan TNKS 1.511 R1 Proses perencanaan pembangunan desa melalui prosedur
Musrenbang
1.404
R2 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Kegiatan pembangunan
1.228
R14 Fasilitasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa 1.212 R15 Kompetensi dalam Proses Perencanaan dan Pembangunan
Partisipatif.
1.011
R3 Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
0.975
R4 Pendapat masyarakat dalam perencanaan pembangunan 1.047 R13 Partisipasi Wanita dalam perencanaan dan pembangunan 0.801
R5 Budaya menghambat pembangunan 2.689
R11 Fasilitasi Pendayagunaan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa.
1.025
R6 Pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan pentingnya pembangunan
1.772
R10 Penetapan Tipologi Desa sesuai karakteristik dan potensi SDA desa
1.033
R16 Perencanaan pengembangan Kader Pemberdayaan Masyarakat 0.875 R7 Jika ada proyek pembangunan, apakah anda pernah dimintai
pendapat
0.862
R8 Penyusunan Rencana Pembangunan berbasis kebutuhan Masyarakat.
0.912
R9 Peran masyarakat dalam penataan ruang kawasan perdesaan. 1.098
Skor rata-rata 1.216
5.2.1.10. Implikasi Program pelestarian TNKS & Pembangunan Masyarakat TNKS
Nilai mean score sebesar 0,871 pada Tabel 51 menunjukan sangat rendahnya implikasi program pembangunan yang selama ini dijalankan terhadap kesejahetraan masyarakat. Masyarakat belum dapat menikmati manfaat pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, mengingat tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat belum terlaksana, termasuk didalamnya masyarakat belum mendapat manfaat dari program kesehatan dan pendidikan gratis yang dicanangkan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 51. Skor Indikator dari Faktor Implikasi Program Pembangunan Sebelumnya
Kode Indikator Score
S9 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan masyarakat desa 1.105 S17 Manfaat program kesehatan bagi masyarakat 1.102 S7 Koordinasi dengan pihak dan instansi terkait 1.090 S1 Fasilitasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis
Masyarakat
1.028
S4 Peningkatan Koordinasi Pembangunan desa tertinggal 1.032 S16 Pelaksanaan Sanksi penebangan pohon pelindung 1.021 S15 Sanksi aktivitas pertambangan di dalam kawasan TNKS 0.987 S15 Sanksi jika salah dalam penggunaan kawasan hutan 0.932 S6 Pengembalaan ternak di hutan dan perburuan liar 0.929
S5
Lahan yang dikelola masyarakat ditetapkan sebagai