• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Perumusan Konsep Pemberdayaan Masyarakat Kawasan TNKS wilayah

5.3.1.1. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Identifikasi lingkungan internal dan eksternal diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang di luar serta meminimalisir ancaman yang ada di luar lingkungan masyarakat TNKS.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, pada lingkungan internal, terdapat faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Karena bersifat internal, semua faktor kekuatan dan faktor kelemahan ini berada dalam jangkauan kapasitas masyarakat untuk mengubah atau mempengaruhinya. Identifikasi faktor internal telah dilakukan melalui teknik analisis faktor dan brainstorming untuk mengidentifikasi sejumlah kemampuan dan sumber daya internal yang dapat diandalkan dalam mencapai tujuan dan sasarannya, Identifikasi dapat juga dilakukan dengan observasi atau telaahan dokumen. Identifikasi yang dilakukan hasilnya dikelompokkan dalam kategori strengths dan weaknesses. Potensi dan kemampuan, yang dimiliki masyarakat TNKS dikategorikan sebagai strengths

(kekuatan), sebaliknya keterbatasan dan kekurangan yang ada di masyarakat, dikategorikan sebagai weaknesses.

Dari identifikasi faktor eksternal dapat diketahui potensi-potensi apa yang ada di luar masyarakat TNKS untuk dimanfaatkan dan dikembangkan yang selanjutnya akan dikategorikan sebagai peluang bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkannya. Selain itu, faktor eksternal dapat berupa ancaman yang akan dapat menghambat kemajuan pengelolaan TNKS. Hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 52.

5.3.1.2. Formulasi Strategi

Formulasi strategi yang dapat dilakukan sebagai hasil interaksi masing- masing faktor internal dan eksternal disajikan pada Tabel 53, Tabel 54, Tabel 55, Tabel 56. Serta Evaluasi faktor internal dan eksternal faktor dapat dilihat pada Tabel 57 dan 58.

Tabel 53. Formulasi strategi SO

Interaksi Strategi

S1-O1,3 Optimalisasi pemanfaatan potensi SDA

S1-O1-5 Pemberdayaan masyarakat dlm memanfaatkan SDA melalui kegiatan pelatihan intensif dan berkelanjutan

S1-O4 Peningkatan kapasitas usaha dan kelembagaan ekonomi masyarakat

S2,3,4-O1-5 Pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai budaya dan keagamaan masyarakat setempat

Tabel 54. Formulasi strategi ST

Interaksi Strategi

S1-T1 Pengelolaan SDA berbasis kebutuhan dan kearifan masyarakat lokal

S1,2-T1,2 Sosialisasi pemanfaatan SDA berbasis kebutuhan masyarakat, nilai-nilai budaya dan keagamaan setempat

S1-T2 Meningkatkan akses informasi untuk meningkatkan kualitas SDM dalam memanfaatkan SDA

S1-4 -T1,3,4 Pengelolaan SDA yg memperhatikan aspirasi dan budaya setempat serta melibatkan partisipasi masyarakat

S1,4 – T5 Memberikan jaminan ekonomi bagi masyarakat di kawasan TNKS

Tabel 55. Formulasi strategi WO

Interaksi Strategi

W1,2,3,7,10- O1,2,3

Pembangunan infrastruktur dibutuhkan masyarakat di kawasan TNKS

W5,9-O1,2,3,4 Meningkatkan akses terhadap kelembagaan sosial dan ekonomi

W4-O1,2,3 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNKS

W6,8,9-O5 Meningkatkan kualitas SDM melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan secara intensif dan berkelanjutan

Tabel 56 . Formulasi strategi WT

Interaksi Strategi

W1,2,3,7,10- T1,3,4

Meningkatkan sarana prasarana wilayah untuk membuka keterisolasian wilayah dan aksesibilitas masyarakat berbasis kebutuhan masyarakat lokal

W4,5,6,8,9- T3

Melibatkan aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana, alternatif matapencaharian, meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat setempat

W5,9-T5 Meningkatkan alternatif mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat untuk mengatasi ketiadaan jaminan ekonomi

W4,6-T1,3,4 Membuat kebijakan atau peraturan birokrasi tentang mitigasi bencana berbasis kondisi lokasi, aspirasi, partisipasi dan nilai-nilai budaya lokal

5.3.1.3. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Tabel 57. Evaluasi faktor internal (IFE)

NO IFE

KEKUATAN BOBOT RATING SKOR

1 Potensi SDA 0.15 4 0.600

2 Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal 0.029 4 0.116

3 Potensi SDM 0.125 3 0.375

4 Subtotal (I) 0.304 1.091

KELEMAHAN BOBOT RATING SKOR

1 Posisi geografis di lokasi terpencil dan infrastrukur terbatas

0.012 4 0.048

2 Akses terhadap kelembagaan sosial dan ekonomi yang terbatas

0.304 4 1.216

3 Kerawanan Terhadap Bencana 0.013 2 0.026

4 Alternatif mata pencaharian terbatas dan tingkat kesejahteraan rendah

0.162 4 0.648

5 Partisipasi yang masih rendah 0.136 3 0.408 6 Interaksi sosial dengan masyarakat luar

rendah

0.013 2 0.026

7 Tingkat pendidikan yang rendah 0.013 2 0.026 8 Kondisi kesehatan yang rendah 0.016 2 0.032 9 Rendahnya persepsi masyarakat terhadap

kawasan konservasi

0.002 2 0.004

10 Masih Tingginya konflik sosial dan kon- flik pemanfaatan kawasan

0.025 2 0.05

Subtotal (II) 0.696 2.46

Tabel 58. Evaluasi faktor eksternal (EFE)

NO EFE

PELUANG BOBOT RATING SKOR

1 Adanya dukungan peraturan perundangan

0.203 4 0.812

2 Adanya keberpihakan pemerintah 0.167 4 0.668 3 Adanya dukungan politik dan

pengalaman politik

0.125 4 0.500

4 Adanya dukungan Lembaga Keuangan 0.059 3 0.177 5 Ketersediaan pelatihan-pelatihan 0.054 3 0.162

Subtotal (III) 0.608 2.319

ANCAMAN BOBOT RATING SKOR

1 Implementasi kebijakan yang g keliru dan tidak sesuai kebutuhan masyarakat

0.12 3 0.360

2 Akses informasi yg rendah 0.032 2 0.064

3 Pola perencanaan pembangunan yang tidak aspiratif

0.046 3 0.138

4 Implikasi Pembangunan sebelumnya 0.025 3 0.075

5 Ketiadaan jaminan ekonomi 0.16 3 0.480

Subtotal (IV) 0.383 1.117

TOTAL (III+IV) 1.000 3.436

Hasil evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal pada Tabel 59 dan Tabel 60 di atas menggambarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam proses pemberdayaan masyarakat kawasan TNKS. Dimana Kekuatan mendapat skor sebesar 1,091, Kelemahan mendapat skor 2,460, Peluang mendapat skor 2,319 dan Ancaman mendapat skor 1,117. Selanjutnya digambarkan dalam bentuk matrik SWOT pada Gambar 27.

5.3.1.4. Penentuan Posisi Strategis

Gambar 27. Kuadran Hasil Analisis SWOT (Strategi WO) ( -1,369 ) 1 0,5 1 0,5 ( 1,202 )

O

W

T

S

1 1,5 0,5 0,5 1,5 2 Strategi Turn Around

Hasil pembobotan di atas mengarahkan pada pemilihan alternatif strategi prioritas Pemberdayaan Masyarakat. Dari diagram SWOT pada Gambar 32 didapatkan bahwa posisi strategis berada pada kwadran III, dengan demikian strategi pemberdayaan yang harus dilaksanakan adalah Strategi WO (Strategi Turn Around), yaitu strategi pemberdayaan masyarakat kawasan TNKS dengan bertumpu pada meminimalisasi faktor-faktor yang melemahkannya untuk menangkap peluang- peluang yang ada di lingkungannya dan diluar lingkungannya.

5.3.1.5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat TNKS Wilayah Musi Rawas Dari hasil formulasi strategi dengan strategi meminimalkan fakor-faktor yang melemahkan dan menangkap peluang-peluang yang ada, maka alternative strategi yang terpilih seperti diuraikan pada Tabel 55.

Tabel 59. Strategi WO terpilih untuk Pemberdayaan Masyarakat

Interaksi Strategi

W1,2,4,6,7,8-O1,2,3 Pemberdayaan Masyarakat melalui pembangunan infra- struktur yang dibutuhkan masyarakat TNKS

W2,4,6,1-O1,2,3,4

Pemberdayaan Masyarakat dengan meningkatkan akses terhadap kelembagaan ekonomi dan sosial

W7,8,9,2,10-O5

Pemberdayaan Masyarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat

W3,5,7,9,10-O1,2,3

Pemberdayaan Masyarakat dengan meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan formal dan non formal seperti kegiatan penyuluhan dan pelatihan secara intensif dan berkelanjutan

5.3.2. Analisis Proses Hirarki Strategi Pemberdayaan Masyarakat Kawasan TNKS Wilayah Musi Rawas

Setelah analisis SWOT dilakukan, selanjutnya adalah analisis dengan menggunakan AHP dengan maksud untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif, sub alternatif dan stakeholders Pemberdayaan Masyarakat. Dengan menggunakan AHP, persoalan strategi pemberdayaan dapat dipecahakan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisisr, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan strategi pemberdayaan Masyarakat Kawasan TNKS secara lebih sederhana dan akurat serta dapat dipercepat proses pengambilan keputusannya.

Faktor-faktor proses pemberdayaan masyarakat yang telah diidentifikasi dan akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan

alternatif kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Dengan maksud untuk mempersepsikan gagasan, mengidentifikasikan dan mengkomunikasikan secara realistis yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokonya. Kemudian bagian ini diuraikan ke dalam bagian-bagian yang lebih spesifik dan seterusnya secara terstruktur (Saaty 1991). Pembagian struktur melputi: Tujuan, Kriteria, Alternatif, Sub Alternatif dan Stakeholders, dapat dilihat pada Gambar 35.

5.3.2.1. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan utama dalam analisis ini adalah untuk menentukan prioritas strategi Pemberdayaan Masyarakat kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas, dengan kriteria keseimbangan antara kelestarian TNKS secara ekologi, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial.

5.3.2.2. Kriteria Strategi Pemberdayaan

Pembobotan berdasarkan tujuan menunjukkan bahwa kriteria Kelestarian Kawasan TNKS memiliki bobot terpenting, yaitu dengan skor sebesar 0,3812. Selanjutnya kriteria meningkatnya keberdayaan masyarakat secara ekonomi dengan skor sebesar 0,3682 serta meningkatnya keberdayaan masyarakat secara sosial dengan skor sebesar 0,2506. Hal ini menunjukkan keseimbangan yang sangat baik, dimana faktor terpenting untuk melakukan proses Pemberdayaan Masyarakat kawasan TNKS adalah tetap kelestarian TNKS itu sendiri dengan melihat peluang-peluang yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dan sosial. Rincian keseimbangan kriteria dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Kriteria Strategi Pemberdayaan Masyarakat TNKS di Kawasan Kabupaten Musi Rawas

Gambar 29. Hasil Strukturisasi Strategi pemberdayaan Masyarakat TNKS

Tujuan

Kriteria

Alternatif

Sub Alternatif

PERUMUSAN PRIORITAS STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TNKS DI KABUPATEN MUSI RAWAS

EKONOMI SOSIAL KELESTARIAN TNKS (EKOLOGI) PERGURUAN TINGGI (Peneliti) LSM MASYARAKAT PEMERINTAH DAERAH PEMERINTAH PUSAT (Balai TNKS) Partisipasi Pengelolaan Kawasan TNKS Peningkatan Kualitas SDM Akses Terhadap Lembaga

Sosial dan Ekonomi Pembangunan Infrastruktur - Peningkatan akses transportasi ramah lingkungan - Peningkatan akses Komunikasi -Pembangunan Irigasi - Pembangunan sarana dan

prasarana pemukiman (air bersih/sanitasi

/persampahan)

- Pembangunan kelistrikan ramah lingkungan ( Solar cell, Microhydro)

- Akses kepada bantuan modal pengembangan kegiatan jasa lingkungan - Akses terhadap

kelembagaan sosial ekonomi (UMKM) - Akses terhadap bantuan

saprodi ramah lingkungan - Jaminan pasar produk

kawasankonservasi - Insentif khusus sebagai

kawasan konservasi - Pelatihan keterampilan masyarakat - Penyuluhan - Pengenalan Teknologi Ramah Lingkungan - Pendidikan formal - Terlibat dalam penjagaan kawasan TNKS - Melakukan kegiatan pertanian sesuai aturan konservasi - Ikut serta dalam

proses perencanaan dan pengambilan keputusan

5.3.2.3. Alternatif Strategi Pemberdayaan

Gambar 30. Nilai Eigen Prioritas Alternatif Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat

Hasil analisis prioritas alternatif Pemberdayaan Masyarakat kawasan TNKS Wilayah Kabupaten Musi Rawas yang memiliki bobot terpenting adalah Pembangunan Infrastrukur yang ramah lingkungan dengan skore sebesar 0,3592, diikuti oleh Peningkatan Akses terhadap Kelembagaan Ekonomi dan Sosial dengan skor sebesar 0,3044, selanjutnya Pemberdayaan Masyarakat dengan Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan formal dan non formal seperti kegiatan penyuluhan dan pelatihan secara intensif dan berkelanjutan dengan skor 0,2211; serta peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan kawasan TNKS dengan skor sebesar 0,1153. seperti tetuang pada Gambar 34. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat TNKS Wilayah Kabupaten Musi Rawas secara berimbang dipengaruhi oleh alternatif kebijakan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, Peningkatan Akses terhadap Kelembagaan Sosial dan Ekonomi, Peningkatan Kualaitas SDM melalui penyuluhan dan pendidikan, serta Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan TNKS.

5.3.2.4. Pemberdayaan masyarakat melalui Pembangunan Infrastruktur yang ramah lingkungan

Program aksi dari kebijakan Pembangunan Infrastruktur yang dapat dilakukan dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat TNKS diantaranya adalah:

1. Pembangunan infrastruktur transportasi yang ramah lingkungan

2. Pembangunan Irigasi dan Pengolahan Air Minum (Air dalam kemasan) 3. Pembangunan Jaringan komunikasi

4. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman yang ramah lingkungan (penyediaan air bersih, sanitasi, dan persampahan) agar lingkungn perumahan menjadi baik)

5. Penyediaan energi dan listrik ramah lingkungan ( PLTMH/microhydro, wind power dan solar cell)

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa sub kriteria yang mempunyai bobot paling penting dari program pembangunan infrastruktur adalah Pembangunan infrastruktur taransportasi yang ramah lingkungan dengan skore sebesar 0,32 berada pada posisi pertama dari semua program yang ada, selanjutnya diikuti oleh program penyediaan sumber energi dan listrik yang ramah ligkungan dengan skore sebesar 0,20, yang meliputi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pengembangan Listrik Tenaga Surya dan Tenaga Angin, Pembangunan Bendungan untuk Irigasi dan Penyediaan Air Bersih termasuk pengembangan industri air dalam kemasan mempunyai skore sebesar 0,18, penyediaan sarana dan prasarana pemukiman mempunyai skor sebesar 0,15, peningkatan akses komunikasi mempunyai skor sebesar 0,15.

Dari Gambar 31 dapat dijelaskan bahwa keberadaan infrastruktur fisik baik prasarana transportasi, telekomunikasi, sumber daya air, energi, air bersih, drainase dan sanitasi maupun pengelolaan sampah, sebagai modal sosial masyarakat merupakan prasyarat aktivitas sosial dan ekonomi, sehingga mutlak untuk dibangun dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tingkatan yang lebih luas, untuk mencapai tujuan yang diinginkan memerlukan investasi infrastruktur untuk membuat laju pertumbuhan ekonomi yang akan mendorong pertumbuhan wilayah secara keseluruhan.

Jalan dan jembatan yang baik akan membuat aliran barang dari sentra produksi ke lokasi konsumen berjalan lancar. Ketersediaan telekomunikasi membuat arus informasi berlangsung baik pula. Listrik dan energi serta sarana transportasi adalah penggerak roda perekonomian yang akan tidak terbantahkan lagi.

Gambar 31. Nilai Eigen Prioritas Program dari Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Transportasi yang ramah Lingkungan.

Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan jangka pendek menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi dan jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. Infrastruktur dapat menjadi jawaban dari kebutuhan wilayah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas masyarakat;

Diantara berbagai fasilitas infrastruktur, infrastruktur transportasi adalah yang paling berperan. Pembangunan infrastruktur di bidang transportasi, tidak hanya ditujukan untuk menghubungkan pabrik dengan pasar, tetapi juga untuk membawa dokter dan guru ke seluruh pelosok wilayah, keberadaan dokter dan guru-guru yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan di seluruh pelosok tanah air itu membuktikan bahwa infrastruktur berkaitan erat dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Kondisi infrastruktur jalan di wilayah Musi Rawas khususnya masih jauh dari memadai untuk menunjang perkembangan ekonomi daerah, padahal kemajuan dan perkembangan suatu masyarakat sangat tergantung pada fasilitas infrastruktur sebagai sarana untuk distribusi berbagai sumberdaya dan pelayanan masyarakat. Di daerah-daerah seperti di Musi Rawas dan sekitarnya, sarana transportasi ini lebih signifikan lagi artinya bagi aktivitas ekonomi. Infrastruktur jalan sangat dibutuhkan untuk menghubungkan perekonomian di daerah pedesaan sehingga terjadi distribusi hasil-hasil pertanian ke perkotaan serta sebaliknya pula memberikan akses kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya bagi masyarakat pedesaan. Sistem infrastruktur jalan yang baik menyediakan system distribusi barang dan jasa yang lebih ekonomis dan efisien, yang pada akhirnya menyumbangkan bagi peningkatan daya saing wilayah. Sarana dan prasarana fisik, atau sering disebut dengan infrastuktur, merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat.

Dalam pembangunan infrastruktur ini, tantangan yang dihadapi di satu sisi terletak pada bagaimana infrastruktur membantu pengurangan kemiskinan ditengah tingginya kebutuhan masyarakat akan ketersediaan pelayanan umum, sementara di sisi lain kemampuan dalam penyediaan infrastruktur yang berkualitas dan terjang- kau terkendala oleh keterbatasan anggaran serta disatu sisi adalah perlunya kehati- hatian dalam pembangunan infrastruktur, mengingat TNKS adalah kawasan kon- servasi.

Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, pembangunan infra- struktur di Musi Rawas khususnya kawasan perdesaan TNKS diselenggarakan un- tuk memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan umum, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga ketersediaannya yang memadai dapat meningkatkan kesejahte- raan dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pemerintah daerah sebagai penyelenggara utama pembangunan di daerah, memiliki kewenangan yang dapat memaksimalkan potensi dan sumber daya yang tersedia dalam pembangunan infra- struktur. Pemerintah Daerah perlu meletakkan masyarakat sebagai subyek pemban- gunan di setiap lini pembangunan infrastruktur, terutama berkenaan dengan pem- berdayaan masyarakat TNKS.

Pada dasarnya, pembangunan infrastruktur yang memadai dan berkualitas akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk lebih produktif lagi dalam melakukan kegiatannya. Pembangunan infrastruktur perlu diorientasikan kepada penanggulangan kemiskinan, yang dapat dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip-prinsip kerjasama melalui kemitraan secara adil, terbuka, transparan, kom- petitif, dan saling menguntungkan. Untuk itu, kapasitas masyarakat, pemerintah dan dunia usaha harus disejajarkan sehingga dalam memroses pembangunan infra- struktur fungsi dan peran masing-masing dapat saling melengkapi. Pemerintah, pa- da khususnya, akan terus berupaya untuk melakukan percepatan pembangunan in- frastruktur, dengan program dan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin.

Agar tujuan pembangunan infrastruktur tercapai, maka tantangan dan kendala anggaran harus diatasi. Sebagai penyelenggara utama pembangunan di daerah, pemerintah daerah telah dilengkapi dengan berbagai kewenangan yang dapat digunakan untuk memaksimalkan potensi dan sumber daya yang tersedia bagi kepentingan pembangunan infrastruktur. Dalam hubungan ini, pemerintah daerah perlu memaksimalkan perannya dalam menghasilkan infrastruktur sehingga sesuai dengan tujuan pembangunannya, yakni: untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan, membantu mengurangi kemiskinan, dan untuk mengangkat harkat dan daya saing kawasan. Dengan demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan Pemerintah daerah yang dianjurkan Pemerintah dalam rangka pembangunan infrastruktur, dengan orientasi penyediaan lapangan kerja untuk pengurangan kemiskinan. Adapun manfaat desentralisasi pembangunan infrastruktur adalah adanya kesempatan interaksi langsung antara masyarakat dengan pemerintah daerah yang lebih dekat dengan permasalahan yang dihadapi.

Masyarakat tidak mungkin bangkit dari kemiskinan jika mereka masih hidup di lingkungan yang kurang tersedia bahan makanan, kurang gizi, tidak ada akses untuk memperoleh air bersih, tidak tersedia energi, serta tinggal dilingkungan kumuh dan tidak sehat. Pemberdayaan masyarkat lewat pendidikan formal maupun pembekalan keterampilan praktis akan menjadi sia-sia manakala mereka masih

hidup dalam kondisi di mana seluruh kekurangan tersebut masih mengelilingi mereka.

5.3.2.5. Pemberdayaan Masyarakat dengan meningkatkan akses terhadap kelembagaan ekonomi dan sosial

Program aksi dari kebijakan Akses terhadap lembaga sosial dan ekonomi yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat TNKS di kawasan Kabupaten Musi Rawas diantaranya adalah:

1. Akses terhadap bantuan modal usaha pengembangan kegiatan jasa lingkungan 2. Akses terhadap kelembagaan sosial ekonomi (UMKM)

3. Akses terhadap bantuan saprodi ramah lingkungan 4. Jaminan pasar produk kawasan konservasi

5. Intensif khusus sebagai kawasan konservasi

Berdasarkan hasil pembobotan menunjukkan bahwa bobot yang paling penting dari strategi Pemberdayaan Masyarakat dengan meningkatkan akses terhadap kelembagaan ekonomi dan sosial adalah program Peningkatan Akses terhadap bantuan modal usaha pengembangan kegiatan jasa lingkungan sebesar dengan skor sebesar 0,306. Selanjutnya diikuti oleh program Akses terhadap kelembagaan sosial ekonomi seperti UMKM dengan skor sebesar 0,2504, Akses terhadap bantuan Saprodi ramah lingkungan dengan skor sebesar 0,1898, Jaminan Pasar bagi produk Kawasan Konservasi sebesar 0,1534, Insentif khusus sebagai Kawasan Konservasi sebesar 0,1004. Seperti dapat dilihat pada Gambar 32.

Gambar 32. Nilai Eigen Prioritas Program dari Kebijakan Akses Terhadap Lembaga Sosial dan Ekonomi

Taman Nasional merupakan bagian dari kawasan lindung yaitu kawasan yang harus terjaga kelestariannya baik flora maupun fauna yang ada sehingga biodiversitasnya dapat terus dipertahankan. Kawasan lindung merupakan kawasan konservasi yang terdiri atas kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, dan kawasan lindung lainnya.

Potensi Sumber Daya Alam termasuk didalamnya keragaman hayati atau biodiversity yang sangat besar di Kawasan TNKS dapat menjadi sumber penghasilan yang tidak akan pernah habis dan dapat diandalkan sebagai tulang punggung pengembangan berbagai kebutuhan hidup. Keragaman hayati yang lengkap juga diperlukan guna menciptakan lingkungan hidup yang mampu memenuhi kebutuhan manusia, baik dari segi fisik (udara dan air bersih), keperluan estetika dan juga kebutuhan spiritual

Ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak pemerintah sebagai pengelola dan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pihak pemerintah berhak dan berkewajiban agar fungsi taman nasional dapat berjalan dengan baik, tetapi dilain sisi juga harus memperhatikan masyarakat yang tinggal di dalamnya dimana mereka memiliki hak untuk dapat hidup dengan sejahtera.

Secara ekonomi di dalam kawasan ini juga terdapat beraneka ragam tumbuhan, baik kayu ataupun non kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai tumbuhan obat, tanaman hias, tumbuhan aromatik dan tumbuhan penghasil pangan (Frankistoro, 2006). Selain itu, manfaat ekonomi yang diperoleh dari kawasan ini juga berasal dari kegiatan pertanian, yang dilakukan masyarakat sekitar kawasan. Terdapat beberapa cara agar masyarakat memperoleh manfaat dari kawasan perlindungan, termasuk pemanfaatan sumberdaya tertentu dari kawasan dan zona penyangga, melestarikan hak tradisional dan kebiasaan budaya serta preferensi khusus bagi penduduk setempat untuk memperoleh pekerjaan dan pelayanan sosial (Untoro, 2006).

Bentuk interaksi masyarakat di TNKS umumnya dalam bentuk pemanfaatan sumberdaya lahan untuk pertanian dan perkebunan. Secara keseluruhan diperkirakan ada 15.000 kepala keluarga yang menggarap lahan di kawasan TNKS. Selain itu, terdapat pengambilan sumberdaya alam untuk

pemenuhan kebutuhan seperti berbagai jenis tumbuhan obat yang biasa digunakan masyarakat sekitar taman nasional antara lain paku gajah, akar tik ulat, akar kepuh, pinang, kunyit, akar sepakis, ubi hitam dan lain-lain (Frankistoro, 2006). Sementara itu, jenis-jenis anggrek juga ditemukan di TNKS diantaranya Spathoglotis plicata,

Pholodita articulata, Calants sp dan Renanthera sp.

Secara konkrit upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan TNKS adalah dengan cara meningkatkan kapasitas usaha mereka melalui upaya perbaikan teknologi dan manajemen usaha sehingga produktivitas usaha mereka semakin meningkat dan secara manajerial usaha yang dilakukan semakin efisien sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan dan dengan sendirinya kesejahteraan mereka juga semakin meningkat.

Shang (1969) menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan profitabilitas usaha adalah melalui tiga cara pokok, yaitu meningkatkan produksi (increasing in production), meningkatkan harga jual produk (increasing in price) dan menurunkan biaya operasional usaha (decreasing in cost).

Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan manajemen produksi input secara efisien dan efektif atau optimal dimana input yang digunakan kombinasinya tepat tidak kurang dan tidak berlebih sehingga akan terjadi efisiensi dan padda akhrnya akan meningkatkan profitabilitas. Profitabilitas juga dapat tercapai apabila dilakukan terjadi peningkatan harga jual produk. Upaya yang dapat dilakukan untuk itu diantaranya dengan cara melakukan diversifikasi produk, diversifikasi pasar, kerjasama produksi dan pemasaran, meningkatkan kualitas hasil, memperhatikan musim dan sebagainya. Penurunan biaya operasional dilakukan dengan cara mengefisienkan biaya untuk penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk, benih, bibit, pakan, tenaga kerja dan sebagainya.

Masyarakat setempat juga perlu diajak untuk menyadari bahwa dukungan pembangunan di daerahnya merupakan bagian dari pembangunan Taman Nasional, yaitu manfaat langsung yang diterima daerah di dekat kawasan alami, yang oleh

Dokumen terkait