• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Faktor-faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas, yaitu tingkat pendidikan rendah, derajat kesehatan rendah, kondisi infrastruktur minim, alternatif mata pencaharian terbatas dan tingkat kesejahteraan rendah, akses terhadap kelembagaan ekonomi dan sosial rendah , konflik lingkungan tinggi dan juga konflik sosial, persepsi masyarakat terhadap TNKS rendah serta partisipasi dalam pengelolaan kawasan TNKS rendah. Sementara faktor-faktor SDA, SDM, Sosial budaya dan kearifan local yang cukup tinggi belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat. 2. Faktor-faktor eksternal ber pengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat, adalah

dukungan peraturan perundangan yang rendah, keberpihakan pemerintah yang rendah, dukungan lembaga keuangan yang rendah, dukungan politik dan pengalaman politik rendah, terbatasnya ketersediaan pelatihan-pelatihan, pola perencanaan pembangunan yang tidak aspiratif, rendahnya akses informasi, dan rendahnya jaminan ekonomi.

3. Konsep Pemberdayaan masyarakat kawasan TNKS yaitu Pemberdayaan Masyarakat secara Terpadu dan Kolaboratif (The Integrated-Collaborative Community Empowerment Concept) untuk melepaskan masyarakat dari faktor- faktor yang melemahkannya, baik faktor-faktor internal maupun eksternal agar dapat mengembangkan potensi-potensi yang tersedia pada lingkungannya, seperti Jasa Lingkungan Taman Nasional (air bersih, tanaman obat-obatan, penambatan karbon dan wisata alam) serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia di luar lingkungannya.

Saran

1. Perlu peningkatan kapasitas masyarakat (capacity building), melalui pelatihan- pelatihan tentang teknik-teknik manajemen jasa lingkungan dan memberikan peluang kepada anak-anak berprestasi untuk meningkatkan pendidikan formal sampai pada jenjang pendidikan tinggi.

2. Perlu peningkatan kapasitas bagi aparatur pemerintah, baik dari Balai TNKS yang terlibat dalam manajemen Taman Nasional, maupun Staf Pemerintah Daerah Musi

Rawas melalui diklat-diklat teknis fungsional pengelolaan jasa lingkungan dan diklat penjenjangan karir, serta peningkatan keuangan manajemen kawasan.

3. Perlu dibentuk Otoritas Khusus yang menangangi koordinasi lintas sektor untuk mengembangkan kegiatan Integrated-Collaborative Community Empowerment,

sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya.

4. Perlu diberikan insentif khusus sebagai kawasan konservasi, seperti subsidi daerah penyangga.

5. Membuat demplot tentang pengelolaan jasa lingkungan di 3 desa (Napal Licin, Napal Melintang dan Pasenan). Untuk Desa Napal Licin perlu dikembangkan kegiatan ekowisata (ecotourism), yang meliputi wisata Goa Napal Licin, Wisata Arung Jeram,

Home Stay di suasana Pedesaan serta kegiatan Out Bond, Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Microhydro), Pengembangan Industri kerajinan. Untuk Desa Napal Melintang dan Desa Pasenan perlu dikembangkan Agroecotourism komoditas perkebunan, Wisata Arung Jeram, Wisata Out Bond, Pengembangan Peternakan, Pembangunan Listrik Tenaga Air (microhydro), Pengembangan Industri Air dalam kemasan, Pengembangan Industri Kerajinan, Pengembangan Industri obat-obatan herbal.

6. Menegaskan kembali Zonasi Kawasan TNKS secara jelas dan meningkatkan produktifitas Daerah Penyangga (Buffer zone) kawasan TNKS melalui bidang perkebunan (komoditas tahunan sperti Karet, Kopi, Kakao, Aren, perikanan (pengembangan ikan air deras dalam kerambah di sungai) dan peternakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas R. 2005. Mekanisme perencanaan partisipasi stakeholders Taman Nasional Gunung Rinjani (disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Adimihardja L. 1999. Petani Merajut Tradisi di Era Globalisasi. Bandung: Humaniora Utama Press.

Adimihardja K, Hikmat H. 2004. Partisipatory Research Appraisal dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Pr.

Adimihardja K. 2004. Sistem pengetahuan dan teknologi lokal: dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Bandung: Humaniora Utama Pr.

Adiprasetyo. 2009. Sikap masyarakat lokal terhadap konservasi dan taman nasional sebagai pendukung keputusan dalam pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat (studi kasus di Kabupaten Kerinci dan Lebong, Indonesia). Jurnal Bumi Lestari 9 : 173-186.

Alikodra HS. 1987. Manfaat taman nasional bagi masyarakat disekitarnya. Bogor: Media Konservasi.

Alikodra HS. 1990. Konsep daerah penyangga Taman Nasional Baluran, suatu studi. Di dalam: Stephen V. Nash. Prosiding seminar nasional pengelolaan kawasan penyangga. Jayapura 16 – 17 Oktober 1990: Dinas Kehutanan Propinsi Irian Jaya dan WWF Irian Jaya.

Alikodra HS, Syaukani HR. 2004. Bumi Makin Panas Banjir Makin Luas: Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan. Bandung: Nuansa.

Alland AJR. 1975. Adaptation, Di dalam: Annual Review of Anthropology, Vol. 4 (1975), 59-73. URL: http://links.jstor.org/sici?sici= 0084-6570. Diakses tanggal 2 Juli 2006.

Agrawal A, Yadama GN. 1997. How do Local Institutions Mediate Market and Population Pressures on Resources? Forest Panchayats in Kumaon, India.

Development and Change 28: 435-465. Institute of Social Studies.

Agrawal A. 1998. Indigenous and scientific knowledge: some critical comments, Jurnal Antropologi Indonesia no 55-th.XXII 1998 hlm: 14-22

Agrawal A. 2005. Environmentaly: community, intimate, government, and the making of environmental subjects in Komaon, IndiaCurrent Anthropology, 46-161-90.

Anau et al. 2000. Pemetaan desa partisipatif dan penyelesaian konflik batas: studi kasus di desa-desa daerah aliran sungai Malinau.Bogor: CIFOR.

Anonim.1990.Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Surabaya: Karya Anda.

Anwari W.2006. Arah baru pengentasan kemiskinan, indentifikasi masalah-masalah substantif. J Equilibrium, Ekonomi dan Kemasyarakatan : 3 (2): hal. 148 – 164. Arnold JEM. 1998. Managing Forest as Common Property. Bogor: CIFOR.

Atran S. 1999. Folk Ecology and Commons management in the Maya Lowlands. Proceeding of The National Academy of Science USA. Di dalam: Pandey DN. 1993. Wildlife, National Park, and People. Indian Forester 119: 521-529.

Awang SA. 1993. Pembangunan Masyarakat dan Keseriusan Mewujudkannya dalam Pengelolaan Hutan yang Lestari di Indonesia. Di dalam: Sumardi A. et al. (ed). 1993 Norma-Norma Kelestarian Sosial, Ekonomi, dan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Yogyakarta: Fahutan UGM.

Ayoola GB. Indigenous Knowledge and Agricultural Extension delivery. Indigenous Knowledge Development Monitor 2001; No 9 Mei: pp.28-29.

Azis ASR. 2003. Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus. Di dalam Bungin B. (editor). 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm: 18-35.

Bappeda-BPS Musi Rawas.2005. Musi Rawas Dalam Angka Tahun 2005.

Badstue LB et al. 2006. Examining the Role of Collective Action in an Informal Seed System: A Case Study from the Central Valleys of Oaxaca, Mexico. Di dalam:

Human Ecology, Vol. 34, No. 2.hlm : 249-272.

Baland JJP, Platteau. 1996. Halting degradation of natural resources: Is there a role for rural communities? Di dalam: Pagde A, Kim Y, Daugherty PJ. 2006. What Makes Community Forest Management Successful: A Meta-Study From Community Forests Throughout the World. Society and Natural Resources, 19

Barlett PF. 1980. Adaptive Strategies in Peasant Agricultural Production.Annual Review of Anthropology, Vol. 9. Hlm: 545-573.

Basturo X. 2006. How Locally Designed Access and Use Controls Can Prevent the Tragedy of the Commons in a Mexican Small-Scale Fishing Community. Di dalam: Society and Natural Resources, Vol 18: hlm: 643–659.

Basuni S. 2003. Inovasi Institusi untuk Meningkatkan Kinerja daerah Penyangga Kawasan Konservasi (Studi kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat). (Disertasi) tidak Dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanain Bogor.

Bauer H. 2003. Local Perception of Waza National Park, Northen Cameroon. (Abstrak). Environmentan Coservation. Cambridge University Press 30: 175-181

Bhattarai TN. 1985. Community forestry development in Nepal. National Curriculum Development Workshop Paper. Kathmandu, Nepal: Ministry of Forest and Soil Conservation.

Berkers F, Jolly D. 2001. Adapting to climate change: social- ecological resilience di dalam: a Canadian western Arctic community. Conservation Ecology 5(2): 18. [online]: http://www.consecol.org/vol5/iss2/art18. Diakses: 24 Pebruari 2007.

Berkes F. 2004. Knowledge, Learning and the Resilience of Social-Ecological Systems.

Paper for the Panel "Knowledge for the Development of Adaptive Co- Management", session organizers.IACSP '04, Oaxaca, Mexico, Agustus 2004.

Bennett JW. 1976. The Ecological Transition: Cultural Anthropology and Human Adaptation. New York: Pergamon Press Inc.

Black JA, Champion DJ. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Koeswara et al., penerjemah. Bandung: Eresco.

Bohensky E, T. Lynam. 2005. Evaluating responses in complex adaptive systems: insights on water management from the Southern African Millennium Ecosystem Assessment (SAfMA). Ecology and Society 10 (1): 11. [online] http://www.ecologyandsociety.org/vol10/iss1/art11/ (diakses: tanggal 24 September 2006).

Borrini-Feyerabend G, Farvar MT, Nguinguiri JC, Ndangang VA. 2000. Co-management of Natural Resources: Organising, Negotiating and Learning-by-Doing. GTZ and IUCN, Kasparek Verlag, Heidelberg Germany.

Brown R. (editor) 1995. Masa Depan Bumi. Hermoyo, penerjemah. Jakarta:Yayasan Obor. Terjemahan dari: State of the World.

Bungin B. 2003. Teknik-Teknik Analisis Kualitatif dalam Penelitian Sosial. Di dalam Bungin B. (ed). 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm: 83-105

Burger R. 1998. Water Users Associations in Kazakhstan: An Institutional Analysis.

Kartodiharjo et al. Kajian Institusi Pengelolaan DAS dan Konservasi Tanah. Bogor : K3SB.

Burkard G. 2002. Stability or Sustainability? Dimensions of Socio-economic Security in a Rain Forest Margin. Palu, Indonesia: Discussion Paper No 6, STORMA.

Burton E, Swanson.1984. Agricultural Extension, A Reference Manual. Second Ed, Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome: FAO.

Campbell JY. 2003. Beragam Pandangan Mengenai Kehutanan Masyarakat (Community Forestry di Indonesia). Di dalam: Kemana Harus Melangkah? Masyarakat, Hutan dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Colfer CJP. 1999. The BAG (Basic assessment guide for human well-being). Criteria & Indicators Toolbox Series No. 5. Bogor, Indonesia: CIFOR.

Korten, D.C dan Sjahrir (ed). 1993. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan.

Korten, D.C. (1987). Community management. West Hartford, CT: Kumarian Press.

Colfer CJP. 2005. The Complex Forest: Comunities, Uncertainty, and Adavtife Collaborative Management. Resource for he future, Bogor: Washington, SC and CIFOR.

Chambers, 1983. Rural Development: Putting the Last First Robert Chambers, HUM Longman London Lagos, New York CHAPTER

Coleman J. 1990. Foundation of social theory. Cambridge: Harvard Univ Pr.

Combs P, Manzoor A.1980. Memerangi kemiskinan di Pedesaan melalui pendidikan non formal (diterjemahkan YIIS).Jakarta.

Cundill GNR, Fabricius C, Marti N. 2006 Foghorns to the Future: Using Knowledge and Transdisciplinarity to Navigate Complex Systems. Di dalam: Ecology and Society

10 (2): 8. http://www.ecologyandsociety.org/vol10/iss2/art8/. (Diakses 8 Maret 2006).

Daldjoeni A. 2004. Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan. Cetakan ke-4. Bandung: Alumni.

Dahama O, Bhatnagar O. 1980. Educational and Communication For Development. New Delhi: Oxford & IBH.

Darusman D. 2002 Pembenahan Kehutanan Indonesia: Dokumentasi Kronologis Tulisan 1986-2002. Bogor: Laboratorium Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Darusman D. 2001 Komparasi Antar Usaha Kehutanan. Di dalam: Resiliensi Kehutanan Masyarakat Indonesia. Yogyakarta, Debut Press.

David E, Wollenberg E, Dachang L. 2003. Introduction. Di dalam : Local Forest management, The Impacts of Devolution Policies. Earthscan London. Sterling VA.

Dear CE, Myers OE. 2005. Conflicting Understandings of Wilderness and Subsistence in Alaskan National Parks. Society and Natural Resources, 18: hlm 821-837.

Departemen Kehutanan. 2000. DEPHUT website, http://dephut.gov.id. (Diakses 18 Juni 2004).

Departemen Kehutanan. 2004. Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi. Jakarta: Dirjen PHKA.

Departemen Komunikasi dan Informatika. 2005. Kriteria Rumah Tangga Miskin. Tim Koordinasi Pusat Program Pemberian Subsidi Langsung Tunai Kepada Rumah Tangga Miskin. Jakarta.

Dinata, Y., dan Sugiardjito, J. 2008. The existence of Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) and their prey in different forest habitat types in Kerinci Seblat National Park, Sumatra. Biodiversitas 10: 222-226.

Devung S. 1997 Tana’Ulen Sistem tradisional Pengolahan Hutan oleh dan Untuk Rakyat. Studi Kasus dari DAS Bahau Kaltim, Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang. Pusat Perhutanan Sosial (CSF) Samarinda: Unmul.

Djajadiningrat. S.2005. Sustainable Future: Menggagas warisan peradaban bagi anak cucu seputar wacana pemikiran. Jakarta: ICSD.Bagian I: Dari konsep menuju praksis. Hal 1 – 9.

Dove MR. 1983. Studi Kasus tentang Sistem Perladangan Suku Kantu’ Kalimantan, PRISMA 4: 63 – 67.

Dove MR. 1988. Sistem Perladangan di Indonesia. Suatu Studi Kasus dari Kalimantan Barat Yogyakarta: UGM Press.

Einsiedel LA.1968. Success and Failure of some Community Development in Batanggas,

Effendi, E. 2001. Subsidi Ekologis Taman Nasional Kerinci Seblat: Memperkuat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan efisiensi APBD kabupaten. Laporan ICDP-TNKS – Park Management Component A. Jakarta: Greenomics.

Ellen R, Parkes P, Bicker B. 2000. Indigenous Environmental Knowledge and its Transformations : Critical Anthropological Perspectives: Hardwood Academic.

Ellen R. 1997. Indigenous knowledge of the rainforest: Perception, extraction, and conservation. Canterbury: University of Kent.

ELSAM/ICEL. 2001. Whose Nation? Whose Resourcs Towards a New Paradigm of Environmental Justice and the National Interest of Indonesia. Didalam: Kemana Harus Melangkah? Masyarakat, Hutan dan Perumusan Kebijakan Indonesia. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

ESCAP.1999. HRD Course for Poverty Alleviation. Bangkok:HRD Division

Faisal, Sri M. 2000. Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Bogor. Pustaka LATIN.

Faust H, Maerten M, Weber M, Nunung R, van Rheenen T, Birner R. 2003. Does Migration Lead to Destabilization of Forest Margins? Evidence from an Interdisciplinary Field Study in Central Sulawesi, STORMA Discussion Paper Series on Social and Economic Dynamics in Rainforest Margins, No. 11.

Fay C, Sirait M 2003. Mereformasi Para Reformis di Indonesia Pasca Soeharto. Di dalam: Kemana Harus Melangkah?: Masyarakat, Hutan dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Fisher S, Abdi DI, Ludin J, Smith R, Williams S. 2000. Mengelola konflik: Keterampilan dan strategi untuk bertindak. S.A. Kartikasari, dkk. Penyunting & Penerjemah. Jakarta. The British Council dan Zeb Books. Terjemahan dari: Working with conflict: Skill and strategies for Action.

Flint CG, Luloff AE. 2005 Natrural Resource-Based Communities, Risk, and Disater: An Intersection of Theories. Di dalam: Society and Natural Resources, 18: hlm 399- 412.

Frankistoro, F. 2006. Potensi keanekaragaman jenis tumbuhan di Taman Nasional Kerinci Seblat (Studi kasus di Resort Gunung Tujuh dan Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi). Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fremerey M. 2002. “Local Communities as Learning Organisations: The Case of The

Village of Toro, Central Sulawesi, Indonesia.” Di dalam : Storma Discussion Paper Series. No 6. Gottingen & Bogor : STORMA.

Friedmann, J. (1992) Empowerment: the politics of alternative development,Oxford: Blackwell Publishers(ISBN 1557863008 (pbk))

Fukuyama F. 2000. The Great Depression: Human Nature and the Reconstitution of social order. London: Profile Book.

Fukuyama F. 2002. Trust: Kebajikan social dan penciptaan kemakmuran. Ruslani, penerjemah. Yogyakarta. Qalam. Terjemahan dari: Trust, The sosial Vitues and the creation of prosperity.

Garcia MB. 1994. Introductory Sociology: A Unifield Approach with Accompanying Work Book. Metro Manila, Philippines: National Book Store. Inc.

Gerold G, Fremery M, Guhardja E. 2004. Land Use, Nature Conservation and the Stability of Rainforest Margins in Southeast Asia. Springer, Berlin Heidelberg New York.

Ghate R. 2004. Traditional and Non-traditional Indigenous Informal Institutions in Forest Management. Di dalam : EGDI and UNU-WIDER Confrence 17 – 18 September 2004, Helsinki, Finland. Hlm 1 – 19.

Ghulam RD. 2006. Kemiskinan: Miskin atau Pemiskinan (Negara kesejahteraan atau Negara yang memiskinkan). J Equilibrium, Ekonomi dan Kemasyarakatan: 3 (2): hal. 165 - 181.

Gilmour DA, Fisher RJ. 1998. Sejarah Communitry Forestry di Nepal. Di dalam: Seri Kajian Komuniti Forestri, Seri 1 Tahun 1.

Golar. 2007. Strategi adaptasi Adat Toro: Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Provinsi Sulawesi Tengah. Diserrtasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Goldman M. 2003. Partitioned Nature, Privileged Knowledge: Community-Based Conservation in Tanzania. Development and Change 34 (5): 833-862. Institute of Social Studies.

Goldschmidt W. 1971. The Dinamyc Adaptation of Sebei Law. Di dalam: Soeharjito D. 2002. Kebun Talun: Strategi Adaptasi Sosial Kultural dan Ekologi Masyarakat Pertanian lahan Kering di Desa Buniwangi, Sukabumi, Jawa Barat (Disertasi) tidak Dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia.

Gomes AG. 1993. Konfrontasi dan Kontinuitas: Produksi Komoditi Sederhana di Kalangan Orang Asli. Di dalam: Gomes AG dan Ghee LT, editor. Suku Asli dan Pembangunan di Asia Tenggara. Jakarta, Indonesia: Yayasan Obor. Hlm. 18-58.

Gomes AG, Ghee LT. 1993. Suku Asli dan Pembangunan di Asia Tenggara. Di dalam: Gomes AG dan Ghee LT, editor. Suku Asli dan Pembangunan di Asia Tenggara. Jakarta, Indonesia: Yayasan Obor. Hlm. 18-58.

Gooner C. 2001. Pengelolaan Sumberdaya di Sebuah Desa Anak benuaq: Strategi, Dinamika dan Prospek. Sebuah Studi kasus dari Kalimantan Timur Indonesia. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) Gmbh Postfach 5180 D-65726 Eschborn, Germany.

Grant E. 2001. Social Capital and Community Strategies: Neighbourhood Development in Guatemala City,Development and Change Vol. 32: hlm. 975-997.

Greiner L. 1998. Working with Indigenous Knowledge: A Guide for Researches. IDRC: Ottawa Canada. Di dalam: Bahan Ajaran Agroforestry. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF): 5

Sumodiningrat, G. 2009. Mewujudkan kesejahteraan bangsa: menanggulangi kemiskinan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat / Gunawan Sumodiningrat ; editor, Ariwibowo Suprajitno Adhi. Elex Media Computindo. Jakarta.

Hanna S, M. Munasinghe. 1995. Property rights and the environment: Social and ecological Issues. Washington, DC: ESD.

Hadiyanti, P.2006. Kemiskinan dan upaya pemberdayaan masyarakat. Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Volume 2, Nomor 1, Juni 2006

komunitas.wikispaces.com/.../kemiskinan+dan+upaya+pemberdayaan...di undu tanggal 9 desember 2011.

Hecht SB, Kandel S, Gomez I, Cuellar N, Rosa H. 2006. Globalization, Forest Resurgence, and Environmental Politics in El Salvador. World Development, Vol. 34 (2).

Hidayat H.1997. Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program HPH Bina Desa Hutan (Studi kasus Desa Muara Gusik, Kecamatan Muara Kedang, Kabupaten Kutai, Kaltim). Analisis CSIS: 26 (5) : hal. 443 - 463.

Hidayat H. 2006. Persepsi stakeholders dalam pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di era otonomi daerah. Masyarakat Indonesia, LIPI: 32 (1): hal. 85 – 107. Hikmat H. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Pr.

Hirakuri SR. 2003. Can Law Save the Forest: Lesson from Finland and Brazil. Jakarta, Indonesia: CIFOR.

Hirschman AO.1977. Strategi Pembangunan Ekonomi, terjemahan. Jakarta: Dian Rakyat. Terjemahan dari: The Economic development strategy.

Hoogvelt, Ankie MM. 1976 The Sociology of Developing Scieties. London: The Mc. Millan Press Ltd.

Hubeis A. 1994. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad XXI. Jakarta: Pustaka Pembangunan.

Ibrahim, LD. 1998. Perkembangan komuniti lokal sebagai dasar pemikiran strategi meningkatkan peran serta masyarakat dalam tata ruang, Pertemuan pakar untuk membahas RPP tentang tata laksana hak dan kewajiban serta bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang, Bandung 8-9 Januari 1998.

ICDP-TNKS. 1999. [Depdagri] Departemen Dalam Negeri, [Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan dan WWF. 1999. Kerinci Seblat: Proyek Pengembangan Wilayah dan Konservasi Terpadu. Pemantauan dan Evaluasi-Komponen D ICDP- TNKS. Jakarta: Ditjen Bina Bangda, Ditjen PHKA dan WWF.

Ife J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives. Vision, Analysis and Practice. Australia: Longman.

[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2001. Pedoman penulisan dan penyajian karya ilmiah. Bogor: IPB Pr.

Iskandar J. 1992. Ekologi Perladangan di Indonesia, Studi Kasus dari Daerah Baduy, Banten Selatan Jawa Barat. Jakarta: Djambatan.

Iskandar J. 2001. Manusia budaya dan lingkungan: Kajian ekologi manusia. Bandung: Humaniora Utama Pr.

Isnaini R. 2006. Enabling policy and procedures in a National Park: A Struggle for Equity Case Study in Kuningan District, West Java. The Indonesian Tropical Institue

(LATIN), Bogor. Indonesia.

www.eastwestcenter.org/stored/misc/hanginginbalance07/indonesia/westjava.pdf (june 2, 2006).

IUCN. 1994. Guidelines for protected Areas Management Categories, IUCN Commissions on National Parks and Protected Areas (CNPPA)-World Conservation Monitoring Centre (WCMC), Gland - Switzerland and Cambridge, UK.

Kaimowitz. 2003. Refleksi Empat Tahun Mengembangkan Sosial Forestri di Era Desentralisasi, Intisari Lokakarya Nasional Sosial Forestri Cimacan, 10 – 12 September 2002, Bogor, Center for International Forestry Research (CIFOR)

Kameri-Mbote P. 2006. Conflict and Cooperation: Making the Case for Environmental Pathways to Peacebuilding in the Great Lakes Region. Woodrow Wilson International Center: Washington, DC.

[KPDT] Kantor Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. 2005. STRANAS Pembangunan Daerah Tertinggal. Jakarta: KPDT.

Kartasasmita G. 1996. Pembangunan untuk rakyat : Memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Jakarta: CIDES.

Kartasubrata J. 2003. Social Forestry dan Agroforestry di Asia (Buku I). Bogor: Lab Poleksos IPB.

Kartodihardjo H. et al. 2000. Kajian Institusi Pengelolaan DAS dan Konservasi Tanah. Bogor: K3SB.

Kartodihardjo H. 2004. Pelajaran Sudah Usai: Menyoal Kebijakan Pengelolaan Sumbedaya Alam di Kawasan Ekosistem Halimun. Makalah Seminar Sehari ”Kawasan Halimun: Nyoreng Alam ka Tukang, Nyawang Anu Bakal Datang”, Bogor. 17 Pebruari 2004.

Kartodihardjo H. 2006. Refleksi Kerangka Pikir Rimbawan: Menguak Masalah Institusi dan Politik Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Kasih, N. 2003. Subsidi Ekologis Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Musi Rawas. Makalah Kuliah Falsafah Sains. IPB.Bogor.

Kasper W, Streit M.E. 1998. Institutional Economic: Social Order and Public Policy. Cheltenham, UK. Northampton, MA, USA: Edward Elgar.

Kieffer C. 1984. Citizen Empowerment: A Developmental Perspective, Prevention in Human Service. Vol. 3. USA.

Kief J. 2001. Indigenous Variety Development in Food Crops Strategies on Timor: Their Relevance for In-Situ Biodiversity Conservation and Food Security. Indigenous Knowledge Development Monitor 2001; No 9 Juli: 7 - 15.

Kompas, 2003. Perambahan hutan konservasi di Sumatera Selatan. www.kompas.com, (20 agustus 2003).

Kompas, 1999. TNKS memperoleh status penetapan Negara. www.kompas.com (30 November 1999)

Korten DC, Sjahrir (editor). 1988. People centered development. Setiawan Abadi, Penerjemah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Terjemahan dari: People centered development.

Kusumosuwidho S. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Lagimpu A. 2002. Revitalisasi Kelembagaan Tradisional Masyarakat Adat. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Masyarakat Adat Ngata Toro, 25-30 Oktober 2002.

LEI. 2004. Pedoman Lei 99-44: Pedoman Pengambilan Keputusan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML). Indonesia: Lembaga Ekolebel Indonesia.

Leach M, Mearns R, Scoones I. 1997. Challenges to Community-Based Sustainable Development: Dynamics, Entitlements, Institutions. IDS Bulletin. 28(4): 4-14.

Legawa IM. 1999. Subak: Organisasi Sosio-Religius di Bali. Di Dalam: Soedjito. H. 2006. Kearifan Tradisional dan Cagar Biosfer di Indonesia. Prosiding Piagam MAB 2005 Untuk Peneliti Muda dan Praktisi Lingkungan di Indonesia. Komite Nasional MAB-Indonesia-LIPI; Bogor, 24-27 Agustus 2005. Jakarta: Komite MAB Nasional Indonesia-LIPI Press.

Leibo K.1995. Sosiologi perdesaan: Mencari suatu strategi pembangunan masyarakat desa berparadigma ganda. Yogyakarta: Andi offset.

Lestaria, M. 2006. Nilai manfaat “Pelak” (Agroforestri) bagi masyarakat di desa sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (Studi kasus di Desa Jujun dan Desa Benik Kecamatan Keling Danau Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi). Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Linkie, M. 2007. Estimating occupancy of a data deficient mammalian species living in

Dokumen terkait